PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

Yunita Destari

ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP
INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji,
Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh
Yeni Apriyani

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap
pemahaman konsep matematis siswa jika dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional. Desain penelitian ini adalah posttest only control group design
dengan populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anak
Ratu Aji. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII1 sebagai kelas eksperimen
dan siswa kelas VIII2 sebagai kelas kontrol, yang dipilih melalui teknik purposive
sampling Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa kemampuan pemahaman

konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Group
Investigation lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah

model pembelajaran Group Investigation berpengaruh

terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
Kata Kunci : Group Investigation, pemahaman konsep matematis.

`

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu modal untuk memajukan suatu bangsa karena
kemajuan bangsa dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan dan tingkat
pendidikannya. Pendidikan juga berperan dalam menciptakan insan yang cerdas,
kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari
pendidikan adalah mengurangi kebodohan, keterbelakangan, dan kemiskinan

karena ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dapat menjadikan
seseorang mampu mengatasi problematika yang ada. Dengan kata lain, tanpa
pendidikan yang baik manusia tidak akan mengalami perubahan ke arah yang
lebih baik.
Dalam dunia pendidikan, pembelajaran merupakan unsur yang utama.
Pembelajaran merupakan interaksi antara siswa sebagai peserta didik dengan guru
sebagai pendidik dan juga interaksi antar siswa dalam proses belajar serta
interaksi siswa dengan materi pelajaran. Proses interaksi belajar akan ada jika
terjadi interaksi yang sinergi antara guru, siswa, dan materi pelajaran di dalamnya,
oleh karenanya diperlukan suatu strategi pembelajaran yang mampu membuat
terciptanya interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan materi ajar

2

dengan tujuan akan membawa hasil yang baik, termasuk dalam hal ini hasil
belajar matematika.
Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang mempunyai pengaruh yang
sangat penting, karena hampir semua ilmu pengetahuan terdapat unsur
matematika. Matematika tidak hanya berupa simbol, tetapi matematika dapat
melatih cara berpikir secara logis (masuk akal) siswa serta membantu

memperjelas dalam menyelesaikan permasalahan. Matematika juga berfungsi
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyampaikan
informasi atau mengkomunikasikan berbagai gagasan yang dapat dijelaskan
melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik, peta, ataupun diagram.

Saat ini masih banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu sulit
terutama pada saat ulangan atau ujian nasional. Pendapat tersebut sesuai dengan
ungkapan yang dikemukakan oleh Winataputra (2007: 12) yang menyatakan
bahwa matematika merupakan pelajaran yang tidak mudah untuk dipelajari dan
pada akhirnya banyak siswa yang tidak senang terhadap pelajaran matematika.
Dalam pembelajaran matematika penyampaian guru yang sangat monoton, kurang
kreatif, siswa yang tidak mampu menjawab pertanyaan, siswa yang takut untuk
mengerjakan soal latihan di depan kelas dan sukarnya memahami konsep yang
terkandung dalam matematika merupakan penyebab ketidaksenangan siswa pada
mata pelajaran matematika.

Depdiknas (2007) mengemukakan beberapa permasalahan yang ada di lapangan
tentang pemahaman konsep, beberapa di antaranya adalah (1) bagaimana
menemukan cara terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di


3

dalam mata pelajaran tertentu khususnya matematika, sehingga semua siswa dapat
menggunakan dan mengingat suatu konsep yang telah disampaikan lebih lama,
(2) bagaimana setiap siswa dapat membuat keterhubungan antar konsep dalam
matematika yang diberikan, sehingga membentuk suatu pemahaman yang utuh
dan, (3) bagaimanakah seorang guru dapat berkomunikasi secara efektif dengan
siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alasan dari arti sesuatu.

Memahami konsep dalam belajar matematika merupakan salah satu tujuan
penting dalam pembelajaran matematika. Dengan memahami konsep memberikan
pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya
sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih
mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman konsep matematis
juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru,
sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang
diharapkan.

Dengan


memahami

konsep,

siswa

dapat

mengembangkan

kemampuan penalaran matematika. Konsep juga sebagai pilar dalam pemecahan
masalah. Dengan demikian, memahami dan menguasai konsep merupakan hal
penting bagi siswa dalam belajar matematika. Artinya, bila siswa tidak memahami
konsep dalam belajar matematika, siswa akan kesulitan ketika dihadapkan pada
problem matematika yang menuntut

penalaran

siswa.


Sehingga

untuk

meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar matematika, pemahaman konsep
yang baik pada setiap materi matematika menjadi hal yang sangat penting.

Pada proses pembelajaran matematika umumnya masih banyak guru menerapkan
model pembelajaran konvensional. Dominasi peran guru sangat terlihat dari awal

4

hingga akhir pembelajaran. Guru menjelaskan konsep melalui metode ceramah
kemudian guru memberikan contoh soal dan langkah-langkah pengerjaannya,
latihan soal, dan pekerjaan rumah. Dengan demikian siswa cenderung pasif,
enggan bertanya dan hanya menerima penjelasan yang diberikan oleh guru. Hal
ini mengakibatkan siswa hanya terbatas pada aktivitas mendengarkan penjelasan
dari guru, mencatat, dan mengerjakan tugas. Sedangkan untuk aktivitas berdiskusi
yang di dalamnya siswa dapat saling bertukar pendapat dalam suatu penyelidikan
kasus tertentu jarang mereka lakukan.

Dari uraian di atas, pemahaman konsep matematis siswa harus lebih mendapat
perhatian guru. Guru harus selalu melakukan usaha-usaha agar pemahaman
konsep matematis siswa menjadi lebih baik. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan guru adalah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model
yang memberikan banyak peluang kepada siswa untuk aktif mengkontruksikan
pengetahuannya. Salah satunya perlu suatu model pembelajaran matematika yang
dapat memberikan pengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif

merupakan salah satu alternatif

untuk dapat meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa dalam mempelajari
matematika.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntun siswa untuk
berperan aktif menyelesaikan masalah yang ada di kelompoknya secara bersamasama. Hal ini dipertegas oleh pendapat Lie (2008:34) yang menyatakan
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang
memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dalam mengerjakan

5


tugas. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif
diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian setiap
siswa memiliki peluang yang sama dalam memperoleh hasil belajar yang
maksimal serta tercipta suasana yang menyenangkan. Aktivitas belajar berpusat
pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu
dan saling mendukung dalam memecahkan masalah sehingga siswa dapat
memahami konsep materi pelajaran dengan baik.

Pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe, salah satunya adalah tipe Group
Investigation. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa
dituntut tidak hanya mempelajari materi saja. Namun, harus mempelajari
keterampilan-keterampilan khusus seperti keterampilan kooperatif. Keterampilan
ini bertujuan untuk melancarkan hubungan satu sama lain dalam kerja, dan
penyelesaian tugas. Peranan hubungan satu sama lain dalam kerja dapat diperoleh
dengan mengembangkan informasi dan kerja sama satu sama lain dalam
kelompok sedangkan peranan penyelesaian tugas dapat diperoleh dengan
pembagian kelompok sehingga siswa dapat lebih aktif dan bertanggungjawab.
Adapun kelebihan dari pembelajaran Group Investigation diantaranya, unsurunsur psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih aktif, pada saat berdiskusi
fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani

mengemukakan pendapat, meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok
dalam memecahkan masalah, dan dapat menimbulkan motivasi siswa karena
adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas. Sehingga dalam pembelajaran Group
Investigation tidak hanya membantu siswa untuk memahami konsep, tetapi juga

6

membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, bertanggungjawab,
berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation hampir sama dengan
model pembelajaran kooperatif lainnya yang cara belajarnya dengan diskusi
kelompok, bedanya adalah dalam model pembelajaran Group Investigation materi
yang dipelajari merupakan materi yang bersifat penemuan yaitu siswa mencari
sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan
yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui
internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui kegiatan investigasi. Sedangkan pada
pembelajaran kooperatif lainnya materi disampaikan oleh guru.


Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Negeri 1
Anak Ratu Aji diperoleh informasi bahwa model pembelajaran kooperatif belum
pernah diterapkan di kelas VIII. Model yang digunakan dalam menjelaskan materi
pelajaran

matematika

adalah

dengan

menerapkan

model

pembelajaran

konvensional. Guru aktif menjelaskan materi, sedangkan siswa hanya menerima
penjelasan yang disampaikan oleh guru bahkan banyak siswa yang tidak terlibat
aktif dalam pembelajaran, sering kali siswa melakukan aktivitas yang tidak

relevan seperti berbicara dengan siswa lain tentang sesuatu

di luar materi

pelajaran dan mengganggu siswa lain yang sedang memperhatikan penjelasan
guru. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan kaitannya terhadap

7

pemahaman konsep matematis siswa pada kelas VIII SMP Negeri 1 Anak Ratu
Aji tahun pelajaran 2012/2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : “Apakah ada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Group investigation terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”.
Dari masalah di atas di rumuskan pertanyaan penelitian: “Apakah pemahaman
konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif
tipe Group Investigation lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian

ini

dilakukan

bertujuan

untuk

mengetahui

pengaruh

model

pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap pemahaman konsep
matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan
terhadap

perkembangan

pembelajaran

matematika,

terutama

terkait

pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation.

8

2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan mampu memberikan sumbangan
terhadap peningkatkan mutu pendidikan di sekolah, yaitu guru dapat
menerapkan model pembelajaran Group Investigation dalam pembelajaran
matematika dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa,
serta penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian
yang sejenis.
E. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain:
1. Pengaruh adalah daya yang ditimbulkan dari penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Group Investigation terhadap kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa kelas VIII SMP N 1 Anak Ratu Aji.
Dalam penelitian ini model kooperatif tipe Group Investigation dikatakan
berpengaruh apabila kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe Group Investigation
lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
2. Model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran
kooperatif dalam kelompok kecil yang di dalamnya terjadi komunikasi,
interaksi, dan pertukaran intelektual sebagai usaha siswa untuk belajar yang
kegiatannya meliputi mengidentifikasi topik dan membentuk siswa secara

9

kelompok, merencanakan tugas, melaksanakan investigasi, menyiapkan
laporan akhir, mempersentasikan laporan akhir, dan evaluasi.

3. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan
oleh guru dalam pembelajaran. Dalam hal ini, pembelajaran dimulai dengan
menerangkan materi (ceramah) pada awal pembelajaran, memberikan contoh
latihan soal pada waktu tertentu, kemudian pemberian tugas berupa latihan soal
untuk dikerjakan oleh siswa secara individu ataupun berkelompok dengan
teman sekelasnya.

4. Pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam
memahami konsep materi pelajaran matematika yang dicerminkan oleh nilai
tes pemahaman konsep setelah dilakukan pembelajaran. Adapun indikator
pemahaman konsep matematis yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
e. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu
f. Mengaplikasikan konsep.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui
pengalaman karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Slameto (2003: 2) yang menyatakan belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungannya.
Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang pengertian belajar, diantaranya
dalam Sagala (2008: 11), Morgan dalam Reza (2013) berpendapat bahwa belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi
sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman, selanjutnya Hilgard dan Marquis
dalam Reza (2013) berpendapat bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu
yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebagainya
sehingga terjadi perubahan dalam diri, selanjutnya Mursell dalam Reza (2013)
menyatakan bahwa belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami

11

sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan memperoleh sendiri, sejalan dengan
pendapat tersebut Gagne dalam Reza (2013) menyatakan belajar adalah sebagai
suatu proses dimana suatu individu berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman, lain halnya yang dikemukakan Garret dalam Reza (2013) yang
berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka
waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada
perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu,
hal ini dipertegas oleh Crow dalam Reza ( 2013) yang menyatakan belajar ialah
upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap.
Sejalan dengan pendapat tersebut Mustaqim dan Wahib (1991: 62) menyatakan
bahwa belajar merupakan proses perubahan baik lahir maupun batin, tidak hanya
perubahan tingkah laku yang nampak melainkan juga perubahan yang tidak dapat
diamati dan perubahan itu adalah perubahan yang positif yaitu perubahan menuju
ke arah kemajuan atau perbaikan. Lain halnya yang dikemukakan oleh Sardiman
(2007: 20) yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku
atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mendengarkan, mengamati, meniru dan sebagainya.
Di bidang pendidikan, belajar adalah upaya untuk menguasai ilmu pengetahuan.
Hal ini dipertegas oleh Sardiman (2007: 21) yang menyatakan bahwa, “Belajar
diartikan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan
sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya ”.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu
kegiatan yang membuat adanya perubahan pada tingkah laku antara sebelum

12

belajar dan sesudah belajar. Perubahan tingkah laku berlangsung terus-menerus
yang ditandai oleh kemampuan seseorang mendemontrasikan pengetahuan dan
keterampilannya.
Dalam lingkup sekolah, aktivitas untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan
proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
mendefinisikan bahwa: “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Mulyasa (2002: 100) menyatakan bahwa pembelajaran
pada hakikatnya adalah proses interaksi

antara peserta didik dengan

lingkungannya sehingga terjadi perbedaan perilaku ke arah yang lebih baik. Selain
itu, Dimyati dan Mudjiono (2009: 157) menyatakan bahwa pembelajaran adalah
proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa, sehingga
belajar dapat memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Pembelajaran sebagai kegiatan yang mengembangkan kemampuan untuk mengetahui, memahami, melakukan sesuatu, hidup dalam kebersamaan, dan mengaktualisasi diri siswa. Kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta didik,
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreativitas peserta didik, menciptakan kondisi yang menyenangkan, bermuatan nilai estetika, logika, dan
kinestetika, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, berarti pembelajaran merupakan proses
interaksi peserta didik dengan pendidik, peserta didik dengan lingkungannya yang

13

diselenggarakan guru untuk membelajarkan siswa sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah yang lebih baik.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation
Lie (2008: 34) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja
sama dalam mengerjakan tugas terstruktur. Selanjutnya Suherman (2003: 260)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencakup siswa yang bekerja dalam
sebuah kelompok kecil untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan
suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Isjoni (2011: 16) yang menyatakan
bahwa sebagian besar aktivitas pembelajaran dengan model kooperatif berpusat
kepada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan
masalah, dan sebagainya.
Pembelajaran kooperatif mendorong terbentuknya pribadi siswa yang utuh, karena
selain mengembangkan kemampuan siswa secara kognitif, melalui pembelajaran
kooperatif siswa juga dibekali kemampuan untuk dapat bersosialisasi dengan baik.
Pembelajaran kooperatif juga merupakan salah satu pembelajaran yang dapat
digunakan untuk meningkatkan interaksi antar siswa serta hubungan yang saling
menguntungkan diantara mereka.

Model Group Investigation adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif
dengan membentuk siswa dalam kelompok secara heterogen. Ibrahim, dkk.
(2000: 23) menyatakan dalam model Group Investigation guru membentuk siswa
menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa yang heterogen dilihat

14

dari kemampuan dan latar belakang, baik dari segi jenis kelamin, suku, dan agama
atau berdasarkan kesamaan minat, untuk melakukan investigasi terhadap suatu
topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan merumuskan
penyeledikan kemudian menyepakati pembagian kerja dalam menyelesaikan tugas
yang telah diberikan. Dalam diskusi diutamakan keterlibatan pertukaran
pemikiran siswa. Pada model pembelajaran Group Investigation, guru bertugas
mengarahkan, membantu menemukan informasi, dan berperan sebagai salah satu
sumber belajar yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan
membantu siswa mempersiapkan sarana pendukung proses pembelajaran.
Kunandar ( 2007: 344) menyatakan bahwa dalam model pembelajaran Group
Investigation siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik ,
kegitan investigasi, dan membuat laporan yang selanjutnya akan dipresentasikan
oleh siswa dan bersama-sama dengan guru mengevaluasi proses pembelajaran
yang telah berlangsung. Model ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan
yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok
(group process skill).
Menurut Winaputra (2001: 75) dalam metode Group Investigation terdapat tiga
konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri, pengetahuan atau knowledge, dan
dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group. Slavin (2005: 218)
menyatakan 6 tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation yaitu: (1) Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam
kelompok, (2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari, (3) Melaksanakan
investigasi, (4) Menyiapkan laporan akhir, (5) Mempersentasikan laporan akhir,
( 6) Evaluasi.

15

Untuk lebih jelas dalam memahami langkah- langkah pembelajaran Group
Investigation, menurut Slavin dalam Maesaroh (2005: 29-30) menyatakan 6
tahapan dalam pembelajaran Group Investigation pada Tabel 2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1 Langkah- Langkah Pembelajaran Group Investigation
Tahap I
Mengidentifikasi topik
dan membagi siswa ke
dalam kelompok.
Tahap II
Merencanakan tugas.

Tahap III
Membuat penyelidikan.

Tahap IV
Mempersiapkan tugas
akhir.
Tahap V
Mempresentasikan tugas
akhir.
Tahap VI
Evaluasi.

Dapat

Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk
memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki.
Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas.
Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh
anggota. Kemudian membuat perencanaan dari
masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan
sumber apa yang akan dipakai.
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan
mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan
mengaplikasikan bagian mereka ke dalam
pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah
kelompok.
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang
akan dipresentasikan di depan kelas.
Siswa bersama kelompoknya mempresentasikan
hasil kerjanya. Kelompok lain sebagai pendengar
dan member tanggapan.
Mengevaluasi pelaksanaan diskusi yang telah
depersentasikan, menegaskan kembali kesimpulan
diskusi.
Slavin dalam Maesaroh (2005: 29-30)

disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

Group

Investigation adalah suatu model pembelajaran yang dirancang oleh guru agar
siswa dapat belajar dalam kelompok yang bertujuan untuk memecahkan suatu
permasalahan dan mengerti akan meteri yang sedang dipelajari yang meliputi
kegiatan menentukan topik dan merencanakan tugas, melakukan investigasi,

16

membuat laporan yang selanjutnya akan dipresentasikan oleh siswa dan bersamasama dengan guru mengevaluasi proses pembelajaran yang telah berlangsung.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksud secara umum adalah pembelajaran
yang diawali dengan cara menerangkan materi menggunakan metode ceramah,
kemudian memberikan contoh-contoh soal latihan dan penyelesaiannya,
selanjutnya guru memberikan tugas berupa latihan soal atau lembar kerja
kelompok (LKK) untuk dikerjakan oleh siswa secara individu ataupun
berkelompok dengan teman sekelasnya.
Djamarah (2006)mengatakan bahwa:
Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional
atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini
telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak
didik dalam proses belajar dan pembelajaran dalam pembelajaran
konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan,
serta pembagian tugas dan latihan.
Selain itu Roestiyah (2008: 115) menyatakan bahwa peran guru dalam metode
ceramah lebih aktif dalam hal menyampaikan bahan pelajaran, sedangkan peserta
didik hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan-penjelasan yang diberikan
oleh guru.

Metode

pengajaran

dengan

pembelajaran

tradisional

yang

kegiatan

pembelajarannya didominasi oleh guru adalah perilaku pengajaran yang paling
umum yang diterapkan di sekolah-sekolah saat ini. Pengajaran model ini
dipandang efektif, terutama untuk berbagai informasi yang tidak mudah
ditemukan

di

tempat

lain,

menyampaikan

informasi

dengan

cepat,

17

membangkitkan minat akan informasi, mengajari siswa yang cara belajar
terbaiknya dengan mendengarkan.
Pembelajaran dengan cara tradisional ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari pembelajaran tradisional ini adalah waktu yang diperlukan cukup
singkat dalam proses pembelajaran karena waktu dan materi pelajaran dapat diatur
secara langsung oleh guru yang bersangkutan, sedangkan kelemahan dari
pembelajaran tradisional ini adalah tidak semua siswa memiliki cara belajar
terbaik dengan mendengarkan dan hanya memperhatikan penjelasan dari guru.
Dalam pembelajaran ini, siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami
konsep materi yang diajarkan dan kurang tertarik untuk belajar, selain itu
pembelajaran ini cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis dan
mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama sehingga siswa kurang
berperan aktif dalam proses pembelajaran.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional
adalah suatu pembelajaran yang bersifat klasikal, sebab pemahaman siswa
dibangun berdasarkan hafalan, dengan proses pembelajaran yang lebih cenderung
hanya mengantarkan siswa untuk mencapai target kurikulum seperti konsepkonsep penting, latihan soal dan tes tanpa melibatkan siswa secara aktif.

4. Pemahaman Konsep Matematis

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan
sebagai penyerapan arti dari suatu materi yang dipelajari. Dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat. Hal tersebut sejalan

18

dengan pendapat Sardiman (2008: 42) yang menyatakan bahwa pemahaman atau
comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Oleh sebab itu,
belajar harus mengerti dengan baik makna dan filosofinya, maksud dan implikasi
serta aplikasi-aplikasinya, sehingga siswa dapat belajar memahami konsep dengan
optimal.

Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil
berfikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan
banyak pengalaman. Soedjadi (2000: 14) menyatakan bahwa konsep adalah idea
abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan
sekumpulan obyek. Jika siswa belajar tanpa memahami konsep, proses belajar
mengajar tidak akan berhasil secara optimal. Oleh karena itu dengan memahami
konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal.

Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam
pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan
konsep materi pelajaran itu sendiri. Untuk dapat memahami konsep dengan baik,
diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga siswa mampu mengetahui
karakteristik konsep tersebut. Siswa perlu diberi contoh yang memenuhi rumusan
yang diberikan. Selain itu siswa perlu juga diberi contoh-contoh yang tidak
memenuhi rumusan dan sifat, sehingga diharapkan siswa tidak mengalami salah
pengertian terhadap konsep yang sedang dipelajari. Karakteristik konsep yang
diberikan tersebut dan keanekaragaman juga membantu siswa dalam memahami
konsep yang disajikan karena dapat memberikan belajar bermakna bagi siswa.

19

Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Menurut Depdiknas dalam Jannah (2007: 18) menjelaskan
”Penilaian perkembangan anak didik dicantumkan dalam

indikator dari

kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika”. Indikator
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menyatakan ulang suatu konsep.
b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu.
c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
e. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
f. Mengaplikasikan konsep.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pemahaman konsep adalah
kemampuan untuk memahami konsep, memberikan pengertian bahwa materimateri yang diajarkan kepada siswa bukan hanya hafalan, namun dengan
pemahaman siswa dapat lebih mengerti konsep materi pelajaran itu sendiri.

B. Kerangka Pikir

Pemahaman konsep merupakan hal utama yang perlu digali dan dikembangkan
dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, pemahaman konsep matematis
siswa harus lebih diperhatikan oleh guru. Guru harus selalu melakukan usaha usaha agar pemahaman konsep matematis siswa menjadi lebih baik. Model
pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar sebaiknya adalah model
pembelajaran yang baik dan tepat. Pemilihan model pembelajaran yang tepat
sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran tersebut

20

sebaiknya adalah model pembelajaran yang memberikan interaksi antar sesama
siswa dan antara siswa dengan gurunya sehingga siswa dapat aktif dalam
pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa di dalam kelompok dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat secara aktif, saling berbagi pengetahuan, pengalaman,
tugas, dan tanggung jawab sehingga memungkinkan siswa agar berlatih, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersosialisasi yang merupakan suatu hal yang
diperlukan di dalam hidup bermasyarakat.

Model pembelajaran Group Investigation adalah salah satu tipe dari model
pembelajaran kooperatif. Dalam model Group Investigation siswa dibentuk
kedalam kelompok berdasarkan kemampuan dan latar belakang, baik dari segi
jenis kelamin, suku, dan agama, atau berdasarkan kesamaan minat dengan
anggota kelompok yang heterogen kemudian setiap kelompok merencanakan
tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir,
mempersentasikan laporan akhir, selanjutnya guru memberikan penjelasan singkat
sekaligus memberi kesimpulan dan yang terakhir malakukan evaluasi. Selama
pembelajaran, guru bertindak sebagai pembimbing dan pengarah, sedangkan
siswa dituntut untuk lebih mandiri dalam mengerjakan tugas selama proses belajar
berlangsung.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran sangat diperhatikan dalam model Group
Investigation. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik model ini yang

21

mengharuskan siswa untuk berperan lebih aktif dalam berdiskusi dan bekerjasama
sehingga dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengoptimalkan
potensi dirinya. Selain itu, kegiatan investigasi di dalam model Group
Investigation mendorong siswa untuk telibat secara aktif dalam menemukan
konsep dan membangun pengetahuannya. Melalui kegiatan investigasi siswa akan
lebih memahami mengenai konsep pada materi pembelajaran karena siswa terlatih
untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya dalam menyelesaikan
suatu masalah sehingga pengetahuan dan pengalaman belajar yang siswa peroleh
tersebut akan dapat tertanam dengan baik.
Apabila meninjau fase-fase pada model Group Investigation, terlihat bahwa
dengan model tersebut, siswa akan lebih berperan aktif dalam pembelajaran, yaitu
melalui kegiatan menyelidiki, menemukan, dan memecahkan suatu masalah
secara mandiri, sehingga siswa mendapatkan pembelajaran yang bermakna, serta
pengetahuan dan pengalaman yang baru. Oleh karena itu, pemahaman konsep
yang diperoleh siswa akan lebih optimal.
Pada pembelajaran konvensional kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru,
siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, mendengar, mencatat,
dan hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru ke siswa. Pada pembelajaran ini,
guru berperan aktif sebagai pemberi informasi di kelas sehingga siswa lebih
terbiasa mendapat informasi dari guru. Akan tetapi pembelajaran konvensional
memiliki keunggulan dan kelemahan, hanya saja pada pembelajaran konvensional
lebih banyak menekankan siswa kepada hafalan. Hal tersebut menyebabkan

22

pemahaman siswa terhadap suatu konsep kurang baik karena konsep yang telah
diperoleh hanya berupa hafalan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Group
Investigation dapat berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa
menjadi lebih baik dabandingkan dengan pembelajaran konvensional, karena
dalam model pembelajaran Group Investigation siswa dituntut untuk menemukan
sendiri konsep yang sedang dipelajari melalui proses penyelidikan dan siswa
dituntun untuk menyelesaikan masalah yang ada secara kelompok. Sedangkan
model pembelajaran konvensional hanya menekankan para siswa pada hafalanhafalan tanpa tahu bagaimana konsep tersebut ditemukan.
C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Umum

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation berpengaruh terhadap
pemahaman konsep matematis siswa.

2. Hipotesis Khusus
Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran tipe Group
Investigation lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap
SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013 yang
terdiri dari 4 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 119 siswa. Pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu mengambil sampel berdasarkan
pertimbangan peneliti dan guru kelas VIII SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji, artinya
dengan mengambil dua kelas yang memiliki rata-rata kemampuan matematika
yang hampir sama yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai hasil ujian matematika
semester ganjil.
Tabel 3.1 Rata-Rata Nilai Ujian Akhir Semester Ganjil Kelas VIII SMP
Negeri 1 Anak Ratu Aji, Lampung Tengah
No

Kelas

Nilai Rata-rata Ujian Akhir
Semester Ganjil

1

VIII1

55,68

2

VIII2

55,71

3

VIII3

48,50

4

VIII4

55,00

Sumber : SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji tahun pelajaran 2012/2013

24

Berdasarkan data dari Tabel 3.1, sampel penelitian adalah siswa kelas VIII1 dan
VIII2. Karena kelas tersebut memiliki nilai rata-rata ujian semester ganjil yang
hampir sama. Kelas VIII1 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII2 sebagai kelas
kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sedangkan kelas kelas kontrol
diterapkan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu. Untuk mengetahui
kemampuan pemahaman konsep matematis siswa maka desain yang digunakan
pada penelitian ini adalah posttest only control group design. Pada desain ini kelas
eksperimen memperoleh perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Group Investigation sedangkan kelas kontrol memperoleh perlakuan dengan
pembelajaran konvensional. Di akhir pembelajaran siswa diberi posttest untuk
mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Setruktur desain
posttest only menurut Furchan (2007: 368) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok

Perlakuan

Posttest

E

X

O

P

C

O
Furchan (2007: 368)

Keterangan:
E : Kelas eksperimen
P : Kelas kontrol
X : perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran
Group Investigation
C : Kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional
O1 : Skor Posttest

25

C. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk melihat kondisi sekolah, seperti
berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, dan cara mengajar guru matematika
selama pembelajaran.
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation
dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional
metode ekspositori.
3. Menyiapkan instrumen penelitian berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK) dan
soal tes pemahaman konsep sekaligus aturan penskorannya.
4. Melakukan validasi instrumen.
5. Melakukan uji coba soal tes.
6. Melaksanakan perlakuan.
7. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
8. Menyusun laporan.

D. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kemampuan pemahaman konsep matematis
siswa berupa data kuantitatif yang diperoleh melalui tes yang dilakukan di akhir
pelaksanaan perlakuan.

26

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes tertulis,
berbentuk tes uraian. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman
konsep matematis siswa.
F. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang digunakan dalam penelitian
ini memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu memiliki validitas, reliabilitas, daya
pembeda dan tingkat kesukaran yang memadai.

1. Uji Validitas

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi
dari tes pemahaman konsep matematis diketahui dengan jalan membandingkan
antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan
indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran, apakah hal-hal yang tercantum
dalam indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sudah terwakili dalam tes
pemahaman konsep tersebut atau belum terwakili. Untuk memperoleh tes yang
memenuhi validitas isi maka tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran
matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji. Jika penilaian guru
menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan
indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.

Setelah tes dinyatakan valid, tes tersebut di uji cobakan di luar sampel, yaitu di
kelas IX2. Uji coba tes ini dimaksudkan untuk mengukur tingkat reliabilitas tes,

27

daya pembeda tes, dan tingkat kesukaran tes. Penilaian guru selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran B.4.

Skor jawaban disusun berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep.
Adapun teknik pensekoran untuk soal tes uraian dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep
No

1.

2.

3.

4.

Indikator

Menyatakan ulang
sebuah konsep

Mengklasifikasi
objek menurut
sifat tertentu
sesuai dengan
konsepnya
Memberi
contoh dan non
contoh dari
konsep
Menyajikan
konsep dalam
bentuk
representasi
matematis

5.
Menggunakan,
memanfaatkan
dan memilih
prosedur tertentu

6.

Mengaplikasikan
konsep

Skor

Ketentuan
a. Tidak menjawab

0

b. Menyatakan ulang sebuah konsep tetapi salah

1

c. Menyatakan ulang sebuah konsep dengan benar

2

a. Tidak menjawab

0

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi
tidak sesuai dengan konsepnya
c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai
dengan konsepnya
a. Tidak menjawab

1

b. Memberi contoh dan non contoh tetapi salah

1

c. Memberi contoh dan non contoh dengan benar

2

a. Tidak menjawab

0

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi
matematis tetapi salah
c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi
matematis dengan benar
a. Tidak menjawab

1

b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih
prosedur tetapi salah
c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur dengan benar
a. Tidak menjawab

1

b. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan
masalah tetapi tidak tepat
c. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan
masalah dengan tepat

1

2
0

2
0

2
0

2

Sumber: Sasmita (2010: 30)

28

2. Reliabilitas

Reliabilitas tes diukur berdasarkan koeffisien reliabilitas dan digunakan unuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Untuk menghitung koeffisien reliabilitas
tes ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2001: 207) yang menyatakan bahwa
untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :


Keterangan:
= koefisien reliabilitas tes
n

= banyaknya butir soal



= jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total

dimana:


(

)



Keterangan :
= varians total
= banyaknya data




= jumlah semua data
= jumlah kuadrat semua data

Lebih lanjut Sudijono menjelaskan bahwa dalam pemberian interpretasi terhadap
koeffisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya menggunakan ketentuan, yaitu
apabila r11 ≥ 0,70 berarti tes pemahaman konsep yang sedang diuji memiliki
reliabilitas yang baik. Dari perhitungan hasil uji coba, tes yang disusun

29

memperoleh koefisien r11 = 0,78. Oleh karena itu instrumen tes pemahaman
konsep matematis tersebut memiliki reliabilitas yang baik. Perhitungan reliabilitas
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C1. Rekapitulasi untuk data tes
disajikan pada Tabel 3.4.
3. Tingkat Kesukaran

Sudijono (2008: 372) menyatakan bahwa untuk menghitung tingkat kesukaran
suatu butir soal digunakan rumus berikut:

TK

=

Keterangan:
TK

: tingkat kesukaran suatu butir soal

JT

: jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT

: jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran menurut Sudijono (2008: 372) sebagai berikut:
Tabel 3.4. Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai

Interpretasi
Sangat Sukar
Sukar
Sedang
Mudah
Sangat Mudah
Sudijono (2008: 372)

30

Dalam penelitian ini, butir soal yang dipilih adalah soal dengan nilai tingkat kesukaran 0,31 TK 0,70 dengan interpretasi sedang.
Perhitungan tingkat kesukaran selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C2.
Rekapitulasi untuk data tes disajikan pada Tabel 3.4. Dari Tabel yang telah
disajikan diperoleh bahwa setiap item soal yang di uji coba di kelas memenuhi
kriteria tingkat kesukaran sedang.

4. Daya Pembeda

Untuk menghitung daya pembeda, data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang
memperoleh nilai tertinggi sampai terendah. Karena banyak siswa dalam
penelitian ini kurang dari 100 siswa, maka menurut Arikunto (2009: 212) diambil
27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27%
siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).
Karno To dalam Noer (2010: 22) mengungkapkan menghitung daya pembeda
ditentukan dengan rumus :

Keterangan :
DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu
JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah
JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah).
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi yang
tertera dalam Tabel berikut :

31
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai
Negatif ≤ DP ≤ 0.09
0.10 ≤ DP ≤ 0.19
0.20 ≤ DP ≤ 0.29
0.30 ≤ DP ≤ 0.49
DP ≥ 0.50

Interpretasi
Sangat Buruk
Buruk
Agak baik, perlu revisi
Baik
Sangat Baik

Karno To dalam Noer (2010: 22)
Kriteria yang digunakan dalam instrumen tes

pemahaman konsep matematis

adalah 0,30 < DP ≤ 0,49 yaitu soal memiliki daya pembeda yang baik.
Perhitungan daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C2.
Rekapitulasi data tes disajikan pada Tabel 3.4. Dari Tabel yang telah disjikan
diperoleh bahwa setiap item soal yang di uji cobakan di kelas memenuhi kriteria
daya pembeda yang baik.

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, diperoleh data yang tertera
pada Tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Data Uji Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis
No Soal

Reliabilitas

1
Test

2
3
4
5

0,78
(Reliabilitas
tinggi)

0,30 (Baik)

Tingkat
Kesukaran
0,54 (sedang)

0,31 (Baik)

0,47 (Sedang)

0,31 (Baik)

0,50 (sedang)

0,31 (Baik)
0,50 (Sangat
Baik)

0,48 (Sedang)

Daya Pembeda

0,58 (Sedang)

Berdasarkan tabel hasil tes uji coba di atas, diperoleh bahwa seluruh butir soal
telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga dapat digunakan untuk
mengambil data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

32

G. Teknik Analisis Data

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji kesamaan dua ratarata yaitu uji t . Untuk melakukan uji t harus dipenuhi dua syarat yaitu: sampel
berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan kedua populasi memiliki dan
mempunyai varians yang homogen.

a. Uji Normalitas

Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji Chi-Kuadrat, menurut Sudjana (2005: 273), langkah-langkah uji
normalitas sebagai berikut:
1. Hipotesis
H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
2. Taraf Signifikansi
Taraf signifikansi yang digunakan
3. Statistik Uji
k

Oi  Ei 2

i 1

Ei

x2  
dengan :

Oi = frekuensi pengamatan
E i = frekuensi yang diharapkan

33

4. Keputusan Uji
Tolak H0 jika x 2  x1 k 3 dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian.
Dalam hal lainnya H0 diterima.
Rekapitulasi uji normalitas data pemahaman konsep matematis siswa untuk kedua
kelompok data disajikan pada Tabel 3.7. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran C.5 dan C.6.
Tabel 3.7 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Kelas

Keputusan Uji

Keterangan

Eksperimen

4,97

7,81

Ho diterima

Normal

Kontrol

5,36

7,81

Ho diterima

Normal

Dari data uji normalitas yang disajikan Tabel 3.7 dapat diketahui bahwa skor tes
pemahaman konsep matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki

pada taraf nyata  = 0,05 yang berarti H0 diterima.

Oleh karena itu data tes pemahaman konsep matematis siswa pada kedua kelas
berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji homogenitas varians

Karena sampel berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan menggunakan uji
homogenitas varians. Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data memiliki variansi yang homogen atau tidak. Untuk
menguji homogenitas digunakan uji F. Uji F menurut Sudjana (2005: 249-250)
adalah sebagai berikut.

34

1. Hipotesis
Ho :

(kedua kelompok data memiliki variansi homogen)

H1 :

(kedua kelompok data memiliki variansi tidak homogen)

2. Taraf signifikan : α = 0,10
3. Satitistik Uji

Kriteria pengujian adalah: terima Ho jika Fhitung <

dengan

diperoleh dari daftar distribusi F dengan peluang α. Untuk dk
pembilang = n1 – 1 (varians terbesar) dan dk penyebut = n2 – 1 (varians terkecil).
Hasil uji homogenitas data pemahaman konsep matematis siswa untuk kedua
kelompok data disajikan pada Tabel 3.8. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran C.7.
Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep
Matematis Siswa
Kelas

Varians

Eksperimen

118,03

Kontrol

95,12

Fhitung

Ftabel

Keputusan
Uji

Keterangan

1,24

1,85

H0 diterima

Homogen

Dari data uji homogenitas varians yang disajikan pada Tabel 3.8, dapat diketahui
bahwa

berada di luar daerah penerimaan H0 pada taraf nyata  = 0,10 yang

berarti terima H0, yaitu kedua kelompok populasi memiliki varians yang
homogen.

35

c. Uji Hipotesis

Karena data normal dan homogen maka dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Analisis
data menggunakan uji-t, dengan uji satu pihak yaitu pihak kanan. Adapun uji-t
menurut (Sudjana 2005: 239) setelah syarat data normal dan homogen terpenuhi
adalah:
1. Hipotesis Uji
H0

: 1   2 (Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti model
pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sama
dengan atau lebih rendah daripada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional).

H1

: 1   2 (Pemahaman
mengikuti

konsep

matematis

siswa

yang

model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation

lebih

tinggi

daripada

pemahaman

konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional).
2. Taraf nyata : α = 5%
3. Statistik uji
Karena

tetapi tidak diketahui maka
̅



̅

36

Dengan keterangan:
̅ = skor rata-rata posttest dari kelas eksperimen

̅ = skor rata-rata posttest dari kelas kontrol

n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen
n2 = banyaknya subjek kelas kontrol
= varians kelompok eksperimen
= varians kelompok kontrol
= varians gabungan
kriteria uji: tolak H0 jika
nilai t lainnya H0 diterima.

dengan

.Untuk

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa
pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model
kooperatif tipe Group Investigation lebih baik daripada pemahaman konsep
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini berarti,
pembelajaran dengan

model

Group

Investigation

berpengaruh

terhadap

pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji
tahun pelajaran 2012/2013.

B. Saran

Berdasarkan hasil dalam penelitian ini, dapat dikemukakan saran sebagai berikut :
1. Agar guru dapat menerapkan model pembelajaran koopertif tipe Group
Investigation dalam pembelajaran matematika di kelas, dalam upaya
mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa guna
memperoleh hasil yang lebih optimal.
2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk
dapat

mempertimbangkan

lama

waktu

pelaksanaan

penelitian

pembelajaran matematika di kelas agar diperoleh hasil yang maksimal.

dalam

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2011.Dasar-DasarEvaluasi Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara
Ar-rahman, Reza. 2013. Efektifitas

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 43

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 2 45

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 7 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 5 38

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 19 132

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 161

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMANKONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Semaka Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 70