34
�� = �
�� � 100
Keterangan Rumus: NP : Nilai Persen yang dicari atau diharapkan
R : Skor mentah yang diperoleh siswa
SM : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 : Bilangan tetap
Rumus tersebut dapat ditegaskan bahwa anak tunanetra harus mampu memenuhi skor KKM yang telah ditentukan. Ketuntasan kemampuan
minimal adalah nilai 70, sehingga jika sudah dirasa memenuhi ketunntasan minimal anak sudah dikatakan berhasil.
E. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan meningkatkan kemampuan orientasi dan mobilitas melalui metode demonstrasi siswa dapat dikatakan meningkat
apabila kemampuan awal siswa dalam hal orientasi dan mobilitas berubah menjadi lebih baik, ditandai dengan siswa mampu melakukan
materi melawat mandiri yang dilakukan pada saat tes kinerja dengan benar atau tepat tekhnik yang sudah standarisasi, dengan memenuhi
nilai ketuntasan minimal yaitu 70, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan orientasi dan
mobilitas untuk siswa kelas 2 di SLB A Yaketunis Yogyakarta.
F. Kerangka Pikir
Kendala pada dria penglihatan yang dialami pada anak tunanetra berpengaruh pada kemampuan orientasi dan mobilitas anak.
Anak tunanetra perlu melatih kemampuan orientasi dan mobilitasnya sejak dini. Karena kemampuan tersebut akan terus digunakan sampai
35
anak dewasa nanti, sehingga diperlukan pembiasaan. Pemberian metode yang tepat diharapkan mampu meningkatkan orientasi dan mobilitas
anak salah satunya dengan tekhnik kemampuan melawat mandiri. Melawat mandiri memiliki berbagai macam tekhnik seperti Tekhnik
Upper Hand and Fore Arm, Lower Hand and Fore Arm, Trailing, Squarring Off, dan mengambil benda jatuh. Dalam penelitian ini dibatasi
tiga tekhnik Upper Hand and Fore Arm, Lower Hand and Fore Arm, dan Trailing, mengingat anak masih duduk di bangku kelas awal.
Siswa kelas 2 di SLB A Yaketunis Yogyakarta memiliki 3 siswa tunanetra yang belum diajarkan materi melawat mandiri untuk
kemampuan orientasi dan mobilitasnya. Kemampuan melawat mandiri siswa tunanetra masih dirasa rendah. Materi melawat mandiri diberikan
peneliti kepada siswa tunanetra di kelas 2 SLB A Yaketunis Yogyakarta melalui metode demonstrasi saat penelitian tindakan kelas. Penelitian
tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan orientasi dan mobilitas siswa dengan diberikannya metode demonstrasi untuk
melakukan pembelajaran materi melawat mandiri, karena metode yang diberikan sudah terstandarisasi.
36
Berikut disajikan bagan dari kerangka pikir di atas:
Bagan 1. Bagan Kerangka Pikir
G. Hipotesis Tindakan