miliki. Rendahnya intensitas sosialisasi tersebut dapat disebabkan oleh budaya politik maupun non politik yang tidak menguntungkan mereka.
Budaya politik dan non politik yang tertanam langsung sejak masa kanak- kanak, baik dalam lingkungan keluarga maupun di luar keluarga,
menghasilkan sosialisasi politik dan pemahaman yang rendah kadarnya.
C. Budaya Politik
Salah satu aspek penting dalam sistem politik yang memberikan pengaruh dalam proses sosialisasi politik adalah adanya budaya politik
political culture yang mencerminkan faktor subyektif. Budaya politik adalah keseluruhan dari pandangan-pandangan politik, seperti norma-norma, pola-
pola orientasi terhadap politik dan pandangan hidup pada umumnya. Budaya politik mengutamakan dimensi psykhologis dari suatu sistem politik, yaitu
sikap-sikap, sistem-sistem kepercayaan, simbol-simbol yang dimiliki individu- individu dan beroperasi di dalam seluruh masyarakat, serta harapan-
harapannya. Kegiatan politik misalnya, tidak hanya ditentukan oleh tujuan- tujuannya yang didambakannya, akan tetapi juga oleh harapan-harapan politik
yang dimilikinya dan oleh pandangannya mengenai situasi politik Budiardjo, 2002:49.
Pye dalam Ruslan, 2000:79 berpandangan bahwa budaya politik merupakan sejumlah orientasi, keyakinan, dan perasaan, yang memberikan
sistem dan makna bagi proses kegiatan politik, juga memberikan kaidah- kaidah baku yang mengatur tindakan-tindakan individu di dalam sistem
politik. Orientasi terhadap tema-tema politik menurutnya menyangkut tiga aspek yakni: 1 Aspek kognitif, sekitar akurat atau tidaknya pengetahuan
individu tentang sistem politik. Ia mencakup beberapa unsur, seperti kesadaran politik; 2 Aspek afektif, yaitu orientasi-orientasi perasaan terhadap politik,
atau dengan kata lain, perasaan menerima atau menolak hal-hal yang yang bersifat politik; dan 3 Aspek evaluatif, yaitu meliputi apresiasi dan
pandangan seputar persoalan-persoalan politik, dan penilaian terhadap sistem politik trias politika, pressure group, partai-partai politik
Dikemukakan pula oleh Almond dan Verba dalam Sastroatmodjo, 1995: 48-50 bahwa budaya politik tebagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Budaya Politik Parokial. Budaya politik parokial biasanya terdapat dalam
sistem politik tradisional dan sederhana dengan ciri khas spesialisasi masih sangat kecil sehingga pelaku-pelaku politik belum memiliki pengkhususan
tugas tetapi peran yang satu dilakukan dengan peran yang lain baik di bidang sosial, ekonomi maupun keagamaan.
b. Budaya Politik Subjek. Dalam budaya politik subjek masyarakat
menyadari adanya otoritas pemerintah, keputusan pejabat bersifat mutlak, tidak dapat diubah, dikoreksi, apalagi ditentang. Bagi mereka yang prinsip
adalah mematuhi, , menerima, setia, dan loyal kepada pemimpin. c.
Budaya Politik Partisipan. Masyarakat dalam budaya politik partisipan memiliki oorientasi politik yang secara eksplisit ditujuka untuk sistem
secara keselutuhan, bahkan terhadap struktur, proses politik, dan administratif.
Dengan demikian bahwa budaya politik dapatlah dipandang sebagai kondisi yang mewarnai corak kehidupan masyarakat. Budaya politik adalah
pola tingkah laku individu yang berkaitan dengan kehidupan yang dihayati oleh para anggota sistem politik.
D. Elit dalam Bangunan Teori Sosiologis