2. Profil Pemilu Kota Semarang Tahun 2004
Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 12 Tahun 1999 tentang Partai Politik, jumlah Partai Politik yang terdaftar dalam Departemen
Kehakiman sebanyak 114 Partai Poitik, dari 114 Partai Politik tersebut yang memenuhi syarat untuk ikut dalam Pemilu 1999 adalah 48 Partai Politik. Di
tahun 2004 berdasarkan undang-undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik bahwa partai yang berhak mengikuti pemilu 2004 ini adalah yang lolos
dalam aturan electoral treshold atau jumah suara minimal 2 dalam pemilu 1999. Sementara partai-partai poltik yang tidak memenuhi jumlah minimal
suara dapat bergabung atau mengganti namanya dengan nama baru dan mengikuti proses verifikasi partai politik. Sehingga dalam pemilu 2004 komisi
pemilihan umum menetapkan sebanyak 24 partai politik sebagai kontestan pemilu.
Secara umum penyelenggaraaan pemilu tahun 2004 di Kota Semarang tergolong sukses, aman, tertib, dan lancar, artinya pelaksanaan Pemilu telah
sesuai dengan perundangan-undangan yang berlaku. Reformasi yang bergulir sejak tahun 1998 sampai tahun 2004 telah memberikan dampak yang berarti
terhadap perubahan pola pikir dan sikap sebagian besar warga Kota Semarang
dalam partisipasi politiknya. Sikap warga masyarakat dalam berpolitik ada
yang apatis, yaitu tidak berminat, sinis, bersikap curiga, alienasi yaitu merasa terasing dari kehidupan politik dan pemerintahan masyarakat, dan ada yang
anomi yaitu perasaan kehilangan nilai dan arah hidup, sehingga tidak
memiliki motivasi untuk mengambil tindakan-tindakan yang berarti dalam hidup ini. Dari jumlah penduduk yang berhak memilih di tahun 2004
sebanyak 1.415.720 jiwa hanya 1.031.392 jiwa saja yang menggunakan hak suaranya dengan mendatangi tempat pemungutan suara, artinya tingkat
partisipasi warga Kota Semarang secara kuantitas mencapai 73. Pemilu tahun 2004 bagi warga Kota Semarang secara umum dianggap
sama saja dengan tahun-tahun sebelumnya, yang terpenting mereka datang ke TPS pada saat pemungutan suara dilakukan. Akan tetapi, dalam pemilu tahun
2004 ada perbedaan yang signifikan daripada pemilu sebelumnya yakni masyarakat memilih secara langsung Presiden dan wakil presiden serta wakil
rakyat yang akan duduk di lembaga legislatif. Pemilu tahun 2004 oleh Komisi Pemilihan Umum KPU melalui surat
keputusan No. 100 Tahun 2004 tentang tahapan pemilihan umum yang terdiri dari 9 tahap sebagai berikut :
a. Pendaftaran Pemilih
b. Pendaftaran, Penelitian, dan Penetapan Peserta Pemilu
c. Penetapan Jumlah Kursi dan Daerah Pemilihan
d. Pencalonan Anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD KabupatenKota.
e. Kampanye
f. Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara.
g. Penetapan Hasil Pemilu.
h. Penetapan Perolehan Jumlah Kursi dan Calon Terpilih
i. Pengucapan SumpahJanji
Sumber : KPU Kota Semarang Dalam pemilu tahun 2004 tidak luput dari dinamika yang terjadi. Hal
ini terlihat dari aktivitas-aktivitas politik dalam pemilu seperti kesertaan warga dalam kampanye partai politik maupun pada saat pelaksanaan pemilu.
Terjadinya perbedaan-perbedaan pilihan politik juga merupakan suatu bentuk
konsekuensi logis dari sistem politik dan demokrasi yang semakin terbuka.
Perbedaan-perbedaan pilihan tersebut menjadi sangat wajar sebab masing-masing individu memiliki pemahaman dan kesadaran yang berbeda.
Apalagi tingkat intelektualitas, latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal turut menjadi faktor pendorong atas perbedaan-perbedaan tersebut.
Namun, secara umum perbedaan-perbedaan itu tidaklah mengakibatkan pada suatu kondisi yang mengarah pada sifat destruktif. Artinya warga Kota
Semarang telah mulai memahami demokrasi dengan menghargai perbedaan- perbedaan pilihan politik masing-masing individu.
Lain halnya dengan pemilu yang berada di daerah-daerah lain di Jawa Tengah suasana pertikaian dan konflik menjadi suatu tontonan yang
sebenarnya tidak pantas terjadi. Konflik antar pendukung, pembakaran faslitas-faslitas pemerintahan, dan demontstrasi massa yang anarkis adalah
suatu bentuk ketidakpuasan atas penyelenggaraan pemilu. Tetapi di Kota Semarang meskipun ada gejolak atau riak-riak kecil yang muncul tidaklah
membuat hasil dari pelaksanaan pemilu berubah atau masyarakat menjadi
risau. Terbukti sampai dengan saat ini hasil pemilihan umum 2004 diakui secara legitimate oleh semua pihak dan semua pihak menerima dengan lapang
dada.
3. Bentuk Partisipasi Politik Elit Politik Perempuan Kota Semarang