KRITIK SENI DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA D

Kritik Seni Dalam Pendidikan Seni Rupa dan Desain

2002

KRITIK SENI DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA
DAN DESAIN
Nanang Ganda Prawira
dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.2 No.5
September 2002

Abstrak
Salahsatu kegiatan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran seni rupa dan desain ialah kegiatan
mengkritik karya anakdidik. Kegiatan memberikan kritik
sebenarnya dilakukan untuk memberikan penguatan dan
motivasi belajar anakdidik dalam proses pembelajaran.
Kegiatan pemberian kritik yang pedagogis ini sudah
tentu dilakukan para pendidik (dosen atau guru) dalam
proses pembelajaran mata kuliah praktik, balk lisan
maupun tulisan. Kritik lisan biasanya dilaksanakan ketika
anak didik berkonsultasi langsung dalam asistensi

karya. Kritik berupa tulisan biasanya ditulis berupa
catatan
beberapa
kelemahan
karya.
Dalam
pelaksanaannya para pendidik hanya memberikan
catatan kelcurangan/ kelemahan karya (kritik negatif),
tetapi jarang yang mencatatkan keunggulan/ kebaikan/
kebagusan karya anakdidik (kritik positif). Kegiatan kritik
pedagogis ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dan proses evaluasi pendidikan.
Kata
Kunci:
(reinforcement)

kritik

I. Pendahuluan
Kita

menyadari
kritik
sudah
sejak
lama
dilakukan oleh kita sebagai
1

pedagogik,

penguatan

manusia.
Dalam
keseharian, kita secara
sengaja atau tidak sengaja
sexing melontarkan kata,
kalimat atau bahasa yang

Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5

September 2002

Kritik Seni Dalam Pendidikan Seni Rupa dan Desain

bersifat
memberikan
tanggapan,
komentar,
penilaian terhadap suatu
karya apapun. Mengapa
demikian?
Hal ini sangat wajar, sebab
manusia memiliki 4 (empat)
kemampuan
sebagai
kapasitas mental, yaitu :
1. Kemampuan absortif kemampuan mengamati
2. Kemampuan retentif kemampuan mengingat
dan mereproduksi
3. Kemampuan reasoning kemampuan

menganalisis
dan
mempertimbangkan
4. Kemampuan kreatif kemampuan
mengimajinasikan,
menafsirkan,
dan
mengemukakan
gagasan.
Dengan
kemampuan
reasoning dan kreatif, kita
selalu
tergugah
untuk
melakukan kritik tersebut
walaupun tidak dengan
permintaan
atau
kesengajaan.

Kebiasaan
kita
melontarkan
kritik
2

kepada karya
budaya
orang
lain
merupakan
dorongan
kritis yang didasari oleh
unsur karsa, cipta dan rasa
dalam din kita sebagai
manusia.
Kualitas
dan
kuantitas kritik akan tampil
berbeda.

hal
ini
disebabkan oleh usia, jenis
kelamin,
pengalaman,
pendidikan, dan usaha
pengembangannya.
II. Tipe Kritik Seni Rupa
Kita telah mengenal 4
(empat) tipe kritik seni,
yaitu
kritik
jurnalistik
(journalistic criticism), kritik
populer (popular criticism),
kritik
pedagogik
(pedagogical criticism), dan
kritik akademik (scholarly
criticism). 1 Pemahaman

terhadap keempat tipe
kritik seni dapat mengantar
nalar
kita
untuk
menentukan
pola
pikir
dalam melakukan kritik
seni.
Setiap
tipe
mempunyai ciri (kriteria),
media (alat : bahasa), cara
(metoda), pola berpikir,
sasaran, dan materi yang
tidak sama. Keempat kritik
tersebut memiliki fungsi

Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5

September 2002

2002

Kritik Seni Dalam Pendidikan Seni Rupa dan Desain

yang menekankan
masing-masing

pada

2002

keperluannya.

Perhatikan skema berikut ini yang menunjukkan
perbedaan fungsi dan implementasi keempat kritik tersebut.

KRITIK JURNALISTIK


jurnal, majalah, Koran,
tabloid

publikasi,
komunikasi,
EKSIBISI, PAMERAN,
PERTUNJUKAN,
dll

KRITIK POPULAR

berdasar
keputusan konsep avant garde,
selera public/umum
konsepsi kekaryaan
pengaruh tv, sinema seniman
(realism, mimetic style,
typical modes of being)

KRITIK PEDAGOGIk


KRITIK AKADEMIK

the interpretation of a
student’s work to the kematangan artistic &
student
motivasi, estetik
proses
stimulasi,
pendidikan
reinforcement
hasil pengembangan
pendidikan tinggi,
kepekaan kritik, sifat
menilai
curator
museum,
galeri,
professor PT.


analisis,interpretasi,
evaluasi
seni
tradisional,
reputasi
artistik, dalam ruang
dan waktu
- Sponsor perguruan
tinggi
(tradisi
perguruan tinggi)

Namun seandainya kita telaah, secara umum, semua tipe
3

Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kritik Seni Dalam Pendidikan Seni Rupa dan Desain

2002

kritik bermuara pada tujuan dan maksud yang sama.
Perhatikan skema berikut ini.

APRESIASI
KRITIK JURNALISTIK
KRITIK POPULER

menjembatani kekaryaan

seni/desain
Pengembangan
Daya

KRITIK PEDAGOGIK
KRITIK AKADEMIK

KREASI

III. Multi Fungsi Kritik
Kritik seni memiliki multi
fungsi
yang
sangat
strategis
dalam
dunia
kesenirupaan
dan
kependidikan seni rupa.
Fungsi kritik seni yang
pertama dan utama ialah
menjembatani
persepsi
dan apresiasi artistik dan
estetik karya seni rupa,
antara pencipta (seniman,
antis) , karya, dan penikmat
seni.
Arus
4

komunikasi

antara

karya
yang
disajikan
kepada penikmat (publik)
seni membuahkan interaksi
timbalbalik
dan
interpenetrasi
keduanya.
Fungsi lain ialah menjadi
dua mata panah yang saling
dibutuhkan,
balk
oleh
seniman maupun penikmat.
Seniman
membutuhkan
mata panah tajam untuk
mendeteksi
kelemahan,
mengupas
kedalaman,
serta
membangun
kekurangan.
Seniman
memerlukan umpan-balik
guna merefleksi ekspresikomunikatifnya, sehingga

Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

Kritik Seni Dalam Pendidikan Seni Rupa dan Desain

nilai
dan
apresiasi
tergambar dalam realita
harapan
idealismenya.
Publik seni (masyarakat
penikmat) dalam proses
apresiasinya
terhadap
karya seni membutuhkan
tali penghubung
guna
memberikan
bantuan
pemahaman
terhadap
realita artistik dan estetik
dalam karya seni. Proses
apresiasi menjadi semakin
terjalin lekat, manakala
kritik memberikan media
komunikasi persepsi yang
memadai. Kritik dengan
gaya bahasa lisan maupun
tulisan
yang
berupaya
mengupas, menganalisis
serta menciptakan sudut
interpretasi karya seni,
diharapkan
menyumbangkan
jalan
strategis bagi seniman dan
penikmat
untuk
berkomunikasi.

IV. Kritikus Seni
Kritikus atau kritisi ialah
orang yang melakukan
kritik terhadap karya seni
dan budaya orang lain atau
dirinya sendiri (self critic).
5

Kritikus yang ideal ialah
pekritik
yang
memiliki
ketajaman dan sensibilitas
indera, pikiran, perasaan
dalam
satu
integrasi.
Ketajaman dan sensibilitas
tersebut terintegrasi dalam
satu kapasitas reasoning
dan kreatif, jika dilandasi
1. keilmuan

dan
yang

pengetahuan
relevan;
2. pengalaman
yang
memadai dalam dunia
pergaulan materi kritik ;
3. menguasai media kritik
(kebahasaan
yang
efektif dan komunikatif);
4. menguasai
aplikasi
metoda
kritik
yang
optimal.
Landasan keilmuan (dan
pengetahuan) yang relevan
akan membantu pekritik
dalam mengupas persoalan
kekaryaan
seni
rupa.
Misalnya sejarah seni rupa
(history
of
art)
baik
perkembangan
senirupa
Barat
(Western
Art)
maupun seni rupa Timur

Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

2002

Kritik Seni Dalam Pendidikan Seni Rupa dan Desain

(Eastern Art). Ilmu sejarah
akan memberikan jalan
wawasan tentang waktu
(time) dan ruang (space)
kekaryaan
seni
rupa.
Dengan
mempelajari
perkembangan seni rupa
di setiap pelosok dunia,
maka luas bahan (scope)
sebagai dasar pemikiran
dan acuan arah komparasi
menjadi lebih terbuka.
Selain sejarah seni rupa,
juga teori seni. Teori seni
meliputi ilmu seni, filsafat
seni,
unsur
seni,
antropologi seni, sosiologi
seni, dan tinjauan seni
modern dan kontemporer,
dan lain-lain.
Keilmuan akan memberi
pijakan dan memperkokoh
konstruksi
kritik
yang
obyektif. Sehingga mata
pisau kritik semakin akurat,
dan
memberi
pula
wawasan kepada publik
seni dengan keyakinan
yang kuat. Seorang pekritik
seni rupa tidak selalu hams
6

seorang perupa, namun
ilmu kesenirupaan hams
dimilikinya.
Pengalaman dan pergaulan
dalam
mengamati,
menyelidiki,
dan
membandingkan kekaryaan
seni
rupa
sebagai
prasyarat yang tidak bisa
dilepaskan dari seorang
pekritik
seni
rupa.
Pengamatan
terhadap
perkembangan seni rupa
masa lalu (dari prasejarah )
hingga fenomena seni rupa
masa kini akan memberi
warna yang serasi bagi
karya kritik seni rupa.
Begitupun
upaya
menyelidiki
dan
membandingkan kekaryaan
seni rupa antar berbagai
keberadaan
seni
rupa
sangat
membantu
memperluas
dan
memperkaya
cakrawala
kritik.
Tidak jarang pekritik seni
lukis,
misalnya,
yang

Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

2002

Kritik Seni Dalam Pendidikan Seni Rupa dan Desain

mengupas karya seni lukis,
tetapi
kupasannya
memberikan
gambaran
yang
keliru.
Hal
ini
kemungkinan disebabkan
oleh faktor pengalaman
yang kurang memadai.
Mana
mungkin
ia
mengkritik lukisan, jika ia
tidak mengetahui medium
lukis, proses melukis, dan
sebagainya.
Menggeluti
dunia
sasaran
kritik
menjadi pekerjaan pekritik.
Tidak hanya memahami
kekaryaannya, pekritik juga
mesti memahami pikiran,
perasaan
seniman
penciptanya. Biografi dan
kehidupan seniman tidak
lepas dari pengamatan
pekritik.
Media kritik yang utama
adalah bahasa. Bahasa
pekritik hams efektif dan
komunikatif,
baik
lisan
maupun tulisan. Bahasa
yang efektif adalah bahasa
yang mengacu pada aspek
7

tata bahasa yang baik dan
benar, serta tepat guna,
sesuai sasaran publik yang
kita tuju. Bahasa yang
komunikatif adalah bahasa
yang mudah dicerna oleh
sasaran
baca/dengar
(audiens), sesuai tingkat
intelektualnya.
Gaya
bahasa
pekritik
diselaraskan dengan tipe
kritiknya. Gaya bahasa
jurnalistik akan berbeda
dengan tipe akademik.
gaya jurnalistik memiliki
sasaran pembaca yang
relatif meluas, beraneka
latar belekang ilmu dan
tingkat
intelektualnya.
Sedangkan tipe akademik
memerlukan gaya yang
lebih ilmiah, sebab sasaran
pembaca/pendengarnya
adalah sekelompok orang
akademisi.
Metoda
kritik
adalah
serangkaian prosedur (tata
cara,
etika)
yang
disesuaikan dengan tipe
kritiknya. Misalnya, metoda
kritik
jurnalistik
menggunakan tata cara

Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

2002

Kritik Seni Dalam Pendidikan Seni Rupa dan Desain

jurnalis. Begitupun metoda
kritik
akademik
menggunakan tata cara
akademis
yang
dikembangkannya.
V.
Makna
Pedagogik

Kritik

Kritik
Pedagogik
(Pedagogical
Criticism)
adalah tipe kritik yang
dilakukan oleh seorang
guru (pendidik) terhadap
karya siswanya dalam
usaha
mengembangkan
proses pembelajaran yang
bermuatan
kreasi
dan
apresiasi. Dalam rangka
proses
pembelajaran
siswa, seorang pendidik
memiliki peranan sebagai
pekritik karya-karya siswa
sebagai motivasi, responsi,
evaluasi, reinforcement.
Peranan pendidik tersebut
sangat
berfungsi
untuk
membina
kemamdirian
kreasi dan ekspresi din
anakdidik
(Mahasiswa).
Tidak
menghakimi
mahasiswa dengan putusan
nilai yang kuantitatif, namun
lebih mengarah kepada
penguatan the student's
artistic personality.
8

VI. Kritik dalam Proses
Pembelajaran
Jika kita tinjau dari sudut
kependidikan,
kritik
menempati posisi yang
integratif dengan sistem
pembelajaran. Kritik dalam
proses belajar - mengajar
akan selalu muncul tak
terpisahkan dengan dengan
metoda mengajar, strategi
belajar-mengajar,
dan
evaluasi.
Kritik
lisan
yang
disampaikan
Pendidik
dalam kelas terhadap karya
Mahasiswa sebagai bukti
bahwa Pendidik berusaha
untuk membangun artistic
personality Mahasiswa. Hal
itu
tidak
lepas
dari
keseluruhan
proses
pembelajaran.
Berbeda
dengan evaluasi. Evaluasi
diberikan oleh Pendidik
kepada Mahasiswa dalam
upaya untuk mengetahui
keberhasilan proses belajar
- mengajar, dan dilakukan
di akhir suatu program
(misalnya
tes
formatif,
sumatif, dsb.) Evaluasi
terpisah dari keseluruhan
proses
pembelajaran.

Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

2002

Kritik Seni Dalam Pendidikan Seni Rupa dan Desain

Pembobotan nilainya pun
dalam kritik berbeda pula
dengan evaluasi.

9

Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.5
September 2002

2002