PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap TP. 2011/2012)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI) TERHADAP

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Natar Lampung Selatan

Semester Genap TP. 2011/2012) Oleh

FARIDA

SAVI merupakan jenis pendekatan pembelajaran yang melibatkan gerakan fisik dan aktivitas intelektual siswa dengan menggunakan semua indera yang di-milikinya sehingga membantu melatih pola pikir siswa dalam memecahkan masa-lah dengan kritis, logis, cepat, dan tepat. Pembelajaran yang masih menggunakan pendekatan konvensional pada mata pelajaran matematika mengakibatkan siswa kurang memahami konsep-konsep yang ada.

Penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian posttest only control group design ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dengan pendekatan SAVI terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar TP. 2011/2012. Sampel dalam penelitian ini diambil mengguna-kan cluster random sampling. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh bahwa secara umum pembelajaran dengan pendekatan SAVI tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.


(2)

PENGARUH

SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL

TERHADAP (Studi pada

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI)

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

ada Siswa Kelas VII SMPN 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap TP. 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh Farida 0813021028

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012

PEMBELAJARAN (SAVI) Natar Lampung Selatan


(3)

PENGARUH

SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL

TERHADAP (Studi pada

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI)

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

ada Siswa Kelas VII SMPN 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap TP. 2011/2012)

Oleh Farida Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

2012

PEMBELAJARAN (SAVI) Natar Lampung Selatan

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


(4)

Judul Skripsi : PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap TP. 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Farida

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813021028

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. Dra. Rini Asnawati, M.Pd. NIP 19530309 198303 2 001 NIP 19620210 198503 2 003

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Arnelis Djalil, M.Pd. ______________

Sekretaris : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. ______________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Caswita, M.Si. ______________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 196003151985031003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Pringsewu pada 3 Januari 1991 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari Bapak Ir. M. Pahlawan Akbar M. dan Ibu Zulianafuri, S.Pd.

Sebagian besar masa pendidikan formal penulis ditempuh di Kecamatan Natar Lampung Selatan diantaranya Taman Kanak-kanak Dharma Bakti (1995-1996), SD Negeri 2 Merak Batin (1996-2002), dan SMP Negeri 1 Natar (2002-2005). Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 5 Bandarlampung dan diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unila melalui jalur SNMPTN. Selama menempuh studinya penulis pernah bergabung di UKM KSR PMI Unit Unila sebagai anggota Divisi Pengabdian Masyarakat pada tahun 2009 – 2010 dan Ketua Divisi Pendidikan dan Latihan periode 2010 – 2011. Pada tahun 2011 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kebagusan Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran sekaligus melaksanakan PPL di SMP Nusatara Kebagusan.


(7)

“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan

bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah bagi

perjalannannya, supaya kamu mengetahui bilangan tahun

dan perhitungan. Allah tidak menciptakan yang demikian

itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda

(kebesarannya) kepada orang-orang yang mengetahui.

(QS. Yunus 10:5)

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari

Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh

kemudharatan, maka hanya kepada-Nya lah kamu

meminta pertolongan.


(8)

MOTTO

Failure is only the opportunity to begin again more intelligently.

-Henry Ford-

Watch your thoughts, for they become words..

Watch your words, for they become actions..

Watch your action, for they become habits..

Watch your habits, for they become your character..

Watch your character, for it becomes your destiny..

What we think, we become..


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT atas limpahan barokah,

nikmat, dan kemudahan yang diberikan-Nya,,,

Ku persembahkan karya ini kepada:

Ayah dan Bunda tercinta atas doa, kesabaran, perjuangan, dan jerih

payah dalam mendidik ananda…

Kakakku tersayang dan keluarga kecilnya serta adikku “Ui” untuk

setiap motivasi dan keceriaan yang tercipta…

Almarhumah Sitiku tercinta atas kasih sayang yang begitu besar…

Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan…

Para pendidik yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepadaku…

Almamater tercinta..


(10)

SANWACANA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pendekatan Pembelajaran Somatic Auditory Visual Intellectual (SAVI) Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi Pada Siswa SMP Negeri 1 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)” ini sebagai syarat menyelesaikan studi.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta jajarannya;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila sekaligus Dosen Pembahas atas kritik, saran, dan bimbingannya baik selama penulis menyusun skripsi maupun selama penulis menempuh studi;

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika atas bimbingan dan motivasi selama penulis menempuh studi;

4. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku dosen Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik penulis yang telah bersedia meluangkan waktu untuk


(11)

memberikan bimbingan dan konsultasi baik selama penulis menyusun skripsi maupun selama penulis menempuh studi;

5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaannya meluangkan waktu untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi dan memberikan motivasi yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Metematika atas sumbangan ilmu pengetahuan dan motivasi selama penulis menempuh studi;

7. Bapak Drs. Priyo Hartono, selaku Kepala SMP Negeri 1 Natar yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian;

8. Ibu Titik Ekaeni Tulisdiatmi, S.Pd., selaku guru mitra yang telah memberikan arahan, bantuan, dan kemudahan selama penulis melakukan penelitian;

9. Kedua orang tuaku tercinta Ir. M. Pahlawan Akbar dan Zulianafuri, S.Pd., untuk curahan kasih sayang dan doa yang tak henti-hentinya kepada penulis; 10. Almh. Hj. Saerah, alhamdulillah siti, aku patahkan kekhawatiran di hari-hari

terakhirmu akan studiku ini. Terima kasih untuk doa, kasih sayang, dan selalu ada untukku. Tersenyumlah di sana; 

11. Panutanku, kakakku tersayang dr. Zuraida dan keluarga kecilnya, Abang Alex Prabudi, S.T. dan Nakenku tercinta Adeeb Ahnah Al Fatih, atas motivasi, semangat, dan kasih sayangmu, you’re the best sista I have… ;

12. Adikku semata wayang, Yurida Akbar, belajarlah yang benar. Today is not yesterday or tomorrow, but today causing by yesterday n effect to tomorrow; 13. Keluarga besar Muhyin Yahya dan H. Baki, aku bersyukur lahir di keluarga


(12)

14. Bapak, Ibu Guru dan Staff Tata Usaha SMP Negeri 1 Natar atas bimbingan dan motivasi yang tiada henti sejak penulis duduk di bangku SMP hingga saat ini;

15. Teman-teman baikku Novi, Nenik, Niki, Eka, dan Fenty terima kasih untuk semangat kebersamaan dalam hari-hariku;

16. Uni Desi Trihandayani Chandra yang rela berbagi kamar kostnya sebagai tempat singgah penulis selama perkuliahan dan penuyusunan skripsi, Uni Priska, Uni Putty, dan Mb’Vivi, teman-teman sepenampungan di kamar kost Uni Desi;

17. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2008 reguler: Aan, Arifan, Astri, Bill, Adi, Erika Nicky, Nita, Ika, Hefna, Ayu, Lukman, Doddy, Erma, Ummi, Vina, Laras, YM, Wawan, K’Angga, April, Fenny, Sudirman, Herlangga, Yayan, Rizki, Sutrisno, Rovi, Mb’Indah, Shintia, Nerry, Tomi, Ratna, dan teman-teman 2008 mandiri atas persahabatan, kebersamaan, dan keceriaannya selama ini;

18. Kakak tingkat angkatan 2006 dan 2007 serta adik tingkat angkatan 2009, 2010, dan 2011;

19. Sahabat seperjuangan penulis bernomor diklat 182008006 atas nama Dinny Wahyuni atas kebersamaan, semangat, dan kegilaan yang tercipta;

20. Eighteeners Volunteer Corps UKM KSR PMI Unit Unila, Mb’ Wahyu Ningsih, Mb’Ria, Iska, Rengki, Tohe, Zares, Rines, Sofi, Malik, Martina, Mb’Indah, Ari, Tince, Eti, Nia, dan Sasa;


(13)

21. Keluarga besar UKM KSR PMI Unit Unila yang telah menempa pikiran dan mental penulis serta memberikan pengalaman dan ilmu berharga bagi penulis selama penulis bergabung di dalamnya;

22. Keluarga besar PAMASTAR JAYA yang akan selalu jaya;

23. Rekan-rekan senasib sepenanggungan di negeri rantau Dusun Kebagusan Dewi Rahmayati, Hervin Maulina, S.Pd., Enik Trisnawati, S.Pd., Lilis Puspitasari, Ika Ilyana Wulandari, Yinyin, Restu Tri Wijaya, Freddy Sihotang, dan Anjar;

24. Alm. Mbah Dimi dan keluarga besar atas semangat dan dukungannya selama ini;

25. Semua Pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan limpahan barokah dan nikmat atas bantuannya dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bandarlampung, Agustus 2012 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar ... 9

2. PendekatanSAVI ... 11

3. Pemahaman Konsep ... 17

B. Kerangka Pikir ... 18

C. Anggapan Dasar ... 20

D. Hipotesis ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 21


(15)

C. Prosedur Penelitian ... 23

D. Data Penelitian ... 25

E. Teknik Pengumpulan Data ... 26

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Analisis Data ... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 37

B. Pembahasan ... 44

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 46

B. Saran ... 47 DAFTAR PUSTAKA


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Distribusi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar ... 21

3.2 Desain Penelitian ... 22

3.3 Proses Pembelajaran ... 24

3.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 27

3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 30

3.6 Hasil Uji Daya Pembeda ... 31

3.7 Interpretasi Nilai Indeks Kesukaran ... 32

3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes ... 32

3.9 Analisis Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 33

4.1 Analisis Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 37

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 38

4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 39

4.4 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 1 ... 40

4.5 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 2 ... 40

4.6 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 3 ... 41

4.7 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 4 ... 41

4.8 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 5 ... 42


(17)

4.10 Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa Indikator 7 ... 43


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, dunia pendidikan di-hadapkan pada tantangan yang mengharuskan mampu melahirkan sumber daya manusia yang dapat memenuhi tuntutan global. Sebab pendidikan merupakan suatu wadah kegiatan yang berusaha untuk membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan yaitu membina mental, intelektual, dan kepriba-dian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif dari pemerin-tah, masyarakat maupun pengelola pendidikan.

Dunia pendidikan saat ini menekankan bahwa pendidikan harus lebih menekankan pada proses belajar dibandingkan proses mengajar. Hal ini berarti pendidikan harus menempatkan siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Pembelajaran juga melibatkan berbagai tindakan dan kegiatan yang harus dilakukan terutama jika menginginkan hasil belajar menjadi lebih baik.

Salah satu kriteria pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memungkin-kan siswa belajar dengan mudah, menyenangmemungkin-kan, dan mencapai tujuan sesuai yang diharapkan. Namun pada kenyataannya siswa kesulitan dalam menerima,


(19)

2 merespon, dan mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. Terlebih dalam pelajaran matematika yang selalu dipersepsikan sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi siswa. Padahal di era globalisasi ini menguasai matematika telah menjadi suatu keharusan. Sebab dengan belajar matematika kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis, dan kreatif, yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikembangkan.

Selama ini, siswa merasa sulit memahami materi pelajaran matematika yang di-berikan. Salah satu faktor yang memengaruhi proses pemahaman siswa adalah penyampaian pola materi yang tidak melalui langkah terstruktur, padahal keter-kaitan antarkonsep dalam matematika harus bersifat konsisten karena kebenaran dari suatu konsep merupakan akibat dari kebenaran konsep sebelumnya. Untuk itu siswa harus dibiasakan mendapatkan materi matematika yang sistematis dan terstruktur.

Standar kompetensi kurikulum 2006 menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang memiliki peranan penting dalam berbagai disiplin dan mema-jukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemam-puan menggunakan memecahkan masalah dan mengomunikasikan ide atau gagas-an denggagas-an menggunakgagas-an simbol tabel, diagram, dgagas-an media lainnya.

Belajar matematika bukanlah bagaimana siswa dapat menghafal atau mengingat rumus-rumus tanpa mengetahui kapan pemakaiannya, tetapi belajar matematika


(20)

3 membutuhkan pengertian, pemahaman akan suatu persoalan matematika, dan kreativitas siswa dalam mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang sesuai dengan apa yang telah dimilikinya. Pokok-pokok pemikiran inilah yang harus dikembangkan dalam penyelesaian kegiatan belajar matematika, supaya proses belajar yang bermakna dapat terjadi dengan baik.

Proses pembelajaran matematika yang masih menggunakan pendekatan konven-sional yang menempatkan siswa sebagai objek dalam pembelajaran menyebabkan siswa cendrung pasif dan didominasi beberapa siswa yang aktif bertanya dan memberikan tanggapan ketika diminta guru. Hal ini mengakibatkan siswa kurang memahami konsep-konsep yang ada. Padahal pemahaman konsep matematis merupakan salah satu faktor penentu hasil belajar siswa. Kegiatan pembelajaran seperti ini masih banyak dijumpai pada sekolah-sekolah di Kabupaten Lampung Selatan.

Berdasarkan hal di atas, untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dirasa perlu diadakan perlakuan terhadap siswa. Perlakuan yang dimaksud adalah mengubah pembelajaran yang monoton menjadi pembelajaran yang efektif. Oleh karena itu, guru harusnya mampu menawarkan pendekatan dan metode dalam mengajar yang dapat membangkitkan perhatian siswa sehingga menjadi aktif dan termotivasi untuk belajar.

Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan adalah pendekatan “SAVI”. SAVI adalah singkatan dari Somatic (bersifat raga), Auditory (bersifat suara), Visual (bersifat gambar), dan Intellectual (bersifat merenungkan). Pembelajaran dengan pendekatan SAVI merupakan pembelajaran yang melibatkan gerakan fisik dan


(21)

4 aktivitas intelektual siswa dengan menggunakan semua indera yang dimilikinya. Dalam pembelajaran ini penerapan belajar somatik berarti siswa mengalami dan melakukan, auditori bermakna bahwa siswa belajar dari suara dengan bercerita (mempresentasikan sesuatu), berdiskusi, dan mengemukakan pendapat. Penerap-an belajar visual dapat dilakukPenerap-an dengPenerap-an melihat, memperhatikPenerap-an, dPenerap-an mengamati benda-benda yang dipelajarinya. Adapun penerapan belajar intelektual berarti siswa belajar menggunakan kemapuan berpikirnya dengan memecahkan masalah, menganalisis eksperimen, membangkitkan ide-ide kreatif, menciptakan makna-makna pribadi, dan berpikir melalui implikasi dari ide. Apabila sebuah pembela-jaran dapat melibatkan seluruh unsur SAVI ini maka pembelapembela-jaran akan berlang-sung efektif. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran perlu adanya keaktifan secara fisik sehingga membantu melatih pola pikir siswa dalam memecahkan masalah dengan kritis, logis, cepat, dan tepat.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Yulianti (2011) di SMP Negeri 3 Bandung kelas VIII tahun pelajaran 2008/2009 pada materi kubus dan balok, diketahui bahwa pembelajaran dengan pendekatan SAVI ternyata dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini didukung oleh persentase ketercapaian indikator kemampuan berpikir kritis siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, yaitu: 1) mengenal asumsi, 77,59% dan 68,55%; 2) membuat interpretasi, 71,88% dan 50,63%; 3) melakukan inferensi, 60,55% dan 38,49%; 4) merumuskan masalah dalam soal cerita ke dalam model matematika, 57,44% dan 40,48%; serta 5) mengevaluasi argumen, 41,04% dan 25,23%. Selain itu, ber-dasarkan angket yang diisi siswa, pembelajaran dengan pendekatan SAVI dirasa lebih menarik dan tidak membosankan karena siswa dapat mengkonstruksi rumus


(22)

5 sendiri dan berdiskusi dengan teman sekelompoknya sehingga memudahkan siswa memahami konsep matematika yang dipelajari.

Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Novia (2011) pada siswa kelas X SMA Negeri 8 Bandung tahun pelajaran 2009/2010 dalam materi geometri untuk meningkatkan kemampuan spatial sense, pendekatan SAVI dalam materi geometri dapat memunculkan sikap dan respon positif pada siswa secara umum. Hal tersebut berdasarkan pada pengolahan data angket siswa yang menun-jukkan bahwa siswa merasa lebih senang dan nyaman karena pembelajaran dengan pendekatan SAVI mendorong siswa untuk menggunakan seluruh inderanya.

Pembelajaran dengan pendekatan SAVI menekankan bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa harus memanfaatkan penggunaan indera dan kecer-dasannya secara maksimal. Pembelajaran dimulai dengan siswa mengeksplorasi pengetahuannya tentang materi yang akan dipelajari sebagai bentuk penerapan pembelajaran somatik, seperti menggambar bangun segiempat dan mengelompok-kan bangun-bangun segiempat berdasarmengelompok-kan jenisnya, serta penerapan pembelajar-an visual seperti siswa mengamati bpembelajar-angun-bpembelajar-angun segiempat ypembelajar-ang ada. Kemudi-an siswa melakukKemudi-an diskusi dalam kelompok kecil berKemudi-anggotakKemudi-an 3-4 orKemudi-ang. Dalam kelompok, siswa membuat alat peraga berupa bangun segiempat untuk dianalisa sifat-sifatnya sehingga siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas bangun tersebut, serta menyelesaikan beberapa soal yang berkaitan dengan materi. Dalam diskusi kelompok ini seluruh unsur SAVI dapat diterapkan. Selanjutnya, beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa yang lain memberikan tanggapan sebagai bentuk penerapan auditori, visual, dan intelektual. Sebagai kegiatan akhir, siswa bersama guru menutup pelajaran dengan


(23)

6 menyimpulkan ide-ide pada proses belajar mengajar dan siswa mengerjakan latihan soal sebagai tugas individu (bentuk penerapan intelektual).

Berdasarkan obeservasi awal dan diskusi dengan guru mata pelajaran matematika, pembelajaran matematika yang berlangsung di SMP Negeri 1 Natar masih menggunakan pendekatan konvensional. Selain itu nilai hasil uji blok materi himpunan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran matematika kelas VII pada Febuari 2012 menunjukkan rata-rata ketuntasan belajar kurang dari 60% menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih rendah.

Mencermati hal di atas, maka perlu diadakan penelitian mengenai pengaruh pendekatan pembelajaran SAVI terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar Lampung selatan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: “Apakah penerapan pembelajaran dengan pendekatan SAVI berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran dengan pendekatan SAVI terhadap pemahaman konsep matematis siswa.


(24)

7 D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat memberikan sumbangan khasanah keilmuan bidang pembelajaran matematika.

2. Dapat diketahui pengaruh penerapan pendekatan pembelajaran SAVI terha-dap pemahaman konsep matematis siswa.

3. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru matematika, calon guru

matematika, orang tua, dan siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa konsep dan isti-lah dalam penelitian ini adaisti-lah sebagai berikut:

1. Pemahaman konsep matematis adalah pengertian abstrak yang memungkin-kan kita untuk mengelompokmemungkin-kan objek atau kejadian dan menerangmemungkin-kan apa-kah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut. Adapun indikator pemahaman konsep adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.


(25)

8

c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.

e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

2. Konsep matematis dalam penelitian ini dibatasi pada materi segiempat.

3. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI adalah pembelajaran

dengan menggabungkan gerakan fisik dan akivitas intelektual serta penggu-naan semua indera.

4. Penggunaan indera dalam pembelajaran dengan pendekatan SAVI dibatasi pada indera penglihatan, indera pendengaran, dan indera perabaan.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Teori Belajar

Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.

a. Teori belajar behaviorisme menurut Sudjana (2002) bertolak pada asumsi bahwa manusia dapat berperilaku pasif (dikontrol oleh stimulus) dan aktif (dikontrol oleh respon) yang dikenal dengan teori stimulus–respon (S–R). Belajar dalam teori ini diartikan sebagai kondisi yang menghasilkan peruba-han perilaku yang timbul terus menerus.

b. Teori belajar kognitivisme

Sudjana (2002) menyatakan bahwa terori belajar kognitif mengasumsikan bahwa perilaku manusia bersifat interaktif. Teori ini menekankan pada proses-proses intelektual yang kompleks seperti bahasa, pikiran, pemahaman, dan pemecahan masalah yang merupakan aspek utama dalam pembelajaran. Salah satu tokoh teori belajar ini adalah Gagne.


(27)

10 Menurut Gagne (dalam Slameto, 2003) belajar adalah penguasaan penge-tahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi. Segala sesuatu yang dipelajari manusia terbagi menjadi lima kategori, yaitu keterampilan motoris (koordinasi gerakan badan), informasi verbal (seseorang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, dan menggambar), kemampuan intelek-tual, strategi kognitif, dan sikap.

c. Teori belajar konstruktivisme

Teori ini dikembangkan oleh Piaget dan merupakan perkembangan dari teori belajar kognitif. Dalam teori ini guru tidak lagi berperan sebagai instruktur, melainkan sebagai fasilitator siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri. Hamzah (2008) mengemukakan bahwa teori belajar konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasi pengalaman mereka. Siswa diutamakan untuk mengkonstruksi pengetahuannya melalui asimilasi (penyerapan informasi baru dalam pikiran) dan akomodasi (menyu-sun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru).

Horsley (1990) mengungkapkan bahwa teori belajar konstruktivisme memiliki pandangan seseorang pada umumnya melalui empat tahapan pembelajaran diantaranya:

1) Tahap apersepsi, pada tahap ini siswa digali pengetahuan awalnya tentang hal-hal yang akan mereka pelajari.


(28)

11 konsep-konsep yang ia pelajari dengan mengungkkapkan ide-ide atau pengetahuan yang ada dalam dirinya.

3) Tahap diskusi dan penjelasan konsep, tahap ini siswa diupayakan untuk bekerjasama dengan temannya, berusaha menjelaskan pemahamannya kepada orang lain dan mendengar, bahkan menghargai temuan temannya. 4) Tahap pengembangan dan aplikasi konsep, merupakan tahap untuk

me-ngukur sejauh mana siswa telah memahami suatu konsep dengan menye-lesaikan permasalahan.

Berdasarkan ketiga teori belajar di atas, teori belajar yang memiliki pernanan dalam pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Tokoh lain dalam perkembangan teori belajar konstruktivisme adalah Vygotzky sebagai ahli konstruktivisme sosial. Vygotzky (dalam Slavin, 2000: 17) menyatakan bahwa faktor sosial juga mempengaruhi perkembangan intelektual seorang anak yang sedang mengalami pembelajaran.

2. Pendekatan SAVI

DePorter (2005) mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditoral, dan moda-litas kinistetik (somatis). Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukan melalui apa yang mereka dengar, dan pelajaran kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan.


(29)

12 Beberapa ciri-ciri yang mencerminkan gaya belajar yang dinyatakan oleh DePorter kemudian dikemukakan oleh Collin Rose (2003), yang dipertegas oleh Roebyarto (2008) dalam blognya sebagai berikut.

1. Pelajar visual senang menggambar diagram, gambar, dan grafik, serta me-nonton film. Mereka juga suka membaca kata tertulis, buku, poster berslo-gan, bahan belajar berupa teks tertulis yang jelas.

2. Pembelajaran auditori dengan mendengar informasi baru melalui penjelas-an lispenjelas-an, komentar, dpenjelas-an kaset. Mereka senpenjelas-ang membaca teks kunci dpenjelas-an merekamnya di kaset.

3. Pembelajaran fisik (somatis) senang pembelajaran praktek supaya bisa langsung mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar, misalnya: menggaris bawahi, mencorat-coret, dan menggambarkan.

Gaya belajar yang dikemukakan oleh DePorter dan Rose tersebut kemudian di-tambahkan oleh Meier (2000) menjadi empat gaya belajar dengan tambahan gaya belajar intelektual yang bercirikan sebagai pemikir. Intelektual menunjukkan apa yang pembelajar lakukan dalam pikirannya sebagai kemampuan merenungkan pe-ngalaman untuk menghubungkan, mengartikan, merencanakan, dan menilai apa yang mereka pelajari. Dengan berperannya intelektual dalam pembelajaran di-mana pikiran mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman (diharapkan) menjadi kearifan.

Penerapan pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas intelek-tual dengan menggunakan semua indera dapat berpengaruh besar terhadap pem-belajaran. Pendekatan pembelajaran yang demikian disebut dengan pendekatan SAVI.

Takari (2008: 12) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pen-dekatan SAVI adalah pembelajaran dengan menggabungkan gerakan fisik dan akivitas intelektual serta penggunaan semua indera.


(30)

13 Menurut Meier dalam bukunya The Accelerated Learning Handbook (2000) anak kecil adalah contoh pembelajar yang hebat, karena mereka melibatkan aktifitas tubuh dan indera yang dimilikinya sehingga pembelajaran dapat terjadi dengan maksimal. Berbeda dengan pembelajar yang hanya duduk dalam mengikuti pem-belajaran, mereka sulit berkonsentrasi karena pikiran mereka tertidur ketika mereka tidak memiliki kesempatan keterlibatan fisik.

Meier (2000: 42) mengemukakan bahwa:

Learning doesn't automatically improve by having people stand up and move around. But combining physical movement with intellectual activity and the use of all the senses can have a profound effect on learning. I call this SAVI learning. The components are easy to remember.

1. Somatic: Learning by moving and doing. 2. Auditory: Learning by talking and hearing. 3. Visual: Learning by observing and picturing.

4. Intellectual: Learning by problem solving and reflecting.

Takari (2008: 27) menyatakan bahwa dari keempat aspek atau unsur dari SAVI itu harus dilaksanakan keseluruhan dalam satu pembelajaran, agar pembelajaran yang dilaksanakan setiap pertemuan bisa optimal.

Adapun penjelasan dari keempat unsur dari SAVI adalah sebagai berikut: a. Somatik

Somatik berasal dari bahasa Yunani yaitu “soma” yang berarti tubuh. Somatik dalam SAVI menyatakan pembelajaran yang melibatkan sentuhan dan gerakan tangan saat belajar.

Beberapa contoh pengunaan fisik yang diungkapkan Meier (2000: 45) dalam pem-belajaran SAVI:

1) mempresentasikan cara kerja sebuah peralatan; 2) membuat sesuatu;


(31)

14 3) mempresentasikan histogram dan alat-alat statistik lainnya;

4) memanipulasi komponen sebuah sistem;

5) melakukan latihan belajar aktif (simulasi, permainan, dan lain-lain); dan 6) menciptakan belajar yang aktif dalam kelompok.

b. Auditori

Belajar dengan auditori menurut Takari (2008: 22) adalah belajar dari suara, dialog, membaca keras, bercerita, berbicara dengan dirinya sendiri, mengingat bunyi, mengingat lagu, mengingat dan mendengarkan CD, dan membaca di dalam hati.

Adapun contoh belajar dengan auditori menurut Meier (2000: 47) dapat dilakukan dengan: siswa secara berpasangan menjelaskan satu sama lain secara rinci apa-apa yang mereka pelajari dan apa-apa yang akan mereka lakukan dan berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah secara kreatif.

Dalam penelitian ini penerapan belajar dengan auditori dilakukan dengan bercerita (mempresentasikan sesuatu), berdiskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah secara kreatif, dan mengemukakan pendapat.

c. Visual

Belajar dengan visual menurut Takari (2008: 23) berarti belajar penggunaan indera, khususnya mata, untuk melihat, memperhatikan, dan mengamati.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dave Meier dan Dr. Owen Caskey tentang efek dan citra mental pada belajar ditemukan bahwa orang yang meng-gunakan pencitraan (simbol) dalam mempelajari informasi teknis dan ilmiah rata-rata memiliki ingatan jangka pendek 12% lebih baik daripada mereka yang tidak


(32)

15 dan 26% lebih baik untuk ingatan jangka panjangnya. Hasil ini berlaku untuk setiap orang tanpa memandang usia, etnik, gender, atau cara belajar yang dipilih. Menurut Takari (2008: 24) setiap siswa akan lebih mudah paham atau menguasai isi pembelajaran, apabila dapat melihat langsung sesuatu yang sedang dipelajari-nya dari dunia dipelajari-nyata. Bahkan terkadang, siswa dapat belajar lebih baik lagi apa-bila mereka menciptakan sendiri benda-benda tersebut.

d. Intelektual

Belajar intelektual menurut Takari (2008: 26) berarti:

penggunaan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan mencipta-kan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Selain itu intelektual juga diartikan sebagai perenungan diri, menciptakan memecahkan masalah, dan membangun makna.

Menurut Meier (2000: 50) aspek intelektual dalam pembelajaran akan tercipta jika peserta didik terlibat dalam kegiatan seperti:

memecahkan masalah, menganalisis eksperimen, melakukan perencanaan strategis, membangkitkan ide-ide kreatif, merumuskan pernyataan, menerapkan ide-ide baru untuk pekerjaan, menciptakan makna pribadi, dan berpikir melalui implikasi dari ide.

Meier (dalam Yulianti, 2011: 34) mengemukakan beberapa alasan mengenai landasan diterapkannya pendekatan SAVI dalam kegiatan belajar sehari-hari khususnya pembelajaran matematika, yaitu:

1) dapat terciptanya lingkungan yang positif (lingkungan yang tenang dan menggugah semangat);

2) melibatkan siswa sepenuhnya (aktif dan kreatif); 3) adanya kerja sama diantara siswa;

4) menggunakan metode yang bervariasi; 5) dapat menggunakan belajar kontekstual; 6) dapat menggunakan alat peraga.


(33)

16 Contoh penerapan SAVI dalam pembelajaran matematika menurut Yulianti (2011: 35), diantaranya:

1) Siswa dapat belajar sedikit dengan melihat, mengamati, menggambar, melukis, mencipta, serta mendemonstrasikan media belajar dan alat peraga. (Visual)

2) Siswa dapat belajar jauh lebih banyak jika mereka melakukan sesuatu ketika sedang belajar, misalnya memeragakan konsep sambil mempelajari langkah demi langkah. (Somatik)

3) Membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. (Auditori)

4) Memikirkan cara menerapkan informasi yang mereka dapatkan, atau siswa dapat meningkatkan kemampuan mereka dengan memecahkan masalah (Intelektual) jika mereka secara simultan menggerakkan tubuhnya (Somatik) untuk memeragakan alat peraga (Visual), sambil membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (Auditori).

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan SAVI dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Siswa mengeksplorasi pengetahunnya tentang materi yang akan dipelajari. (Somatik dan Visual)

2) Siswa melakukan diskusi dalam kelompok kecil beranggotakan 3-4 orang. 3) Siswa membuat alat peraga berupa bangun segiempat untuk dianalisa

sifat-sifatnya sehingga siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas pada bangun tersebut, serta menyelesaikan beberapa soal yang berkaitan dengan materi. (Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual)

4) Beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa yang lain memberikan tanggapan. (Auditori, Visual, dan Intelektual)

5) Siswa bersama dengan guru menutup pelajaran dengan menyimpulkan ide-ide

pada proses belajar mengajar dan siswa mengerjakan latihan soal sebagai tugas individu. (Intelektual)


(34)

17

3. Pemahaman Konsep

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011), konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.

Sedangkan menurut Toermoedy (2010) konsep dalam matematika adalah pengertian abstrak yang memungkinkan kita untuk mengelompokkan objek atau kejadian dan menerangkan apakah objek atau kejadian itu merupakan contoh atau bukan contoh dari pengertian tersebut.

Hudoyo (1999: 63) menyatakan bahwa:

belajar matematika melibatkan struktur hirarki atau urutan konsep-konsep yang mempunyai tingkatan lebih tinggi dan dibentuk atas dasar konsep atau pengalaman yang sudah ada, sehingga belajar matematika harus terus menerus dan berurutan karena belajar matematika yang terputus-putus akan mengganggu pemahaman dan mempengaruhi hasil belajar.

Menurut Dinner (dalam Simanjuntak, 1992) agar pemahaman konsep-konsep matematika dapat dipahami oleh siswa lebih mendasar harus diadakan pendekatan belajar dalam mengajar antara lain, yaitu (a) peserta didik yang belajar matematika harus menggunakan benda-benda kongkrit dan membuat abstraksi dari konsep-konsepnya, (b) materi pelajaran yang akan diajarkan harus ada hubungannya dengan yang sudah dipelajari, (c) supaya peserta didik mendapatkan sesuatu dari belajar matematika harus mengubah suasana abstrak dengan menggunakan simbol, dan (d) matematika adalah ilmu seni kreatif karena itu harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.

Kemampuan pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, sehingga materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan


(35)

18 sekedar hafalan, melainkan dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.

Data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil tes evaluasi pemahaman konsep. Adapun indikator pemahaman konsep adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan ulang suatu konsep.

2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. 3. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

B. Kerangka Pikir

Berdasarkan penyajian deskripsi teoritik dapat disusun suatu kerangka berpikir untuk memperjelas arah dan maksud penelitian. Kerangka berpikir ini disusun berdasarkan variabel yang dipakai dalam penelitian.

Penggunaan pendekatan pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangat ber-pengaruh terhadap konsep pemahaman matematis siswa. Keanekaragaman pen-dekatan mengajar yang ada pada saat ini merupakan alternatif yang dapat diguna-kan oleh guru untuk memilih pendekatan mana yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah segiempat. Segiempat merupakan materi yang penerapannya banyak ditemui di lingkungan


(36)

19 sekitar sehingga pembelajarannya akan lebih mudah dipahami jika menggunakan alat peraga atau benda yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini digunakan pembelajaran dengan pendekatan SAVI yaitu pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dan aktifitas intelektual serta melibatkan semua indera yang berpengaruh besar dalam pembelajaran.

Pembelajaran dengan pendekatan SAVI akan menciptakan lingkungan yang menggugah semangat siswa karena pada pembelajaran ini siswa dapat melakukan pembelajaran yang melibatkan sentuhan dan gerakan tangan (penerapan somatik) seperti melakukan latihan belajar aktif (simulasi dan permainan) dan membuat alat peraga. Selain itu, pendekatan SAVI juga menerapkan belajar dengan audio dimana siswa mempresentasikan sesuatu, berdiskusi untuk memecahkan masalah secara kreatif, dan bebas mengemukakan pendapatnya. Dengan pendekatan SAVI, belajar juga harus melibatkan penggunaan indera (visual), khususnya mata, untuk melihat, memperhatikan, dan mengamati, sehingga siswa akan lebih mudah memahami isi pembelajaran.

Selain hal-hal tersebut di atas, pendekatan SAVI juga menerapkan belajar intelek-tual dalam proses pembelajarannya. Belajar intelekintelek-tual dalam hal ini bukan ber-arti belajar tanpa emosi, melainkan belajar dengan menggunakan kecerdasan siswa untuk memecahkan masalah, menganalisis, melakukan perencanaan stra-tegis, membangkitkan ide-ide kreatif, merumuskan pernyataan, dan menerapkan ide-ide baru. Jika keempat unsur-unsur dalam SAVI, yaitu somatik, auditori, visual, dan intelektual, ini diterapkan dalam suatu proses pembelajaran, maka akan tercipta pembelajaran yang efektif dibandingkan dengan pembelajaran yang


(37)

20 ditawarkan guru selama ini (pembelajaran konvensional). Jika pembelajaran yang demikian berlangsung pada pembelajaran matematika, tentunya hal tersebut akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

C. Anggapan Dasar

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa selain faktor yang diteliti pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dianggap sama.

D. Hipotesis

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis dari penelitian ini, yaitu “penerapan pendekatan pembelajaran SAVI berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.”


(38)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Natar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Natar Tahun Pelajaran 2011/2012. Kelas VII berjumlah 12 kelas dengan kemampuan matematika siswa merata dalam setiap kelas yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Distribusi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Natar

Kelas VII A VII B VII C VII D VII E VII F VII G VII H VII I VII J VII K VII L Jumlah

Siswa 30 34 33 34 34 32 44 34 34 34 33 34

Persentase Siswa Tuntas Belajar

70% 41,2% 42,2% 38,2% 35,3% 37,5% 42,4% 44,1% 38,2% 42,3% 51,5% 44,1%

Rat-rata 44,2%

Sumber: SMP Negeri 1 Natar

Selanjutnya, untuk kepentingan penelitian ini diambil dua kelas sebagai sampel dengan teknik cluster random sampling yaitu teknik mengambil sampel secara acak pada populasi yang terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Dari


(39)

22 pengambilan sampel tersebut diperoleh VIIB sebagai kelas ekperimen dan VIIC sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan SAVI. Pembela-jaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelaPembela-jaran dengan menggabungkan gerakan fisik dan aktivitas intelektual serta penggunaan semua indera.

Karena penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan pendekatan SAVI dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat ditentukan bahwa variabel bebas (independent variable) dari penelitian ini adalah pendekatan SAVI sedangkan variabel terikat (dependent variable) dari penelitian ini adalah konsep matematis siswa. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam pendekatan ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian.

Kelompok Perlakuan Post-test

E X Y1

P C Y2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen P = Kelas kontrol

X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pendekatan SAVI C = Kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional

Y1 = Skor post-test pada kelas ekperimen Y2 = Skor post-test pada kelas kontrol


(40)

23 C. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap perencanaan dan tahap pelaksanaan.

1. Perencanaan

a. Melakukan observasi sekolah untuk memperoleh data-data yang diperlu-kan, seperti jumlah kelas yang ada, jumlah siswa, karakterisktik siswa, pendekatan yang biasa dipergunakan guru dalam mengajar, dan data nilai uji blok mata pelajaran matematika yang terbaru.

b. Melakukan pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling dengan mengambil dua dari dua belas kelas yang ada sehingga diperoleh VII B sebagai kelas eksperimen dan VIIC sebagai kelas kontrol.

c. Menyusun perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan

pembela-jaran (RPP) dan lembar kerja kelompok untuk enam kali pertemuan. Lembar kerja kelompok hanya diberikan pada siswa kelas eksperimen. d. Membuat kisi-kisi soal tes pemahaman konsep sesuai dengan indikator

pembelajaran.

e. Membuat soal tes pemahaman konsep.

f. Melakukan uji validitas isi instrumen tes kepada guru mitra. Setelah ins-trumen dinyatakan valid, insins-trumen tes kemudian diujicobakan.

g. Melakukan perhitungan validitas butir soal, indeks reabilitas, indeks daya pembeda, dan indeks kesukaran soal.

2. Pelaksanaan


(41)

24 dan pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada kelas kontrol yang dilakukan pada bulan April–Mei 2012. Pada kelas eksperimen pem-belajaran berlangsung sebanyak tujuh kali pertemuan dari tanggal 30 April 2012 sampai 23 Mei 2012. Pertemuan ini satu kali lebih banyak dari yang direncanakan, hal ini dikarenakan pada pertemuan pertama pembelajaran berlangsung kurang efektif, hanya berlangsung selama satu jam. Sedang-kan pada kelas kontrol pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP yang telah direncanakan sebelumnya.

Adapun tahap-tahap pembelajaran pada kelas eksperimen dan kontrol dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3 Proses Pembelajaran.

No. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

1. Kegiatan Pendahuluan a. Salam, tegur, dan sapa. b. Melakukan absensi kelas c. Apersepsi:

-Peserta didik mengingat kembali mengenai bangun datar yang telah dipelajari di sekolah dasar. -Peserta didik mengelompokkan

jenis-jenis bangun datar. d. Motivasi:

-Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

-Sekilas menginformasikan materi pembelajaran.

e. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil beranggotakan 3 – 4 orang.

f. Guru memberikan pengarahan tentang topik yang dipelajari.

Kegiatan Pendahuluan a. Salam, tegur, dan sapa. b. Melakukan absensi kelas c. Apersepsi:

- Peserta didik mengingat kembali mengenai bangun datar yang telah dipelajari di sekolah dasar. d. Motivasi:

- Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

- Sekilas menginformasikan materi pembelajaran.

2. Kegiatan Inti

a. Siswa menggali pengetahuannya tentang pokok bahasan yang akan dipelajari dengan melakukan

pengamatan benda-benda di

sekitarnya, mengelompokkan, dan

selanjutnya mendefinisikan

pengertian bangun-bangun tersebut dengan kata-katanya sendiri. (AI)

Kegiatan Inti

a. Siswa membaca buku paket matematika tentang pokok bahasan yang akan dipelajari.

b. Siswa mengkomunikasikan hasil pekerjaannya dengan melakukan tanya jawab yang difasilitasi guru. c. Guru menjelaskan materi tentang


(42)

25 b. Siswa melakukan diskusi kelompok

dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. Dalam diskusi kelompok tersebut siswa membuat alat peraga berupa bangun segiempat untuk diidentifikasi sifat-sifatnya sehingga siswa dapat menurunkan rumus keliling dan luas bangun tersebut. Selain itu siswa juga menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan sifat-sifat, keliling, dan luas persegi. (SAVI)

c. Beberapa siswa mempresentasikan hasil diskusinya sementara siswa yang lain memberikan tanggapan. (AVI)

d. Selama pembelajaran berlangsung guru memonitoring kegiatan siswa dan meluruskan persepsi siswa yang belum tepat sehingga seluruh siswa memiliki persepsi yang sama.

siswa diminta mengulang

menyebutkan sifat-sifat yang telah dijelaskan guru.

d. Siswa menyimpulkan pengertian persegipanjang berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki.

e. Siswa diberi contoh soal-soal tentang sifat-sifat persegipanjang. f. Siswa mendengarkan penjelasan

guru mengenai cara menurunkan

rumus keliling dan luas

persegipanjang.

g. Siswa diberi contoh soal-soal yang berkaitan dengan keliling dan luas persegipanjang.

h. Siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan sifat-sifat, keliling, dan luas persegipanjang secara berkelompok.

i. Guru memberikan arahan dan bimbingan selama pembelajaran berlangsung.

j. Guru meluruskan persepsi siswa yang belum tepat sehingga seluruh siswa memiliki persepsi yang sama. 3. Kegiatan Penutup

a. Dengan melibatkan siswa menutup pelajaran dengan menyimpulkan ide-ide penting hari ini. (intelektual) b. Siswa diberi tugas dan post tes. c. Menutup pelajaran dengan doa dan

salam.

Kegiatan Penutup

a. Dengan melibatkan siswa menutup pelajaran dengan menyimpulkan ide-ide penting hari ini.

b. Siswa diberi pekerjaan rumah (PR). c. Menutup pelajaran dengan doa dan

salam.

b. Melakukan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol. c. Menganalisis data.

d. Membuat kesimpulan.

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yang diperoleh dari tes pemaha-man konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dengan pendekatan SAVI


(43)

26 dan kelas kontrol dengan pendekatan konvensional di akhir pokok bahasan segiempat.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan metode dokumentasi dan metode tes.

1. Metode Dokumentasi

Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui nilai uji blok terakhir bidang studi matematika untuk mengetahui kemampuan matematika siswa dan mendapatkan daftar nama siswa.

2. Metode Tes

Tes dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep matematis pada kedua kelas eksperimen dan kontrol yang dilakukan di akhir pokok bahasan segiempat. Hasil pengolahan data ini gunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian. Adapun pemberian skor tes pemahaman konsep matematis siswa ini berdasarkan tabel 3.4.


(44)

27 Tabel 3.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep.

No Indikator Ketentuan Skor

1. Menyatakan ulang sebuah konsep a.b. Tidak menjawab Menyatakan ulang sebuah konsep tetapi salah 0 1 c. Menyatakan ulang sebuah konsep dengan benar 2 2.

Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

a. Tidak menjawab 0

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu

tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1

c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu

sesuai dengan konsepnya 2

3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep a.b. Tidak menjawab Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 0 1 c. Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2 4. Menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematis

a. Tidak menjawab 0

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematis tetapi salah 1

c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematis dengan benar 2

5. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari

suatu konsep tetapi salah 1

c. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari

suatu konsep dengan benar 2

6.

Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu

a. Tidak menjawab 0

b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih

prosedur tetapi salah 1

c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur dengan benar 2

7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah

a. Tidak menjawab 0

b. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke

pemecahan masalah tetapi tidak tepat 1

c. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke

pemecahan masalah dengan tepat 2


(45)

28 F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah seperangkat alat tes yang digunakan untuk mengambil data dalam suatu penelitian. Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampu-an, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Data dalam penelitian ini berupa data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh dari tes pemahaman konsep matematis.

Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Suatu instrumen dikatakan baik apa-bila memenuhi syarat valid dan reliabel.

Validitas isi dari suatu tes dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis siswa dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan untuk pelajaran matematika, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan instruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes pemahaman konsep tersebut atau belum. Validitas tes ini dikon-sultasikan dengan guru mitra. Penilaian guru mitra menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator sehingga tes tersebut di-kategorikan valid. Adapun penilaian validitas yang dilakukan oleh guru mitra dapat dilihat pada lampiran. Selain itu, validitas butir soal juga divalidasi meng-gunakan program IBM SPSS Statistic 19. Berdasarkan hasil perhitungan otomatis menggunakan program IBM SPSS Statistic 19 dapat dilihat bahwa seluruh butir-butir soal tes pemahaman konsep dinyatakan valid (lampiran C.1).


(46)

29 Setelah perangkat tes dinyatakan valid, langkah selanjutnya adalah menentukan indeks reabilitas soal, indeks daya pembeda, dan indeks kesukaran.

1. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan keajegan suatu instrumen tes dalam hasil pengukurannya sehingga dapat dipercaya. Menurut Arikunto (2002) untuk menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

= 1 −∑

Keterangan:

= indeks reliabilitas = banyaknya item

∑ = banyaknya varians tiap item

= varians total Dengan,

= ∑ − ∑

Keterangan:

∑ = jumlah kuadrat data

∑ = jumlah data

N = banyaknya data

Harga yang diperoleh menurut Arikunto (2002: 75) diimplementasikan dengan indeks reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut.

a. 0,800 ≤ ≤ 1,000: sangat tinggi

b. 0,600 ≤ < 0,800: tinggi c. 0,400 ≤ < 0,600: cukup d. 0,200 ≤ < 0,400: rendah e. 0,000 ≤ < 0,200: sangat rendah

Hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen tes menggunakan program IBM SPSS Statisic 19 diperoleh nilai = 0,843. Berdasarkan pendapat Arikunto di atas,


(47)

30 nilai memenuhi kriteria sangat tinggi sehingga instrumen tes pemahan konsep matematis layak digunakan.

2. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai teren-dah, kemudian diambil 50% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut ke-lompok atas) dan 50% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut keke-lompok bawah) (Arikunto, 2009: 212). Indeks daya pembeda ini ditentukan dengan rumus:

= −

Keterangan:

DP = indeks daya pembeda satu soal butir tertentu

JA = jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Menurut Sudijono (2008: 388) hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut.

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda.

Nilai Interpretasi

Kurang dari 0,20 Buruk

0,20-0,40 Sedang

0,40-0,70 Baik

0,70-1,00 Sangat Baik


(48)

31 Setelah menghitung indeks daya pembeda diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Pembeda.

No. Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi

1a 0,383 Sedang

1b 0,3 Sedang

1c 0,3 Sedang

2a 0,526 Baik

2b 0,883 Sangat baik

3 0,313 Sedang

4a 0,308 Sedang

4b 0,316 Sedang

4c 0,333 Sedang

Berdasarkan data-data pada tabel di atas, maka seluruh soal tes pemahaman konsep matematis memiliki interpretasi sedang hingga sangat baik sehingga seluruh butir soal digunakan untuk pengambilan data.

3. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak ter- lalu sukar dan tidak terlalu mudah.

Untuk menginterpretasi indeks kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks kesukaran sebagai berikut :

= Keterangan :

TK = indeks kesukaran suatu butir soal

JT = jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diolah


(49)

32 Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Indeks Kesukaran.

Nilai Interpretasi

0,00 ≤ ≤ 0,15 Sangat Sukar

0,16 ≤ ≤ 0,30 Sukar

0,31 ≤ ≤ 0,70 Sedang

0,71 ≤ ≤ 0,85 Mudah

0,86 ≤ ≤ 1,00 Sangat Mudah

Sudijono (2008:372)

Setelah hasil uji coba dianalisis dapat diketahui bahwa enam soal memiliki indeks kesukaran sedang, yaitu soal nomor 1a, 1c, 2a, 4a, 4b, dan 4c, dua soal dinyatakan mudah, yaitu soal nomor 2b dan 3, sementara soal nomor 1b dinyatakan sukar. Adapun rekapitulasi hasil uji coba soal tes pemahaman konsep matematis siswa ini dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes.

No. Validitas Butir Reliabilitas Daya Pembeda Indeks Kesukaran

1a 0,625 (valid)

0,843 (sangat tinggi)

0,383 (sedang) 0.558 (sedang)

1b 0,372 (valid) 0,3 (sedang) 0.25 (sukar)

1c 0,821 (valid) 0,3 (sedang) 0.533 (sedang)

2a 0,859 (valid) 0,526 (baik) 0.476 (sedang)

2b 0,597 (valid) 0,883 (sangat baik) 0.733 (mudah)

3 0,826 (valid) 0,313 (sedang) 0.736 (mudah)

4a 0,770 (valid) 0,308 (sedang) 0.654(sedang)

4b 0,628 (valid) 0,316 (sedang) 0.575 (sedang)

4c 0,613 (valid) 0,333 (sedang) 0.617 (sedang)

Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil uji coba tes di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen tes pemahaman konsep memenuhi kriteria validitas butir soal, memiliki reliabilitas yang sangat tinggi, memiliki daya pembeda yang sesuai kriteria yang akan digunakan, dan memiliki indeks kesukaran yang baik sehingga instrumen tes pemahaman konsep layak digunakan.


(50)

33 G. Analisis Data

Pembelajaran dengan pendekatan SAVI dikatakan berpengaruh apabila memenuhi kriteria berikut.

Tabel 3.8 Kriteria Pembelajaran yang Berpengaruh.

Aspek Kriteria Pembelajaran yang Berpengaruh Kesimpulan

Pemahaman konsep matematis

Tingkat pemahaman konsep matematis siswa pada kelas dengan pendekatan SAVI lebih baik atau lebih buruk dari pada tingkat pemahaman konsep matematis siswa pada kelas dengan pendekatan konvensional

Pembelajaran dengan Pendekatan

SAVI Berpengaruh

Analisis dan pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah mengguna-kan statistik parametrik atau non parametrik. Untuk menguji normalitas data sampel yang diperoleh yaitu nilai tes pemahaman konsep dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas ini juga dilakukan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut.


(51)

34 b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.

c) Menghitung rata-rata dan simpangan baku. d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.

e) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas, menurut Sudjana (2002: 138) dengan rumus:

= −

dengan S adalah simpangan baku dan adalah rata-rata sampel

f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan

tabel.

g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva, dalam Sudjana (2002: 273)

χ = ( − )

keterangan: χ = Chi–kuadrat

Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapkan

h) Membandingkan harga χ dengan tabel χ dengan taraf signifikan 5%

i) Menarik kesimpulan, jika χ < χ dengan dk = k – 3 maka data

berdistribusi normal atau terima .

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui asumsi yang dipakai dalam pengujian kesamaan dua rata-rata independen dari skor tes pemahaman konsep antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(52)

35 Rumusan hipotesis untuk uji ini menurut Sudjana (2005: 261-264) adalah:

H0: =

H1: ≠

Langkah-langkah uji homogenitas varians menggunakan uji Bartlet: 1. Menghitung S2 dari masing-masing kelas

=∑( − )− 1

2. Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas

=∑( − 1)∑( − 1)

3. Menghitung harga satuan B

= (log ) ( − 1)

4. Uji Barlet dengan menggunakan statistik Chi Kuadrat

= (ln 10) − ( − 1) log

Kriteria uji: terima H0 jika < dengan dk = (k – 1) dan α = 5%.

3. Uji Hipotesis

Hasil perhitungan yang menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan homo-gen, maka statistik yang digunakan untuk uji ini adalah uji-t dengan rumusan hipotesis sebagai berikut:

H0 : ≤ (pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen kurang

dari atau sama dengan pemahaman konsep matematis siswa kelas kontrol)

H1 : > (pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen lebih dari


(53)

36

Statistik uji: =

Dengan =( 1− 1) 1 2 + 2 – 1 22

1+ 2−2

Keterangan:

: nilai rata-rata dari kelas eksperimen : nilai rata-rata dari kelas kontrol

: banyaknya subyek kelas eksperimen : banyaknya subyek kelas kontrol

: pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen : pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol

Terima H0 jika thitung < t α, untuk harga t lainnya maka tolak Ho atau terima H1 dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan taraf kepercayaan 5%.


(54)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya di BAB IV, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Jika dilihat secara keseluruhan (dilihat dari skor rata-rata pemahaman konsep) kedua kelas memiliki pemahaman konsep yang sama, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran SAVI tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

2. Hasil tes pemahaman konsep matematis siswa dengan pendekatan SAVI sama

dengan hasil pemahaman konsep matematis siswa kelas dengan pendekatan konvensional pada beberapa indikator, yaitu menyatakan ulang konsep, me-nyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis, mengembangkan sya-rat perlu dan syasya-rat cukup, serta menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu.

3. Hasil tes pemahaman konsep matematis siswa pada indikator mengklasifikasi

objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya dan memberi contoh, non contoh dari konsep siswa kelas pendekatan SAVI lebih tinggi daripada siswa kelas pendekatan konvensional.


(55)

47

4. Siswa pada kelas dengan pendekatan konvensional memiliki pemahaman

kon-sep mengaplikasikan konkon-sep atau algoritma ke pemecahan masalah yang lebih tinggi dibandingkan siswa pada kelas dengan pendekatan SAVI.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran diataranya: 1. Guru hendaknya benar-benar menguasai kelas dan pendekatan yang

diguna-kannya sehingga pembelajaran yang bertujuan meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa dapat berlangsung dengan baik.

2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin menggunakan pendekatan SAVI dalam

pembelajaran hendaknya memperhitungkan waktu dengan sebaik-baiknya sehingga keempat unsur SAVI dapat berlangsung dengan maksimal pada setiap pertemuannya.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Gramedia Pustaka

Utama. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara.

Jakarta.

De Porter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning

Di Ruang Kelas. Diterjemahkan oleh Ary Nilandri. Kaifa. Bandung.

Hamzah. 2008. Teori Belajar Konstruktivisme. http://akhmadsudrajat.wordpress.

com/2008/08/20/teori-belajar-konstruktivisme/. Diakses 4 Agustus 2012

Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. http://herdy07.wordpress.

com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/. Diakses 14 Desember 2011

Horsley, S. L. 1990. Elementary School Science for the 90S. Virginia:

Association Supervision and Curriculum Development.

Hudoyo, Herman. 1999. Belajar Mengajar Matematika. Dirjen Dikti PLPTK.

Jakarta.

Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook: A Creative Guide to

Designing and Delivering Faster, More Effective Training Programs.

McGraw-Hill. Amerika Serikat.

Novia, Sendari. Penggunaan Multimedia Interaktif pada Model Pembelajaran

SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dalam Materi Geometri untuk

Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense (Tilikan Ruang) Siswa. UPI.

Bandung.

Roebyarto. 2008. Pendekatan SAVI. http://roebyarto.multiply.com/journal/item

/21/PENDEKATAN_SAVI.htm. Diakses 6 Juni 2011

Sasmita, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS

Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(57)

Simanjuntak, L. 1992. Metode Mengajar Matematika. Rineka Cipta. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta.

Jakarta.

Slavin, Robert. 2000. Educational Psycology: Theory and Practice. Sixth Edition.

Boston: Allyn and Bacon.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sudjana, Nana. 2002. Teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta.

Takari, Enjah. 2008. Pembelajaran IPA dengan SAVI dan Konstektual.

Genesindo. Sumedang.

Toermoedy. 2010. Membelajarkan Konsep Matematika dengan Pendekatan

Deduktif dan Induktif. http://toermoedy.wordpress.com/2010/11/06/

membelajarkan-konsep-matematika-dengan-pendekatan-deduktif-induktif.htm. Diakses 11 Febuari 2012.

Yuliyanti, Heti. 2011. Penerapan Model SAVI (Somatic, Auditory, Visual,

Intellectual) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan


(58)

(1)

36 Statistik uji: =

Dengan =( 1− 1) 1 2 + 2 – 1 22 1+ 2−2 Keterangan:

: nilai rata-rata dari kelas eksperimen : nilai rata-rata dari kelas kontrol

: banyaknya subyek kelas eksperimen : banyaknya subyek kelas kontrol

: pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen : pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol

Terima H0 jika thitung < t α, untuk harga t lainnya maka tolak Ho atau terima H1 dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan taraf kepercayaan 5%.


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya di BAB IV, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Jika dilihat secara keseluruhan (dilihat dari skor rata-rata pemahaman konsep) kedua kelas memiliki pemahaman konsep yang sama, atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran SAVI tidak berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.

2. Hasil tes pemahaman konsep matematis siswa dengan pendekatan SAVI sama

dengan hasil pemahaman konsep matematis siswa kelas dengan pendekatan konvensional pada beberapa indikator, yaitu menyatakan ulang konsep, me-nyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis, mengembangkan sya-rat perlu dan syasya-rat cukup, serta menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tertentu.

3. Hasil tes pemahaman konsep matematis siswa pada indikator mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya dan memberi contoh, non contoh dari konsep siswa kelas pendekatan SAVI lebih tinggi daripada siswa kelas pendekatan konvensional.


(3)

47 4. Siswa pada kelas dengan pendekatan konvensional memiliki pemahaman

kon-sep mengaplikasikan konkon-sep atau algoritma ke pemecahan masalah yang lebih tinggi dibandingkan siswa pada kelas dengan pendekatan SAVI.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran diataranya: 1. Guru hendaknya benar-benar menguasai kelas dan pendekatan yang

diguna-kannya sehingga pembelajaran yang bertujuan meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa dapat berlangsung dengan baik.

2. Pembaca dan peneliti lain yang ingin menggunakan pendekatan SAVI dalam

pembelajaran hendaknya memperhitungkan waktu dengan sebaik-baiknya sehingga keempat unsur SAVI dapat berlangsung dengan maksimal pada setiap pertemuannya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

De Porter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching: Mempraktekkan Quantum Learning Di Ruang Kelas. Diterjemahkan oleh Ary Nilandri. Kaifa. Bandung.

Hamzah. 2008. Teori Belajar Konstruktivisme. http://akhmadsudrajat.wordpress. com/2008/08/20/teori-belajar-konstruktivisme/. Diakses 4 Agustus 2012 Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. http://herdy07.wordpress.

com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/. Diakses 14 Desember 2011

Horsley, S. L. 1990. Elementary School Science for the 90S. Virginia: Association Supervision and Curriculum Development.

Hudoyo, Herman. 1999. Belajar Mengajar Matematika. Dirjen Dikti PLPTK. Jakarta.

Meier, Dave. 2000. The Accelerated Learning Handbook: A Creative Guide to Designing and Delivering Faster, More Effective Training Programs. McGraw-Hill. Amerika Serikat.

Novia, Sendari. Penggunaan Multimedia Interaktif pada Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelektual) dalam Materi Geometri untuk Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense (Tilikan Ruang) Siswa. UPI. Bandung.

Roebyarto. 2008. Pendekatan SAVI. http://roebyarto.multiply.com/journal/item /21/PENDEKATAN_SAVI.htm. Diakses 6 Juni 2011

Sasmita, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(5)

Simanjuntak, L. 1992. Metode Mengajar Matematika. Rineka Cipta. Jakarta. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Rineka Cipta.

Jakarta.

Slavin, Robert. 2000. Educational Psycology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sudjana, Nana. 2002. Teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta.

Takari, Enjah. 2008. Pembelajaran IPA dengan SAVI dan Konstektual.

Genesindo. Sumedang.

Toermoedy. 2010. Membelajarkan Konsep Matematika dengan Pendekatan

Deduktif dan Induktif. http://toermoedy.wordpress.com/2010/11/06/ membelajarkan-konsep-matematika-dengan-pendekatan-deduktif-induktif.htm. Diakses 11 Febuari 2012.

Yuliyanti, Heti. 2011. Penerapan Model SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. UPI. Bandung.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MICROSOFT POWERPOINT TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Xaverius 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 6 61

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Kedondong Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 53

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas V SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 68

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP (Studi Pada Siswa Kelas VII SMPN 20 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 53

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS (TWO STAY TWO STRAY) DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 52

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN SOMATIC AUDITORY VISUAL INTELLECTUAL (SAVI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Natar Lampung Selatan Semester Genap TP. 2011/2012)

0 11 58

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi Pada Siswa Kelas VIII.6 SMP Negeri I Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 38 171

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 43

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Plus Tri Sukses Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 5 60