Interpretasi Lukisan Reyog Obyokan IV 2011

sebelumnya. Tepat di belakang objek figur dilukiskan dengan warna hitam, namun background Bujangganong berbeda dengan objek yang lain, yaitu berwarna putih. Proporsi figur penari-penari Reyog tampak seimbang dan wajar. Tinggi tubuh orang dewasa ideal kurang lebih tujuh sampai delapan kali ukuran panjang kepalanya. Namun, setiap objek figur dilukiskan secara terpisah, sehingga untuk membandingkan dengan objek lain akan sedikit sulit.

c. Interpretasi

Lukisan Reyog Obyokan ini lahir dari kesenian Reyog yang berkembang di masyarakat Ponorogo. Interpretasi pada lukisan Reyog Obyokan ini menceritakan tentang masing-masing figur pemain Reyog. Dhadak Merak adalah penggambaran dari Singobarong yang dihinggapi burung merak. Bujangganong adalah Patih yang diutus Klono Sewandana, sedangkan Jathil adalah pasukan berkuda dari kerajaan Bandarangin. Reyog mengisahkan bahwa Singobarong penguasa hutan Roban tidak terima karena Patih Bujangganong menakhlukkan seratus lima puluh ekor harimaunya untuk mempersunting Putri Songgolangit. Singobarong menghadang rombongan Patih Bujangganong bersama prajurit berkuda di hutan Roban. Terjadilah pertempuran hebat antara Singobarong melawan Klono Sewandono Raja Kerajaan Bandarangin. Pertempuran dimenangkan oleh Klono Sewandono, sehingga kepala Singobarong dibawa ke kerajaan Bandarangin di Ponorogo sebagai bukti kemenangan raja yang sangat sakti pada jaman itu. Selama perjalanan, burung merak selalu terbang mengikuti kepala Singobarong, sesekali bertengger diatasnya. Hal itu terlihat bahwa burung merak tidak rela jika sang raja hutan dibawa pergi. Singkat cerita, setelah diketahui bahwa Putri Songgolangit mandul, dia merasa gagal menjadi seorang istri dan memutuskan untuk pergi meninggalkan Klono Sewandono. Sang Raja begitu sedih karena dia sangat sayang pada istrinya. Akhirnya Patih Bujangganong menciptakan sebuah pertunjukan untuk menghibur Raja. Diciptakannya tarian Reyog untuk mengenang perjuangan Raja mendapatkan Putri Songgolangit yang penuh dengan pengorbanan. Masspoor sengaja menyisakan kanvas yang berwarna putih untuk membuat jarak antarobjek. Warna putih disini ditafsirkan sebagai bahasa batin manusia. Menggambarkan tentang kesenian Reyog Obyokan yang masih murni. Background setiap figur penari Reyog berwarna hitam yang dapat memunculkan kesan gagah dan mistis pada tari Reyog Obyokan.

BAB V PENUTUP

A. Simpulan 1. Deskripsi

Lukisan Reyog Obyokan memiliki format horizontal. Lukisan ini didominasi oleh warna monokrom hitam. Figur penari Reyog yang digambarkan diantaranya adalah Dhadak Merak, penari Jathil, Patih Bujangganong, dan Prabu Klono Sewandono.

2. Analisis Formal

Point of interest pada lukisan ini terletak pada figur Jathil dan Dhadak Merak. Selain warna monokrom hitam, terdapat beberapa warna lain yang terlihat kontras seperti warna merah, kuning, dan putih yang selalu ada pada setiap lukisan. High light yang digambarkan begitu tegas, sehingga pencahayaannya terlihat dari atas dan sisi depan lukisan. Unsur-unsur yang terdapat dalam lukisan saling berhubungan dan terlihat menyatu. Lukisan Reyog Obyokan memiliki proporsi yang seimbang. Keseimbangan yang digambarkan berbentuk informal karena tidak memiliki poros dan bentuknya asimetris.

3. Interpretasi

Lukisan Reyog Obyokan menceritakan tentang kisah Bujangganong dan prajurit berkuda Jathil yang berperang melawan Singobarong. Pertempuran dimenangkan oleh kubu Bujangganong dan Klono Sewandono dengan memenggal kepala Singobarong dan membawanya ke kerajaan Bandarangin.