management, new public service dan good Governance. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan teori good Governance tata kelola. 2.2.1
Good Governance Tata Kelola
Good governance dalam penelitian ini merujuk pada pengertian tata kelola m
enurut Mas’oed 2003: 150 – 151 dalam buku yang berjudul administrasi publik teori dan aplikasi good governance 2008 mengemukakan bahwa good
governance tata kelola merupakan prinsip dalam mengatur pemerintahan yang memungkinkan layanan publiknya efisien, sistem pengadilannya bisa diandalkan
dan administrasinya bertanggungjawab pada publik. Menurut Hardijanto 2000 mengemukan pula governance merupakan mekanisme suatu pengelolaan
berdasarkan kewenangan tertinggi. Menurut Lembaga Administrasi Negara LAN mengartikan good governance adalah proses penyelenggaraan kekuasaan
negara dalam melaksanakan penyediaan public good and service Lembaga Administrasi Negara, Jakarta, 2000, h.1.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli dan lembaga diatas dapat disimpulkan bahwa good governance adalah proses penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dalam suatu negara yang melibatkan interaksi dengan masyarakat dengan bertanggungjawab. Pemerintahan yang baik dalam hal ini
tentunya wajib mengimplementasikan prinsip – prinsip dasar dari governance
tersebut.
2.2.2 Prinsip Good Governance Tata Kelola
Menurut United Nation Development Program UNDP, 1997 dalam buku yang berjudul Birokasi Pemerintahan karya Mustafa Pengantar Arief 2013
mengemukakan bahwa karakteristik atau prinsip yang harus dilaksanakan dalam tata kelola penyelenggaraan pemerintahan yang baik meliputi sebagai berikut:
1. Partisipasi Participation
Prinsip ini menjelaskan bahwa setiap warna masyarakat memiliki hak suara yang sama dalam pengambilan keputusan baik yang dilaksanakan
secara langsung maupun lembaga melalui lembaga perwakilan sesuai dengan kepentingan aspirasinya masing
– masing. 2.
Aturan Hukum Rule of Law Prinsip ini menjelaskan bahwa aturan hukum dan perundang
– undangan harus berkeadilan, ditegakan dan dipatuhi. Dalam aturan hukum ini tidak
ada perbedaan hukum yang diterapkan. 3.
Transparansi Transparency Prinsip ini harus dibangun dalam rangka kebebasan aliran informasi
– informasi yang akan diberikan kepada publik.
4. Daya Tanggap Responsiveness
Setiap institusi dan prosesnya diarahkan dalam upaya untuk melayani berbagai pihak kepentingan.
5. Berorientasi Konsensus Consesus Orientation
Pemerintahan yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai kesempatan terbaik bagi
kepentingan berbagai pihak dan diberlakukan kebijakan penerimaan dan prosedur yang ditetapkan pemerintah.
6. Berkeadilan Equity
Pemerintahan yang baik akan memberikan kesempatan terhadap masyarakatnya untuk meningkatkan dan memelihara kualitas hidupnya.
7. Efektivitas dan Efisiensi Effectiveness and Effiency
Dalam setiap proses kegiatan dan kelembagaan akan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik
– baiknya. 8.
Akuntabilitas Accountability Dalam hal ini setiap pengambilan keputusan dalam berorganisasi sektor
publik memiliki pertanggungjawaban yang harus dipertanggungjawabkan kepada publik.
9. Visi Strategis Strategic Vision
Para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia dengan kebutuhan untuk pembangunan tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang Penerimaan
Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali dalam penelitian ini hanya menggunakan dua yakni
prinsip transparansi transparency dan akuntabilitas accountability karena mengingat kedua prinsip tersebut sering kali memunculkan permasalahan
ditataran praktis yang melibatkan pihak seperti pengawas, panitia, calon siswasiswi dan orang tua calon siswa
– siswi Brigadir Polri dalam proses seleksi penerimaan Brigradir Polri. Dalam Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir
Polri Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali pelaksanakan seleksi penerimaan bedasarkan pada Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep445X2008 Tanggal 31
Oktober 2008 tentang Naskah Sementara Pedoman Penerimaan Calon Brigadir Polisi.
Prinsip transparansi transparency wajib untuk diterapkan dan dilaksanakan pada Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam
Perspektif Governance Tahun Anggaran 2015 di Polda Bali yang berdasarkan pada Surat Keputusan Kapolri No.Pol: Skep445X2008 Tanggal 31 Oktober
2008 tentang Naskah Sementara Pedoman Penerimaan Calon Brigadir Polisi karena dalam semua tahap proses penerimaan Brigadir Polri wajib dilaksanakan
secara terbuka oleh yang terlibat baik secara internal maupun secara eksternal seperti Lembaga Sosial Masyarakat LSM, Ikatan Dokter Indonesia IDI, Forum
Komunikasi Umat Beragama FKUB. Prinsip akuntabilitas accountability dalam proses ini wajib untuk
diterapkan dan dilaksanakan dengan harapan pada pelaksanaan Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri dalam Perspektif Governance Tahun
Anggaran 2015 di Polda Bali dapat berjalan sesuai dengan pedoman yang berlaku dan ditetapkan sebagai acuan penerimaan Brigadir Polri di seluruh Indonesia
khususnya dalam penelitian ini di Polda Bali. Lembaga Kepolisian yang ada di masing
– masing daerah yang pada penelitian ini yaitu Kepolisian Daerah Polda Bali harus dapat mempertanggungjawabkan segala proses ini kepada semua pihak
yang terlibat termasuk dalam institusi lembaga Kepolisian Republik Indonesia.
Kedua prinsip ini sangat penting untuk diimplementasikan dalam Penerimaan Sumber Daya Manusia Brigadir Polri Tahun Anggaran 2015 di Polda
Bali karena hal penerimaan ini sebagai penentu awal dalam organisasi kepolisian dalam menjalankan tugasnya sehingga nantinya dapat menghasilkan Brigradir
Polri yang sesuai dengan kriteria sesuai dengan pedoman ditetapkan yang berpengaruh besar terdahap polisi dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab
sehingga nantinya diharapkan dapat terwujudnya personel kepolisan yang integritas dan profesionalitas serta dengan harapan dapat terhindar dari praktek -
praktek KKN Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme serta kedua prinsip tersebut sangat rentan terjadinya permasalahan dalam penerimaan Brigadir Polri dengan
mengacu pada kasus – kasus dan permasalahan yang ada sehingga akan
berpengaruh kepercayaan publik terhadap institusi pemerintah ini.
2.2 Kerangka Konsep