13
2.2.3.5 Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan pernyataan komitmen manajemen melalui ceramah, surat edaran atau
pembagian buku2 yang terkait dengan SMK3 Rudi Suardi, 2007:30.
2.3 Manajemen Risiko
Sebagai bagian dari proses manajemen, penerapan manajemen risiko dalam SMK3 bertujuan untuk membantu pihak manajemen untuk mencegah
terjadinya kerugian pada perusahaan melalui pengelolaan risiko yang akurat. Dalam manajemen risiko, penilaian risiko sangat berpengaruh dalam menentukan
akibat atau pemaparan potensi bahaya, sebab melalui penilaian risiko, maka kecelakaan akibat kerja dapat dicegah ataupun dihilangkan A. M. Sugeng
Budiono, 2005:210. Menurut Rudi Suardi 2007:69, manajemen risiko merupakan inti dari
Sistem Manajemen K3 , karena itu secara khusus OHSAS dan Permenaker No.05Men1996 mempersyaratkan adanya pengelolaan risiko. Sebuah organisasi
dapat menerapkan metode pengendalian risiko apapun sejauh metode tersebut mampu mengidentifikasi, mengevaluasi dan memilih prioritas risiko dan
mengendalikan risiko dengan melakukan pendekatan jangka pendek dan jangka panjang. Bagan Manajemen Risiko gambar 1.
14
Gambar 1 Bagan Manajemen Risiko.
2.3.1 Identifikasi Bahaya
Langkah pertama dalam proses manajemen risiko adalah melakukan identifikasi bahaya tempat kerja atau tempat yang berpeluang mengalami
kerusakan. Cara sederhana untuk memulai menentukan bahaya dapat dilakukan dengan membagi area kerja berdasarkan kelompok Rudi Suardi, 2007:74,
seperti: Klasifikasi Aktivitas Kerja
Memilih Sasaran Penting Menyusun Prioritas
Tindak Lanjut Menentukan Risiko
Identifikasi Bahaya
Bagi sasaran yang dianggap penting diberi nilai pencapaian
jika memungkinkan Membuat Program
Menerapkan Program Tinjauan
Sasaran yang tidak masuk kriteria penting disimpan
untuk program berikutnya
15
1. Kegiatan-kegiatan seperti pekerjaan pengelasan, pengolahan data
2. Lokasi kantor, gudang, lapangan
3. Aturan-aturan pekerja kantor, atau bagian elektrik
4. Fungsi atau proses produksi administrasi, pembakaran, pembersihan,
penerimaan, finishing Identifikasi sumber bahaya dilakukan dengan mempertimbangkan:
1. Kondisi dan kejadian yang dapat menimbulkan potensi bahaya Tabel 2.1
2. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
16 Tabel 2. Daftar Bahaya Potensial
Lingkungan Kerja Energi
Pekerjaan Manual Biologi
Plant Zat Kimia
Akses 1.
Mengacu pada akses yang sesuai
Penyegar Ruangan 1.
Udara yang kotor Temperatur yang Ekstrim
1. Kontak dengan benda
yang panas atau dingin 2.
Terkena lingkungan yang panas atau dingin.
Pencahayaan 1.
Mengacu pada pencahayaan yang
sesuai
Tekanan Mental 1.
Gertakangangguan 2.
Kekerasan 3.
Kerja shift Electrical
1. Tersetrum
Gravitasi 1.
JatuhTersandungTerg elincir
2. Tertimpa benda
Energi Kinetik 1.
Menabraktertabrak benda
Getaran 1.
Getaran seluruhsebagian tubuh
Kebisingan 1.
Bising tiba-tibadalam waktu yang lama
Radiasi 1.
Radiasi UV, infra-red 2.
Gelombang mikro 3.
Laser Tegangan Tubuh
1. Kejang otot ketika
mengangkat, mengangkut atau
menurunkan benda.
2. Kejang otot ketika
menangani benda selain mengangkat,
mengankut atau menurunkan benda.
3. Kejang otot ketika
tidak ada benda yang ditangani
4. Pergerakan yang
berulang.
Ergonomis 1.
Kelelahan 2.
Desain tempat kerja yang mengakibatkan
stres, kesalahan. 1.
Bakteri 2.
Jamur 3.
Virus 4.
Parasit Mekanik
1. Kendaraan
bermotor 2.
Peralatan mesin
3. Peralatan
manual 1. Terkontak dengan
zat kimia dalam waktu sebentar
2. Terkontak zat
kimia dalam waktu yang lama
3. Tersengat hewan
berbisa 4.
Kebakaran dan ledakan
Udara Keras 1.
Debu dari kayu 2.
Gas seperti: CO, CO
2
3. Asap dan uap
4. Kabut seperti asam
Kontak Kulit 1.
Terserap seperti pestisida
2. Karatan seperti:
asam, alkali 3.
alergi
17 2.3.2
Penilaian Risiko Penilaian risiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian
terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja Rudi Suardi, 2007:79. Metode Penilaian risiko antara lain:
2.3.2.1 Menentukan Peluang
Menentukan peluang insiden yang terjadi di tempat kerja, kita dapat menggunakan skala berdasarkan tingkat potensinya. Berikut ini adalah beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi peluang terjadinya sebuah insiden: 1.
Berapa kali situasi terjadinya 2.
Berapa orang yang terpapar 3.
Keterampilan dan pengalaman orang yang terluka 4.
Berbagai karakteristik khusus personel yang terlibat 5.
Durasi paparan 6.
Pengaruh posisi seseorang terhadap bahaya 7.
Distraksi, tekanan waktu atau kondisi tempat kerja 8.
Jumlah material atau tingkat paparan 9.
Kondisi lingkungan 10.
Kondisi peralatan 11.
Efektivitas pengendalian yang ada. Cara menentukan peluang dalam menilai risiko dijelaskan pada Tabel 3 berikut.
18
Tabel 3. Menentukan Peluang Peluang
Sering Sangat Sering
Sedang Jarang
Sangat Jarang Dapat terjadi kapan saja
Dapat terjadi secara berkala Dapat terjadi pada kondisi tertentu
Dapat terjadi, tapi jarang Memungkinkan tidak pernah terjadi
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 2007. 2.3.2.2
Menentukan konsekuensi Untuk menentukan konsekuensi, kita harus membuat ketetapan pada
severity yang berpotensi terjadi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsekuensi yang harus dipertimbangkan:
1. Potensi pada reaksi berantai, dimana sebuah bahaya jika tidak dihilangkan,
akan mengakibatkan kondisi yang lebih berat. 2.
Konsentrasi Substansi 3.
Volume Material 4.
Kecepatan proyektil dan pergerakan bagiannya 5.
Ketinggian, akibat yang dihasilkan dari benda yang jatuh ditentukan dari benda itu semula, begitu pula orang yang jatuh dari ketinggian.
6. Jarak pekerja dari bahaya potensial
7. Berat, untuk kejadian tertimpa benda sangat dipengaruhi berat benda tersebut.
8. Tingkat gaya dan energi. Misalnya semakin tinggi volume listrik semakin
tinggi akibat yang dihasilkan jika tersetrum.
Bahaya Potensial dibagi menjadi 5 jenis bahaya seperti pada Tabel 4 berikut ini. Tabel 4. Panduan Daftar Bahaya Potensial
19
Tidak Signifikan
TS Minor
M Sedang
S Besar
B Bencana
Besar BB
Iritasi mata Ketidak-
nyamanan Pegal-pegal
Lelah Luka pada
permukaan tubuh
Tergores Terpotong
tersayat kecil Bising
Sakit kepala pusing
Memar Luka terkoyak
Patah tulang ringan
Sakit radang kulit
Asma Cacat minor
permanen Terbakar
Gegar otak Terkilir serius
Keracunan Patah tulang
berat Amputasi
Luka fatal Luka
kompleks Kanker
Penyakit mematikan
Penyakit fatal akut
Kematian Tuli
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 2007. 2.3.2.3
Tingkat setiap risiko Level atau tingkatan risiko ditentukan oleh hubungan antara nilai hasil
identifikasi bahaya dan konsekuensi. Hubungan ini dapat dilihat dalam Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 berikut:
Tabel 2.4 Penilaian Risiko - 2D Model Peluang
1 Tidak
Signifikan 2
Minor 3
Moderate 4
Major 5
Bencana Besar
A Sering Sekali
H H E E E
B Sering
M H H
E E
C Sedang
L M H
E E
D Jarang
L L M
H E
E Sangat Jarang
L L M
H H
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 2007
20
Tabel 2. 5 Penilaian Risiko - 3D Model Bahaya yg
diidentifikasi Penilaian Risiko
Nilai Risiko
E x L x K Tingkatan
Risiko Paparan
E Peluang
L Konsekuensi
K
Kategori: Definisi
Paparan Peluang Konsekuensi Nilai
Risiko
Terus menerus 10 Sangat sering 1
Fatal 20 E 20
Berkala 6 Sering 0,6
Major 10 H 10
Tertentu 3 Sedang 0,3
Sedang 5 M 3-10
Tidak teratur 2 Jarang 0,1
Minor 2 L 3
Jarang 1 Sangat jarang 0,05
Tdk Signifikan 1 -
Sumber: Rudi Suardi, Sistem Manajemen K3 2007 Keterangan:
E : Ekstrim atau Signifikan
H : Risiko Tinggi
M : Risiko Sedang
L : Risiko Rendah
2.3.3 Menetapkan Pengendalian
Perusahaan harus merencanakan pengelolaan dan pengendalian kegiatan- kegiatan, produk barang dan jasa yang dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja
yang tinggi. Pengendalian risiko kecelakaan dilakukan melalui metode Hirarki Pengendalian Risiko Gambar 2.
21
Gambar 2 Hirarki Pengendalian Risiko
Hirarki pengendalian risiko terdiri dari 5 bagian yaitu: 2.3.3.1
Menghilangkan Bahaya Menghilangkan bahaya adalah langkah ideal yang dapat dilakukan dan
menjadi pilihan pertama dalam melakukan pengendalian risiko. Ini berarti menghentikan peralatan atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya atau
dengan kata lain peralatan tersebut tidak digunakan lagi Rudi Suardi, 2007:85. 2.3.3.2
Substitusi atau Mengganti Prinsipnya adalah menggantikan sumber risiko dengan saranaperalatan
lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak ada. Ciri khas tahap ini adalah melibatkan pemikiran yang lebih mendalam bagaimana membuat lokasi kerja
yang lebih aman dengan melakukan pengaturan ulang lokasi kerja, memodifikasi Menghilangkan Bahaya
Penggantian
EngineeringRekayasa
Administrasi
Alat Pelindung Diri APD
22
peralatan, melakukan kombinasi kegiatan, perubahan prosedur, mengurangi frekuensi dalam melakukan kegiatan berbahaya Rudi Suardi, 2007:86.
2.3.3.3 Isolasi
Pada tahap ini dilakukan isolasi terhadap area berbahaya dari pekerja atau dari orang yang ingin memasuki area tersebut Rudi Suardi, 2007:87.
2.3.3.4 Pengendalian secara Administrasi
Tahap ini menggunakan prosedur, Standard Operational n ProcedureSOP atau panduan sebagai langkah untuk mengurangi risiko.
Beberapa bentuk pengendalian secara administratif Rudi Suardi, 2007:88 adalah sebagai berikut:
1. Melakukan rotasi kerja untuk mengurangi efek risiko
2. Membatasi waktu atau frekuensi untuk memasuki area.
3. Melakukan supervisi pekerjaan.
4. Membuat prosedur, instruksi kerja atau pelatihan pengamanan.
5. Melakukan pemeliharaan pencegahan dan membuat prosedur house keeping.
6. Membuat tanda bahaya.
2.3.3.5 Penggunaan Alat Pelindung Diri APD
Sarana pengaman diri adalah pilihan terakhir yang dapat kita lakukan untuk mencegah bahaya Rudi Suardi, 2007:89. Alat pelindung diri mencakup
semua pakaian dan aksesoris yang digunakan pekerja yang didesain untuk menjadi pembatas sumber bahaya. Beberapa perlindungan yang disediakan oleh
beberapa jenis Personal Protective Equipment seperti yang tertera pada Tabel 7 berikut ini:
23
Tabel 7. Daftar PPE Personal Protective Equipment Bagian Tubuh
Bahaya APD
1 2 3
Kepala Benda-benda jatuh,
ruang yang sempit, rambut terjerat
Helm keras hard hats, helm empuk bump caps, topi, harnet
Telinga atau pendengaran
Suara bising Tutup telinga ear muff
sumbat telinga ear plug
Mata Debu, kersik,
partikel-partikel beterbangan, radiasi,
laser, bunga api las Kacamata pelindung goggles,
24
Lanjutan Tabel 7 1 2
3
Mata Debu, kersik, partikel-
partikel beterbangan, radiasi, laser, bunga api las
Pelindung wajah Welding Mask
Paru Debu, asap, gas beracun
dan atmosfer miskin oksigen
Dust, mist respirator
Chemical Cartridge Respirator
25
Lanjutan Tabel 7 1 2
3
Paru Debu, asap, gas beracun dan
atmosfer miskin oksigen alat bantu pernapasan
Breathing Aparatus
Tangan Tepi-tepi dan ujung yang
tajam, zat kimia korosif, temperatur tinggirendah
Sarung tangan pelindung,
sarung tangan tahan bahan kimia,
26
Lanjutan Tabel 7 1 2
3
Tangan Tepi-tepi dan ujung
yang tajam, zat kimia korosif, temperatur
tinggirendah sarung tangan tahan panas
Kaki Terpeleset, benda tajam
di lantai, benda jatuh, percikan logam cair
Sepatu pengaman selubung kaki gaiter dan sepatu pengaman
Rubber Boots
Kulit Kotoran dan bahan
korosif ringankuat dan zat pelarut
Krim pelindung
Torso dan tubuh Zat pelarut, kelembaban
Pelindung yang kedap seperti sarung tangan dan celemek,
overall
27
Lanjutan Tabel 7 1 2 3
Keseluruhan tubuh Atmosfer yang
berbahaya uap beracundebu
radioaktif, Terjatuh, kendaraan
bergerak, gergaji rantai, temperatur
tinggi, cuaca ekstrim
Pakaian bertekanan udara pressured suits, bajurompi yang terlihat di
kegelapan high -visibility, baju pelindung khusus, baju tahan panas,
baju untuk segala suasana, tali- temali pelindung fullbody harnes
Full-body harnes
Sumber: John Ridley 2008, www.saffewayindia.comppe.htm
2.3.2.4 Penerapan Langkah Pengendalian
Penerapan Langkah pengendalian dapat dilakukan dengan 6 cara dibawah berikut:
2.3.2.4.1 Mengembangkan Prosedur Kerja
Prosedur kerja bertujuan sebagai alat pengatur dan pengawas terhadap bentuk pengendalian bahaya dan risiko, agar penerapan pengendalian bahaya
potensial dapat berjalan secara efektif, melalui koridor-koridor yang telah ditetapkan. Oleh karena itu tanggung jawab manajemen, supervisor, dan pekerja
28
harus secara jelas dinyatakan dalam prosedur tersebut sehingga prosedur kerja dapat dikembangkan Rudi Suardi, 2007:92.
2.3.2.4.2 Komunikasi
Kita harus menginformasikan pada pekerja tentang penggunaan alat pengendali bahaya, dan juga penting untuk diinformasikan tentang alasan
penggunaannya Rudi Suardi, 2007:92. 2.3.2.4.3
Menyediakan Pelatihan Agar para pekerja dan personel lainnya lebih mengenal alat pengendali
yang kita terapkan, mereka harus juga diberikan pelatihan atau penjelasan yang memadai Rudi Suardi, 2007:93.
2.3.2.4.4 Pengawasan
Pengawasan harus tetap dilakukan untuk memastikan alat pengendali bahaya potensial digunakan secara benar Rudi Suardi, 2007:93.
2.3.2.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan terhadap alat pengendali bahaya adalah bagian yang penting dalam proses penerapan. Prosedur kerja harus mencantumkan peryaratan
pemeliharaan untuk memastikan keefektfan penggunaan alat pengendali ini Rudi Suardi, 2007:94.
2.3.2.4.6 Monitor dan Tinjauan
Pemantauan monitoring dan tinjauan risiko harus dilakukan pada interval waktu sesuai dengan yang ditetapkan dalam organisasi. Dalam tahap ini
digunakan daftar periksa pertanyaan untuk memastikan sejauh mana kesesuaiannya dengan perencanaan Rudi Suardi, 2007:94. Dalam menjawab
pertanyaan yang ada, kita dapat melakukan tiga cara di bawah ini:
29
1. Berkonsultasi dengan pekerja
2. Mengukur personel yang berpeluang terkena
3. Memonitor laporan insiden.
2.4 Kerangka Teori