Alih Fungsi Lahan Pertanian

23 sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula seperti yang direncanakan menjadi fungsi lain yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Harsono 1992 menyebutkan bahwa peningkatan kebutuhan lahan terjadi karena peningkatan keperluan untuk pembangunan pemukiman dan industri serta pembangunan jaringan prasarana dan berbagai fasilitas umum. Alih fungsi lahan dapat bersifat permanen dan dapat bersifat sementara. Jika lahan sawah beririgasi teknis berubah menjadi kawasan pemukiman atau industri, maka alih fungsi ini bersifat permanen. Namun jika lahan sawah dialihfungsikan menjadi lahan lain maka alih fungsi bersifat sementara karena pada tahun-tahun berikutnya dapat diubah menjadi lahan sawah kembali. Alih fungsi lahan yang bersifat permanen pada umumnya lebih besar dan berdampak lebih serius dari pada alih fungsi yang bersifat sementara. Astawa 2009 dalam bukunya yang berjudul “Kearifan Lokal dan Pembangunan Ekonomi Suatu Model Pembangunan Ekonomi Bali Berkelanjutan ” menyatakan bahwa alih fungsi lahan pertanian di Bali tidak dapat dibendung oleh kekuatan apapun. Banyak aturan hukum yang dibuat tetapi hanya menjadi pajangan sehingga oleh banyak pihak disebut sebagai “macan ompong”. Lahan pertanian telah beralih fungsi secara signifikan untuk pembangunan infrastruktur sosial dan fasilitas umum, perumahan dan investasi swasta dan pembangunan berbagai usaha ekonomi produktif sehingga mengalami pengurangan secara gradual karena berbagai tekanan dan kepentingan masyarakat dengan berbagai alasan. 24 Perubahan penggunaan lahan pada umumnya mengurangi jumlah lahan pertanian. Oleh sebab itu pengembangan sektor pertanian pada umumnya terdapat pada wilayah dengan tanah yang subur. Pada wilayah ini selanjutnya berkembang pusat-pusat pemukiman penduduk disertai prasarana dan fasilitas umum seperti halnya kawasan wisata. Pengembangan sarana prasana semakin meningkat dan peralihan fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian semakin pesat. Alih fungsi lahan yang begitu dahsyat baik untuk perumahan, perkantoran maupun tempat wisata menjadikan kondisi pertanian semakin mengkhawatirkan. Ada beberapa penyebab ditinggalkannya sektor pertanian menurut Dhyana 2009 sebagai berikut. 1. Sektor pertanian membutuhkan biaya input yang besar seperti mahalnya harga pupuk, bibit atau obat-obatan sedangkan hasil output tidak begitu besar apalagi bersaing dengan makanan impor yang lebih diminati golongan atas. 2. Pemerintah kurang konsisten dan berpihak terhadap kondisi pertanian kita, tampak dengan kebijakan pemerintah yang membuka kran impor sehingga masyarakat lebih cenderung memilih makanan impor. 3. Semakin menyempit atau menyusutnya lahan produktif di Bali yang diganti dengan pembangunan sarana fisik berupa bangunan pemukiman, maupun perhotelan serta pertokoan ruko. 4. Sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim dan cuaca serta hama dan penyakit. 25 5. Imbas kemajuan sektor pariwisata secara ekonomis dinilai lebih menguntungkan dan hasilnya lebih cepat sehingga masyarakat lebih cenderung berkecimbung di sektor tersebut. Adanya fenomena alih fungsi lahan pertanian ini kemudian diatur dalam UU Nomor 41 Tahun 2009 yang bertujuan untuk melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani, meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan petani sekaligus meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang lebih baik.

2.5. Pengendalian Lahan Pertanian

Menurut UU No.41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam merencanakan dan menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara berkelanjutan. Pengendalian Lahan Pertanian dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui pemberian:

a. Insentif

Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 huruf a UU No. 41 Tahun 2009 diberikan kepada petani berupa: a. keringanan Pajak Bumi dan Bangunan; b. pengembangan infrastruktur pertanian; c. pembiayaan penelitian dan pengembangan benih dan varietas unggul; d. kemudahan dalam mengakses informasi dan teknologi; 26 e. penyediaan sarana dan prasarana produksi pertanian; f. jaminan penerbitan sertifikat bidang tanah pertanian pangan melalui pendaftaran tanah secara sporadik dan sistematik; danatau g. penghargaan bagi petani berprestasi tinggi.

b. Disinsentif

Disinsentif sebagaimana dimaksud dalam UU No.41 Tahun 2009 berupa pencabutan insentif dikenakan kepada petani yang tidak memenuhi kewajibannya.

c. Mekanisme Perizinan

1. Lahan yang sudah ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilindungi dan dilarang dialihfungsikan. 2. Pengalihfungsian Lahan yang sudah ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan untuk kepentingan umum hanya dapat dilakukan dengan syarat: a. dilakukan kajian kelayakan strategis; b. disusun rencana alih fungsi lahan; c. dibebaskan kepemilikan haknya dari pemilik; dan d. disediakan lahan pengganti terhadap Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dialihfungsikan.

d. Proteksi;

Proteksi merupakan sistem perlinduangan baik langsung maupun tidak langsung, yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendukung petani. Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan suatu keharusan bagi perusahaan yang diwajibkan oleh pemerintah melalui peraturan perudang – udangan. Proteksi ini