HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Salmonella enterica I serotype typhi pada Bakso Yang Dijajakan Di Area Kampus Universitas Sumatera Utara

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.A. Hasil penelitian 5.A.1. Deskripsi lokasi penelitian Lokasi penelitian berada di kampus Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Tempat pengambilan sampel dibedakan menurut lokasinya, yakni di lapangan terbuka yaitu pedagang pinggir jalan ataupun di dalam ruangan gedung seperti kantin. Pedagang bakso yang diperiksa dikatakan berada di kampus Universitas Sumatera Utara jika ada dalam batasan, yakni di sebelah timur Jl. Universitas, sebelah selatan Jl. Dokter Sofyan, sebelah barat Jl. Tn. Darma, dan sebelah utara dibatasi oleh Jl. Dr Mansur. Maka, ditentukan bahwa ada 20 pedagang bakso yang menyetujui pemeriksaan terhadap bakso yang didagangkan, dan sesuai kriteria ekslusi, maka pedagang bakso yang tidak memberikan persetujuan tidak memenuhi kriteria. 5.A.2. Hasil pemeriksaan laboratorium Penelitian untuk mendeteksi Salmonella enterica I serotype typhi pada bakso yang dijajakan di kampus Universitas Sumatera Utara telah dilakukan pada bulan Oktober sampai November. Waktu pengambilan sampel antara pukul 10.00 WIB – 12.00 WIB, kemudian diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU. Dari penelitian tersebut, didapatkan data bahwa dari 20 sampel bakso yang diperiksa, 100 tidak ditemukan adanya bakteri S. typhi. Namun, dalam uji reaksi biokimia, didapati karakteristik bakteri yang bukan S. typhi, yakni E.coli, Citrobacter, Klebsiella, Proteus. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 5.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1 Hasil pemeriksaan Salmonella enteric serotype typhi I pada bakso yang dijual di kampus USU tahun 2011 Kode Sampel Bakteri yang ditemukan Keterangan S. typhi Bukan S. typhi A - + E. coli B - + E. coli C - + Citrobacter D - + E. coli E - + Enterobacteriaceae F - + Klebsiella oxytoca G - + Klebsiella oxytoca H - + Enterobacteriaceae I - + Enterobacteriaceae J - + Citrobacter K - + Proteus vulgaris L - + Proteus sp. M - + Citrobacter freundii N - + E. coli O - + Proteus vulgaris P - + Proteus vulgaris Q - + Citrobacter freundii R - + Citrobacter freundii S - + Citrobacter freundii T - + Citrobacter freundii Keterangan: S. typhi + : ditemukan S. typhi S. typhi - : tidak ditemukan S. typhi Bukan S. typhi + : ditemukan bakteri lain yang bukan S. typhi Bukan S. typhi - : tidak ditemukan bakteri lain yang bukan S. typhi Keterangan : Bakteri bukan S. typhi yang ditemukan 5.B. Pembahasan Dari pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, dua puluh bakso yang diperiksa tidak ditemukan Universitas Sumatera Utara 35 20 20 10 15 Citrobacter Proteus E. coli Klebsiella dll adanya bakteri S. typhi. Namun, ditemukan adanya bakteri-bakteri lain, seperti E. coli, Klebsiella, Proteus, dan Citrobacter. Dalam langkah pengerjaan, digunakan media kultur SS-agar guna menumbuhkan bakteri spesifik Shigella-Salmonella. Dari 20 sampel yang dibiakkan, semua biakan menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri yang berkoloni dan tidak berwarna yang cenderung sebagai koloni Salmonella-Shigella. Oleh karena itu, perlu ditegaskan dengan reaksi biokimia. Namun, setelah diidentifikasi dengan reaksi biokimia, justru tidak ditemukan sama sekali bakteri dari golongan Salmonella maupun Shigella. Dalam grafik di bawah ini digambarkan persentase dari masing-masing jenis bakteri yang ditemukan. Gambar 5.1. Grafik distribusi frekuensi jenis bakteri yang ditemukan pada bakso Kontaminasi maupun dekontaminasi S. typhi pada makanan dipengaruhi oleh berbagai tahapan pengolahan makanan. Pada daging yang diolah menjadi makanan, S. typhi dapat menginfeksi pada saat proses penyembelihan, dimana feses yang mengandung bakteri mengkontaminasi daging Molbak, 2006. Corry 2002 dalam Molbak 2006 mengatakan bahwa pembekuan dalam air akan mengurangi jumlah bakteri, namun meningkatkan penyebarannya ke bagian lain dari daging. Edel 1973 dalam Molbak 2006 mengungkapkan bahwa serangga, seperti lalat, dapat menularkan kontaminasi S. typhi pada makanan yang terpapar. Universitas Sumatera Utara Udara bebas maupun aerosol juga bisa membawa bakteri ini. Bakteri ini dapat berkurang dengan penggunaan pemanasan sekitar 50°C sampai 60°C selama kurang lebih 4 menit Molbak, 2006. Oleh sebab itu, jika pemanasan dan penutupan makanan dilakukan dengan baik, maka risiko makanan terpapar dengan bakteri S. typhi dapat berkurang. Proses pengolahan bakso pasti menggunakan proses pemanasan daging, dimana saat bakso sudah digiling dan dipadu dengan tepung dan bumbu lainnya, maka bakso akan dicelupkan dalam air mendidih. Kegiatan ini dapat membunuh S. typhi yang telah mengkontaminasi pada saat proses pemotongan daging maupun proses pencucian dan penggilingan. Selain itu, penyajian bakso umumnya berada pada tempat yang panas dengan suhu melebihi 50°C. Perlakuan ini juga membuat bakso terlindungi dari kontaminasi S. typhi pada bakso melalui aerosol, lalat, ataupun penjamah makanan sendiri. Jika bakso tidak disediakan dalam keadaan panas, S. typhi dapat saja tidak ditemukan karena penggunaan penutup ataupun peralatan yang baik sehingga pemaparan tidak terjadi. Citrobacter merupakan bakteri batang gram negatif. Suhu optimal untuk bakteri ini bertumbuh adalah 37° C, dan bakteri ini adalah flora normal pada usus manusia Riemann, 2006. Meskipun demikian, bakteri ini dapat menyebabkan diare Sedlak 1973 dalam Lund 2000 meninjau genus Citrobacter dan mengutip ada lima wabah dimana empat wabah disebabkan oleh foodborne illness. Dua wabah disebabkan oleh masalah daging, dan selebihnya oleh susu. Selain pada daging, bakteri ini juga bisa ditemukan pada banyak jenis makanan, seperti daging segar dan bumbu Lund, 2000. Oleh sebab itu, bakteri ini mungkin didapati pada bakso. Proteus sp. adalah bakteri batang gram-negatif Struble, 2011. Bakteri ini umumnya ditemukan di saluran cerna sebagai bagian dari flora normal. Organisme ini telah dapat diisolasi pada telur dan daging Riemann, 2006. Peran Proteus dalam infeksi makanan masih belum jelas, namun Stiles 1989 dalam Riemann 2006 mendapatkan laporan adanya banyak dinding sel Proteus pada makanan yang dicurigai terinfeksi. Walaupun masih meragukan, hal ini memungkinkan bakteri ini didapati pada bakso yang diperiksa pada penelitian ini. Proteus Universitas Sumatera Utara umumnya menimbulkan gejala setelah meninggalkan saluran cerna, lalu menginfeksi saluran nafas ataupun saluran kemih. E. coli merupakan bakteri batang gram-negatif. Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif, dan bersifat non-motil ataupun motil dengan menggunakan peritrichous flagella Maddapa, 2011. Bakteri ini tumbuh di saluran cerna sebagai flora normal yang membantu mengendalikan pertumbuhan bakteri berbahaya lain. Namun demikian, bakteri dapat menyebabkan penyakit jika jumlahnya melebihi jumlah normal ataupun daya tahan tubuh inang sedang tidak baik. E. coli biasa dapat mengkontaminasi makanan dan menimbulkan gejala setelah lima hari mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi tersebut Kendall, 2008. Makanan yang umumnya dikontaminasi E. coli adalah daging sapi, jus apel, susu mentah, bayam, dan air yang tidak diolah dengan baik. Penyakit yang disebabkan oleh E. coli antara lain kolesistitis, bakteremia, kolangitis, infeksi saluran kemih, diare, dan infeksi klinis lain seperti meningitis pada bayi dan pneumonia. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1098MenkesSKVII2003, bahwa angka kuman E. coli pada makanan adalah 0 per gram contoh makanan. Dari temuan pada penelitian ini, ditemukan empat dari dua puluh bakso yang diperiksa terkontaminasi E.coli. Artinya, keempat bakso tersebut tidak layak dikonsumsi sesuai Keputusan Menteri Kesehatan. Klebsiella merupakan bakteri batang gram negatif yang memiliki kapsul Umeh, 2011. Bakteri telah diisolasi dari makanan seperti buah dan sayur, daging, susu, salad, dan air minum, Riemann, 2006. Bakteri ini juga bisa didapati di tanah, debu, air, serta udara, dan dikatakan bahwa organisme ini mempunyai ketahanan terhadap panas. Hal ini memungkin bahwa bakteri ini dapat ditemukan pada bakso yang terbuat dari bahan daging ataupun terkontaminasi dari lingkungan sekitar meskipun bakso berada pada suhu tinggi. Bakteri ini dapat menginfeksi saluran nafas, saluran cerna, bahkan saluran kemih. Bakteri ini dapat membahayakan janin jika sang ibu terinfeksi oleh bakteri ini. Pada penelitian ini, ternyata keempat bakteri tersebut mengontaminasi sampel bakso yang dijual di area kampus Universitas Sumatera Utara. Semua Universitas Sumatera Utara bakteri tersebut merupakan enterobacteriaceae sehingga memungkinkan timbulnya infeksi saluran cerna pada konsumen yang mengkonsumsi bakso yang terkontaminasi tersebut. Gejala klinis infeksi saluran cerna yang mungkin muncul tergantung dari jumlah bakteri yang menginfeksi dan daya tahan tubuh konsumen tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN