Identifikasi Salmonella Enteric I Serotype Typhi pada Daging Sate Yang Dijajakan di Area Kampus Universitas Saumatera Utara, Medan

(1)

IDENTIFIKASI BAKTERI Salmonella enteric I serotype typhi PADA DAGING SATE YANG DIJAJAKAN DI AREA KAMPUS UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA, MEDAN

Oleh:

NORATIQAH AISYAH 090100448

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITI SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Identifikasi Salmonella enteric I serotype typhi pada Daging Sate Yang Dijajakan di Area Kampus Universitas Saumatera Utara, Medan

Nama: Noratiqah Aisyah NIM: 0901000448

Pembimbing Penguji I

(dr.Sri Amelia, M.kes) (dr. Eka Roina Megawatim,M.Kes) NIP: 197409132003122001 NIP: 197812232003122002

Penguji II

(dr.Dadik Wahyu Wijaya, SpAn) NIP: 196809142008011013

Mengetahui:

Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran

Dekan

Prof.Dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH


(3)

Bakteri Salmonella enteric I serotype typhi adalah bakteri batang gram negatif dan merupakan bakteri dari famili Enterobacteriaceae. Salmonella typhi juga merupakan golongan typhoidal yang dapat menyebabkan terjadinya demam tifoid. Bakteri ini bisa ditularkan dengan mengkomsumsi makanan yang terkontaminasi berasal dari hewan seperti daging, telur dan susu. Oleh itu, penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi bakteri Salmonella enteric I serotype typhi pada daging sate yang dijajakan disekitar area kampus USU.

Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dalam pengambilan sampel. Dimana dilakukan observasi secara langsung pada pengamabilan sampel dan dilakukan uji laboratorium sehingga diperoleh jumlah bakteri Salmonella typhi yang mungkin mengkontaminasi pada makanan.

Sampel yang digunakan adalah daging sate yang telah direbus namun belum dibakar dan daging sate yang telah dibakar. Pemeriksaan pada sampel dilakukan di laboratorium dengan metode isolasi, uji biokimia dan perwarnaan gram.

Dari hasil penelitian, telah didapatkan bahwa tidak adanya Salmonella enteric

I serotype typhi yang terdeteksi pada daging sate. Namun ditemukan bakteri-bakteri

lain antaranya Citrobacter(40%), Pseudomonas(20%), Proteus(13.3%),E.coli(13.3%)

dan Salmonella non typhi(13.3%).


(4)

ABSTRACT

Salmoella enteric I serotype typhi is a gram-negative bacteria and it is from

Enterobacteriaceae family. Salmonella typhi is also typhoidal species which can

cause typhoid fever. These bacteria can be contagious food by contaminated food such as meat, egg and milk. Hence, this study is about Identification of Salmonella

enteric I serotype typhi in the meat skewers that be sold around USU campus.

This study uses total sampling techniques for sampling. Direct observations on sampling and laboratory testing will be use in order to obtain the number of

Salmonella typhi bacteria that may contaminate the food.

The samples used were meat skewers that have been boiled but not grill and meat skewers that have been grilled. The test of the sample in the laboratory is by the method of isolation, biochemical tests and grams staining.

From this study, it has been found that no Salmonella enteric I serotypetyphi

detected in meat skewers. Meanwhile there are other bacteria that can be found such

as Citrobacter(40%), Pseudomonas(20%), Proteus(13.3%),E.coli(13.3%) and

Salmonella non typhi(13.3%).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadrat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulisan Ilmiah ini.

Karya Tulisan Ilmiah ini dengan judulnya “ Identifikasi Salmonella enteric I serotype typhi” disusun untuk melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan tahap sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran USU, Medan. Peneliti berharap semoga Karya tulisan Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Dalam penelitian ini, peneliti telah mendapatkan bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. Sri Amelia,M.Kes selaku pembimbing penelitian dalam menyelesaikan Karya Tulisan Ilmiah

2. Penguji 1, Eka Roina Megawatim M.Kes, penguji 2, dr.Dadik Wahyu Wijaya, SpAn yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Ibu Ria selaku staf di bagian Departement Mikrobiologi karena telah membantu dalam pemeriksaan sampel di Laboratorium Mikrobiologi. 4. Ibunda, ayahanda dan seluruh keluarga yang telah member dukungan baik

moral juga material sehinggan dapat menyelesaikan Karya Tulisan Ilmiah ini.

5. Pendagang sate jalanan yang telah bersedia memberikan satenya sebagai sampel untuk penelitian ini.

6. Teman-teman kelompok penelitian, Hendra Raharja dan Mery S karena telah banyak membantu dan member dukungan dalam proses penelitian untuk menyelesaikan Karya Tulisan Ilmiah

Akhirnya peneliti mengharap semoga Karya Tulisan Ilmiah ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, 7 Disember 2012,

Peneliti,

(NORATIQAH AISYAH) NIM:090100448


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN

Lembar Pengesahan... ii

Abstrak………... iii

Abstact……… iv

Kata Pengantar………. v

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... vii

Daftar Gambar... viii

Daftar Lampiran... ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Rumusan Masalah... 2

1.3.Tujuan Penelitian... 2

1.4.Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Salmonella... 4

2.2.Morfologi... 6

2.3.Demam Tifoid... 6

2.4.Patogenesis Salmonella... 7

2.5.Patofisiologi Demam Tifoid... 8

2.6.Gambaran klinis Demam Tifoid... 9

2.7.Uji Diagnostik... 9

2.7.1.Metode Isolasi... 10

2.7.2.Metode Serologi... .. 10

2.7.3.Metode PCR... .. 10

2.7.4.Reaksi Biokimia... 11

2.8.Penatalaksanaan Demam Tifoid... 12


(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1.Kerangka Konsep Penelitian... 14

3.2.Definisi Operasional... 14

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1.Jenis Penelitian... 15

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian... 15

4.3.Populasi dan Sampel... 15

4.4.Metode Pengumpulan Data... 16

4.4.1.Teknik Pengambilan Sampel... 16

4.4.2.Alat yang Digunakan... 16

4.4.3.Bahan yang Digunakan... 17

4.4.4.Cara Pemeriksaan... 18

4.4.5 Alur Penelitian... 20

4.5.Teknik Analisis... 20

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……….. 21

5.1.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium……….. 21

5.2 Pembahasan………. 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……….. 26

6.2 Saran……… 26

DAFTAR PUSTAKA………... 27


(8)

DAFTAR TABEL

NO. JUDUL HALAMAN

2.1 Penamaan Salmonella yang digunakan di CDC 2001 4 2.2 Identifikasi bakteri Enterobacteriaceae 12

2.3 Perkiraan kandungan gizi pada sate 13 4.1 Koloni yang tumbuh pada SS agar 18 4.2 Identifikasi Enterobacteriaceae yang pathogen dengan 19

Semisolid dan gula-gula pendek

5.1 Hasil pemeriksaan bakteri Salmonella enteric I serotype 22

typhi pada daging sate yang belum dibakar

5.2 Hasil pemeriksaan bakteri Salmonella enteric I serotype 23


(9)

DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL HALAMAN

2.1. Skematik patofisologi demam tifoid 8 2.2. Gambaran pada koloni Shigella-Salmonella agar 10 2.3. Hasil dari pemeriksaan TSI 11 3 Menyediakan media selenith broth 36 4 Selenith broth siap untuk diinkubasikan 36 5 Sampel daging sate yang sedang dicabik 37 6 Pemeriksaan dengan biokimia test 37


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan Lampiran 3 Lembar Persetujuan Lampiran 4 Surat Izin Penelitian


(11)

Bakteri Salmonella enteric I serotype typhi adalah bakteri batang gram negatif dan merupakan bakteri dari famili Enterobacteriaceae. Salmonella typhi juga merupakan golongan typhoidal yang dapat menyebabkan terjadinya demam tifoid. Bakteri ini bisa ditularkan dengan mengkomsumsi makanan yang terkontaminasi berasal dari hewan seperti daging, telur dan susu. Oleh itu, penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi bakteri Salmonella enteric I serotype typhi pada daging sate yang dijajakan disekitar area kampus USU.

Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dalam pengambilan sampel. Dimana dilakukan observasi secara langsung pada pengamabilan sampel dan dilakukan uji laboratorium sehingga diperoleh jumlah bakteri Salmonella typhi yang mungkin mengkontaminasi pada makanan.

Sampel yang digunakan adalah daging sate yang telah direbus namun belum dibakar dan daging sate yang telah dibakar. Pemeriksaan pada sampel dilakukan di laboratorium dengan metode isolasi, uji biokimia dan perwarnaan gram.

Dari hasil penelitian, telah didapatkan bahwa tidak adanya Salmonella enteric

I serotype typhi yang terdeteksi pada daging sate. Namun ditemukan bakteri-bakteri

lain antaranya Citrobacter(40%), Pseudomonas(20%), Proteus(13.3%),E.coli(13.3%)

dan Salmonella non typhi(13.3%).


(12)

ABSTRACT

Salmoella enteric I serotype typhi is a gram-negative bacteria and it is from

Enterobacteriaceae family. Salmonella typhi is also typhoidal species which can

cause typhoid fever. These bacteria can be contagious food by contaminated food such as meat, egg and milk. Hence, this study is about Identification of Salmonella

enteric I serotype typhi in the meat skewers that be sold around USU campus.

This study uses total sampling techniques for sampling. Direct observations on sampling and laboratory testing will be use in order to obtain the number of

Salmonella typhi bacteria that may contaminate the food.

The samples used were meat skewers that have been boiled but not grill and meat skewers that have been grilled. The test of the sample in the laboratory is by the method of isolation, biochemical tests and grams staining.

From this study, it has been found that no Salmonella enteric I serotypetyphi

detected in meat skewers. Meanwhile there are other bacteria that can be found such

as Citrobacter(40%), Pseudomonas(20%), Proteus(13.3%),E.coli(13.3%) and

Salmonella non typhi(13.3%).


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik dan salah satu dari

foodborne disease yang banyak ditemukan di semua negara.(WHO,2002). Demam

tifoid juga dikenali sebagai Typhus abdominalis, Typhoid fever dan Enteric Fever. (Herawati, 2007). Di Indonesia, penyakit infeksi ini tergolong penyakit endemik yang didapat sepanjang tahun.(Rohman, 2010)

Demam tifoid merupakan penyakit yang terdapat di seluruh dunia namun merupakan masalah utama bagi negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia , Malaysia dan Thailand. Pada tahun 2007, CDC melaporkan prevalensi kasus demam tifoid di Indonesia sekitar 358-810 per 100.000 penduduk dengan 64% terjadi pada usia 3 sampai 19 tahun. Di Jakarta, demam tifoid adalah infeksi kedua tertinggi setelah gastroenteritis dan menyebabkan angka kematian yang tinggi.(Moehario, 2009)

Menurut laporan data surveilans yang dilakukan oleh sub Direktorat surveilans Departmen Kesehatan (Indonesia), insiden penyakit menunjukkan peningkatan kasus yang terus dan berturut-turut pada tahun 1990,1991,1992,1993 dan 1994 yaitu 9,2 ; 13,4 ; 15,8 ; 17,4 per 10000 penduduk. Sementara data penyakit demam tifoid dari Rumah Sakit dan pusat kesehatan juga meningkat dari 92 kasus (1994) menjadi 125 kasus (1996) per 100,000 penduduk.(Rohman, 2010)

Demam tifoid merupakan golongan typhoidal species dari penyakit Salmonellosis dimana Salmonellosis bisa terbagi kepada dua yakni typhoidal species

dan non typhoidal species. Bakteri Salmonella adalah penyebab bagi Salmonellosis.

Bagi typhoidal species, bakteri Salmonella utama yang ditemukan adalah Salmonella typhi. (Brooks, 2004)

Infeksi bakteri Salmonella lain pada typhoidal species adalah Salmonella

paratyphi. Bakteri ini menyebabkan demam paratifoid dimana gejalanya sama dengan

demam tifoid, tetapi lebih ringan dan kasus mortalitasnya juga jauh lebih rendah. (Maskalyk, 2003).


(14)

Untuk non-typhoidal species, bakteri yang bisa ditemukan adalah bakteri

Salmonella enteriditis dan Salmonella Choleraesuis. Salmonella sp adalah bakteri

batang gram negatif dengan famili Enterobacteriaceae.(Parry, 2002). Bakteri ini mempunyai antigen permukaan yang cukup kompleks yang berperan dalam proses patogenesisnya dan juga berperan dalam respon imun pada pasien yang terinfeksi.(Darmawati, 2009)

Salomonellosis ini bisa ditularkan dengan mengomsumsi makanan yang terkontaminasi berasal dari hewan seperti daging, unggas, telur dan susu. (WHO,2005). Sate salah satu makanan jajanan terbuat dari daging, memungkinkan adanya kontaminasi dari bakteri Salmonella. Sate padang dibuat dari daging ayam atau sapi yang dipotong kecil-kecil, direbus dagingnya, ditusuk dengan lidi dan kemudiannya dibakar. Di Indonesia, sate bisa diperoleh dengan mudah. Hal ini karena sate dijajakan oleh pedagang warung tepi jalan.

Berdasarkan banyaknya kejadian demam tifoid yang bisa terjadi akibat dari infeksi Salmonella melalui makanan yang terkontaminasi serta banyaknya penjualan sate oleh pedagang kaki lima di area kampus Universitas Sumatera Utara (USU), maka peneliti ingin mengetahui apakah terdapat kontaminasi bakteri Salmonella typhi

pada daging sate yang telah direbus dan dibakar di area kampus USU.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah bakteri Salmonella enterica serotype typhi ditemukan mengkontaminasi daging sate yang dijajakan di area kampus Universitas Sumatera Utara?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk identifikasi bakteri Salmonella enterica


(15)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui adanya kontaminasi bakteri Salmonella typhi pada daging sate yang telah direbus namun belum dibakar.

2. Untuk mengetahui adanya kontaminasi bakteri Salmonella typhi pada daging sate yang telah dibakar.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Berguna untuk menambahkan data mengenai angka kejadian kontaminasi

Salmonella typhi pada daging sate yang dijajakan di area kampus USU.

2. Bagi masyarakat, berguna sebagai informasi tambahan dalam upaya meningkatkan status makanan yang sehat.

3. Bagi pedagang sendiri, untuk lebih memerhatikan kebersihan dalam pengolahan daging sate.

4. Bagi peneliti sendiri, sebagai penambah pengetahuan dan pengalaman dalam proses melakukan penelitian.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Salmonella

Salmonella adalah bakteri gram negatif dan terdiri dari famili

Enterobacteriaceae. Salmonella merupakan bakteri patogen enterik dan penyebab

utama penyakit bawaan dari makanan (foodborne disease).(Klotchko, 2011)

Klasifikasi spesies Salmonella telah diubah dan direstruksisasi beberapa kali. Secara tradisi, spesies Slamonella dibei nama sesuai dengan sistem magnetik Kaufmann-White yang didefinisikan oleh berbagai kombinasi somatik antigenO, permukaan antigen Vi, dan flagella H antigen. (Su, 2007).

Menurut sistem CDC, genus Salmonella terdiri dari 2 spesies, masing-masing berisi beberapa serotipe. Kedua-dua spesies adalah S. enterica dengan beberapa spesiesnya ,dan S. bongori yang sebelumnya dikelompokkan sebagai subspecies V. S.

enterica dibagi menjadi enam subspecies yang dirujuk dengan angka romawi dan

nama. Setiap subspecies S. enterica dibedakan dengan sifat biokimia dan juga genom. Penaaman Salmonella yang digunakan di CDC 2000 bisa dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Penamaan Salmonella yang digunakan di CDC 2000

Taksonomi Penamaan /spesies/subspecies Genus Salmonella

Spesies -enterica:

S. enteric subsp. enteric (I)

S. enteric subsp. salamae (II)

S. enteric subsp. arizonae (IIIa)

S. enteric subsp. diarizona(IIIb)

S. enteric subsp. houtenae (IV)

S. enteric subsp. indica (VI) -bongori (subspesies V)


(17)

Antigen Salmonella terdiri dari tiga yakni antigen terluar O, flagellar H dan kapsul Vi(virulensi). Antigen O merupakan polisakarida luar dari semua dinding sel digunakan untuk membagi Salmonella kepada kelompok A-I. Terdapat dua fasa yang terbentuk dari antigen H yaitu fasa 1 dan fasa 2. Hanya satu dari dua fasa tersebut akan disintesis pada satu waktu tergantung kepada urutan gennya untuk transkripsi mRNA. Untuk antigen Vi (polisakarida kapsul) adalah antifagositik dan berperan dalam menetukan faktor virulensi S.typhi ,suatu agen demam tifoid. Selain itu, antigen Vi juga digunakan untuk serotipe S.typhi di laboratorium. (Levinson, 2008)

Terdapat lebih dari 2500 serotipe Salmonella yang dapat menginfeksi manusia. Namun serotipe yang sering menjadi penyebab utama infeksi pada manusia adalah sebgai berikut yaitu Salmonella paratyphi A (serogroup A), Salmonella

paratyphi B (serogroup B), Salmonella cholerasius (serogroup C1) dan Salmonella

typhi (serogroup D). (Brooks, 2004)

Pada penelitian terdahulu, telah dilaporkan bahwa S.typhi memiliki protein adhesi dari membrana protein luar (OMP) dengan berat molekul 36kD dan diberi nama AdhO36. Namun pada penelitian berikutnya,ternyata diketahui bahwa AdhO36 ini dapat meningkatkan respon imun humoral baik di mucosal maupun pada sistemik sehingga diketahui pada protein AdhO36 ini bersifat imunogenik. (Aslam, 2010)

Salmonella pathogenecity islands (SPIs) 1 dan 2 adalah dua faktor penentu

virulensi utama S.enterica. SPIs ini mengekodekan sistem tipe sekresi 3(T3SS) yang bentuknya mirip alat suntik (syringe) organel pada permukaan bakteri gram negatif dan memungkinkan injeksi protein efektor lagsung ke dalam sel eukariotik. Efektor ini akan memanipulasi fungsi seluler dari host yang terinfeksi dan memfasilitasi infeksi. SPI1 berperan dalam mempromosikan invasi non-fagositik sel epitel usus dan inisiasi respon inflamasi di usus. Peran SPI2 pula adalah kemampuannya untuk mempromosikan kelangsungan hidup Salmonella membagi di sel fagosit yang merupakan reservoir utama untuk penyebaran bakteri ke organ-organ sistemik.(Dieye, 2009)


(18)

Spesies Salmonella dapat dibagi kepada dua yakni spesies typhoidal dan non

typhoidal. Bagi kelompok typhoidal bisa menyebabkan demam tifoid dan untuk

spesies non thypoidal bisa menyebabkan diare atau disebut enterokolitis dan juga infeksi metastase seperti oesteomielitis. Spesies typhoidal adalah bakteri S.typhi dan

S.paratyphi dan bakteri S.enteriditis adalah spesies non-typhoidal. Bakteri

S.choleraesuis adalah spesies yang tersering menyebabkan infeksi metastase.(

Levinson, 2008)

Organisme ini bisa kehilangan antigen H dan menjadi tidak motil. Hilangnya antigen O dapat menimbulkan perubahan pada bentuk koloni yang halus menjadi kasar. Antigen Vi juga dapat hilang sebagian atau seluruhnya. Antigen ini dapat diperoleh atau hilang pada saat proses transduksi.(Brooks, 2004)

2.2. Morfologi

Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang pertumbuhannya anaerob fakultatif. Salmonella tidak membentuk spora.Panjang Salmonella bervariasi. Salmonella mempunyai flagel peritrika ( peritrichous flagella) yang dapat memberikan sifat motil pada Salmonella tersebut. (Brooks, 2004). Flagella mengandungi protein yang disebut flagellin yang memberi sebagai signal bahaya kepada sistem kekebalan tubuh. Beberapa strain dari penelitian di Indonesia, mempunyai flagella yang berbeda yang disebut H:z66. (Baker, 2007)

Salmonella adalah organisme yang mudah tumbuh pada medium sederhana namun hampir tidak pernah memfermentasikan laktosa dan sukrosa. Selain itu, organisme ini membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa serta biasanya akan menghasilkan H2S. Salmonella bisa bertahan dalam air yang membeku untuk periode yang lama. Organisme ini juga resisten terhadap bahan kimia tertentu yang bisa menghambat bakteri enterik yang lain.(Brooks, 2004)

2.3. Demam Tifoid

Demam tifoid adalah penyakit infeksi sistemik yang bisa disebabkan oleh

Salmonella enteric serotype typhi. Bakteri ini ditularkan melalui konsumsi makanan

atau minuman yang terkontaminasi atau dari feces dan urin orang yang terinfeksi. Awalnya dimulai dengan demam ringan tetapi akan progresif dan sering


(19)

berkelanjutan sehingga 39 °C sampai 40 °C.(Parry, 2002). Selain itu bakteri Salmonella Paratyphi juga bisa menyebabkan demam tifoid namun gejala penyakitnya lebih ringan.(Jerry, 2011)

2.4. Patogenesis Salmonella

Organisme ini hampir selalu masuk melalui rute oral biasanya bersamaan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Setelah itu, organisme itu akan menuju ke bagian lambung dan akan menempel pada sel M (microfold) di bagian peyer patches juga di bagian enterosit. Bakteri tersebut akan menetap dan bereplikasi di vakuola endosit.(Murray, 2009).

Seterusnya bakteri ini diangkut dalam phagosomes ke lamina propria untuk dilepaskan. Sesampainya di sana, Salmonell akan menyebabkan masuknya makrofag (strain non typoidal) atau netrofil (strain typoidal).(Brooks, 2004)

Antigen Vi dalam S.typhi penting dalam mencegah opsonisasi mediasi-antibodi dan komplemen-mediasi lisis. Dengan induksi pelepasan sitokin dan migrasi

sel mononuclear, organism S.typhi akan menyebar melalui sistem retikuoendotelial

terutama ke hati, limpa da sum sum tulang. Dalam waktu 14 hari, bakteri akan muncul dalam darah , memfasilitasi sekunder metastase foci (misalnya abses limpa). Infeksi Salmonella non-typhoidal umumnya mempresipitasi respon local, sedangkan

S.typhi dan bakteri yang virulen akan menyerang dengan lebih dalam melalui limfatik

dan kapiler dan akan menyebabkan repon imun utama.(Klotchko,2011)

Tingkat keparahan penyakit pada individu dengan Salmonellosis tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor virulen tetapi juga sifat dari sel hostnya. (Ohl, 2006). Dalam suatu penelitian terbaru, dilaporkan faktor risiko yang paling umum ditemukan adalah pengguna kortikosteroid, keganasan, diabetes, infeksi HIV, pengambilan terapi antimikroba sebelumnya dan juga terpai imunosupresif. (Klotchko, 2011)

Dengan terjadinya infeksi, maka akan berlakulah respon inflamasi di system gastrointestinal dan akan mengeluarkan mediator seperti prostaglandin, stimulasi cAMP, dan sekresi cairan secara aktif.(Murray, 2009)


(20)

2.5.Patofisiologi Demam Tifoid

Patofisiologi untuk terjadinya demam tifoid dapat dilihat melalui gambaran skematik dibawah.(Gambar 2.1.)

Gambar 2.1. Skematik patofisiologi demam tifoid.

(Sumber:

Infeksi bakteri Salmonella typhi

Zat pirogen dilepaskan oleh leukosit

DEMAM TIFOID PERITONITIS

Nyeri tekan

Gangguan rasa nyamannyeri

Gangguan rasa nyaman 

panas,peningkatan suhu tubuh Mual,muntah

Intake kurang

Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam saluran cerna

Sebagian dimusnahkan asam

lambung

Sebagian masuk usushalus

Di ileum terminalis membentuk limfoid plaque penyeri

Peningkatan asam lambung

Sebagian hidup

dan menetap Sebagian menembus

lamina propia

pendarahan

Masuk aliran limfe dan kalenjar mesentrial perforasi

Menembus dan masuk aliran darah

Bersarang di hati dan limpa Hepatomegali/splenomegali


(21)

2.6 Gambaran klinis Demam Tifoid

Setelah masa inkubasi selama 10 -14 hari, timbul gejala seperti demam, malaise, sakit kepala, konstipasi, bradikardia, dan mialgia. Demam dapat meningkat sehingga plateau yang tinggi dan dapat terjadi pembesaran limpa dan hati. Meskipun jarang pada beberapa kasus, namun bisa terlihat bintik-bintik merah atau red spots

yang timbul sebentar di bagian abdomen atau dada. Sebelum pemberian antibiotik, komplikasi utama adalah pendarahan dan perforasi usus. (Brooks, 2004)

Sekitar 10-15% penyakit demam tifoid dapat menjadi parah. (MK, 2005). Demam yang meningkat sehingga plateau yang tinggi terjadi pada minggu kedua. Hal ini dapat bertahan sehingga 4 minggu jika tidak ditangani diikuti dengan kembalinya kepada suhu normal. Gejala indikator pada saat ini adalah bradikardi relatif meskipun ini bukan temuan universal.( Klotchko, 2011)

Bagi dewasa sering mengalami sembelit tetapi bagi anak-anak dan penderita HIV, lebih sering dijumpai gejala diare. Pada pemeriksaan fisik, pasien juga dijumpai dengan tender pada abdomen, hepatomegali dan splenomegali. (Parry, 2002)

2.7. Uji Diagnostik. 2.7.1 Metode Isolasi

Untuk metode isolasi Salmonella, dapat digunakan medium EMB, MacConkey atau deoksikolat yang tidak memfermentasikan laktosa namun deteksi organsimenya cepat. Dengan metode ini, bukan hanya mendeteksi Salmonella dan

Shigella malah Proteus, Serratia, Pseudomonas juga bisa terdeteksi. Selain itu, dapat

juga digunakan medium Bismuth Sulfit yang akan membentuk koloni hitam karena produksi H2S. (Brooks, 2004).

Metode isolasi selektif pula adalah dengan agar salmonella-shigella (SS) dan juga agar Hektoen.(Hohmann, 2001) . Agar deoksilat-sitrat(DCA) juga bisa digunakan untuk mendeteksi pertumbuhan Salmonella dan Shigella. Biakan pada ketiga media agar ini membantu pertumbuhan Salmonella dan Shigella melebihi Enterobacteriaceae lain.(PHLN, 2000)


(22)

Seterusnya untuk isolasi pada media sangat selektif adalah selenit F atau kaldu tetrationat yang mana memerlukan spesimen feses untuk media ini. Dengan media ini, dapat menghambat replikasi bakteri floral normal di usus. Setelah inkubasi selama dua hari, spesimen kemudiannya diletakkan dalam media difresial dan selektif.(Brooks, 2004)

2.7.2 Metode Serologi

Metode serologi bertujuan untuk mengidentifiksai biakan Salmonella dan juga dapat digunakan untuk menentukan titer antibodi pada pasien yang terinfeksi Salmonella. Dapat digunakan dengan dua cara yaitu uji aglutinasi di atas slide dan uji aglutinasi pengeneceran tabung(tes widal).(Brooks, 2004)

2.7.3 Metode PCR

Meskipun tes PCR (polymerase chain reaction) yang mendeteksi materi genetik dari bakteri telah dicoba, PCR tampaknya tidak cukup sensitif untuk mendeteksi organisme dalam tinja (hanya sekitar 47% sensitive). Suatu penelitian berpendapat bahwa sensitivitas PCR baik bila dilakukan pada sampel darah daripada

Gambar 2.2. Gambaran pada koloni Shigella-Salmonella(SS)


(23)

feses.(84%-95% setelah lima hari infeksi) tatepi tes ini tidak banyak tersedia.(Ballesteros, 2012)

2.7.4 Reaksi Biokimia

TSI digunakan untuk mengetahui organisme yang dapat menfermentasi glukosa,sukrosa dan laktosa dengan atau tanpa menghasilkan gas. Pada Salmonella, ditemukan asam pada bagian bawah dan basa pada bagian miring (memfermentasi glukosa) dan terlihat gas pada dasar tabung dengan warna hitam pada bagian bawah menandakan H2S dihasilkan.(Hendrikson, 2003)

Salmonella adalah bakteri yang memfermentasikan D-glukosa, menghasilkan asam tetapi tidak membentuk gas, oksidase negatip, katalase positip, tidak memproduksi indol karena tidak menghasilkan enzim trytophanase yang akan memecah tryptophan menjadi indol. Dengan methyl red positip menfermentasikan glukosa,menghasilkan asam yang terakumulasi di dalam medium sehingga menyebabkan pH medium menjadi asam.(Darmawati, 2009). Uji ONPG juga negatif karena tidak menghasilkan enzim beta galaktosidase sehingga bakteri tidak memfermentasikan laktosa, lipase dan deoksiribonuklease juga tidak diproduksi.(Talaro, 2002)

Gambar 2.3. Hasil dari pemeriksaan TSI

Sumber:

#2: Basa/Asam/gas/H2S menunjukkan bakteri Salmonella. Adanya gelembung gas dibagian bawah tabung uji

menunjukkan Salmonella enteritidis.


(24)

Tabel 2.2 Identifikasi bakteri Enterobacteriaceae

Species Urea ONPG lact Man glu O x

cit ind mot H2S Gas

E.coli - + + + + - - ++ ++ - ++

Shigella spp - - - D + - - D - - ---

S.typhi - - - + + - - - + + -

S.paratyphi A - - - + + - - - + - +

Other Salmonella

- - - + + - + - + ++ D

K.pneumoniae + + + + + - + --- - - +

v.cholaerae - +

-24 H

+ + + d + + - -

Keterangan:

Lact : Lactose Ind : Indole Man : Mannitol Mot : Motility

Glu : Glucose H2S : Hydrogen Sulphate OX : Oxidative test d : Different strains give different results CIT : Citrate test

(sumber:

2.8. Penatalaksanaan Demam Tifoid

WHO menyarankan untuk manajemen umum, tindakan dukungan penting dalam pengelolaan demam tifoid adalah pemberian oral atau hidrasi intravena , penggunaan antipiretik, dan pemberian nutrisi yang tepat dan juga indikasi transfusi darah yang sesuai. Lebih dari 90% pasien dapat ditangani di rumah dengan pemberian antibiotic secara oral, dengan perawatan dapat di andalkan, dan juga tindak lanjut dilakukan untuk mencegah komplikasi atau kegagalan terhadap terapi. Namun, pasien dengan muntah terus-menerus, diare berah dan distensi abdomen mungkin memerlukan rawat inap dan terapi antibiotic parenteral.

Seterusnya untuk pemberian terapi antibiotik, obat Fluroquinolone adalah lebih cepat dan efektif dibandingkan dengan golongan obat lini pertama yakni Kloramfenikol, Ampisilin,Amoksisilin, dan Trimetoprim Sufametoksazol Fluroquinolone. Sebagain besar isolate yang masih sensitif, Fluroquinolone mencapai penetrasi jaringan yang sangat baik, dan dapat membunuh intraseluler S.typhi dalam monosit atau makrofag.( WHO, 2012)


(25)

2.9 Sate

Sate khususnya sate padang adalah makanan yang terbuat dari potongan-potongan kecil daging ayam atau sapi. Seterusnya potongan-potongan daging-daging tersebut akan ditusuk dengan menggunakan lidi dan dibakar. Sate padang khasnya, pedagang sate harus merebus dagingnya terlebih dahulu sebelum dibakar. Sate dapat dihidangkan dengan pelbagai jenis saus seperti bumbu kecap, bumbu kacang dan lainnya.

Dengan teknik penyediaan sate yang direbus dan dibakar dagingnya, kemungkinan untuk terjadinya kontaminasi dari bakteri Salmonella typhi adalah kecil. Namun, apabila para pedagang tidak begitu memerhatikan kepada kebersihan dalam penyediaan sate, inilah yang dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi oleh bakteri

Salmonella typhi.

Selain itu, kontaminasi pada daging sate bisa terjadi apabila daging sate yang direbus tidak menggunakan suhu yang sesuai. Suhu yang tidak sesuai selama pengolahan, dan kontaminasi silang yang dapat terjadi selama makanan tersebut sampai kepada konsumen merupakan salah satu faktor resiko dapat terjadinya kontaminasi bakteri.( Kandun, 2000)

Tabel 2.3 Perkiraan kandungan gizi pada sate

Calories 149.0

Total fat -saturated -polysaturated -unsaturated 6.4g 0.7g 1.8g 3.4g

Cholesterol 51.3mg

Sodium 57.9mg

Potassium 247.3mg

Total carbohydrate

-dietary fiber

1.2g 0.2g

Protein 20.6g

Vitamin B-12 5.6%

Vitamin B-6 25.1%

Magnesium 6.5%


(26)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

3.2. Definisi Operasional

a) Bakteri Salmonella adalah bakteri batang gram negatif yang mempunyai flagel peritrika, yang dapat menyebabkan penyakit demam tifoid.

b) Daging sate adalah daging ayam yang telah dipotong kecil-kecil dan direbus dahulu dengan suhu yang tinggi sebelum ditusuk lidi dan dibakar dan akan dilakukan uji kultur dan laboratorium untuk melihat ada atau tidaknya bakteri

Salmonella typhi pada daging tersebut.

c) Uji laboratorium adalah uji atau tes yang akan dilakukan pada daging sate untuk identifikasi bakteri Salmonella typhi . Uji dilakukan secara kultur dan reaksi atau tes biokimia.

d) Uji kultur adalah dengan cara membiakkan Salmonella typhi yang mungkin mengkontaminasi daging sate di Laboratorium Mikrobiologi

e) Hasil positif apabila terdapat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi dan reaksi biokimia menunjukkan identifikasi bakteri tersebut.

f) Hasil negatif jika tidak ada pertumbuhan bakteri Salmonella typhi pada media kultur dan hasil reaksi biokimia tidak menunjukkan identifikasi bakteri tersebut.

g) Penjual sate adalah seluruh pedagang di kawasan kampus Universitas Sumatera Utara


(27)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan uji laboratorium yang dianalisis secara deskriptif untuk mengindentifikasi ada tidaknya bakteri Salmonella typhi pada daging sate yang dijajakan di area kampus Universitas Sumatera Utara.

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober-November 2012. Tempat untuk pengumpulan sampel dilakukan di area kampus USU yaitu di dalam kampus USU, Jl. Universitas, Jl. dr Mansyur, Jl. dr, Sumarsono, dan Jl, dr.Sofyan. Tempat-tempat ini dipilih karena mudah untuk mendapatkan penjual sate dan komsumsinya juga tinggi di kalangan mahasiswa.

Uji laboratorium juga telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi USU. Laboratorium ini dipilih karena laboratorium ini adalah yang terdekat dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk penghantaran sampel. Ini karena pengujian laboratorium pada sampel harus dilakukan dalam waktu 24 jam.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah sate yang dijajakan di sekitar area kampus USU dan metode pengambilan sample yang digunakan adalah total sampling.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sate yang dijajakan di sekitar area kampus USU baik di dalam kampus USU , di jalan Universitas , di jalan dr.Mansyur , jalan dr.Sofyan, dan jalan dr. Sumarsono.

Kriteria eklusi pada penelitian ini adalah penjual sate yang tidak bersedia memberikan daging satenya sebagai sampel penelitian.


(28)

4.4 Metode Pengumpulan data

Metode untuk pengumpulan data adalah dengan melakukan observasi langsung pada pengambilan sampel sate dan dilakukan uji laboratorium sehingga diperoleh jumlah bakteri Salmonella typhi yang mungkin mengkontaminasi pada sate.

4.4.1. Teknik Pengambilan Sampel

a) Persiapan beaker glass sebagai tempat sampel (daging sate).

b) Melakukan pencatatan tanggal pengambilan sampel dan lokasi pengambilan sampel pada formulir pemeriksaan.

c) Daging sate yang dibeli adalah daging sate yang telah direbus dan daging sate yang dibakar.

d) Masukkan sampel ke dalam beaker glass yang sebelumnya disterilkan dan diberi kode.

e) Sampel kemudian dikirim ke Laboratorium Mikrobiologi secepatnya dan maksimal dalam waktu 24jam.

(Sumber:

4.4.2. Alat yang digunakan adalah seperti berikut:

a. Blender g. Inkubator suhu 37°C b. Tabung reaksi h. Timbangan

c. Rak tabung reaksi i. Object glass d. Ose j. Labu elenmeyer e. Bunsen k. Cawan petri f. Mikroskop l. Labu elenmeyer


(29)

4.4.3. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Salmonella-Shigella agar

1.Beef extract 0.5g 7.Iron citrate 0.1g

2.Peptone(Proteose) 0.5g 8.Agar 1.7g

3.Lactose 1.0g 9.Neutral red 0.0025g

4.Bile salts no3(Difco)0.85g 10.Brilliant green 0.33g

5.Sodium citrate 0.85g 11.water 100ml

6.Sodium thiosulfate 0.85g

(Sumber:

b. Triple Sugar Iron (TSI) agar

1.Beef extract 0.3g 8. Sodium chloride 0.5g

2.Yeast extract 0.3g 9. Sodium thiosulfate 0.03g

3.Bacto peptone 1.5g 10. Phenol red 0.0024g

4.Proteose peptone 0.5g 11. Agar 1.2g

5.Lactose 10.0g 12. Distilled water 100g

6.Sucrose 10.0g

7.Glucose 1.0g

(Sumber:

c. Sulphide-Indol-Motility media

1.Casein peptone 3.5g

2.Meat peptone 8.0g

3.Ferric ammonium sulphate 0.2g

4.Sodium thiosulfate 0.3g

5.Agar 3,5g

(sumber:


(30)

4.4.4 Cara Pemeriksaan

Cara pemeriksaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama dengan metode isolasi bakteri dan metode seterusnya adalah dengan uji biokimia.

1.Metode isolasi Salmonella:

1. Daging ditimbang 25 gram, kemudian dicabik atau diblender 2. Tambahkan dengan aquabidest 90 ml

3. 10 ml dari larutan tadi dimasukkan ke dalam labu elenmeyer yang sebelumnya dibubuhi 20 cc selenith broth (SB) sebagai media pengayanya. 4. Ambil 5 cc ose cairan tadi dan tanam secara zigzag pada media Salmonella-

Shigella (SS agar)

5. Inkubasikan selama 18-24jam pada suhu 37 °C 6. Mengamati faktor koloni yang tumbuh: (Tabel 4.1)

Tabel 4.1 Koloni yang tumbuh

Bakteri Salmonella sp Shigella sp

Warna Putih jernih Putih jernih

Bentuk Bulat Bulat

Saiz 2-3 mm 1-2 mm

2.Uji Biokimia

Dari koloni, tersangka Salmonella sp. ditanam pada media gula-gula, antara lain : TSIA, manitol, pepton dan semi solid, dieramkan selama satu malam dengan suhu 37 °C kecuali semisolid pada suhu kamar dan reaksi biokimia dapat dilihat pada tabel 4.2.


(31)

Tabel 4.2 Identifikasi Enterobacteriaceae yang patogen dengan semisolid dan gula-gula pendek

TSIA Manitol Indol Gerak Enterobacteriaceae

K/M H2S ± + - + S.typhi

K/M H2S +/- +g - + S.paratyphi A,B,C K/M H2S ++ +g - + S.paratyphi A,B K/M H2S - +g - + S.paratyphi A K/M H2S - + - - Sh. Sonnei, S.typhi K/M H2S - + +/- - Sh.flexner,Sh.boydii K/M H2S - - - - S.shigae

K/M H2S - - + - Sh.schnitzii K/M H2S - + + + V.cholerae Sumber: Bonang (1997) dalam Ginting(2005)

Keterangan:

K :kuning/asam M :merah/basa

+/- :positif atau negatif ++ :banyak terbentuk/kuat g :gas

- :negatif ± :sedikit

3. Pemeriksaan lanjutan

a) Ambil koloni tersangka Salmonella sp dengan menggunakan ose steril dan buat sediaan pada objek glass.

b) Tetesi dengan larutan gentian violet 5% selama 5menit, lalu cuci dengan air mengalir.

c) Kemudian tetesi larutan lugol 1% selama 1 detik dan bilas.

d) Bilas dengan larutan alkohol 99% sehingga tidak ada lagi zat warna tersisa. e) Tetesi larutan Fuchsin selama 3menit, bilas dengan air dan kemudian


(32)

f) Amatilah dengan mikroskop lensa objek pembesaran 1000x dengan menggunakan emersion oil untuk identifikasi bakteri Salmonella typhi yang ditandai dengan kuman berbentuk batang, warna merah, dan gram negatif. (Sumber: Ginting,2005)

4.4.5 Alur Penelitian

4.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil uji laboratorium akan diolah dengan tabulasi dalam bentuk tabel.

Sampel dikumpulkan Sampel dibawa ke

Laboratorium Mikrobiologi

Melakukan metode isolasi pada sampel

Melakukan uji laboratorium pada sampel

Melakukan pemeriksaan lain pada sampel. (Perwarnaan gram )

Dilakukan pencatatan hasil pemeriksaan pada formulir hasil


(33)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil penelitian

5.1.2 Deskripsi lokasi penelitian

Lokasi untuk pengambilan sampel telah dilakukan di sekitar area Universitas Sumatera Utara (USU), Medan. Lokasi tersebut telah dibagikan kepada beberapa area yaitu area pertama (1) pedagang jalanan di sekitar jalan dr Mansur bermula dari Pintu 1 USU hingga ke pintu 3 USU, untuk area kedua(2), bermula dari pintu 3 hingga pintu 4 USU, area ketiga (3) pula di sekitar jalan dr.Sumarsono, dan area terakhir yakni keempat (4) adalah pedagang jalanan di sekitar jalan Universitas. Terdapat 15 pedagang jalanan sate yang telah bersetuju untuk dijadikan satenya sebagai subjek penelitian dan memenuhi kriteria inklusi dari penelitian. Seterusnya bagi pedagang yang tidak bersetuju satenya sebagai sampel penelitian, memenuhi kriteria ekslusi.

5.1.3 Hasil pemeriksaan Laboratorium

Untuk pemeriksaan, dilakukan penanaman pada media Salmonella-Shigella (SS agar). Dari 30 sampel yang dibiakkan, hasil yang ditunjukkan adalah adanya biakan pertumbuhan bakteri yang berkoloni dan tidak berwarna yang sama seperti

Salmonella dan Shigella.

Seterusnya dilanjutkan dengan uji biokimia pada semua sampel tersebut. Hasilnya bagi 15 sampel daging sate yang belum dibakar, tidak ditemukan sama sekali bakteri Salmonella typhi dan ditemukan dua sampel daripadanya adalah

Salmonella sp. Untuk 15 sampel daging sate yang sudah dibakar juga menunujukkan

hasil yang negatif untuk identifikasi bakteri Salmonella typhi dan dua sampel daripadanya juga menunjukkan identifikasi bakteri Salmonella sp. Empat sampel daging sate ini, masih belum dapat digolongkan sebagai bakteri Salmonella typhi

karena melalui pemeriksaan reaksi biokimia,

H

2

S

, menunjukkan reaksi negatif.

Hasil dari pemeriksaan laboratorium telah dipaparkan dalam bentuk tabel. Tabel 5.1 menunjukkan hasil bagi penelitian pada daging sate yang belum dibakar dan tabel 5.2 menunujukkan hasil penelitian pada daging sate yang sudah dibakar.


(34)

Table 5.1 Hasil pemeriksaan bakteri Salmonella enteric serotype typhi pada daging sate yang belum dibakar.

Kode area bakteri yang ditemukan keterangan sampel S.typhi bukan S.typhi

A1 1 - + Citrobcater

B1 1 - + Citrobacter

C1 1 - + E.coli

D1 1 - + Citrobacter

E1 1 - + Salmonella sp

F1 1 - + Salmonella sp

G1 2 - + Pseudomonas

H1 2 - + Proteus

I1 2 - + Pseudomonas

J1 2 - + Citrobacter

K1 2 - + Proteus

L1 3 - + Citrobacter

M1 3 - + Pseudomonas

N1 3 - + Citrobacter

O1 4 - + E.coli

Keterangan:

Area: tempat pengambilan sampel

S.typhi (+) : bila ditemukan bakteri S.tyhpi

S.tyhpi (-) : bila tidak ditemukan bakteri S.typhi

Bukan S.typhi (+): ditemukan bakteri selain S.typhi

Bukan S.typhi (-): tidak ditemukan bakteri lain selain S.typhi

Keterangan: bakteri yang ditemukan selain S.typhi

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan tidak ditemukannya bakteri Salmonella typhi


(35)

Tabel 5.2 Hasil pemeriksaan bakteri Salmonella enteric serotype typhi pada daging sate yang sudah dibakar

Kode sampel area bakteri yang ditemukan keterangan S.typhi bukan S.typhi

A2 1 - + Citrobacter

B2 1 - + Citrobacter

C2 1 - + E.coli

D2 1 - + Citrobacter

E2 1 - + Salmonella sp

F2 1 - + Salmonella sp

G2 2 - + Pseudomonas

H2 2 - + Proteus

I2 2 - + Pseudomonas

J2 2 - + Citrobacter

K2 2 - + Proteus

L2 3 - + Citrobacter

M2 3 - + Pseudomonas

N2 3 - + Citrobacter

O2 4 - + E.coli

Keterangan:

Area: tempat pengambilan sampel

S.typhi (+) : bila ditemukan bakteri S.tyhpi

S.tyhpi (-) : bila tidak ditemukan bakteri S.typhi

Bukan S.typhi (+): ditemukan bakteri selain S.typhi

Bukan S.typhi (-): tidak ditemukan bakteri lain selain S.typhi

Keterangan: bakteri yang ditemukan selain S.typhi

Dari tabel diatas, dapat disimpulkan tidak ditemukannya bakteri Salmonella typhi


(36)

5.2 Pembahasan

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada 30 daging sate, tidak ditemukan bakteri Salmonella typhi di dalam daging yang belum dibakar atau daging yang telah dibakar. Namun begitu, bakteri yang ditemukan adalah, Citrobacter, Pseudomonas, Proteus, E.coli, dan Salmonella non typhi.

Diketahui bahwa, Salmonella dapat mengkontaminasi pada daging saat penyembelihan. Juga bisa disebabkan oleh feses dari hewan yang mengandungi bakteri, dan juga air yang mengairi ladang. Selain itu, terdapat beberapa faktor lain termasuk perilaku kebersihan dari penyedia makanan, penyalahgunaan temperatur, penyimpanan makanan, risiko kontaminasi silang, bagian dari lingkungan atau peralatan yang digunakan dalam persiapan makanan.(Molbak,2006).

Bakteri Salmonella sp dapat dimatikan pada suhu di atas 60°C.(Michele,2000). Umumnya diketahui untuk penyediaan sate, bagi daging yang belum dibakar yakni yang direbus dan daging sate yang sudah dibakar akan melalui proses pemanasan dengan suhunnya melebihi 60°C. Inilah yang dapat mencegah dari terjadinya pertumbuhan bakteri Salmonella typhi pada daging sate.

Dari hasil pemeriksaan dan data yang telah didapatkan, diketahui bahwa hanya dengan pemanasan dan pembakaran yang benar, risiko untuk kontaminasi bakteri Salmonella typhi dapat dikurangkan. Hal ini karena, daging sate yang sebelum dibakar yakni yang direbus akan melalui proses pemanasan air mendidih dengan suhu 100°C. Seterusnya, untuk daging yang sudah dibakar pula telah melalui proses pembakaran dengan suhu yang tinggi. Kedua-dua proses ini dapat membunuh bakteri

Salmonella typhi yang sebelumnya bakteri tersebut bisa terkontaminasi melalui

proses pemotongan daging.

Melalui hasil penelitian sebelum ini, juga tidak ditemukan sama sekali bakteri Salmonella typhi pada daging bakso. Ini karena bakso juga melalui proses pemanasan yakni dicelupkan ke dalam air mendidih. Kegiatan ini dapat membunuh

Salmonella typhi yang sebelumnya bisa mengkontaminasi pada saat proses


(37)

Citrobacter, Pseudomonas, Proteus dan E.coli adalah bakteri gram negatif golongan Enterobacteriaceae.(Levinson, 2008). Bakteri-bakteri ini dapat ditularkan melalui sumber makanan yang sama seperti telur dan daging. Hal ini memungkinkan adanya bakteri-bakteri tersebut ditemukan pada daging sate. Hasil dari penelitian, tidak ditemukan bakteri Salmonella enteric I serotype typhi pada daging sate baik yang direbus maupun dibakar.


(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Tidak ditemukan bakteri Salmonella entericI serotype typhi pada daging sate baik yang belum dibakar maupun yang sudah dibakar yang dijajakan di sekitar area USU

6.2 Saran

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kontaminasi pada daging sate tersebut

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kontaminasi bakteri pada jenis daging sate yang berbeda

c. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai higienitas yang dapat mempengaruhi dalam penyediaan makanan.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Ana, R. 2011, Deteksi Salmonella enteric I serotype typhi Pada Bakso Yang Dijajakan Di Area Kampus USU, Available from:

[Accessed 1 December 2012]

Aslam, A.B.N., 2010, Efektifitas protein AdhO36-Salmonella, Available from:

elibrary.ub.ac.id./Efektivitas-protein-AdhO36-Salmonella [ Accessed 5 May 2012]

Baker, S., et al 2007. A Novel Linear Plasmid Mediates Flagellar Plasmid

Variation in Salmonella typhi. Available from:

Ballesteros, I.,M., et al 2012, Intra- and inter Laboratory Evaluation of An

Improve multiple-PCR Method For Detection and Typing of Salmonella,

Available from:

28 April 2012]

Brenner, F.W., Villar, R.G., et al 2000. Salmonella Nomenclature. Available

from

Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A., 2004. Jewetz, Melnick,&

Adelberg Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran ECG: 251-264

Dasmondchaf, 2011. Calories in Satay. Available from:

3 April 2012]

Darmawati, S., 2009. Keanekaragaman Salmonella Typhi. Available

from

[Accessed 23 May 2012]

Demam Typhoid, 2007. Available

from


(40)

Dieye, Y., Ameiss, K., Mellata, M., Curtiss, R., 2009. Salmonella Pathogenecity

Island SPI1 Contribute More Than SPI2 to The Colonization of

The Chicken by Salmonellar enterica. Available from:

Enterobacteriaceae, 2011. Available from:

[Accessed

24 April 2012]

Ginting E.P., 2005. Kandungan Bakteri Escherichia coli dan Salmonella sp. pada

Daging Burger yang Dijual di Sekitar Kampus USU Medan . Available

from:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14763/1/031000302.pdf [Accessed 25 May 2012]

Hendrikson, R.S., 2003. WHO Global Salm-Surv. Available from:

[Accessed 28 April 2012]

Herawati, M.H., Ghani, L., 2007. Hubungan Faktor Determinan dengan Kejadian

Demam Tifoid di Indonesia tahun 2007. Available from:

2012]

Hohmann, E.L., 2001. Non-typhoidal Salmonellosis. Available from:

http://reference.medscape.com/medline/abstract/11170916 [ Accessed 24 April 2012]

Hormaeche, E., Peluffo, C.A., 1959. Laboratory Diagnosis of Salmonella-Shigella

Infections. Available from:

Kandun, I.N., 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. Available from:

[ Accessed 30 June 2012]

Kenneth, T., 2009. Microbiology. Available from:

http://textbookofbacteriology.net/themicrobialworld/ [Accessed 24 April 2012]


(41)

2012]

Laboratory Guide Notice of Change, 2010. Available from:

Les Laboratories Quebact Laboratories Inc, 2012. Available from:

[Accessed 17 May 2012]

Levinson, W., 2008. Review of Medical Microbiology and Immunology ,10th edition. California: Mc Graw Hill: 133-142

Maskalyk, J., 2003. Typhoid Fever. Available from:

Michele, B.,2000. Cracking down on egg. Available from:

28 November 2012]

Moehario, L.H., 2009.Molecular Epidemiology Salmonella Typhi Across

Indonesia Reveals Bacterial Migration. Available from:

[Accessed 17 April 2012]

Molbak, Kare, Olsen, John E., Wegener, Henrik C 2006, Salmonella infections.

Availablefrom:http://www.123foodscience.com/food_microbiology/Salmone lla_infections.pdf

Available from

[Accessed 1 December 2012]

Murray, P.R., Rosenthal, K.S., and Pfaller, M.A., 2009. Medical Microbiology 6th edition. Canada:Mosby Elsevier :301-309

Ohl, M.E., Miller, S.I., 2006. Salmonella: Model for Bacterial Pathogenesis.

Parry, C.M., 2002. Typhoid Fever. Available from:

2012]


(42)

Rohman, 2010. Distribusi Penderita Demam Tifoid Mengikut Umur dan

Gejala. Available from:

[Accessed 7 April 2012]

Su, L.H., Chiu, C.H., 2007. Clinical Importance and Evaluation of Nomenclature

Available from:

April 2012]

Talaro, K.P., Talaro, A.,2002. Foundations in Microbiology, 4th edition. Canada: Mc Graw Hill: 612-617

World Health Organization(WHO), 2002. Foodborne Diseases, Emerging. Available from:

WHO, Background Document: The Diagnosis, treatment and prevention of

typhoid fever, 2003. Available from:

World Health Organization(WHO), 2005. Drug Resistant Salmonella. Available

from


(43)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Noratiqah Aisyah bini Roslan Hussen Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat / Tanggal Lahir : Kelantan /18 Juni 1990 Agama : Islam

Alamat : Tasbi Blok D, No 40, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Taman Ria, Kedah, Malaysia

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Sulatanah Asma.Kedah, Malaysia

3. Sekolah Menengah Kebangsaan Ibrahim, Kedah, Malaysia

4. Kolej Matrikulasi Perak, Perak, Malaysia 5. Fak. Kedokteran USU Medan

Riwayat Organisasi : 1.Ahli PKPMI 2. Ahli PMUSU


(44)

LEMBAR PENJELASAN

Salam Sejahtera.

Saya Noratiqah Aisyah, mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) ingin melakukan penelitian pada daging sate yang dijajakan di area kampus USU. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya bakteri Salmonella enterica serotype typhi pada daging sate yang dijual. Oleh karena itu, saya ingin meminta persetujuan kepada bapak /ibu untuk mengidentifikasi daging sate dari warung bapak/ibu agar dapat dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU. Hasil pemeriksaan akan dirahsiakan dan tidak akan disalahgunakan.

Atas perhatian dan persetujuannya, saya ucapkan terima kasih.

Medan, September 2012, Hormat saya, Penelitii,


(45)

SURAT PERSETUJUAN

Setelah mendengar penjelasan mengenai penelitian “ Identifikasi Bakteri Salmonella

enterica serotype Typhi pada Daging Sate yang Dijajakan di Area Kampus

Universitas Sumatera Utara” dari peneliti Noratiqah Aisyah (NIM: 090100448), saya yang bertanda tangan di bawah ini,

NAMA:___________________________________________ ALAMAT:_________________________________________ NO. HP:___________________________________________

menyatakan bahwa saya menyetujui penelitian yang dilakukan terhadap sate yang saya jajakan. Saya juga telah mengetahui risiko dari penelitian.

Demikianlah saya sampaikan dalam keadaan sehat dan tenang tanpa paksaan apapun.

Peneliti, Hormat saya,

(Noratiqah Aisyah) _______________________ (NIM: 090100448)


(46)

(47)

(48)

Hasil uji di laboratorium

Gambar 3 Menyediakan media selenith broth


(49)

Gambar 5 Sampel daging sate yang sedang dicabik


(1)

LEMBAR PENJELASAN Salam Sejahtera.

Saya Noratiqah Aisyah, mahasiswa semester VI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU) ingin melakukan penelitian pada daging sate yang dijajakan di area kampus USU. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya bakteri Salmonella enterica serotype typhi pada daging sate yang dijual. Oleh karena itu, saya ingin meminta persetujuan kepada bapak /ibu untuk mengidentifikasi daging sate dari warung bapak/ibu agar dapat dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU. Hasil pemeriksaan akan dirahsiakan dan tidak akan disalahgunakan.

Atas perhatian dan persetujuannya, saya ucapkan terima kasih.

Medan, September 2012, Hormat saya, Penelitii,


(2)

SURAT PERSETUJUAN

Setelah mendengar penjelasan mengenai penelitian “ Identifikasi Bakteri Salmonella enterica serotype Typhi pada Daging Sate yang Dijajakan di Area Kampus Universitas Sumatera Utara” dari peneliti Noratiqah Aisyah (NIM: 090100448), saya yang bertanda tangan di bawah ini,

NAMA:___________________________________________ ALAMAT:_________________________________________ NO. HP:___________________________________________

menyatakan bahwa saya menyetujui penelitian yang dilakukan terhadap sate yang saya jajakan. Saya juga telah mengetahui risiko dari penelitian.

Demikianlah saya sampaikan dalam keadaan sehat dan tenang tanpa paksaan apapun.

Peneliti, Hormat saya,

(Noratiqah Aisyah) _______________________ (NIM: 090100448)


(3)

(4)

(5)

Hasil uji di laboratorium

Gambar 3 Menyediakan media selenith broth


(6)

Gambar 5 Sampel daging sate yang sedang dicabik