PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Plus Tri Sukses Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Plus Tri Sukses
Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014)
Oleh
LINDA DWI ASTUTI
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain postest only
control design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
kooperatif tipe NHT terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Plus Tri
Sukses, Natar Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 97 siswa yang terdistribusi
dalam tiga kelas parallel. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIB dan VIIIC
yang diambil dengan teknik purposive sampling. Data penelitian diambil melalui
tes berbentuk soal uraian. Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa
pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran NHT lebih
tinggi dari pembelajaran konvensional.

Dengan demikian, dapat disimpulkan


bahwa model pembelajaran NHT berpengaruh positif terhadap pemahaman
konsep matematis siswa.

Kata kunci : konvensional, NHT, pemahaman konsep matematis

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP
PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Plus Tri Sukses Natar
Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh
LINDA DWI ASTUTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG

2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Kalianda Desa Kedaton, Provinsi Lampung, pada
tanggal 10 Desember 1991. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara
pasangan Bapak Khoiruddin dan Ibu Ana Nila Septiana.

Pendidikan yang ditempuh penulis berawal dari Taman Kanak-kanak (TK) yakni
di TK Asiyah Lampung Selatan yang dilanjutkan dengan pendidikan Sekolah
Dasar (SD) yakni di SD Negeri 1 Kedaton dan lulus pada tahun 2003. Kemudian
melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Kalianda dan
lulus tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) yakni di SMA Negeri 1
Kalianda hingga tahun 2009.

Melalui jalur mandiri penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tahun
2009. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Jayaguna,
Kecamatan Marga Tiga, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung sekaligus

melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SDN Jayaguna tahun
2012.
Selama kuliah, penulis bersama seorang sahabat Yuni KD memulai bisnis online
menjual pakaian sampai tahun 2013.

Motto
Indahnya mencintai ALLAH
SWT

Jadikan hidup ini
pengalaman yang paling
berharga

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Terhadap Pemahaman
Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP
Plus Tri Sukses Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014)”

Penulis sangat menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA dan Pembimbing
Akademik sekaligus Pembimbing Utama yang telah bersedia meluangkan
waktunya untuk bimbingan, menyumbangkan banyak ilmu, memberikan
perhatian, motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya
skripsi ini.
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.

4. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si. selaku Pembimbing kedua yang telah banyak
memberikan waktu dan kesempatan dalam memberikan bimbingan.
5. Bapak Drs. M. Coesamin. M. Pd., selaku pembahas yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Hj. Sri Anugrawati, S.P. selaku kepala sekolah SMP Tri Sukses Natar

Lampung Selatan.
8. Ahmat Nurdin, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam
penelitian.
9. Sahabat-sahabatku tercinta: Yuni KD, Astia, Titin, Jennie, Nike, Resti atas
motivasi dan doanya.
10. Teman-teman di Pendidikan Matematika angkatan 2009: Masni, Selvi, PitriO,
Ana, Restu, Ikim, Umpu, Vera, Pitri H, Astrie, Echa, Ifa, Purbo, Nurdin, EL,
Elan, Kak Oce, Kak Adi, Arini, Tika, Risa atas perhatian dan canda tawa kita
bersama.
11. Kakak tingkat angkatan 2008, Mb Elva, Mb Nay, Mb Qurotta, Mb Endah, Mb
Dila, Mb Lina, Kak Adi, Kak Dedi, serta adik tingkat angkatan 2010, Dessy,
Anggi, Engla, 2011, atas kebersamaannya.
12. Sahabat-sahabat KKN dan PPL SDN Jayaguna: Tetin, Fina, Ummi, Shella,
Nugraha, Rian, Eko, Ayu, Cici, Nindy, Ervina, atas kebersamaanya.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

iii

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi pihak yang berkepentingan dan kiranya Allah
SWT membalas semua pihak yang telah membantu.
Bandar lampung,
Penulis,

Linda Dwi Astuti

iv

Januari 2015

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................

vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................


viii

I.

II.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

1

B. Rumusan Masalah .......................................................................

7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................ ...

7


D. Manfaat Penelitian ...................................................................... ...

8

E. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... ...

8

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran ...........................................................

10

B. Pembelajaran Kooperatif .............................................................

12

C. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ............................................


15

D. Pemahaman Konsep .....................................................................

17

E. Kerangka Pikir ............................................................................

19

F. Anggapan Dasar ..........................................................................

23

G. Hipotesis Penelitian .....................................................................

23

III. METODE PENELITIAN


A. Populasi dan Sampel ....................................................................

24

B. Desain Penelitian.......................................................................... ...

25

C. Prosedur Penelitian ...................................................................... ...

26

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ........................................... ...

27

E. Instrumen Penelitian ....................................................................

27


F. Analisis Data dan Teknik Uji Hipotesis ......................................

36

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................

41

1. Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa .........................

41

2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep ...........................

43

B. Pembahasan ................................................................................. ...

V.

44

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................. .

47

B. Saran ............................................................................................

47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1

Halaman

Rata-Rata Nilai Semester Ganjil TP 2013/2014 Mata Pelajaran
Matematika .......................................................................................

24

3.2 Desain Penelitian................................................................................

25

3.3

Rekapitulasi Nilai Validitas Butir Soal ............................................

30

3.4

Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis Siswa .....

31

3.5

Interpretasi Koefisien Reabilitas .......................................................

33

3.6

Interpretasi Tingkat Kesukaran ..........................................................

33

3.7 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Butir Soal ......................................

34

3.8

Interpretasi Daya Beda.......................................................................

35

3.9 Rekapitulasi Daya Pembeda Butir Soal .............................................

35

4.1 Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

..................................

41

4.2 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis .....................

42

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Silabus Pembelajaran ........................................................................
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas dengan Model
Pembelajaran Konvensional ..............................................................
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas dengan Model
Pembelajaran NHT ............................................................................
A.4 Lembar Kerja Kelompok ...................................................................

51
54
74
115

B. Instrumen
B.1
B.2
B.3
B.4

Kisi-Kisi Soal Uji Coba ....................................................................
Soal Posttest .......................................................................................
Kunci Jawaban Soal Postest .............................................................
Form Penilaian Tes Essai ..................................................................

143
144
146
152

C. Analisis Data
C.1
C.2
C.3
C.4
C.5
C.6
C.7
C.8
C.9
C.10
C.11
C.12

Nilai Ujian Semester Ganjil ..............................................................
Analisis Validitas Butir Soal Instrumen Tes .....................................
Analisis Penilaian Instrumen Tes ......................................................
Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Instrumen Tes ....................
Hasil Postest dengan Pembelajaran NHT ..........................................
Hasil Postest dengan Pembelajaran Konvensional ...........................
Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis
Siswa dengan Pembelajaran NHT ....................................................
Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis
Siswa dengan Pembelajaran Konvensonal ........................................
Uji Homogenitas Populasi Data Posttest ..........................................
Uji Hipotesis Data Pemahaman Konsep Matematis
Siswa ..................................................................................................
Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman konsep
Matematis Siswa ...............................................................................
Analisis Pemahaman Konsep Matematis Siswa dengan
Model Pembelajaran NHT ................................................................

154
155
173
175
176
177
178
182
186
187
189
190

C.13 Analisis Pemahaman Konsep Matematis Siswa dengan
Model Pembelajaran Konvensional .................................................. 192
D. Lain-Lain

x

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, serta mampu
menciptakan kehidupan yang cerdas dan demokratis. Cita-cita mulia tersebut
tertuang dalam pembukaan UUD RI Tahun 1945 dengan tujuan untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam UU RI Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan seperti
berikut.
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.”
Berdasarkan

pengertian

tersebut,

maka

pendidikan

haruslah

mampu

mengembangkan keterampilan peserta didik, antara lain kemampuan menghitung
dan berlogika atau kemampuan matematika.

Matematika merupakan ilmu yang berperan penting dalam kehidupan terutama
berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena
itu, matematika perlu dipelajari pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD

2

hingga Perguruan Tinggi. Matematika yang diajarkan di tingkat pendidikan dasar
sampai pendidikan menengah adalah matematika sekolah. Dalam Permendiknas
Nomor 22 Tahun 2006 diungkapkan salah satu tujuan pembelajaran matematika di
sekolah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan tepat dalam pemecahan
masalah. Dengan demikian, pemahaman konsep merupakan keterampilan yang
harus dicapai dalam mempelajari matematika.

Pemahaman konsep yang dicapai oleh siswa tidak dapat dipisahkan dari
pembelajaran yang mereka ikuti selama di sekolah. Hal ini dikarenakan
pembelajaran merupakan proses interaksi guru dalam membelajarkan siswa secara
sistematis (teratur) yang pada akhirnya siswa diharapkan mampu memahami
konsep yang sedang dipelajari. Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika
pada paragraf sebelumnya jelas bahwa siswa dituntut untuk memiliki pemahaman
yang baik terhadap konsep-konsep matematika.

Oleh karena itu, dalam

pembelajaran matematika di sekolah, guru harus berorientasi pada pemahaman
konsep matematis siswa.

Membelajarkan matematika kepada peserta didik, sehingga mereka memahami
konsep dengan baik harus sesuai dengan urutan yang logis, yang diawali dari yang
sederhana menuju yang lebih kompleks. Oleh karena itu untuk dapat mencapai
pemahaman konsep yang baik diperlukan suasana belajar yang tepat, agar siswa
senantiasa aktif dan bersemangat selama pembelajaran. Dengan demikian,
diharapkan pemahaman konsep siswa dapat berkembang. Dengan berkembangnya
pemahaman konsep, berarti tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

3

Pada kenyataannya pemahaman konsep matematis siswa SMP di Indonesia
terlihat cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil survei studi internasional
tentang prestasi matematika dan sains oleh TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) pada tahun 2011, yaitu Indonesia berada di
urutan ke-38 dari 45 negara, dengan skor 386 dibawah rata-rata skor seluruh
Negara yang berpartisipasi yaitu 500. Skor ini mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan tahun 2007, dimana pada saat itu Indonesia menempati
peringkat 33 dari 49 negara dengan skor 397. Pada TIMSS, kompetensi siswa
yang diamati dalam penilaiannya meliputi: pengetahuan, penerapan, dan
penalaran. Rendahnya kemampuan siswa dalam pelajaran matematika juga terjadi
di SMP Plus Tri Sukses, khususnya pada mata pelajaran matematika yang
memiliki kriteria ketuntasan minimal (KKM) 68. Hal tersebut dapat dilihat dari
rata-rata nilai semester ganjil untuk mata pelajaran matematika kelas VIII SMP
Plus Tri Sukses T.P. 2013/2014, yaitu 61,70 dengan persentase siswa yang tuntas
adalah 29,94% dari 97 siswa. Rendahnya pemahaman konsep matematis siswa
merupakan permasalahan yang harus mendapatkan perhatian serius.

Untuk

meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa dapat dilakukan beberapa hal,
salah satunya adalah memilih model pembelajaran yang tepat sehingga dapat
mempermudah siswa memahami konsep matematika.

Berdasarkan hasil observasi pada kelas VIII di SMP Plus Tri Sukses Natar dapat
diketahui pada proses pembelajaran matematika dimulai dari guru menjelaskan
materi pelajaran di depan kelas, memberikan contoh soal, tanya jawab, latihan
soal, dan pemberian tugas.

Sebagian besar siswa cenderung kurang

4

memperhatikan dan tidak aktif saat pelajaran matematika berlangsung. Hanya
beberapa siswa saja yang aktif dan memperhatikan saat pelajaran matematika.
Akibatnya, tidak ada timbal balik antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran.

Oleh sebab itu, diperlukan suatu paradigma yang lain dalam

pembelajaran matematika yang sesuai dengan kondisi ini.

Kenyataan tersebut bisa disebabkan oleh cara mengajar yang masih selalu
menerapkan pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran konvensional yang
dimaksud disini adalah pembelajaran berpusat atau didominasi oleh guru sehingga
murid mudah merasa jenuh, guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek
didik sehingga siswa menjadi pasif dan proses pembelajaran menjadi bersifat
monoton.

Hal ini dapat mengakibatkan siswa hanya menerima materi yang

diberikan oleh guru yang akan berdampak pemahaman konsep matematis pada
siswa kurang terasah sehingga siswa memiliki pemahaman konsep matematis
yang rendah.

Selain beberapa akibat yang muncul dari pembelajaran konvensional seperti
tersebut di atas, pembelajaran konvensional menyebabkan siswa cenderung
kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Dikarenakan siswa
hanya memperoleh penjelasan satu arah dari guru, maka sebagian besar siswa
hanya mampu menjawab pertanyaan seperti yang dicontohkan saja. Dengan
demikian, tidak jarang dari mereka ketika diberikan masalah yang sedikit berbeda
dari contoh, merasa kesulitan dan akhirnya lebih memilih mencontek hasil
jawaban temannya. Sikap tersebut tentu menunjukkan bahwa siswa tidak
bertanggung jawab terhadap hasil jawabannya sendiri.

5

Berdasarkan uraian tentang pembelajaran berpusat pada guru di atas, para guru
harus mulai mengubah paradigma pembelajaran. Menurut Lie (2007: 5), pendidik
perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan pokok
pemikiran. (1) Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa;
(2)

Siswa

membangun

pengetahuan

secara

aktif;

(3)

Pengajar

perlu

mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa; dan (4) Pendidikan adalah
interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Oleh
karena itu, pembelajaran di kelas haruslah mengacu pada keempat poin tersebut.

Dalam pembelajaran matematika diperlukan suatu model yang tepat agar siswa
mudah memahami konsep yang saling berhubungan dan mendasar. Oleh karena
itu, maka perlu adanya perubahan pada proses pembelajaran.
adalah penggunaan model pembelajaran

Salah satunya

yang inovatif, dimana proses

pembelajaran berpusat pada siswa dan dapat membuat siswa menjadi lebih aktif
sehingga kemampuan pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik.

Dalam

pembelajaran inovatif tersebut, guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber
informasi bagi siswa, tetapi lebih dari itu guru diharapkan menjadi motivator,
fasilitator, dan pendamping dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
pembelajaran bukan lagi merupakan proses transfer pengetahuan dari guru ke
siswa, melainkan proses pengkondisian siswa mencari dan menemukan konsep
melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh guru.

Salah satu model pembelajaran yang inovatif yang berpusat pada siswa adalah
model pembelajaran kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai

6

tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif ini siswa di tuntut untuk
bekerja sama dalam memahami pelajaran, saling bertukar pikiran dalam
mendiskusiakan suatu permasalahan. Model pembelajaran kooperatif memiliki
banyak tipe. Salah satunya adalah model pembelajaran koopertaf tipe Numbered
Heads Together (NHT).

Model NHT yang merupakan model pembelajaran

kooperatif lebih menekankan pada proses bekerja dan berpikir bersama dalam
kelompok yang memungkinkan siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
dibandingkan jika pembelajaran hanya terjadi satu arah dari guru ke siswa.

Menurut Holland (2012), Model pembelajaran koopertaf tipe NHT memiliki
kelebihan yaitu siswa menjadi terlibat dalam menyelesaikan tugas dan
bertanggung jawab penuh dalam memahami materi pelajaran baik secara
kelompok maupun individual. Selain itu, model ini juga mendorong siswa untuk
lebih siap saat diskusi kelompok, meningkatkan semangat kerja sama antarsiswa,
dan meningkatkan komunikasi antarsiswa.

Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa dalam mereview bahan
yang tercakup dalam suatu pelajaran atau penguatan pemahaman pembelajaran
dan mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran sehingga setiap
siswa mau bertanya pada guru atau teman apabila dia tidak mengerti dan belum
memahami konsep yang telah diajarkan. Selain itu siswa tidak akan tergantung
lagi pada teman yang lain dan mereka akan lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, penuh gagasan dan mampu mandiri karena dalam pem
belajaran kooperatif tipe NHT siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda.
NHT juga dinilai lebih memudahkan siswa dalam berinteraksi dengan teman-

7

teman dalam kelas dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional yang
selama ini diterapkan oleh guru, hal tersebut disebabkan karena pada model
pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa perlu berkomunikasi dengan siswa lain.
Dari hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII dan beberapa siswa
kelas VIII tersebut, maka perlu dilakukan penelitian eksperimen semu dengan
judul ”Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap
Pemahaman Konsep Matematis Siswa.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe NHT
berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Plus
Tri Sukses Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Plus Tri Sukses Natar
Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.

8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam
pembelajaran matematika berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT serta hubungannya dengan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Manfaat Praktis
a.
b. Bagi guru dan calon guru matematika, diharapkan penelitian ini dapat
memberikan wawasan dan menjadi bahan sumbangan pemikiran tentang
model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan terhadap pemahaman
konsep matematis siswa.
c. Bagi kepala sekolah, diharapkan dengan penelitian ini kepala sekolah
memperoleh informasi sebagai masukan dalam upaya pembinaan para guru
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika
d. Bagi siswa, memperoleh pengalaman baru dalam belajar matematika,
menumbuhkan semangat saling tolong-menolong dan kerja sama
antarsiswa, dan membantu siswa dalam memahami konsep matematis.
e. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan atau
referensi pada penelitian yang sejenis.

E. Ruang Lingkup

1. Pengaruh merupakan suatu daya atau tindakan yang dapat membentuk atau
mengubah sesuatu yang lain. Model pembelajaran kooperatit tipe NHT

9

dikatakan berpengaruh jika pemahaman konsep matematis siswa pada
pembelajaran dengan model NHT

lebih tinggi dari pemahaman konsep

matematis siswa pada pembelajaran dengan model konvensional.
2. Model pembelajaran kooperatif, dalam hal ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe NHT, yaitu suatu model diskusi kelompok untuk memproses
informasi yang diterima dengan mengembangkan cara berpikir dan kerjasama,
serta untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
tepat.

Langkah-langkah dalam model ini, yaitu: penomoran (Numbering)

untuk setiap anggota kelompok, pengajuan pertanyaan oleh guru, berpikir
bersama (Heads Together) antaranggota kelompok, dan pemberian jawaban
oleh salah satu anggota kelompok yang nomornya dipanggil.
3. Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran yang diawali dengan penyampaian materi oleh guru, pemberian
contoh soal, tanya jawab, latihan soal,dan pemberian tugas.
4. Pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami materi
pelajaran yang dapat dilihat dari hasil belajar siswa (nilai).

Pemahaman

konsep matematis berarti kemampuan untuk dapat mengerti dan memahami
suatu konsep matematis yang relevan dengan ide-ide matematika dan sesuai
dengan indikator-indikator pemahaman konsep.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 17) berasal dari kata ajar
yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut).
Belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, dan berubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Beberapa ahli dalam Sagala (2008: 11) yang mengemukakan pengertian dari
belajar, yaitu:
1.

Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa “belajar merupakan proses
mencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan,
pembelajaran, dan sebagainya sehingga terjadi perubahan dalam diri”.

2.

James L. Mursell menyatakan bahwa “belajar adalah upaya yang
dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri, dan
memperoleh sendiri”.

3.

Menurut Gagne (1984) “belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu
organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman”.

4.

Henry E. Garret berpendapat bahwa “belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman
yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi
terhadap suatu perangsang tertentu”.

5.

Menurut Lester D. Crow mengemukakan “belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap”.

11

Beberapa ahli dalam Dimyati (2009: 8) yang mengemukanan pengertian belajar
yaitu:
1. Skinner berpandangan bahwa “belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia
tidak belajar maka responsnya menurun”.
2. Gagne berpendapat bahwa “belajar adalah seperangkat proses kognitif
yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapabilitas baru”.
3. Piaget berpendapat bahwa “pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab
individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan.
Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi
dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotor.

Menurut Sagala (2008: 37) siswa diharapkan dapat memiliki perubahan perilaku
setelah adanya proses belajar karena pengalaman dan latihan. Perubahan perilaku
bukan dilihat dari perubahan sifat-sifat fisik, melainkan perubahan yang termasuk
dalam hasil belajar. Perilaku berbicara, menulis, bergerak, dan lainnya memberi
kesempatan kepada siswa untuk mempelajari perilaku-perilaku seperti berpikir,
merasa, mengingat, memecahkan masalah, berbuat kreatif, dan lain sebagainya.
Dunkin dan Biddle dalam Sagala (2008 : 63) mengatakan bahwa proses pembelajaran minimal mempunyai dua kompetensi utama, yaitu kompetensi substansi
materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran dan kompetensi
metodologi pembelajaran. Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, guru

12

juga harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran yang mengacu pada
prinsip pedagogik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, berarti bahwa pembelajaran merupakan
proses interaksi guru dalam membelajarkan siswa secara sistematis (teratur)
melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam suatu lingkungan belajar.
Interaksi antara pendidik, peserta didik, masyarakat, lingkungan sekolah, dan lain
sebagainya merupakan faktor utama penentu proses pembelajaran. Oleh sebab
itu, dalam proses pembelajaran diperlukan perkembangan kemampuan berpikir
peserta didik dengan proses interaksi terhadap lingkungannya agar dapat membantu peserta didik tersebut untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang mereka konstruksi sendiri.

B. Pembelajaran Kooperatif

Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruksivisme,
sehingga dalam model pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai
fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang
lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan
pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam
pikirannya.

Lie (2003: 19) mengatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif siswa
diarahkan untuk bisa berkerjasama, mengembangkan diri, dan bertanggung jawab

13

secara individu. Pengertian pembelajaran kooperatif menurut Saptono (dalam
Huda,

2011)

adalah

strategi

pembelajaran

yang menitikberatkan

pada

pengelompokan siswa dengan berbagai tingkat kemampuan akademik yang
berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Slavin (2008: 284) mengatakan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu
pada strategi pembelajaran, siswa dituntut bekerjasama dalam kelompokkelompok kecil untuk menolong satu sama lainnya dalam memahami suatu
pelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya
dengan tujuan mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Selanjunya, Slavin (2008: 165) mengemukakan bahwa:
“Pembelajaran kooperatif menekankan pada pengaruh dari kerja sama terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran. Asumsi dasar dari teori pembangunan kognitif
adalah bahwa interaksi diantara para siswa berkaitan dengan tugas-tugas yang
sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep kritik. Pengelompokan
siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling mendukung bagi
pertumbuhan dan perkembangan penge-tahuan atau kognitif. Penelitian psikologi
kognitif menemukan bahwa jika informasi ingin dipertahankan di dalam memori
dan berhubungan dengan informasi yang sudah ada di dalam memori orang yang
belajar harus terlibat dalam semacam pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi
dari materi. Salah satu cara elaborasi yang paling efektif adalah menjelaskan
materinya kepada orang lain.”

Siahaan dalam Rusman (2010: 205) menyatakan bahwa terdapat lima unsur
esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (1) saling
ketergantungan positif,

(2) tanggung jawab perseorangan, (3) interaksi

berhadapan, (4) keterampilan sosial, dan (5) evaluasi proses kelompok. Dalam
ketergantungan positif, keberhasilan kelompok sangat bergantung pada setiap
usaha anggotanya sehingga guru perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga
setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu,

14

penilaian dilakukan baik secara perseorangan maupun kelompok, sehingga setiap
siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Unsur
interaksi berhadapan
anggota.

akan membentuk sinergi yang menguntungkan semua

Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil

pemikiran satu kepala saja. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Tidak kalah
penting, keberhasilan suatu kelompok dipengaruhi oleh keterampilan intelektual,
keterampilan berkomunikasi setiap anggota dalam kelompoknya. Evaluasi proses
kelompok bertujuan untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja
sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Berdasarkan uraian tentang pengertian pembelajaran koperatif diatas, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran di mana siswa belajar dalam suatu kelompok kecil yang heterogen
untuk bersama-sama menyelesaikan suatu masalah demi mencapai tujuan
pembelajaran.

Menurut Rusman (2010 : 211) terdapat enam langkah utama atau tahapan di
dalam pembelajaran yang menggunakan kooperatif, pembelajaran dimulai dengan
guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan
daripada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim
belajar. Fase ini kemudian diikuti dengan bimbingan guru pada saat siswa bekerja
sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase berikutnya adalah
persentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka

15

pelajari dan terakhir diikuti dengan pemberian penghargaan terhadap usaha-usaha
kelompok maupun individu.

C. Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together

Dalam pembelajaran kooperatif salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe
NHT. Nurhadi (2004: 67) mengatakan bahwa metode NHT ini dikembangkan
oleh Spencer Kagan dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang
tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman
mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Lie (2007: 58) mengungkapkan:
”Teknik NHT ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,
teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia anak didik.”

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Huda (2011:
138), yaitu:
1.

Penomoran (Numbering).
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT. Dalam tahap ini guru
membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan empat
orang secara heterogen sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelas dan
kemudian memberikan masing-masing siswa nomor, sehingga setiap siswa di
dalam kelompoknya memiliki nomor yang berbeda-beda. Nomor terurut dan
sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok.

2.

Pengajuan Pertanyaan
Langkah selanjutnya adalah pengajuan pertanyaan.

Guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan diambil dari materi

16

pelajaranyang sedang dipelajari. Dalam membuat pertanyaan usahakan dapat
bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat
kesulitan yang bervariasi pula.

Pertanyaan dalam penelitian ini tertuang

dalam Lembar Kerja Kelompok (LKK).
3.

Berpikir Bersama (Heads Together).
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir
bersama, saling membagikan ide-ide, dan mempertimbangkan jawaban yang
tepat, serta saling menjelaskan jawaban kepada anggota dalam kelompoknya
yang belum paham, sehingga semua anggota dalam kelompok mengetahui
jawaban dari pertanyaan tersebut.

4.

Pemberian Jawaban.
Langkah terakhir, yaitu guru memanggil salah satu nomor dan setiap siswa
dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan
jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara acak memilih siswa
dalam kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa
yang nomornya dipanggil guru dari kelompok tersebut berdiri untuk
menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama dapat
menanggapi jawaban tersebut.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap
siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Ibrahim (2000) antara
lain: (1) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (2) memperbaiki kehadiran siswa, (3)
penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, (4) perilaku mengganggu
menjadi lebih kecil, (5) konflik antara pribadi berkurang, (6) pemahaman yang

17

lebih mendalam, (7) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi, dan
(8) hasil belajar lebih tinggi.

Beberapa keunggulan pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Holland antara
lain: (1) melibatkan seluruh siswa dalam menyelesaikan tugas, (2) meningkatkan
tanggung jawab individu, (3) meningkatkan pembelajaran kelompok sehingga
setiap anggota terlatih, dan (4) meningkatkan semangat dan kepuasan kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat
meningkatkan aktivitas siswa dalam kelompok dimana setiap anggota kelompok
terlibat aktif berlatih dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas,
sehingga konsep yang diajarkan dapat dikuasai dengan baik.

D. Pemahaman Konsep

Dalam proses mengajar, hal terpenting adalah pencapaian pada tujuan yaitu agar
siswa

mampu

memahami

sesuatu

berdasarkan

pengalaman

belajarnya.

Kemampuan pemahaman ini merupakan hal yang sangat fundamental, karena
dengan pemahaman akan dapat mencapai pengetahuan prosedur. Pemahaman
konsep tersusun atas dua kata, yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Virlianti
(2002: 6) pemahaman adalah konsepsi yang bisa dicerna atau dipahami oleh
peserta didik sehingga mereka mengerti apa yang dimaksudkan, mampu
menemukan

cara

untuk

mengungkapkan

konsep

tersebut,

serta

dapat

mengeksplorasi kemungkinan yang terkait. Konsep adalah suatu ide abstrak yang
memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi

18

pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau
ide abstrak.

Menurut Soedjadi (2000: 14) Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan
untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan obyek.

Konsep

berhubungan erat dengan definisi. Definisi adalah ungkapan yang membatasi
konsep. Dengan adanya definisi, orang dapat membuat ilustrasi atau gambaran
atau lambang dari konsep yang didefinisikan, sehingga menjadi jelas apa yang
dimaksud konsep tertentu.
Menurut Winkel (2000: 44) konsep dapat diartikan sebagai suatu sistem satuan
arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep
matematika disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan
digunakan untuk mempelajari konsep selanjutnya. Misalnya konsep luas persegi
diajarkan terlebih dahulu daripada konsep luas permukaan kubus. Hal ini karena
sisi kubus berbentuk persegi sehingga konsep luas persegi akan digunakan untuk
menghitung luas permukaan kubus.

Pemahaman terhadap konsep materi

prasyarat sangat penting karena apabila siswa menguasai konsep materi prasyarat
maka siswa akan mudah untuk memahami konsep materi selanjutnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konsep matematis adalah kemampuan individu menguasai konsep dengan cara
menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran yang
dilihat melalui kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak yang ditunjukkan
oleh siswa dalam memahami definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat dan inti /isi
dari materi matematika dan kemampuan dalam memilih serta menggunakan

19

prosedur secara efisien dan tepat. Konsep matematika harus diajarkan secara
berurutan. Hal ini karena pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan secara
melompat-lompat tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan pemahaman ide
dan konsep yang sederhana sampai ke tahap yang lebih kompleks.

Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/
PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang rapor dalam Wardhani (2008: 10)
diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah: (a) mampu
menyatakan ulang suatu konsep; (b) mengklasifikasikan objek-objek menurut sifatsifat tertentu (c) memberi contoh dan non contoh dari konsep; (d) menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; (e) mengembangkan syarat
perlu dan syarat cukup dari suatu konsep; (f) menggunakan, memanfaatkan, dan
memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (g) mengaplikasikan konsep atau
algoritma pada pemecahan masalah.
Penelitian ini menggunakan indicator sebagai berikut
1. Menyatakan ulang suatu konsep
2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu
3. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika
4. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi hitung
5. Mengaplikasikan konsep.

E. Kerangka Pikir

Pembelajaran konvesional yaitu cara mengajar tradisional seperti bahan pelajaran
dibagikan lalu peserta didik ditugaskan untuk mempelajari yang kemudian

20

pendidik menyampaikan kembali di kelas membuat peserta didik belajar dengan
cara yang sangat tidak efisien, peserta didik tidak sanggup membaca dengan suatu
tujuan khas, tidak sanggup menilai apa yang dipelajari, tidak sanggup
menggunakan teknik matematis atau ilmiah, tidak sanggup menyusun fakta dan
mengambil kesimpulan, karena mereka tidak memperoleh hasil belajar yang
autentik
Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih didominasi dengan tuntutan
untuk menghafalkan dan menguasai pelajaran sebanyak mungkin demi
menghadapi ujian.

Saat ujian berlangsung, peserta didik harus mampu

mengeluarkan apa yang telah dihafalnya tersebut. Kondisi ini sangat bertentangan
dengan kondisi psikologis peserta didik dimana proses pembelajaran akan efektif
jika siswa terlibat aktif. Tetapi kenyataannya, dalam pembelajaran di kelas justru
sebaliknya, peserta didik terkesan pasif karena pembelajaran di kelas hanya
merupakan trasfer pengetahuan searah dari guru ke siswa. Akibatnya, peserta
didik cenderung bosan dan belajar dalam kondisi yang tidak menyenangkan.
Kondisi seperti ini menyebabkan lemahnya pemahaman konsep matematis siswa.
Agar pemahaman konsep matematis siswa menjadi lebih baik, maka diperlukan
cara agar siswa lebih aktif dan pembelajaran menjadi menyenangkan di kelas.
Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan pemilihan model pembelajaran
kooperatif yang dapat membuat siswa saling bekerjasama, berinteraksi, bertukar
pemikiran, hingga mereka menemukan dan memahami konsep yang sedang
dipelajarinya. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui
kelompok kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi
belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Dengan berperan aktif dan saling

21

bekerjasama dalam pembelajaran siswa akan lebih memahami konsep daripada
siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa berperan aktif untuk dapat
memahami konsep materi yang diajarkan.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerja sama antarsiswa dan peran aktif siswa sebagai individu untuk bekerja sama
dalam kelompok guna mencapai tujuan pembelajarandan diarahkan untuk mempelajari dan memahami materi pelajaran. Kerja sama dan peran aktif siswa sangat
diperlukan dalam pembelajaran, agar siswa dapat memahami konsep dalam suatu
materi pelajaran dengan baik. Pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT).

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah model pembelajaran kooperatif
yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan bertujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik dengan
melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Selain itu, model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat. Sehingga siswa
diharapkan tertarik dalam setiap pelajaran, khususnya pelajaran matematika.
Sebab, apabila siswa tertarik dengan pelajaran matematika, maka siswa diharapkan dapat memahami konsep matematis dengan baik.

Pembelajaran dengan model NHT dimulai dengan siswa dibagi dalam kelompok
yang beranggotakan 4 orang, disesuaikan dengan jumlah siswa di kelas tersebut.
Kemudian guru melakukan penomoran (Numbering) untuk setiap anggota kelom-

22

pok yang heterogen sesuai dengan anggota dalam kelompok tersebut. Maksud
dari penomoran ini adalah agar siswa lebih tertarik saat pembelajaran apabila
dilakukan sebuah teknik ataupun cara yang baru dalam kelompok diskusi. Selain
itu, siswa akan lebih siap saat pembelajaran dan diskusi, karena siswa akan
dipanggil nomornya secara acak saat memberikan jawaban hasil diskusi.

Setelah siswa diberikan nomor, kegiatan selanjutnya adalah pengajuan pertanyaan
oleh guru berupa Lembar Kerja Kelompok (LKK). Pemberian LKK diharapkan
agar siswa dapat menggali pengetahuan baru bersama anggota kelompoknya dari
pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKK tersebut. Kemudian, masing-masing
kelompok dapat berpikir bersama (Heads Together) untuk membahas LKK.
Kegiatan ini dilakukan agar siswa dapat saling memberikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang tepat, serta memastikan setiap anggota
kelompok mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada di LKK, sehingga siswa
dapat menambah dan meningkatkan pemahaman konsep matematisnya dari hasil
berpikir bersama.

Kegiatan selanjutnya, yaitu pemberian jawaban. Guru memanggil acak nomor
siswa. Siswa dari setiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Kemudian, guru secara acak memilih
siswa dalam kelompok yang harus memberikan jawaban hasil berpikir bersama.
Siswa yang nomornya dipilih oleh guru dari kelompok tersebut berdiri untuk
memberikan jawaban kepada seluruh kelas. Kelompok lain yang bernomor sama
dapat menanggapi jawaban tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk mematangkan
pemahaman konsep matematis siswa, membuat siswa agar berani mengungkapkan

23

ide-ide, dan dapat saling memberikan pengetahuan yang baru hasil berpikir bersama anggota kelompok kepada siswa yang lain, serta agar siswa berani tampil di
depan kelas. Pengalaman dalam belajar dan pengetahuan yang mereka peroleh
tentu akan bertambah dan melalui kegiatan pembelajaran dengan model NHT,
siswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep matematisnya.

F. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan sebagai berikut :
1. Seluruh siswa kelas VIII SMP Plus Tri Sukses Natar Tahun Pelajaran
2013/2014

memperoleh

materi

pelajaran

matematika

berdasarkan

kurikulum KTSP.
2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa
selain faktor pembelajaran NHT dan pembelajaran konvensional dianggap
memberi kontribusi yang sama.

G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
a.

Hipotesis Umum
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap pemahaman
konsep matematis siswa.

b.

Hipotesis Kerja
Pemahaman konsep matematis siswa dengan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT lebih tinggi dari pemahaman konsep matematis siswa dengan
model pembelajaran konvensional.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Plus Tri Sukses yang beralamatkan di
Jalan Serbajadi, Desa Pemanggilan, Kecamatan Natar, Lampung Selatan dari
tanggal 14 Mei 2014 sampai dengan tanggal 7 Juni 2014. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Plus Tri
Sukses Natar Tahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 97 siswa yang terdistribusi
dalam tiga kelas (VIIIA-VIII C). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan mengambil dua kelas yang
memiliki nilai rata-rata yang mendekati sama pada ujian semester ganjil untuk
mata pelajaran matematika. Rata-rata nilai ujian semester ganjil kelas VIII di
sekolah tersebut disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Semester Ganjil T.P. 2013/2014 Mata Pelajaran
Matematika
No.
1
2
3

Kelas

Banyak Siswa

Rata-Rata

VIII A
33
65,20
VIII B
31
61,14
VIII C
33
58,75
(Sumber: Data Nilai Ujian Semester Ganjil SMP Plus Tri Sukses, Natar)

25

Dengan melihat rata-rata nilai ujian semester ganjil, terpilih dua kelas, yaitu kelas
VIII B dan kelas VIII C. Penentuan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan
secara acak dan diperoleh kelas VIII B sebagai kelas kontrol dan kelas VIII C
sebagai kelas eksperimen.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experimental
research). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest
only control design yang merupakan bentuk desain penelitian eksperimen semu.
Pada desain ini kelompok eksperimen memperoleh perlakuan berupa model
pembelajaran kooperatif tipe NHT, sedangkan kelompok kontrol memperoleh
perlakuan berupa model pembelajaran konvensional. Di akhir pembelajaran, siswa
diberi posttest untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa.

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Furchan (2007: 368) desain pelaksanaan
penelitian digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok
A1
A2

Perlakuan
X1
X2

Keterangan:
A1 = eksperimen
A2 = kontrol
O = Observasi
X1 = model pembelajaran kooperatif tipe NHT
X2 = model pembelajaran konvensional

Posttest
O
O

26

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut.

1.

Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a) Membawa surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah.
b) Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk
mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.
c) Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen.
d) Menyusun perangkat pembelajaran, Perangkat pembelajaran ini terdiri dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS),
kisi-kisi soal, soal tes, dan kunci jawaban soal tes pemahaman konsep
yang merujuk pada pedoman penskoran.

2.

Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah disusun, yaitu RPP dengan model pembelajaran koo

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 6 46

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCRAMBLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII MTs Darul Huffaz Pesawaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 6 57

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Seputih Raman Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 51

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISW (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 25 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 59

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 161

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Plus Tri Sukses Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 5 60