HASIL PENELITIAN Pengaruh Penambahan Self Cure Activator Pada Sistem Adhesif Untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan terhadap 30 buah sampel gigi premolar pertama mandibula yang dibagi kedalam tiga kelompok dengan perlakuan yang berbeda yaitu 10 sampel untuk kelompok 1 yang dilakukan perawatan saluran akar dan pemasangan pasak pita polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa ditambah dengan self cure activator, 10 sampel untuk kelompok 2 yang dilakukan perawatan saluran akar dan pemasangan pasak pita polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa dan 10 sampel untuk kelompok 3 yang dilakukan perawatan saluran akar dan pemasangan pasak pita polyethylene fiber reinforced tanpa sistem adhesif. Uji celah mikro dilakukan terhadap sampel dengan melihat penetrasi zat warna methylene blue dengan menggunakan stereomikroskop dengan pembesaran 20 x. Hasil yang diperoleh berupa penetrasi zat warna methylene blue 2 , melalui permukaan interface pasak, semen luting dan dentin yang dikategorikan dalam skor kebocoran 0-4, dimana skor 0 untuk tidak ada penetrasi zat warna, skor 1 untuk penetrasi zat warna kurang dari 0,5 mm, skor 2 untuk penetrasi zat warna 0,5-1 mm, skor 3 untuk penetrasi zat warna 1-2 mm, dan skor 4 untuk penetrasi zat warna sampai 2 mm. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil pengukuran ketiga kelompok telah terdistribusi normal. Berdasarkan uji Shapiro-Wilk diperoleh nilai p0,05 pada ketiga kelompok yang menunjukkan data hasil pengukuran tidak terdistribusi normal. Oleh karena data yang diperoleh tidak terdistribusi normal, maka dilakukan Kruskal-Wallis Test untuk mengetahui perbedaan celah mikro diantara ketiga kelompok dengan derajat kemaknaan α=0,05. Tabel 1. Skor Celah Mikro dengan Penetrasi Zat Warna pada Ketiga Kelompok Perlakuan Kelompok Perlakuan Bagian Skor Kebocoran 1 2 3 4 I Pasak pita polyethylene fiber reinforced + sistem adhesif total etsa ditambah self cure activator 10 sampel Coronal 4 5 1 - - Middle 10 - - - - Apical 10 - - - - II Pasak pita polyethylene fiber reinforced + sistem adhesif total etsa 10 sampel Coronal 3 5 2 - - Middle 9 1 - - - Apical 10 - - - - III Pasak pita polyethylene fiber reinforced tanpa sistem adhesif 10 sampel Coronal 1 1 5 3 - Middle 2 2 3 3 - Apical 5 3 2 - - Tabel 1 diatas menunjukkan hasil pengamatan celah mikro pada kelompok I dengan pemasangan pasak pita polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa ditambah self cure activator pada bagian coronal diperoleh 4 sampel berskor 0, 5 sampel berskor 1 dan 1 sampel berskor 2, pada bagian middle diperoleh 10 sampel berskor 0, pada bagian apical diperoleh 10 sampel berskor 0. Pada kelompok II dengan pemasangan pasak pita polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa pada bagian coronal diperoleh 3 sampel berskor 0, 5 sampel berskor 1 dan 2 sampel berskor 2, pada bagian middle diperoleh 9 sampel berskor 0 dan 1 sampel berskor 1, pada bagian apical diperoleh 10 sampel berskor 0. Pada kelompok III dengan pemasangan pasak pita polyethylene fiber reinforced tanpa sistem adhesif pada bagian coronal diperoleh 1 sampel berskor 0, 1 sampel berskor 1, 5 sampel berskor 2 dan 3 sampel berskor 3, pada bagian middle diperoleh 2 sampel berskor 0, 2 sampel berskor 1, 3 sampel berskor 2 dan 3 sampel berskor 3, pada bagian apical diperoleh 5 sampel berskor 0, 3 sampel berskor 1 dan 2 sampel berskor 2. Kemudian dilakukan pengambilan foto dari setiap bagian pada masing-masing kelompok perlakuan sebanyak 2 sampel. Dua sampel untuk bagian coronal dari kelompok I, II dan III ditunjukkan pada gambar 26 dan 27, dua sampel untuk bagian middle dari kelompok I, II dan III ditunjukkan pada gambar 28 dan 29, dan dua sampel untuk bagian apical dari kelompok I, II dan III ditunjukkan pada gambar 30 dan 31. Gambar 25. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian coronal, A. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa ditambah self cure activator terlihat adanya celah mikro CM hanya diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar, B. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar dan juga terdapat celah mikro diantara pasak polyethylene fiber reinforced PFR dengan semen luting, C. Pada pasak polyethylene fiber reinforced tanpa sistem adhesif terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar dan juga terdapat celah mikro diantara pasak polyethylene fiber reinforced PFR dengan semen luting A B C CM PFR LS CM PFR LS LS CM Gambar 26. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian coronal, A. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa ditambah self cure activator terlihat tidak ada celah mikro, B. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar dan juga terdapat celah mikro diantara pasak polyethylene fiber reinforced PFR dengan semen luting, C. Pada pasak polyethylene fiber reinforced tanpa sistem adhesif terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar C B A LS CM LS PFR CM Gambar 27. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian middle, A. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa ditambah self cure activator terlihat tidak ada celah mikro, B. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar dan juga terdapat celah mikro diantara pasak polyethylene fiber reinforced PFR dengan semen luting, C. Pada pasak polyethylene fiber reinforced tanpa sistem adhesif terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar dan juga terdapat celah mikro diantara pasak polyethylene fiber reinforced PFR dengan semen luting A LS CM PFR CM LS PFR B C Gambar 28. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian middle, A. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa ditambah self cure activator terlihat tidak ada celah mikro, B. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa terlihat tidak ada celah mikro, C. Pada pasak polyethylene fiber reinforced tanpa sistem adhesif juga terlihat tidak adanya celah mikro A C B Gambar 29. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian apical, A. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa ditambah self cure activator terlihat tidak ada celah mikro, B. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa terlihat tidak ada celah mikro, C. Pada pasak polyethylene fiber reinforced tanpa sistem adhesif terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar dan juga terdapat celah mikro diantara pasak polyethylene fiber reinforced PFR dengan semen luting A C B PFR CM LS Gambar 30. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian apical, A. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa ditambah self cure activator terlihat tidak ada celah mikro, B. Pada pasak polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa terlihat tidak ada celah mikro, C. Pada pasak polyethylene fiber reinforced tanpa sistem adhesif juga terlihat tidak adanya celah mikro Hasil pengamatan celah mikro dengan stereomikroskop 20 x dianalisa dengan Kruskal-Wallis Test untuk melihat perbedaan diantara seluruh kelompok perlakuan terhadap celah mikro. Hasil uji statistik dengan Kruskal-Wallis Test dapat dilihat pada tabel 2. A C B Tabel 2. Hasil Uji Statistik dengan Kruskal-Wallis Test kelompok N Mean Rank Asymp. Sig coronal 1 10 11.60 2 10 12.50 0.006 3 10 22.40 Total 30 middle 1 10 11.00 2 10 12.20 0.000 3 10 23.30 Total 30 apical 1 10 13.00 2 10 13.00 0.003 3 10 20.50 Total 30 Dari tabel 2 terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan p0.05 yaitu pada bagian coronal p=0.006, middle p=0.000 dan apical p=0.003, di antara ketiga kelompok perlakuan terhadap celah mikro. Kemudian analisis statistik dilanjutkan dengan menggunakan Mann-Whitney Test untuk melihat perbedaan diantara kelompok I dan II, I dan III, serta kelompok II dan III. Hasil uji statistik dengan Mann-Whitney Test dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Uji Statistik dengan Mann-Whitney Test Kelompok I dan II I dan III II dan III Bagian Gigi Coronal Middle Apical Coronal Middle Apical Coronal Middle Apical Skor Celah Mikro 0.805 0.317 1.000 0.005 0.001 0.013 0.009 0.002 0.013 Dari hasil uji statistik dengan Mann-Whitney Test diperoleh hasil bahwa antara kelompok I pasak pita polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa ditambah dengan self cure activator dan kelompok II pasak pita polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa tidak terdapat perbedaan yang signifikan p0.05 yaitu coronal p=0.805, middle p=0.317 dan apical p=1.000, antara kelompok I pasak pita polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa ditambah dengan self cure activator dan kelompok III pasak pita polyethylene fiber reinforced tanpa sistem adhesif terdapat perbedaan yang signifikan p0.05 yaitu coronal p=0.005, middle p=0.001 dan apical p=0.013 dan antara kelompok II pasak pita polyethylene fiber reinforced dengan sistem adhesif total etsa dan kelompok III pasak pita polyethylene fiber reinforced tanpa sistem adhesif terdapat perbedaan yang signifikan p0.05 yaitu coronal p=0.009, middle p=0.002 dan apical p=0.013.

BAB 6 PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Perbedaan Celah Mikro Pasak Glass Prefabricated Fiber Reinforced Dan Pasak Pita Polyethylene Fiber Reinforced Dengan Menggunakan Sistem Adhesif Total- Etch (Penelitian In Vitro).

5 86 97

Pengaruh Self Cure Activator pada Sistem Total Etsa dengan Menggunakan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber terhadap Ketahanan Fraktur dan Pola Fraktur

2 66 98

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 4 109

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 2

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 6

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 20

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 4

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 1 20

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 14

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator Pada Sistem Adhesif Untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 14