PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Teladan Lampung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA

(PTK Pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Teladan Lampung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh EEN KURNIATI

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian untuk materi pokok larutan asam dan basa pada siswa kelas XI IPA 2 SMA Teladan Lampung Timur tahun pelajaran 2010/2011 adalah 50,13. Untuk siswa yang men-dapat nilai≥70 adalah sebesar 20%. Angka tersebut tidak sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan sekolah untuk kelompok mata pela-jaran IPA yaitu 100% siswa mendapat nilai≥70. Aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran (on task) dan keterampilan mengkomunikasikan masih ren-dah. Salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitason tasksiswa, keterampilan mengkomunikasikan dan hasil belajar siswa pada materi pokok larutan asam dan basa adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan persentase rata-rata : (1) aktivitason


(2)

ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang diadakan sebanyak dua siklus. Data penelitian ini terdiri dari data kuantitatif, yang berupa data aktivitason task

siswa yang diperoleh melalui lembar observasi, serta data keterampilan mengko-munikasikan dan penguasaan konsep yang diperoleh melalui tes formatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari siklus I ke siklus II terjadi pening-katan: (1) aktivitason tasksiswa yang meliputi aktivitas bertanya pada guru me-ningkat sebesar 8,54% dari 23,08% menjadi 31,62%; aktivitas berdiskusi aktif da-lam kelompok meningkat sebesar 10,23% dari 36,77% menjadi 47%; dan aktivitas mengungkapkan pendapat meningkat sebesar 9,4% dari 20,51% menjadi 29,91%; (2) rata-rata keterampilan mengkomunikasikan sebesar 9,17% dari 69,87 menjadi 76,28; (3) rata-rata penguasaan konsep sebesar 7,02% dari 72,86 menjadi 77,97; dan (4) ketuntasan belajar siswa sebesar 13,63% dari 56,41% menjadi 64,10%.

Kata kunci : model STAD, aktivitason task, keterampilan mengkomunikasikan, penguasaan konsep, ketuntasan belajar.


(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN

MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA

(PTK Pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Teladan Lampung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh EEN KURNIATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

1. Tim penguji

Ketua : Dra. Nina Kadaritna, M.Si ____________ NIP 196004071985032003

Sekretaris : Dra. Ila Rosilawati, M.Si ____________ NIP 196507171990032001

Penguji

Bukan pembimbing : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ____________ NIP 195810041987031001

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(5)

Judul Skripsi :PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM UPAYA MENINGKATKAN

KETERAMPILAN

MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA(PTK Pada Siswa Kelas

XI IPA 2 SMA Teladan Lampung Timur Tahun Pelajaran 2011-2012)

Nama Mahasiswa : EEN KURNIATI Nomor Pokok Mahasiswa : 0513023003 Program Studi : Pendidikan Kimia

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Ila Rosilawati, M.Si Dra. Nina Kadaritna, M.Si NIP 196507171990032001 NIP 196004071985032003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si. NIP. 19671004 199303 1 004


(6)

Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri .

(Qs. Ar Ra d : 11)

Cukuplah Allah menjadi penolong bagi kami

dan Dia sebaik-baik pelindung

(Quran Ali Imran: 173)

Bermimpilah untuk hari ini, karena hari ini akan menentukan masa depanmu

(een)

Bergeraklah karena diam adalah pengkhianatan.

Bergeraklah karena diam mematikan

(anonim)

Banyaklah memberi, maka akan kau dapatkan yang lebih banyak lagi


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Jepara, Lampung Timur pada tanggal 15 Agustus 1987, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Abdul Syukur Hasan dan Ibu Kartika.

Pendidikan Raudhatul Athfal (RA) Baiturrahiem Way Jepara diselesaikan tahun 1993, Madrasah Ibtidaiyah (MI) diselesaikan di MIN Braja Sakti Way Jepara pada tahun 1999, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan di SMPN 1 Way Jepara pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diselesaikan di SMAN 1 Way Jepara pada tahun 2005. Pada tahun 2005, penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan MIPA, program studi Pendidikan Kimia FKIP me-lalui jalur PKAB.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah aktif di lembaga kemahasiswaan da-lam lingkup KBM Unila yaitu Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta

(HIMASAKTA) sebagai Wakil Ketua Umum, Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI), Komisi Pemilihan Raya Fakultas (KPRF), Panitia Khusus MPM, dan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF). Penulis juga pernah tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Lampung Timur (IKAM LAMTIM) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Lampung.


(8)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, adalah: Nama : Een Kurniati

NPM : 0513023003 Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan/ Fakultas : Pendidikan MIPA/ FKIP Unila

Alamat : Dusun Subing Jaya, RT 07/ RW 02 Desa Raja Basa Lama Kecamatan Labuhan Ratu Kabupaten Lampung Timur. 0857 8989 9867

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan se-panjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di-tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara terdi-tulis diacu dalam nas-kah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Juli 2012 Yang membuat pernyataan,

Een Kurniati NPM. 0513023003


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti mengobservasi, mengklasifikasi, melakukan pengukuran, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Keterampilan proses sains (KPS) pada pembelajaran sains lebih menekankan pembentukan keterampilan untuk memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan hasilnya. Melatihkan KPS dimaksudkan untuk mengem-bangkan kemampuan sains yang dimiliki oleh siswa. Seorang guru perlu melatih-kan KPS kepada siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains untuk menyelesaikan masalah serta menjelas-kan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia kelas XI IPA 2 SMA Teladan Way Jepara Lampung Timur, diketahui bahwa nilai rata-rata ulang-an hariulang-an untuk materi pokok larutulang-an asam dulang-an basa pada siswa kelas XI IPA 2 SMA Teladan Lampung Timur tahun pelajaran 2010/2011 adalah 50,13. Untuk siswa yang mendapat nilai≥70 adalah sebesar 20%. Angka tersebut tidak sesuai


(10)

dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan sekolah untuk kelom-pok mata pelajaran IPA yaitu 100% siswa mendapat nilai≥70.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas XI IPA 2 tahun pelajar-an 2011/2012, metode ypelajar-ang digunakpelajar-an dalam proses pembelajarpelajar-an adalah metode ceramah. Metode ini mengakibatkan proses pembelajaran lebih terpusat pada guru sehingga aktivitas yang dominan dilakukan oleh siswa ketika proses pembelajaran adalah memperhatikan dan mencatat penjelasan guru.

Selain itu, dari hasil wawancara juga diketahui bahwa selama ini guru jarang memberikan metode diskusi dalam proses pembelajaran, sehingga ketika sesekali dilakukan diskusi, aktivitas siswa masih rendah. Hanya beberapa siswa yang me-miliki nilai akademik tinggi saja yang mau terlibat aktif dalam kelompok, sedang-kan siswa lainnya cenderung pasif dan tidak berani mengungkapsedang-kan pendapatnya.

Tidak hanya itu, keterampilan mengkomunikasikan siswa juga masih rendah. Hal ini disebabkan karena siswa tidak pernah melaksanakan praktikum karena tidak adanya laboratorium di sekolah. Dengan demikian, siswa tidak pernah terlatih un-tuk mengkomunikasikan data berdasarkan hasil pengamatan yang mereka laku-kan. Rendahnya keterampilan mengkomunikasikan siswa pada proses pembelajar-an mengakibatkpembelajar-an penguasapembelajar-an konsep larutpembelajar-an asam dpembelajar-an basa siswa ikut menjadi rendah dan belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah.

Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa kelas XI IPA pada materi larutan asam dan basa adalah mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan. Untuk mencapai kompetensi dasar


(11)

3

tersebut, maka pembelajaran yang tepat adalah pembelajaran konstruktivisme dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses sains.

Pendekatan keterampilan proses sains menuntut adanya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, terutama dalam mengkomunikasikan konsep yang mereka peroleh. Tidak hanya itu, pendekatan keterampilan proses sains juga dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan intelektual sis-wa, mengembangkan sikap ilmiah serta kemampuan siswa untuk menemukan dan mengembangkan fakta, konsep, dan ilmu pengetahuan.

Selain menggunakan pendekatan keterampilan proses sains, penelitian yang akan dilaksanakan juga akan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini dikarenakan metode diskusi masih jarang diberikan oleh guru dan karak-teristik siswa kelas XI IPA 2 yang cenderung lebih pasif bila dilakukan kegiatan diskusi.

Dalam upaya meningkatkan aktivitas diskusi, keterampilan mengkomunikasikan, serta penguasaan konsep larutan asam dan basa, maka dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Upaya Meningkatkan Kete-rampilan Mengkomunikasikan Dan Penguasaan Konsep Larutan Asam Dan Basa (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Teladan Lampung Timur Tahun Pelajaran 2011-2012)


(12)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana peningkatan keterampilan mengkomunikasikan siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok la-rutan asam dan basa dari siklus ke siklus.

2. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep larutan asam dan basa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari siklus ke siklus. 3. Bagaimana peningkatan ketuntasan belajar siswa dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok larutan asam dan ba-sa dari siklus ke siklus.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Peningkatan keterampilan mengkomunikasikan siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pokok larutan asam dan basa dari siklus ke siklus.

2. Peningkatan penguasaan konsep larutan asam dan basa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari siklus ke siklus.

3. Peningkatan ketuntasan belajar siswa dengan penerapan model pembelajar-an kooperatif tipe STAD pada materi pokok larutpembelajar-an asam dpembelajar-an basa dari siklus ke siklus.


(13)

5

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa

Penelitian ini dapat melatih keterampilan proses sains, terutama keterampil-an mengkomunikasikketerampil-an sehingga lebih memketerampil-antapkketerampil-an penguasaketerampil-an konsep kimia pada siswa; menumbuhkan rasa tanggung jawab dan jiwa kooperatif yang besar; meningkatkan komunikasi yang baik antar siswa; dan memberi-kan pengalaman langsung kepada siswa.

2. Bagi guru

Model pembelajaran tipe STAD dapat dijadikan salah satu pilihan model yang dapat meningkatkan penguasaan konsep kimia.

3. Bagi sekolah

Dapat meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian yang dilakukan dapat mencapai sasaran seperti yang telah diru-muskan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Teladan kelas XI IPA2 Tahun Pelajaran 2011-2012.

2. Keterampilan mengkomunikasikan adalah keterampilan menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk tu-lisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan misalnya dengan berdiskusi,


(14)

mendeklamasikan, mendramakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam ben-tuk lisan, tulisan, gerak, atau penampilan).

3. Indikator keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini adalah keterampilan mengkomunikasikan, yang terdiri dari sub-indikator yaitu:

a. Menjelaskan data

b. Menggambarkan data dengan grafik dan tabel.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) adalah salah satu jenis model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-5 orang secara heterogen dengan pemberian penghargaan kelompok yang menjadi ciri dan membedakan dari model pembelajaran kooperatif lainnya.

5. Materi pokok pada penelitian ini adalah larutan asam dan basa yang terdiri dari submateri pokok teori asam dan basa Arrhenius, derajat keasaman (pH), kekuatan asam dan basa, indikator asam dan basa, teori asam basa Bronsted-Lowry dan Lewis, serta pencemaran air.


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Mengenai pembelajaran konstruktivisme, Von Glaserfeld (dalam Pannen, Mustafa dan Sekarwinahyu, 2001) menyatakan bahwa :

“Konstruktivisme merupakan salah satu aliranfilsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi atau bentukan kita sendiri”.Konstruktivisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain.

Secara sederhana konstruktivisme itu beranggapan bahwa pengetahuan seseorang itu merupakan hasil konstruksi individu itu sendiri. Pengetahuan itu bukanlah su-atu fakta yang tinggal ditemukan, melainkan susu-atu perumusan yang diciptakan orang yang sedang mempelajarinya. Jadi seseorang yang sedang belajar itu mem-bentuk pengertian.

Dalam konstruktivisme, hubungan guru dengan siswa adalah sebagai mitra yang bersama-sama membangun pengetahuan. Artinya bahwa siswa harus aktif men-cari tahu dengan membentuk pengetahuannya dan guru membantu agar penmen-carian tersebut berjalan dengan baik (Suparno, 1997).


(16)

Menurut Glaserfeld (dalam Pannen, Mustafa dan Sekarwinahyu, 2001), agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali peng-alaman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut. 2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan

mengenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan memban-dingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruk pengetahuannya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain(selective conscience).Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan ba-gi pembentukan pengetahuannya.

Konstrutivisme menekankan bahwa pengetahuan seorang siswa merupakan hasil konstruksi siswa itu sendiri setelah melewati berbagai pengalaman. Siswa harus mampu membentuk pengalaman-pengalaman tersebut menjadi struktur konsep pengetahuan dengan baik melalui proses abstraksi. Kemampuan yang harus dimi-liki tersebut adalah kemampuan mengingat, mengungkapkan kembali, memban-dingkan, memilih, dan mengambil keputusan mengenai berbagai pengalamannya.

Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain:

(1) Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; (2) Tekanan dalam pro-ses belajar terletak pada siswa; (3) Mengajar adalah membantu siswa bela-jar; (4) Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir;(5) Kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan (6) Guru adalah fa-silitator.

Bagi kaum konstruktivis, kegiatan belajar adalah proses aktif siswa untuk mene-mukan sesuatu dan membagun sendiri pengetahuannya. Siswa yang membuat pe-nalaran atas apa yang dipelajari dengan apa yang telah diketahui. Pengetahuan dan


(17)

9

pengertian tersebut dikonstruksi siswa bila siswa terlibat secara sosial dalam dia-log dan aktif dalam percobaan. Seorang guru berperan sebagai mediator dan fasi-litator yang membantu proses belajar siswa berjalan dengan baik. Guru perlu men-ciptakan suasana yang membuat siswa antusias di dalam pembelajaran dan mam-pu membantu siswa agar mammam-pu mengkonstruk pengetahuannya.

B. Model Pembelajaran STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan salah satu jenis model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-5 orang secara heterogen. Proses pembelajaran pada tipe ini diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, pelaksanaan kegiatan berkelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Menurut Slavin, dalam Nur (2000), pada model pembelajaran tipe STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5 orang secara heterogen berdasarkan jenis kelamin, tingkat prestasi, suku dan lain-lain. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam timnya lalu memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menguasai konsep yang diberikan oleh guru. Setelah itu siswa diberi tes dan pada saat tes tersebut masing-masing siswa tidak boleh saling mem-bantu.

Seperti halnya model pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga memerlukan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran di-laksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:


(18)

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu dipersiapkan per-angkat pembelajaran berupa RPP, LKS, dan buku siswa.

b. Membentuk kelompok kooperatif

Menentukan anggota kelompok bertujuan agar kemampuan siswa da-lam satu kelompok adalah heterogen, sedangkan antar kelompok lain bersifat homogen. Pembagian kelompok dilakukan berdasarkan perbe-daan latar belakang sosial, jenis kelamin dan lebih diutamakan pada perbedaan prestasi akademik.

c. Menentukan skor awal

Skor awal yang digunakan dalam kelsa kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya.

d. Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif juga perlu diatur de-ngan baik untuk menunjang keberhasilan pembelajaran.

e. Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan agar lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada model pembelajaran STAD me-nurut Trianto (2007), dibagi menjadi enam langkah yaitu:


(19)

11

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi sswa belajar. Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyajikan data atau informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok belajar untuk bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas mereka.

Fase 5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar siswa tentang materi yang telah diajarkan, atau msing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Pemberian penghargaan

Mencari cara untuk menghargai upaya maupun hasil belajar siswa secara individu atau kelompok.

Pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan dengan me-lakukan tahap-tahap berikut yaitu:

a. Menghitung skor individu

Menurut Slavin, untuk memberikan skor pengembangan individu dihi-tung seperti pada tabel 2 berikut:

Tabel 2. Data skor pengembangan individu

Nilai Tes Skor Pengembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 0 poin 10 poin sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin Nilai sempurna (tanpa memperhatikan skor

awal)


(20)

b. Menghitung skor kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembang-an perkembang-anggota kelompok, yaitu dengperkembang-an menjumlah semua skor perkem-bangan yang diperoleh anggota kelompok, dan dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan ke-lompok, diperoleh kategori skor kelompok seperti tercantum pada ta-bel tingkat penghargaan kelompok, sebagai berikut:

Tabel 3. Data kategori skor kelompok Rata-rata tim Predikat

0≤x≤5

-5≤x≤15 Tim baik 15≤x≤25 Tim hebat 25≤x≤30 Tim super

c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru membe-rikan hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai de-ngan predikatnya.

Dari tinjauan tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, menunjukkan bah-wa model pembelajaran tersebut cukup sederhana. Dikatakan demikian karena ke-giatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitanya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari fase ke-2 yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran, sedangkan perbedaannya dengan model pembelajaran koo-peratif lainnya terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok


(21)

13

C. Pendekatan Keterampilan Proses Sains (KPS)

Dalam pembelajaran ilmu sains dikenal beberapa pendekatan. Salah satu pende-katan yang digunakan adalah pendepende-katan keterampilan proses. Pendepende-katan kete-rampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan ke-terampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemam-puan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud, 1986 dalam Dimyati, 2002). Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dalam IPA dise-but keterampilan proses sains.

Menurut Cony Semiawan (1992) keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan fisik dan mental untuk menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep sains serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Kemampuan atau keterampilan-keterampilan mendasar itu antara lain adalah keterampilan: mengobservasi atau mengamati, menghitung, mengukur, mencari hubungan ruang/waktu, membuat hipotesis, merencanakan penelitian atau eksperimen, mengendalikan variabel, menafsirkan data, menyusun kesimpulan se-mentara, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan.

Menurut Dimyati (2002), beberapa alasan perlunya diterapkan pendekatan kete-rampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar adalah:

a. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.

b. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar mence-ritakan atau mendengarkan tentang ilmu pengetahuan.

c. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.


(22)

Aspek Keterampilan Proses Sains

Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan terse-but terdiri dari keterampilan dasar (basic skills) dan keterampilan terinteg-rasi (intregated skills). Keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyim-pulkan, dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi ter-diri dari: mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisa penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel operasional, merancang penelitian, dan eksperimen (Funk, 1985, dalam Dimyati,2002).

Menurut Moedjiono dan Dimyati (2006), ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses sains, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar dan keterampilan-keterampilan terintegrasi Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni mengamati (mengobservasi), mengklasifikasi, mengukur, memprediksi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan.

a. Mengamati

Melalui kegiatan mengamati, kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan pancaindra: penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa/pencecap. Informasi yang kita peroleh, dapat menuntut keingintahuan, mempertanyakan, memikirkan, melakukan interpretasi tentang lingkungan kita, dan meneliti lebih lanjut. Selain itu,


(23)

kemam-15

puan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta merupakan hal terpenting un-tuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang lain. b. Mengklasifikasikan

Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga di dapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang di-maksud. Contoh kegiatan yang menampakkan keterampilan mengkla-sifikasikan antara lain mengklamengkla-sifikasikan cat berdasarkan warna, mengklasifikasikan binatang menjadi binatang beranak dan bertelur dan kegiatan lain yang sejenis.

c. Mengukur

Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur de-ngan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Con-toh-contoh kegiatan yang menampakkan ketermpilan mengukur antara lain mengukur panjang garis, mengukur berat badan, mengukur tem-peratur, dan kegiatan sejenis yang lain.

d. Memprediksi

Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ra-malan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hu-bungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. e. Mengkomunikasikan


(24)

Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam ben-tuk tulisan, gambar, gerak, tindakan, atau penampilan misalnya de-ngan berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan, mengungkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisan, gerak, atau penampilan). f. Menyimpulkan

Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk me-mutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, kon-sep dan prinsip yang diketahui.

Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Keterampilan Proses Sains

Menurut Nurbani (2001) dalam Hidayat (2003) bahwa pendekatan keteram-pilan proses memiliki beberapa kelebihan antara lain:

a. Siswa mengalami proses untuk mendapatkan konsep, rumus atau kete-rangan tentang sesuatu sehingga siswa dapat memahaminya.

b. Siswa akan berperan serta secara aktif dalam kegiatan belajar. c. Memungkinkan siswa untuk mengembangkan sikap ilmiahnya dan

merangsang sikap ingin tahu.

d. Siswa akan memperoleh pengertian yang benar-benar dihayati karena siswa sendiri yang menemukan konsep atau generalisasi dari hasil pe-kerjaannya.

e. Pengertian siswa tentang suatu konsep atau prinsip lebih mantap se-hingga memungkinkan siswa untuk dapat menerapkannya dalam ma-salah lain yang lebih relevan.

f. Siswa merasa puas akan hasil pengamatan dan penemuannya sebagai salah satu faktor untuk menumbuhkan motivasi intrinsik pada dari sis-wa.

g. Melalui pendekatan ini, pengembangan ilmu dan perubahan konsep yang mungkin terjadi mudah diterima.

h. Siswa terlatih dalam kegiatan-kegiatan yang diperlukan oleh sains se-perti yang biasa dilakukan oleh ilmuwan.

i. Keterampilan yang diperoleh siswa akan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

j. Kemungkinan pemanfaatan lingkungan secara maksimal sebagai sum-ber belajar.


(25)

17

k. Membiasakan siswa untuk mengemukakan pendapatnya secara sis-tematik dan menghargai pendapat orang lain.

Selanjutnya dalam sumber yang sama beliau juga menguraikan beberapa ke-kurangan pendekatan keterampilan proses antara lain:

a. Pelaksanaan pendekatan ini memerlukan waktu yang cukup panjang. b. Guru harus menyediakan waktu yang lebih banyak bagi siswa.

c. Jumlah siswa dalam satu kelas sebaiknya tidak lebih dari 20 orang, ka-rena hal ini akan mempengaruhi hasil pekerjaannya.

d. Kesiapan intelektual siswa harus diperhatikan karena hal ini akan mempengaruhi hasil pekerjaannya.

e. Sukar membuat siswa aktif berpartisipasi secara merata. f. Guru harus mampu membuat rencana pengajaran secara teliti.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa fokus utama dari kegiatan sains (IPA) ada-lah proses dengan tidak mengabaikan produk sains, hal ini sesuai dengan hakikat sains itu sendiri.

D. Penguasaan Konsep

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil berpi-kir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak pengalaman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep ter-sebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil ha-nya dengan bantuan konsep proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih mak-simal.

Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau


(26)

mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, pendapat ini di-dukung oleh Djamarah dan Zain (1996) yang mengatakan bahwa belajar pada ha-kikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhir-nya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah pembelajaran yang digunakan guru dalam ke-las. Dalam belajar dituntut juga adanya suatu aktivitas yang harus dilakukan sis-wa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran.

Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari disekolah terdiri dari beberapa konsep. Semakin banyak konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyak alter-natif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Menurut Sagala (2003:71) definisi konsep adalah

Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk penge-tahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fak-ta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret yang timbul dari buah pikiran manusia dan pengalaman manusia serta digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan.

Pemahaman konsep menurut Flavel dalam Sagala (2003:72) dapat dibedakan menjadi 7 dimensi yaitu:

1. Atribut, setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda.

2. Struktur, menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu.


(27)

19

3. Keabstrakan, yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret atau konsep konsep itu terdiri dari konsep-konsep yang lain.

4. Keinklusifan, yaitu ditunjukkan oleh jumlah contoh-contoh yang terlibat dalam konsep itu.

5. Generalisasi atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda.

6. Ketepatan, yaitu konsep menyangkut apakah ada sekumpulan aturan-aturan untuk membedakan contoh-contoh atau noncontoh suatu konsep. 7. Kekuatan (power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang

setuju bahwa konsep itu penting.

Materi pelajaran kimia terdiri atas konsep-konsep yang cukup banyak jumlahnya dan antara konsep yang satu dengan yang lain saling berkaitan, dalam mempela-jari ilmu kimia diperlukan penguasaan konsep sebagai dasar untuk mempelamempela-jari konsep-konsep berikutnya yang lebih kompleks dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran di kelas dapat terlihat dari penguasaan konsep yang dicapai siswa. Penguasaan konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari tujuan kegiatan pembelajaran bagi siswa, sebab ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Penguasaan konsep yang telah dipelajari siswa dapat diukur dari hasil tes yang dilakukan oleh guru

E. Lembar Kerja Siswa

Media adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan kepada siswa yang diguna-kan oleh guru dalam proses pembelajaran. Penggunaan media dalam proses pem-belajaran akan memudahkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran dan


(28)

mengefektifkan waktu serta akan menimbulkan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam membantu siswa agar dapat berpar-tisipasi aktif dalam kegiatan belajar serta dapat berpikir kritis, kreatif dan berani mengemukakan pendapat serta percaya diri adalah dengan menggunakan LKS se-bagai media pembelajaran. LKS merupakan salah satu bentuk program yang ber-landaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan keterampilan (Prianto dan Harnoko, 1997).

Pada proses belajar mengajar LKS digunakan sebagai sarana pembelajaran untuk menuntun siswa memahami suatu materi pokok yang telah atau sedang diajarkan, karena di dalamnya siswa harus mengemukakan pendapatnya dan harus menyim-pulkan.

Menurut Sriyono (1992):

a. LKS merupakan tugas yang sifatnya mengarahkan siswa untuk men-cari fakta-fakta yang berhubungan dengan bahan yang diajarkan. b. LKS merupakan penggalian pengertian bahan kearah pemahaman. c. LKS sifatnya untuk memantapkan materi pelajaran yang telah dikaji

dalam diskusi kelas dimana kebenaran atau kesimpulan telah diterima oleh seluruh siswa.

Dari uraian tersebut penggunaan LKS bertujuan untuk mengarahkan siswa untuk lebih aktif dan memberikan dorongan yang tinggi, menjadi penghubung antara gu-ru dengan siswa serta mempercepat pemahaman materi pelajaran.

LKS digunakan untuk mengecek tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disajikan dalam proses belajar mengajar. Guru dapat mengetahui siswa yang su-dah memahami materi dan yang belum memahami materi karena kesulitan dapat


(29)

21

dilihat dari hasil kerja siswa. Guru harus memberikan bimbingan, disinilah guru sebagai fasilitator untuk memberikan pelayanan kepada siswa dalam belajar agar siswa dapat terlibat proses belajar secara aktif dan sebagai motivator yaitu mem-berikan dorongan kepada siswanya agar dapat belajar dengan aktif. LKS yang di-gunakan dapat berupa LKS eksperimen dan LKS non-eksperimen.

a. LKS eksperimen

LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang tersusun secara kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam menemukan konsep klasifikasi zat, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang dilakukan pada materi pokok yang bersang-kutan.

b. LKS non-eksperimen

LKS non-eksperimen digunakan untuk membantu siswa mengkons-truksi konsep pada submateri pokok yang tidak dilakukan praktikum. (Perpustakaan Online Universitas Pendidikan Indonesia)


(30)

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 SMA Teladan Way Jepara, Lampung Timur, yang berjumlah 39 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan.

B. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar kerja siswa (LKS). Lembar kerja siswa yang digunakan dalam pe-nelitian berupa LKS eksperimen dan LKS non-eksperimen.

2. Lembar tes formatif. Digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep dan hasil belajar kimia siswa.

3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa. Digunakan untuk mengetahui ak-tivitason tasksiswa di kelas.

4. Lembar tes keterampilan mengkomunikasikan. Digunakan untuk mengeta-hui hasil tes keterampilan mengkomunikasikan siswa.

5. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan silabus yang sesuai dengan standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


(31)

23 C. Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. 1. Data kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari uji tes kepada siswa dengan menggunakan lembar tes formatif. Data kuantitatif di-ambil dari hasil pengamatan pada aktivitason tasksiswa serta tes penguasa-an konsep dpenguasa-an keterampilpenguasa-an mengkomunikasikpenguasa-an.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu: 1. Observasi

Teknik ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa di dalam kelas yang relevan dengan kegiatan pembelajaran (on task).

2. Uji tes

Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data penguasaan konsep serta data keterampilan mengkomunikasikan siswa yang dilakukan di akhir siklus.

E. Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini adalah:

1. Adanya peningkatan keterampilan mengkomunikasikan pada materi pokok la-rutan asam dan basa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari siklus ke siklus.


(32)

2. Adanya peningkatan penguasaan konsep larutan asam dan basa dengan pene-rapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dari siklus ke siklus.

3. Adanya peningkatan persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai≥70 pada materi pokok larutan asam dan basa dari siklus ke siklus.

F. Pengembangan Siklus Tindakan Kelas

1. Perencanaan

Kegiatan-kegiatan dalam perencanaan meliputi:

a. Melakukan observasi ke sekolah tentang proses pembelajaran serta melakukan wawancara tentang nilai rata-rata materi larutan asam dan basa.

b. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. c. Menyusun lembar kegiatan siswa (LKS).

d. Membagi siswa menjadi kelompok heterogen dan menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran konstruktivisme yang akan dilaksanakan. e. Menyusun soal-soal tes formatif untuk tes penguasaan konsep larutan

asam dan basa dan tes keterampilan mengkomunikasikan siswa. f. Melakukan uji coba instrument penelitian.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen memiliki kualitas baik jika instrumen tersebut dinyatakan memiliki validitas yang tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu meng-ukur apa yang harus dimeng-ukur dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2002).


(33)

25 Validitas instrumen dapat ditinjau dari beberapa aspek, salah satunya

validitas isi. Validitas isi suatu instrumen dapat ditentukan dengan mengkonsultasikan alat ukur yang telah disusun kepada para ahli un-tuk mendapatkan penilaian apakah maksud kalimat dalam instrumen dapat dipahami oleh responden (Koestoro dan Basrowi, 2006). Dalam penelitian ini validitas instrumen dikon-sultasikan dengan dosen pem-bimbing skripsi dan guru mitra.

2. Pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus. Siklus I terdiri dari 4 kali perte-muan, 3 pertemuan (2 x 45 menit) untuk pembelajaran, dan 1 pertemuan (2 x 45 menit) untuk uji siklus I. Siklus II terdiri dari 4 kali pertemuan, 3 per-temuan (2 x 45 menit) untuk pembelajaran, dan 1 perper-temuan (2 x 45 menit) untuk uji siklus II. Adapun pelaksanaan setiap siklus adalah:

a. Siklus I

Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran siklus I pada setiap pertemu-an adalah sebagai berikut :.

1) Guru menyampaikan indikator, mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa.

2) Melaksanakan pembelajaran konstruktivisme dengan model pem-belajaran tipe STAD dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a) Siswa berdiskusi sesuai dengan arahan yang diberikan oleh

guru untuk menemukan konsep materi yang diberikan, dan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS.


(34)

b) Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil diskusi kelompok maupun diskusi kelas. 3) Melaksanakan tes akhir siklus I dan tes keterampilan

mengkomu-nikasikan siswa.

4) Memberikan penghargaan kepada siswa yang memiliki nilai akademik tertinggi serta kepada kelompok yang aktif dalam pembelajaran.

b. Siklus II

Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran siklus II adalah:

1) Guru menyampaikan indikator, mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa

2) Melaksanakan pembelajaran konstruktivisme dengan pendekatan keterampilan proses sains. Langkah-langkah yang dilakukan se-suai dengan pada siklus I yaitu:

a) Siswa berdiskusi sesuai dengan arahan yang diberikan oleh guru untuk menemukan konsep materi yang diberikan, dan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKS.

b) Guru membimbing siswa dalam merumuskan kesimpulan berdasarkan hasil diskusi kelompok maupun diskusi kelas. 3) Melaksanakan tes akhir siklus II dan tes keterampilan

mengkomu-nikasikan siswa.

4) Memberikan penghargaan kepada siswa yang memiliki nilai akademik tertinggi serta kepada kelompok yang aktif dalam pembelajaran


(35)

27

Rencana 1

Tindakan 1

Orientasi Lapangan Kajian Teoritis

Evaluasi 1

Refleksi 1

Tindakan 2 Evaluasi 2 Refleksi 2

Perbaikan 2 3. Pengamatan

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mitra mengisi lembar obser-vasi kinerja guru, serta bersama peneliti mengisi lembar obserobser-vasi aktivitas

on taskdan keterampilan mengkomunikasikan siswa. 4. Refleksi

Setelah satu siklus berakhir maka peneliti melakukan refleksi bersama guru mitra mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan. Ber-dasarkan hasil refleksi diketahui apakah indikator kinerja tercapai. Apabila terdapat kekurangan dalam proses pembelajaran yang telah berlangsung, maka dicari solusi untuk mengatasinya dan diperbaiki pada proses pembelajaran

selanjutnya. Sedangkan apabila proses pem-belajaran sesuai dengan yang diharapkan, maka akan dipertahankan dan ditingkatkan lagi pada proses pembelajaran selanjutnya.

Apabila digambarkan dalam bentuk bagan, alur penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan dari Kemmis dan Taggart dalam Hopkins (1993)


(36)

5. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

a. Data Aktivitas Belajar siswa

Data observasi aktivitason tasksiswa ditentukan dalam bentuk per-sentase untuk mengetahui siswa yang aktif dalam kegiatan pembela-jaran. Data tersebut dikumpulkan setiap pertemuan.

Persentase tiap jenis aktivitason taskuntuk tiap pertemuan dianalisis menggunakan rumus:

% 100

% x

n Ai Ai

Keterangan:

%Ai = persentase siswa yang melakukan aktivitason task jenis-i da-lam satu pertemuan

Ai = jumlah siswa yang melakukan aktivitason taskjenis-i n = jumlah siswa

Untuk menghitung aktivitas dalam satu siklus digunakan rumus sebagai berikut:

p Ai

Ais %

%

Keterangan:

%Ais = persentase siswa yang melakukan aktivitas jenis-i persiklus

∑%Ai = jumlah persentase siswa yang melakukan aktivitas jenis-i da-lam satu siklus


(37)

29

p = jumlah pertemuan dalam satu siklus b. Data Penguasaan Konsep

1) Rata-rata penguasaan konsep siswa tiap siklus

n Xi Xi 

Keterangan:

Xi = rata-rata nilai penguasaan konsep siklus ke-i Xi

 = jumlah nilai tes uraian siklus ke-i n = jumlah siswa

2) Persentase peningkatan penguasaan konsep siswa

% 100 % x Y Y Y Y I i I i i     Keterangan:

%Y = persentase kenaikkan penguasan konsep siswa

i

Y = rata-rata penguasaan konsep siswa siklus ke-i

I i

Y = rata-rata penguasaan konsep siklus kei-I c. Data Ketuntasan Belajar Siswa

Keterangan :

%Ri = persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai≥70 siklus ke-i

Pi = jumlah siswa yang memperoleh nilai≥70 siklus ke-i n = jumlah siswa keseluruhan

d. Data Keterampilan Mengkomunikasikan

1) Rata-rata skor keterampilan mengkomunikasikan tiap siklus. % 100 x n ΣPi Ri % 


(38)

Rata-rata skor setiap jenis indikator keterampilan mengkomu-nikasikan siswa pada siklus ke-ndihitung dengan rumus:

n

Pi

= s Pin  Keterangan: n

Pi = rata-rata skor indikator keterampilan mengkomunikasikan siswa pada siklus ke-n.

n

Pi

 = jumlah skor indikator keterampilan mengkomunikasikan siswa pada siklus ke-n.

s = jumlah siswa.

2) Persentase peningkatan keterampilan mengkomunikasikan. Persentase peningkatan setiap jenis indikator keterampilan mengkomunikasikan siswa dari siklus ke siklus dihitung meng-gunakan rumus:

% 100

% 1 x

Pi Pi Pi Pi n n n  

Keterangan:

% Pi= persentase peningkatan indikator keterampilan mengko-munikaskan siswa dari siklus ke siklus.

n

Pi = rata-rata skor indikator keterampilan mengkomunikasi-kan siswa pada siklus ke-n.

n

Pi = rata-rata skor indikator keterampilan mengkomunikasi-kan siswa pada siklus ke-n-1.


(39)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

mening-katkan aktivitason tasksiswa pada materi pokok larutan asam dan ba-sa dari siklus I ke siklus II, dimana aktivitas bertanya pada guru me-ningkat sebesar 8,54% dari 23,08% menjadi 31,62%; aktivitas berdis-kusi aktif dalam kelompok meningkat sebesar 10,23% dari 36,77% menjadi 47%; dan aktivitas mengungkapkan pendapat meningkat se-besar 9,4% dari 20,51% menjadi 29,91%.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mening-katkan rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa pada materi pokok larutan asam dan basa dari siklus I ke siklus II sebesar 9,17% dari dari 69,87 menjadi 76,28.

3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mening-katkan rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok larutan asam dan basa dari siklus I ke siklus II sebesar 7,02% dari 72,86 men-jadi 77,97.


(40)

4. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mening-katkan ketuntasan belajar kimia siswa pada materi pokok asam basa dari siklus I ke siklus II sebesar 13,63% dari 56,41% menjadi 64,10%.

B. Saran

1. Kepada guru bidang studi kimia yang mengajar di kelas XI IPA 2 SMA Teladan Lampung Timur untuk menerapkan model pembelajar-an kooperatif tipe STAD pada materi pokok larutpembelajar-an asam dpembelajar-an basa. 2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan model

pembela-jaran kooperatif tipe STAD sebaiknya lebih memperhatikan alokasi waktu pada saat pembelajaran, serta instrumen yang digunakan dalam penelitian. Perencanaan yang dilakukan sebaiknya sudah benar-benar siap sehingga akan lebih mengefisienkan pembagian alokasi waktu. 3. Peneliti sebaiknya lebih intensif melakukan observasi sebelum

mela-kukan penelitian agar dapat memahami kondisi kelas dengan baik se-hingga memudahkan dalam proses penelitian yang akan dilakukan. 4. Peneliti dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas harus

meng-acu pada lembar kinerja guru sehingga aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dapat sesuai dengan tujuan penelitian.


(41)

47

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Dimyati; Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta. Hidayat, A. 2003 Analisis Ketrampilan Berkomunikasi Siswa SMU Kelas 2 Pada

Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Hopkins, D. 1993.A Teacher’s Guide to Classroom Research.Open University

Press. Buckingham-Philadelpia.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001.Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta

Prianto dan Harnoko. 1997.Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, Michael. 2004.Kimia Untuk SMA Jilid 2A.Jakarta : Erlangga. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Semiawan, Cony. 1992.Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Suparno, P. 1997.Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientas Konstruktivisme.


(42)

Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Dimyati; Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta. Hidayat, A. 2003 Analisis Ketrampilan Berkomunikasi Siswa SMU Kelas 2 Pada

Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Hopkins, D. 1993.A Teacher’s Guide to Classroom Research.Open University

Press. Buckingham-Philadelpia.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001.Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta

Prianto dan Harnoko. 1997.Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, Michael. 2004.Kimia Untuk SMA Jilid 2A.Jakarta : Erlangga. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Semiawan, Cony. 1992.Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Suparno, P. 1997.Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientas Konstruktivisme.


(1)

p = jumlah pertemuan dalam satu siklus b. Data Penguasaan Konsep

1) Rata-rata penguasaan konsep siswa tiap siklus

n Xi Xi 

Keterangan:

Xi = rata-rata nilai penguasaan konsep siklus ke-i Xi

 = jumlah nilai tes uraian siklus ke-i n = jumlah siswa

2) Persentase peningkatan penguasaan konsep siswa

% 100 % x Y Y Y Y I i I i i     Keterangan:

%Y = persentase kenaikkan penguasan konsep siswa i

Y = rata-rata penguasaan konsep siswa siklus ke-i

I i

Y = rata-rata penguasaan konsep siklus kei-I c. Data Ketuntasan Belajar Siswa

Keterangan :

%Ri = persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai≥70 siklus ke-i

Pi = jumlah siswa yang memperoleh nilai≥70 siklus ke-i n = jumlah siswa keseluruhan

d. Data Keterampilan Mengkomunikasikan

1) Rata-rata skor keterampilan mengkomunikasikan tiap siklus.

% 100 x n ΣPi Ri % 


(2)

30 Rata-rata skor setiap jenis indikator keterampilan mengkomu-nikasikan siswa pada siklus ke-ndihitung dengan rumus:

n

Pi

= s Pin

Keterangan: n

Pi = rata-rata skor indikator keterampilan mengkomunikasikan siswa pada siklus ke-n.

n Pi

 = jumlah skor indikator keterampilan mengkomunikasikan siswa pada siklus ke-n.

s = jumlah siswa.

2) Persentase peningkatan keterampilan mengkomunikasikan. Persentase peningkatan setiap jenis indikator keterampilan mengkomunikasikan siswa dari siklus ke siklus dihitung meng-gunakan rumus:

% 100

% 1 x

Pi Pi Pi Pi

n n n   

Keterangan:

% Pi= persentase peningkatan indikator keterampilan mengko-munikaskan siswa dari siklus ke siklus.

n

Pi = rata-rata skor indikator keterampilan mengkomunikasi-kan siswa pada siklus ke-n.

n

Pi = rata-rata skor indikator keterampilan mengkomunikasi-kan siswa pada siklus ke-n-1.


(3)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

mening-katkan aktivitason tasksiswa pada materi pokok larutan asam dan ba-sa dari siklus I ke siklus II, dimana aktivitas bertanya pada guru me-ningkat sebesar 8,54% dari 23,08% menjadi 31,62%; aktivitas berdis-kusi aktif dalam kelompok meningkat sebesar 10,23% dari 36,77% menjadi 47%; dan aktivitas mengungkapkan pendapat meningkat se-besar 9,4% dari 20,51% menjadi 29,91%.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mening-katkan rata-rata keterampilan mengkomunikasikan siswa pada materi pokok larutan asam dan basa dari siklus I ke siklus II sebesar 9,17% dari dari 69,87 menjadi 76,28.

3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat mening-katkan rata-rata penguasaan konsep siswa pada materi pokok larutan asam dan basa dari siklus I ke siklus II sebesar 7,02% dari 72,86 men-jadi 77,97.


(4)

46 4. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

mening-katkan ketuntasan belajar kimia siswa pada materi pokok asam basa dari siklus I ke siklus II sebesar 13,63% dari 56,41% menjadi 64,10%.

B. Saran

1. Kepada guru bidang studi kimia yang mengajar di kelas XI IPA 2 SMA Teladan Lampung Timur untuk menerapkan model pembelajar-an kooperatif tipe STAD pada materi pokok larutpembelajar-an asam dpembelajar-an basa. 2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan model

pembela-jaran kooperatif tipe STAD sebaiknya lebih memperhatikan alokasi waktu pada saat pembelajaran, serta instrumen yang digunakan dalam penelitian. Perencanaan yang dilakukan sebaiknya sudah benar-benar siap sehingga akan lebih mengefisienkan pembagian alokasi waktu. 3. Peneliti sebaiknya lebih intensif melakukan observasi sebelum

mela-kukan penelitian agar dapat memahami kondisi kelas dengan baik se-hingga memudahkan dalam proses penelitian yang akan dilakukan. 4. Peneliti dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas harus

meng-acu pada lembar kinerja guru sehingga aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dapat sesuai dengan tujuan penelitian.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Dimyati; Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta. Hidayat, A. 2003 Analisis Ketrampilan Berkomunikasi Siswa SMU Kelas 2 Pada

Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Hopkins, D. 1993.A Teacher’s Guide to Classroom Research.Open University

Press. Buckingham-Philadelpia.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001.Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta

Prianto dan Harnoko. 1997.Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, Michael. 2004.Kimia Untuk SMA Jilid 2A.Jakarta : Erlangga. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Semiawan, Cony. 1992.Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Suparno, P. 1997.Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientas Konstruktivisme.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi.1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Dimyati; Mudjiono. 2002.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta. Hidayat, A. 2003 Analisis Ketrampilan Berkomunikasi Siswa SMU Kelas 2 Pada

Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. Skripsi: Tidak diterbitkan.

Hopkins, D. 1993.A Teacher’s Guide to Classroom Research.Open University

Press. Buckingham-Philadelpia.

Pannen, P., D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001.Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta

Prianto dan Harnoko. 1997.Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta. Purba, Michael. 2004.Kimia Untuk SMA Jilid 2A.Jakarta : Erlangga. Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Semiawan, Cony. 1992.Pendidikan Ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Rineka Cipta. Jakarta. Suparno, P. 1997.Filsafat Konstruktuvisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta Trianto. 2007.Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientas Konstruktivisme.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP LARUTAN ASAM DAN BASA (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Teladan Lampung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 7 42

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP LARUTAN PENYANGGA (PTK pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Swadhipa Natar TP 2009-2010)

0 4 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KONSEP HIDROKARBON (PTK Pada Siswa Kelas X2 SMAN 15 Bandar Lampung TP 2009-2010)

1 5 99

PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM KOLOID (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Surya Dharma 2 Bandar Lampung TP 2010-2011)

0 13 31

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 53

PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI (PTK Pada Siswa Kelas XI IPA I SMA Wijaya Bandar Lampung TP 2009-2010)

1 35 215

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK STAD (PTK pada Siswa Kelas IIIA SD N 1 Sukadana Ilir Lampung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 9 57

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI ASAM BASA

0 4 43

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

2 12 44

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

0 17 39