PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH OLEH SISWA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH OLEH SISWA

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Sumberejo Kabupaten Tanggamus

Tahun Pelajaran 2011/2012) (Skripsi)

Oleh TRI SUWANDI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED

TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH OLEH SISWA

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Sumberejo Kabupaten Tanggamus

Tahun Pelajaran 2011/2012) Oleh

TRI SUWANDI

Kemampuan pemecahan masalah (problem-solving skills) merupakan salah satu tuntutan hasil belajar (student’s learning outcome) yang harus dimiliki oleh siswa sekolah menengah. Namun, berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelas X SMA Negeri 1 Sumberejo, diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah oleh siswa belum dikembangkan secara secara optimal. Hal ini dikarenakan selama ini guru menggunakan metode/model pembelajaran yang tidak memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalahnya. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa yaitu dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) open-ended. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model PBM open-ended dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa.


(3)

Tri Suwandi

iii

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas X1 dan X6 yang dipilih dari populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes dan postes yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf

kepercayaan 5% melalui program SPSS 17. Data kualitatif berupa deskripsi kemampuan pemecahan masalah oleh siswa, data aktivitas belajar siswa, dan angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBM open-ended yang dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan pemecahan masalah oleh siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol (eksperimen = 82,92; kontrol = 73,92). Selain itu, rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah semua indikator yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (eksperimen = 63,35%; kontrol = 44,45%). Rata-rata persentase peningkatan aktivitas siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas

kontrol (eksperimen = 81,32; kontrol = 64,22). Selain itu, sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model PBM open-ended. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan model PBM open-ended

berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa.


(4)

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH OLEH SISWA

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Sumberejo Kabupaten Tanggamus

Tahun Pelajaran 2011/2012) Oleh

TRI SUWANDI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(5)

Judul Skripsi : PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN

PEMECAHAN MASALAH OLEH SISWA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Tri Suwandi Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024012 Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Neni Hasnunidah, S. Pd., M. Si. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. NIP 197003271994032001 NIP 197707152008012020

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si. __________

Sekretaris : Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. __________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Tri Jalmo, M.Si. __________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Simpang Kanan, Tanggamus pada 14 Mei 1990, yang merupakan anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Ahmad Samingun dan Ibu Ratini.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 3 Simpang Kanan (1996-2002), SMP Negeri 1 Sumberejo (2002-2005), SMA Negeri 1 Sumberejo (2005-2008). Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB).

Penulis merupakan Juara 2 OSN-PTI (Olimpiade Sains Nasional Perguruan Tinggi Indonesia) Bidang Biologi Tingkat Provinsi Lampung (tahun 2010). Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Struktur dan

Perkembangan Tumbuhan, Botani Tumbuhan Rendah, Genetika, Fisiologi Tumbuhan, serta aktif di organisasi sebagai Kadiv Sosmas Himasakata (2009/2010), Abid PMI FPPI (2009/2010), Sekretaris Umum Himasakta (2010/2011), dan Ketua Komisi III DPM FKIP (2011/2012). Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1

Gedongtataan dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Pesawaran (Tahun 2011), dan penelitian pendidikan di SMA Negeri 1 Sumberejo untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun 2012).


(8)

Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tak terhitung… Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW…

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ibu dan bapakku , yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menguatkanku, mendukung segala langkah ku

menuju kesuksesan dan kebahagian.

Mamas, mbak, adik, yang selalu memberikan bantuanya ketika aku dalam kesulitan, memotivasi ku dan menyayangiku; serta keluarga besarku di Lampung dan Jawa Tengah yang selalu

kurindukan…

Guru dan murobbi, atas ilmu, nasihat, dan arahan yang telah diberikan… Sahabat-sahabat terkasihku, yang selalu berusaha membuat aku tetap tersenyum, menyemangatiku, membantuku dalam kesulitan, menghilangkan rasa sedih yang ada, pendengar

setia setiap kegundahanku, yang mampu mengatasi melankolisku; harry haryono, C.H., C.Ht., rahman azizi, aprilia d’twin, uni yuri, ummi hasanah, susi susan, wahyu sri, bang dzul, eko

budi, yudi trisila, my best partner (dwisus, miss, prisil), my sweet KKN-PPL’s team (bang rangga, bill, elan, dian, echa, ratih, dee, ika, isti, esty), rudi, udin, mario, serta rekan-rekanku di Himasakta, FPPI, DPM FKIP atas kekeluargaan, kebersamaan, ukhuwah islamiyah, ini adalah

kesempatan paling berharga untuk berjuang bersama kalian…

My lovely Mandibula (Mahasiswa Pendidikan Biologi Angkatan 2008 Unila):

Para pejantan (eko, obi, hadi, ardi, yudi, pendra, harry); Para betina (aul, siti, DO, bea, wahyu, yulia, arista, tia, ika, cui, melda, ulin, okta, deny, ririn, ima, nung, wina, ajeng, bang dzul, iska,

opi, anggun, prisil, miss, rea, dwisus, darma, eka, uni tika, nia, rina) Kalian membuat lengkap hidupku, hari-hariku menjadi lebih berasa dan berarti…

Semoga cepat menyusul…^^, Almamater tercinta, Universitas Lampung.


(9)

MOTTO

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah)

dengan sabar dan shalat…”

(Q.S. Al-Baqarah : 45)

Everywhere, anywhere,

keep spirit to do the best

(Tri Suwandi)


(10)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tri Suwandi

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813024012 Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, April 2012 Yang menyatakan

Tri Suwandi NPM 0813024012


(11)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH OLEH SISWA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;

4. Rini Rita T. Marpaung S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;


(12)

xii

5. Dr. Tri Jalmo M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;

6. Hernika Zulianda, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Sumberejo dan Nanang Istanto, S.Pd., M.M. selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas X1 dan X6 SMA Negeri 1 Sumberejo atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

8. Orangtuaku yang tak pernah berhenti mendoakan dan menyayangiku; serta kakak dan adikku atas kasih sayang dan dukungan yang kalian berikan; 9. Sahabat-sahabatku di Himasakta, FPPI, dan DPM FKIP atas semangat

kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini; para guru dan teman-teman ngajiku atas motivasi dan arahannya; dan keluarga besar Bu Wito - Pak Pin atas rasa kekeluargaannya;

10.Rekan-rekan Mandibula (Mahasiswa Pendidikan Biologi 2008), kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan yang kalian berikan;

11.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, April 2012 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem-Based Learning (PBL) ... 7

B. Masalah Open-Ended ... 15

C. Kemampuan Pemecahan Masalah (KPM) atau Problem-Solving Skills 17

D. Kerangka Pikir ... 21

E. Hipotesis ... 22

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Desain Penelitian ... 23

D. Prosedur penelitian ... 24

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Teknik Analisis Data ... 34

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40


(14)

xiv V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62

LAMPIRAN 1. Silabus ... 66

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

3. Lembar Kerja Kelompok ... 84

4. Soal Pretes dan Postes ... 92

5. Data Hasil Penelitian ... 95

6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 103

7. Foto-Foto Penelitian ... 111


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintaks model PBM ... 9

2. Problem-solving skills in the cognitive domain ... 18

3. Rubrik penilaian kemampuan siswa memecahkan masalah ... 19

4. Kriteria N-gain ... 30

5. Kriteria % peningkatan KPM oleh siswa ... 30

6. Lembar observasi aktivitas belajar siswa ... 32

7. Item pernyataan pada angket ... 33

8. Lembar penilaian kemampuan pemecahan masalah oleh siswa ... 36

9. Kriteria kemampuan pemecahan masalah oleh siswa ... 37

10.Kriteria persentase aktivitas belajar siswa ... 37

11.Skor perjawaban angket ... 38

12.Data angket tanggapan siswa terhadap PBM open-ended ... 38

13.Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap PBM open-ended ... 39

14.Hasil uji normalitas dan homogenitas nilai pretes, postes, dan N-gain KPM oleh siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ... 40

15.Hasil uji persamaan dan perbedaan dua rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain KPM oleh siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol 41 16.Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator KPM oleh siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ... 42

17.Data peningkatan KPM oleh siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ... 43


(16)

xvi

18.Persentase aktivitas belajar siswa kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol ... 44

19.Nilai pretes, postes, dan N-gain kelompok eksperimen ... 95

20.Nilai pretes, postes, dan N-gain kelompok kontrol ... 96

21.Analisis butir soal pretes dan postes kelompok eksperimen ... 97

22.Analisis butir soal pretes dan postes kelompok kontrol ... 98

23.Analisis perindikator KPM pada soal pretes dan postes kelompok eksperimen ... 99

24.Analisis perindikator KPM pada soal pretes dan postes kelompok kontrol ... 100

25.Analisis data aktivitas belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol ... 101

26.Analisis data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBM open-ended ... 102

27.Hasil uji normalitas pretes kelompok eksperimen dan kontrol ... 103

28.Hasil uji Mann-Withney U pretes kelompok eksperimen dan kontrol . 103 29.Hasil uji normalitas postes kelompok eksperimen dan kontrol ... 104

30.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata ... 104

31.Hasil uji satu pihak postes ... 105

32.Hasil uji normalitas N-gain kelompok eksperimen dan kontrol ... 105

33.Hasil uji kesamaan dua varians & kesamaan dua rata-rata N-gain .... 105

34.Hasil uji satu pihak N-gain ... 106

35.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek mengidentifikasi masalah kelompok eksperimen dan kontrol ... 106

36.Hasil uji Mann-Withney U N-gain pada aspek mengidentifikasi masalah kelompok eksperimen dan kontrol ... 107

37.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek merumuskan masalah kelompok eksperimen dan kontrol ... 107


(17)

xvii

38.Hasil uji Mann-Withney U N-gain pada aspek merumuskan masalah kelompok eksperimen dan kontrol ... 108 39.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek membuat alternatif solusi

kelompok eksperimen dan kontrol ... 108 40.Hasil uji Mann-Withney U N-gain pada aspek membuat alternatif

solusi kelompok eksperimen dan kontrol ... 109 41.Hasil uji normalitas N-gain pada aspek memilih solusi kelompok

eksperimen dan kontrol ... 109 42.Hasil uji Mann-Withney U N-gain pada aspek memilih solusi


(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 22

2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen... 24

3. Aktivitas belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol. ... 44

4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBM open-ended. ... 45

5. Contoh jawaban siswa untuk mengidentifikasi masalah (LKS 4 kelompok eksperimen). ... 51

6. Contoh jawaban siswa untuk mengidentifikasi masalah (LKS 1 kelompok kontrol). ... 52

7. Contoh jawaban siswa untuk merumuskan (menganalisis) masalah (LKS 2 kelompok eksperimen). ... 53

8. Contoh jawaban siswa untuk merumuskan (menganalisis) masalah (LKS 3 kelompok kontrol). ... 53

9. Contoh jawaban siswa untuk membuat alternatif solusi (LKS 3 kelompok eksperimen). ... 54

10.Contoh jawaban siswa untuk membuat alternatif solusi (LKS 1 kelompok kontrol). ... 55

11.Contoh jawaban siswa untuk solusi dengan alasan rasional (LKS 2 kelompok eksperimen). ... 57

12.Contoh (1) jawaban siswa untuk solusi dengan alasan rasional (LKS 4 kelompok kontrol). ... 58

13.Contoh (2) jawaban siswa untuk solusi dengan alasan rasional (LKS 4 kelompok kontrol). ... 58

14.Mengorientasikan siswa pada masalah ... 111

15.Mengorganisasikan siswa untuk belajar... 111


(19)

xix

17.Menyajikan hasil karya ... 112

18.Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah ... 113

19.Siswa mengerjakan soal evaluasi KPM ... 113

20.Mengorientasikan siswa pada masalah ... 114

21.Mengorganisasikan siswa untuk belajar... 114

22.Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok... 115

23.Menyajikan hasil karya ... 115

24.Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah ... 116


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemampuan pemecahan masalah merupakanbagian dari life skills(kecakapan hidup) yang

telah diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Hal ini secara eksplisit telah dirumuskan padalatar belakang Standar Isi KTSP untuk mata pelajaran biologi SMA/MA(Depdiknas, 2006:451) berikut ini.

Mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya.

Pentingnya kemampuan pemecahan masalah oleh siswa juga ungkapkan oleh Takwim (2006, dalam Paidi, 2010:1). Ia berpendapat bahwa kemampuan pemecahan masalah dipandang perlu dimiliki siswa, terutama siswa SMA/MA karena kemampuan ini dapat membantu siswa membuat keputusan yang tepat, cermat, sistematis, logis, dan

mempertimbangkan berbagai sudut pandang.

Dalam pandangan pemikir pendidikan internasional, kemampuan pemecahan masalah dipandang penting bagi para lulusan SMApada abad pengetahuan di era globalisasi ini. Trilling & Hood (1999, dalam Paidi, 2010:1) secara tegas menyatakanbahwa kemampuan pemecahan masalah sebagai bagian dari 7 jenis keterampilan yang dituntut untuk

dijadikan student’s learning outcome di sekolah-sekolah lanjutan. Para ahli pendidikan

dari Yosemite Community College District (YCCD) dari Mesa College juga menegaskan

bahwa untuk abad ini, tuntutan hasil belajar (student learning outcome) di sekolah menengah mencakup kemampuan pemecahan masalah, keterampilan berkomunikasi


(21)

global, keterampilan IT(information and technology), dan kemampuan soft skills lainnya (Paidi, 2010:2).

Mengingat pentingnya kemampuan tersebut, maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan tersebut. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah oleh

siswa adalah Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based Learning

(PBL). Rusman (2011:237-242) menjelaskan bahwa PBM merupakan suatu

pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran. Masalah yang dikemukakan kepada siswa bertujuan untuk membangkitkan pemahaman siswa terhadap masalah, sebuah kesadaran akan adanya kesenjangan, keinginan

memecahkan masalah, dan adanya persepsi bahwa mereka mampu memecahkan masalah tersebut.

Masalah yang dipecahkan dalam kegiatan pemecahan masalahadalah per-masalahan atau persoalan otentik. Masalah otentik banyak didefinisikan sebagai ill-structured

problematau open-ended problem, ialah persoalan yang tidak hanya mempunyai satu macam solusi, persoalan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu/kajian, dan berupa persoalanyang memancing pemikiran untuk menemukan alternatif rumusan dan solusinya (Paidi, 2010:4).

Penggunaan masalah open-ended dalam pembelajaran sangat bermanfaat bagi siswa

dalam memecahkan masalah dunia nyata, seperti yang dikutip dari Van den Heuvel-Panhuizen (1996, dalam Eric, 2005:2) berikut ini.

...study of using open-ended questions saw the benefits of students solving realistic problems when incomplete information was given, where they were required to make their assumptions on the missing information.


(22)

Selain itu, melalui penelitian yang dilakukan oleh Vendiagrys (2007:55) tentang

keefektifan pembelajaran matematika berbasis masalah open-ended terhadap kemampuan

pemecahan masalah oleh siswa, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan

masalah oleh siswa meningkat dengan pembelajaran matematika berbasis masalah

open-ended. Mengacu pada hasil penelitian tersebut, diduga model PBM open-ended juga dapat diterapkan dalam pembelajaran biologi, karena dalam biologi banyak masalah

open-endedyang bisa dimunculkan sebagai stimulus belajar. Paidi (2010:4)

mencontohkan materi ekosistem, lingkungan hidup, dan bioteknologi sebagai materi yang memiliki banyak permasalahan otentik berbentuk open-ended yangsangat familiar dan kontekstual bagi siswa.

Sementara itu, berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi SMA Negeri 1 Sumberejo Kabupaten Tanggamus pada Agustus 2011, model pembelajaran ini belum pernah diterapkan dalam proses pembelajaran. Selama ini guru menggunakan metode ceramah, diskusi, latihan soal, dan terkadang diselingi kegiatan praktikum. Metode-metode seperti ini diduga kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah secara luas dan kreatif. Metode ceramah

menyebabkan siswa hanya diam mendengarkan penjelasan guru, diskusi tidak efektif karena hanya bersifat informatif saja, latihan soal tidak optimal karena siswa hanya mengerjakan soal-soal latihan di buku biologi yang tersedia di perpustakaan sekolah dengan cara memindahkan jawaban yang sudah tersedia di buku tersebut, sedangkan praktikum umumnya bersifat pengujian teoritis dasar saja.

Selain itu, hasil pengamatan dalam pembelajaran biologi di kelas X pada saat guru memberikan apersepsi tentang dampak kerusakan hutan di gunung Tanggamus (permasalahan biologi pada tingkat ekosistem), siswa menunjuk-kan kemampuan


(23)

pemecahan masalah yang masih tergolong rendah. Siswa kurang mampu menjelaskan lebih lanjut apa yang menjadi penyebab dan dampak adanya permasalahan biologi tersebut. Oleh karena itu, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended Terhadap

Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester GenapSMA Negeri 1 Sumberejo Kabupaten TanggamusTahun Pelajaran 2011/2012)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Adakah pengaruh penggunaan model PBM open-ended dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah oleh siswa?

2. Adakah pengaruh penggunaan model PBM open-ended dalam meningkatkan aktivitas

belajar siswa?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan model PBM open-ended?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan model PBM open-ended dalam meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah oleh siswa.

2. Pengaruh penggunaan model PBM open-ended dalam meningkatkan aktivitas belajar

siswa.


(24)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal berharga bagi

peneliti sebagai calon guru biologi yang profesional, terutama dalam merancang dan

melaksanakan PBM open-ended.

2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai PBM open-ended sehingga dapat

dijadikan alternatif dalam memilih model pembelajaran yang tepat untuk megembangkan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa.

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan

mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.

1. Model PBM open-endedyang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah-langkah berikut: (1) orientasi siswa pada masalah open-ended; (2) mengorganisasi siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan individual/kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; (5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (dimodifikasi dari Arends, dalam Dasna & Sutrisna, 2010:5-6).

2. Kemampuan pemecahan masalah yang diamati dalam penelitian mencakup empat

indikator pada ranah kognitif, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah; (2) merumuskan masalah; (3) membuat alternatif solusi; dan (4) memilih solusi.


(25)

3. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah ditinjau berdasarkan perbandingan N-gain, sedangkan peningkatan aktivitas ditinjau melalui rasio persentase aktivitas selama proses pembelajaran.

4. Subjek penelitian adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Sumberejo

Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012.

5. Materi pokok yang diteliti adalah Keanekaragaman Hayati Indonesia, Usaha

Pelestarian dan PemanfaatanSDA yang terdapat pada KD 3.2 biologi SMA Kelas X sesuai KTSP (Depdiknas, 2006:454).


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem-Based Learning (PBL)

Fogarty (1997, dalam Wahyuni, 2011:2) menyatakan bahwa: “PBL is a curriculum model designed around real-life problems that are ill-structured, open-ended, or

ambiguous”. Sementara itu,Frinkle & Trop (1995, dalam Wahyuni, 2011:2) menyatakan bahwa: “PBL is a curriculum development and instructional system that simultaneously develops both problem solving strategies and disciplinary knowledge bases and skills by placing students in the active role of problem solvers confronted with an ill-structured problem that mirrors real-world problems”. Sementara itu Torp & Sage (2002, dalam Wahyuni, 2011:2)menyatakan bahwa: “PBL is focused, experiential learning, organized around the investigation and resolution of messy, realistic problems”.

Problem based-learning is a student-centered approach that organizes curriculum and instruction around carefully crafted “ill-structured” and real-world problem situations. Learning is active rather than passive, integrated rather than fragmented, and connected rather than disjoined. As in cooperative learning, student work in small groups, share responsibility for learning together, and in the process develop critical thingking and problem-solving skills and skills for collaboration and project management. Developers and theoritists have identified a number of defining characteristic and futures of PBL (Arends, 2009; Bridges & Hallinger, 1993; Levin, 2001). These are summarized below. Problems or issues. The starting point for PBL lessons and activities is a compelling

problem or issue. The content of learning is organizined around problems rather than academic disciplines.

Authentic. Students seek realistic solutions to real-world and authentic problems. Problem that focus student inquiries are socially important and one student are likely to encounter later on in life.

Investigation and problem solving. Rather than acquiring knowledge and skills by listening or reading, student in PBL are actively engaged in learning through inquiry, investigation, and problem solving.

Interdisciplinary perspectives. Students explore a number of perspectives and draw on multiple disciplines while involved in PBL investigations.


(27)

Small-group collaboration. Learning occurs within the context of small, five- or six-member, learning groups.

Product, artifacts, exhibitions, and presentations. Students demonstrate their learning by creating products, artifact, and exhibits. In many instances, they present the result of their work to peers and to invited guest from other classrooms or the community (Arends& Kilcher, 2010:326).

Lebih lanjut Arends (2004, dalam Dasna & Sutrisna, 2010:5-8) merinci langkah-langkah pelaksanaan PBM. Arends mengemukakan ada 5 fase yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBM. Fase-fase tersebut merujuk pada tahapan-tahapan praktis yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan PBM sebagaimana disajikan pada Tabel 1.

Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada Masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBM, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. Disamping proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana guru akan

mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat engage dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

Tabel 1. Sintaks model PBM.

Fase Aktivitas Guru

1. Mengorientasikan siswa

pada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2. Mengorganisasi siswa

untuk belajar Membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

3. Membimbing penyelidikan


(28)

eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan pemecahan.

4. Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya Membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangusungnya pemecahan masalah.

Empat hal penting pada proses ini, yaitu:

(1) Tujuan utama pembelajaran ini tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.

(2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar”, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.

(3) Selama tahap penyelidikan (dalam pembelajaran ini), siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi, guru akan bertindak sebagai

pembimbing yang siap membantu, tetapisiswa harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.

(4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan, tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas, semua siswa diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar

Selain mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, PBM juga mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangatmembutuhkan kerjasama dan


(29)

sharing antaranggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan siswa menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah

mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBM. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, tetapi pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Pada fase ini seharusnya lebih dari sekedar membaca tentang masalah-masalah dalam buku-buku. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada siswa untuk


(30)

beripikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong siswa untuk

menyampaikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.

Pertanyaan-pertanyaan berikut kiranya cukup memadai untuk membangkitkan semangat penyelidikan bagi siswa. ”Apa yang Anda butuhkan agar Anda yakin bahwa pemecahan dengan cara Anda adalah yang terbaik?” atau ”apa yang dapat Anda lakukan untuk menguji kelayakan pemecahanmu?” atau ”apakah ada solusi lain yang dapat Anda usulkan?”. Oleh karena itu, selama fase ini, guru harus menyediakan bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu aktivitas siswa dalam kegaitan penyelidikan. Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artefak (Hasil Karya) dan Memamerkannya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artefak sangat dipengaruhi tingkat berfikir siswa. Langkah selanjutnya adalah memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik. Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah


(31)

Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBM. Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan

penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Kapan mereka yakin dalam pemecahan tertentu? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan lebih siap dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan? Mengapa mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Apakah mereka berubah pikiran tentang situasi masalah ketika penyelidikan berlangsung? Apa penyebab perubahan itu? Apakah mereka akan melakukan secara berbeda di waktu yang akan datang? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBM untuk pengajaran.

PBM mempunyai 2 (dua) tujuan utama berupa content goals dan process goals. Content goals mencakup: curriculum standars, specific content concept, dan relationships among ideas in the problem situation. Sedangkan process goals mencakup: inquiry and

problem-solving skills, self-directed learning skills, collaboration skills, dan project management skills(Arends & Kilcher, 2010:330).

Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa PBM sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut (Dasna & Sutrisna, 2010:4).

(1) Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada


(32)

konteks aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan;

(2) Dalam situasi PBM, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan

(3) PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

PBL has many benefits. It has been shown to be highly motivating and effective for promoting student learning. However this strategy is not easy to implement and poses several challenges for student and teachers. Furthermore, the way most schools are structured presents difficulties for implementing PBL strategies.

Student can have difficulty conducting problem-based investigation for several reasons: 1) finding meaningful questions; 2) managing complexity and time; 3) transforming data; 4) using logical arguments; and 5) collaborating.

Teachers also face challenges and dillemmas as they strive to implement PBL: 1) process versus content; 2) managing multiple groups and multiple topics; 3) common content versus differentiation; 4) time; 5) empowerment versus control; and 6) assessing process skills (Arends & Kilcher, 2010:345-347).

Perhaps one of the most difficult and important tasks in PBL is identifying or designing good problem situations. Effective problems have several common characteristics: Authentic. The problem deals with a real-world situation or issue.

Ill-structured and messy. The problem is complex, with many issues and sub-issues for which multiple solutions exist.

Relevant. The problems or issues is meaningfull and important to student’s lives and to society.

Academically rigorous. The problem provides opportunities for student to think critically and creatively and to practice research, writing, and problem-solving, decision-making, and communication skills.

Interdisciplinary in nature. The problem draws on knowledge and experiences from a range of disciplines and perspectives (Arends & Kilcher, 2010:331).


(33)

Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa memahami konsep suatu materi dimulai daribelajar dan bekerja pada situasi masalah (tidak terdefinisi dengan baik) atau open-ended yang disajikan padaawal pembelajaran, sehingga siswa diberi kebebasan berpikir dalam mencari solusi dari situasi masalah yang diberikan (Trihardiyanti, 2010:3). Menurut Suherman dkk. (2003, dalam Japar, 2010:53) problem yang diformulasikan memiliki multijawaban yang benar disebut problem tak lengkap, problem open-ended, atau soal terbuka. Schoenfeld, dkk. (1997, dalam Takahashi, 2000:4) menjelaskan bahwa: “Open-ended problem is a problem that has several or many correct answers, and several ways to the correct answer(s). These problems are being used in mathematics lessons elementary through high school grades, and the lessons are called the Open-Ended Problem Solving now. Open-ended problems are also used as assessment tasks because in responding to such (open-ended) items, students are often asked not only to show their work, but also to explain how they got their answers or why they chose the method they did”.

Sementara itu, Santyasa (2008:2) menyebut masalah open-ended sebagai masalah ill-structured. Hal ini diperkuat dengan pendapat Yee (2002:135) yang menjelaskan bahwa: “Open-ended problems, this category of problems are often considered as “ill-structured problems” for they lack clearformulation as there are missing data or assumptions and there is no fixed procedure that guarantees acorrect solution”.

Menurut Syaban (2010, dalam Nursani, 2011:20) dasar keterbukaan masalah diklasifikasikan dalam tiga tipe, yakni: (1) proses terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak cara penyelesaian yang benar, (2) hasil akhir terbuka, maksudnya masalah itu memiliki banyak jawaban yang benar, dan (3) cara pengembangan


(34)

lanjutannya terbuka, maksudnya ketika siswa telah menyelesaikan masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru yaitu dengan cara merubah kondisi masalah sebelumnya.

Menurut Suherman (2001, dalam Nursani, 2011:21), siswa yang dihadapkan dengan open-ended problem, tujuan utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan pada bagaimana sampai pada suatu jawaban. Dengan demikian bukanlah hanya satu pendekatan atau metode dalam mendapatkan jawaban, namun beberapa atau banyak pendekatan atau metode yang digunakan. Pernyataan ini sejalan dengan

pernyataan Shimada & Becker (1997:1) berikut ini.

…problems that are formulated to have multiple correct answers “incomplete” or “open ended” problems. Many examples of such problems can easily be found. In traditional classroom teaching, when students are asked to focus on and developed different methods, ways, or approaches to getting an answer to a given problem and not on finding the answer to the problem, the student are, in sense, facing and dealing with with an open-ended problem, since what is asked for it not the answer to the problem but rather the methods for arriving at an answer. Thus, there is not just one approach but several or many.In such instances, however, the “openness” is lost if the teacher proceeds as though only one method is presupposed as the correct one. Berdasarkan Sawada (1997, dalam Shimada & Becker, 1997:23-24), Takahashi (2010:4) menjelaskan 5 (lima) keuntungan menggunakan masalah open-ended dalam proses pemecahan masalah.

1. Students participate more actively in lessons and express their ideas more

frequently.Open-ended problem-solving provides a free, responsive, and supportive learning environment because there are many different correct solutions, so that students have opportunities to find their own answers. Therefore, students are curious about other solutions, and they can compare and discuss their solutions with each other. As students are very active, this discussion tends to bring a lot of

interesting conversation to the classroom.

2. Students have more opportunities to make comprehensive use of their knowledge and skills.Because there are many different solutions, students can choose their favorite ways to finding the answer(s) and create unique solution(s). Activities can be opportunities to make comprehensive use of their knowledge and skills. 3. Every student can respond to the problem in some significant ways of his/her

own.Since there is no tracking in Japanese classrooms, various kinds of students with varying abilities may be placed in a single mathematics classroom. Therefore, it is very important for every student to be involved in classroom activities and the lessons


(35)

should be understandable to every student. Open-ended problems provide students with the opportunities to find their own answers.

4. The lesson can provide students with a reasoning experience.Through comparing and discussing in the classroom, students are intrinsically motivated to give other students reasons for their solutions. It is a great opportunity for students to develop their thinking.

5. There are rich experiences for students to have apleasure of discovery and to receive approvalfrom fellow students.

C. Kemampuan Pemecahan Masalah (KPM) atau Problem-Solving Skills

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kompleks (Presseisen, dalam Dewi, 2011:16-17 dan Peng, 2004, dalam Paidi, 2010:3). Berkaitan dengan hal ini, Barrows(1992, dalam Paidi, 2010:3) menyatakan bahwa KPM termasuk keterampilan berpikir dan menalar(thinking and reasoning skills), yang di dalamnya juga tercakup kemampuan metakognitifdan berpikir kritis. KPM bukan saja terkait dengan ketepatan solusi yang diperoleh, melainkan kemampuan yang

ditunjukkan sejak mengenali masalah, menemukan alternatif solusi, memilih salah satu alternatif sebagai solusi, sertamengevaluasi jawaban yang telah diperoleh.

Arends & Kilcher (2010:346) menuliskan problem-solving skills sebagai salah satu tujuan proses dalam PBM (PBL process goals) yang meliputi 4 (empat) kemampuan, yaitu: 1) problem identification; 2) problem investigation;3) analyzing of alternative solutions; dan 4)decision-making.

Berikut ini disajikan indikator KPM pada ranah kognitif menurut Morgan danWilliams (2008:183).

Tabel 2. Problem-solving skills in the cognitive domain. Identifying of

Problem Structuring the Problem Creating the Solution Improving Solutions a. Systems

thingking b. Identifying a

problem

a. Defining knowns b. Defining

unknowns

a. Generating ideas b. Applying prior

knowledge c. Selecting a. Establishing criteria b. Applying criteria to


(36)

c. Defining a problem d. Identifying key

issues e. Identifying assumptions f. Identifying missing knowledge c. Partitioning d. Organizing information e. Engaging in

project learning f. Prioritizing sub-problems possible solutions d. Integrating solutions

e. Reusing problem solutions f. Planning implementation potential solutions c. Validating solutions d. Assessing solution implementation e. Generating solution to other problems f. Soliciting peer

review

Sementara itu, Paidi (2010:8) menuliskan enam aspek KPM oleh siswa, yaitu: 1. Mengidentifikasi masalah.

2. Merumuskan (menganalisis) masalah. 3. Menemukan alternatif-alternatif solusi. 4. Memilih alternatif solusi (terbaik). 5. Kelancarannya memecahkan masalah. 6. Kualitas hasil pemecahan masalah.

Berikut ini disajikan contoh rubrik penilaian KPM oleh siswa menurut Paidi (2010:9). Tabel 3. Contoh rubrik penilaian kemampuan siswa memecahkan masalah.

Aspek Kemampuan Memecahkan

Masalah

Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4

Mengidentifikasi masalah Apabila hanya tidak bisa menuliskan satupun masalah relevan dengan wacana, atau hanya menemukan satu tetapi itupun sebenarnya tidak bercirikan masalah. Apabila hanya bisa menuliskansatu masalah relevan dengan wacana, dan benar bercirikan masalah. Apabila bisa menuliskanlebih dari satu masalah relevan dengan wacana, tetapi hanya satu yang bercirikan masalah. Apabila bisa menuliskan dua atau lebih masalah relevan dengan wacana, dan minimal dua masalah itu bercirikan masalah (ada kesenjangan antara seharusnya dengan


(37)

kenyataannya). Merumuskan (menganalisis) masalah Apabila tidak mampu membuat rumusan masalah dalam bentuk kalimat tanya yang baku, tidak menunjukkan satu atau lebih variabel, dan tidak relevan dengan masalahnya. Apabila mampu membuat rumusan masalah dalam bentuk kalimat tanya namun kurang baku, tidak menunjukkan satu atau lebih variabel, dan relevan dengan masalahnya. Apabila mampu membuat rumusan masalah dalam bentuk kalimat tanya namun kurang baku, menunjukkan satu atau lebih variabel, dan relevan dengan masalahnya. Apabila mampu membuat rumusan masalah dalam bentuk kalimat tanya yang baku, menunjukkan satu atau lebih variabel, dan relevan dengan masalahnya. Menemukan alternatif-alternatif solusi Apabila tidak mampu menuliskan dua atau lebih alternatif solusi atau cara pemecahan masalah yang kesemua relevan dengan tiap masalah yang akan dipecahkan. Apabila mampu menuliskan hanya dua alternatif solusi atau cara pemecahan masalah namun tidak semua relevan dengan tiap masalah yang akan dipecahkan. Apabila mampu menuliskan hanya dua alternatif solusi atau cara pemecahan masalah dan kesemua relevan dengan tiap masalah yang akan dipecahkan. Apabila mampu menuliskan dua atau lebih alternatif solusi atau cara pemecahan masalah dan kesemua relevan dengan tiap masalah yang akan dipecahkan. Memilih alternatif solusi (terbaik) Apabila tidak mampu memilih atau menentukan satupun dari alternatif solusi, tidak memilih yang terbaik, tidak dengan alasan yang rasional. Apabila mampu memilih atau menentukan satu dari alternatif solusi, yang tidak terbaik dan tidak dengan alasan yang rasional. Apabila mampu memilih atau menentukan satu dari alternatif solusi, yang terbaik, namun tidak dengan alasan yang rasional. Apabila mampu memilih atau menentukan satu dari alternatif solusi, yang terbaik, dengan alasan yang rasional. Kelancarannya memecahkan masalah Apabila tidak mampu menyelesaikan pemecahan masalah, atau dengan kecurangan langkah. Apabila mampu menyelesaikan pemecahan masalah, tanpa kecurangan langkah apapun, namun dengan tambahan waktu di luar kesepakatan. Apabila mampu menyelesaikan pemecahan masalah, tanpa kecurangan langkah apapun, namun dengan tambahan waktu yang disepakati. Apabila mampu menyelesaikan pemecahan masalah, tanpa kecurangan langkah apapun, dan dalam selang waktu yang disediakan. Kualitas hasil pemecahan masalah Apabila hasil pemecahannya tidak tepat, tidak rasional, dan tidak dapat dibenarkan

Apabila rasional, tetapi tidak tepat dan sulit dibenarkan secara ilmiah. Apabila hasil pemecahannya rasional, tepat, tetapi sulit dibenarkan secara ilmiah Apabila hasil pemecahannya tepat, rasional, dan dapat dibenarkan secara ilmiah


(38)

secara ilmiah. (tidak empiris untuk ukuran siswa SMA).

(empiris untuk ukuran siswa SMA).

D. Kerangka Pikir

Kemampuan pemecahan masalahsangat penting dimiliki oleh siswa SMA/MA. Namun, fakta di SMA Negeri 1 Sumberejo Kabupaten Tanggamus menunjukkan bahwa KPM oleh siswa masih tergolong rendah. Kemungkinan hal ini terjadi karena selama ini guru menggunakan metode atau model pembelajaran yang kurang menggali kemampuan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Salah satu model yang diduga dapat mengembangkan kemampuan ini adalah PBM open-ended. Salah satu karakteristik model pembelajaran ini adalah penyajian masalah terbuka atau open-endedsebagai stimulus belajar. Guru berpeluang untuk membantu siswa dalam memahami dan mengelaborasi ide-ide kreatif siswauntuk mengidentifikasi masalah, menemukan alternatif-alternatif rumusan dan juga solusi permasalahan.Selain itu, siswa diberi kebebasan berpikir dalam memahami suatu topik dan keterkaitannya dengan topik lain, baik dalam pelajaran biologi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini tentu akan melatih kemampuan pemecahan masalah oleh siswa. Dengan demikian diharapkan KPM oleh siswa akan meningkat.

Penelitian ini mengenai pengaruh PBM open-ended terhadap KPM oleh siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah model PBM open-ended, sedangkan variabel terikatnya adalah KPM oleh siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut.


(39)

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Keterangan:

X: Model PBM open-ended Y: KPM oleh siswa.

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. H0 = Penggunaan model PBM open-ended tidak berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa.

H1 = Penggunaan model PBM open-endedberpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah oleh siswa.

2. H0 = Kemampuan pemecahan masalah oleh siswa yang menggunakan model PBM open-ended sama dengan PBM nonopen-ended.

H1 = Kemampuan pemecahan masalah oleh siswa yang menggunakan model PBM open-ended lebih tinggi daripada PBM nonopen-ended.

3. Penggunaan model PBM open-ended berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

4. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model PBM open-ended.

Y X


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 di SMA Negeri 1 Sumberejo, Kabupaten Tanggamus.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Sumberejo Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri atas 6 kelas. Sampel dalam

penelitian ini adalah kelas X1 (sebagai kelompok eksperimen) dan kelas X6 (sebagai kelompok kontrol) yang dipilih dengan teknik cluster sampling atau sampel berkelompok (Noor, 2011:153).

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Kelompok eksperimen (kelas X1) diberi perlakuan dengan PBM open-ended, sementara kelompok kontrol (kelas X6) diberi perlakuan dengan PBM non open-ended. Setelah itu, kedua kelompok diberi tes/soal penyelesaian masalah berupa soal essay yang sama di awal dan akhir kegiatan pembelajaran (pretes-postes).

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:


(41)

I O1 X O2

II O1 C O2

Gambar 2. Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43).

Keterangan:

I = Kelompok eksperimen (kelas X1) II = Kelompok kontrol (kelas X6)

X = Perlakuan di kelas eksperimen denganPBM open-ended

C = Perlakuan di kelas kontrol dengan PBM nonopen-ended

O1 = Pretes O2 = Postes

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :

a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya penelitian. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.

c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes, lembar observasi aktivitas siswa, dan angket tanggapan siswa.


(42)

g. Membentukkelompokdiskusibersifatheterogenpadakelaseksperimendankontrolber dasarkannilaiakademik siswa semester ganjil. Setiap kelompok terdiri dari3-4siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkanPBM open-ended untuk kelas eksperimen dan PBM non open-endeduntuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

Kelas Eksperimen

a. Kegiatan Awal

1) Siswa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian untuk materi pokok keanekaragaman hayati Indonesia, usaha pelestarian dan pemanfaatan SDA.

2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru, ”Pertemuan yang lalu kalian sudah belajar tentang keanekaragaman gen, spesies, dan ekosistem. Kalian juga telah mempelajari materi

keanekaragaman hayati di kelas VII. Sekarang kita akan belajar memecahkan masalah yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha pelestarian serta pemanfaatan SDA kemudian mengkomunikasikannya”.

3) Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui nilai/manfaat suatu keanekaragaman hayati Indonesia serta pentingnya usaha pelestariannya, sehingga

keberlangsungan keanekaragaman hayati Indonesia akan tetap terjaga dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang”.


(43)

b. Kegiatan Inti

1) Setiap kelompok siswa memperoleh LKS berbasis masalah open-ended

sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya.

2) Siswa mencari informasi yang relevan dengan permasalahan pada LKS

(Lembar Kerja Siswa) berbasis masalah open-ended, kemudian bekerja sama untuk menemukan dan menyajikan data yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam dalam bentuk tabel/grafik/gambar/deskripsi.

3) Siswa mendiskusikan permasalahan untuk mencari penyebabnya kemudian

membuat rumusan masalahnya.

4) Siswa mendiskusikan permasalahan untuk menemukan usaha pelestarian

keanekaragaman hayati Indonesia yang sesuai dengan permasalahan.

5) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.

6) Setiap kelompok membuat media presentasi dengan menggunakan

bahan-bahan yang tersedia.

7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil hasil karyanya kemudian

dilanjutkan dengan diskusi kelas.

8) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan

konfirmasi.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan

bimbingan guru.

2) Siswa mengerjakan tes akhir (postes).

3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap


(44)

4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.

Kelas Kontrol

a. Kegiatan Awal

1) Siwa mengerjakan soal tes awal (pretes) dalam bentuk uraian untuk materi pokok keanekaragaman hayati Indonesia, usaha pelestarian dan

pemanfaatan SDA.

2) Apersepsi dilakukan oleh siswa dengan memperhatikan penjelasan guru, ”Pertemuan yang lalu kalian sudah belajar tentang keanekaragaman gen, spesies, dan ekosistem. Kalian juga telah mempelajari materi

keanekaragaman hayati di kelas VII. Sekarang kita akan belajar memecahkan masalah yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati Indonesia, dan usaha pelestarian serta pemanfaatan SDA kemudian mengkomunikasikannya”.

3) Siswa memperoleh motivasi dari guru, ”Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui nilai/manfaat suatu keanekaragaman hayati Indonesia serta pentingnya usaha pelestariannya, sehingga

keberlangsungan keanekaragaman hayati Indonesia akan tetap terjaga dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang”.

b. Kegiatan Inti

1) Setiap kelompok siswa memperoleh LKS berbasis masalah non

open-ended sesuai dengan jumlah anggota kelompoknya.

2) Setiap siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menemukan dan


(45)

dan usaha pelestarian serta pemanfaatan sumber daya alam dalam bentuk tabel/grafik/ gambar/deskripsi.

3) Siswa mendiskusikan permasalahan untuk mencari penyebabnya kemudian

membuat rumusan masalahnya.

4) Siswa mendiskusikan permasalahan untuk menemukan usaha pelestarian

keanekaragaman hayati Indonesia yang sesuai dengan permasalahan.

5) Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan.

6) Setiap kelompok membuat media presentasi dengan menggunakan

bahan-bahan yang tersedia.

7) Setiap kelompok mempresentasikan hasil hasil karyanya kemudian

dilanjutkan dengan diskusi kelas.

8) Siswa menanyakan hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan

konfirmasi.

c. Kegiatan Penutup

1) Siswa membuat simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari dengan

bimbingan guru.

2) Siswa mengerjakan tes akhir (postes).

3) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang umpan balik terhadap

proses dan hasil pembelajaran.

4) Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran

pada pertemuan selanjutnya.

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data


(46)

1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa skorKPM oleh siswa yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. KPM oleh siswa ditinjau berdasarkan perbandingan gain yang

dinormalisasi atau N-gain (g) dengan menggunakan rumus Hake (1999:1) yaitu:

N-gain=

Keterangan:

N-gain = average normalized gain = rata-rataN-gain

Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes

Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes

Smax = maximum score = skor maksimum

Tabel 4. Kriteria N-gain.

N-gain Kriteria

g> 0,7 0,7 >g> 0,3

g< 0,3

Tinggi Sedang Rendah

Note that: a positive Hake gain indicates a student learning gain; the maximum gain possible is 1; a negative Hake gain occurs when the post-test score is less than the pre-test score; a zero result occurs when the post-test score is equal to the pre-test score (Loranz, 2008:2).

Sedangkan untuk mengukur persen (%) peningkatan (%g) KPM oleh siswa

digunakan rumus sebagai berikut.

% Peningkatan = x 100%

Tabel 5. Kriteria % peningkatan KPM oleh siswa.

% Peningkatan Kriteria

%g> 70

70 >%g> 30 Sedang Tinggi

Spost – Spre

Smax – Spre

Skor akhir – Skor awal Skor maksimum – Skor awal


(47)

%g< 30 Rendah (dimodifikasi dari Hake, 1999:1).

b. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini adalah deskripsi KPM oleh siswa sebelum, selama, dan sesudah pembelajaran. Selain itu, digunakan data pendukung berupa data aktivitas belajar siswa dan tanggapan siswa terhadappenggunaan model PBM open-ended.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Pretes dan Postes

Data kemampuanpemecahan masalah adalah berupa nilai pretes dan postes.Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes di akhir pertemuan kedua setiap kelas. Soal yang diberikan adalah 10 butir soal essay. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut(Purwanto, 2008:112).

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS digunakan untuk mengetahui KPM oleh siswa di kedua kelas selama proses

pembelajaran. Kelas eksperimen menggunakan LKS berbasis masalah

open-ended, sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS berbasis masalah nonopen-ended.

R N


(48)

c) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Tabel 6. Lembar observasi aktivitas belajar siswa.

No Nama Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa A B C D E

1 2 3 4 5 dst.

Jumlah skor Skor maksimum

Persentase Kriteria

Keterangan Aspek Aktivitas Belajar Siswa:

A. Mengemukakan ide/gagasan berdasarkan permasalahan yang ada pada LKS

1. Tidak mengemukakan ide/gagasan (diam saja).

2. Mengemukakan ide/gagasan namun tidak sesuai dengan pembahasan pada

materi pokok keanekaragaman hayati Indonesia, usaha pelestarian dan pemanfaatan SDA.

3. Mengemukakan ide/gagasan sesuai dengan pembahasan pada materi

pokok keanekaragaman hayati Indonesia, usaha pelestarian dan pemanfaatan SDA.

B. Bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja).

2. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan keanekaragaman hayati Indonesia, usaha pelestarian dan pemanfaatan SDA dalam LKS.

3. Berkomunikasi secara lisan/tulisan dalam bertukar pendapat untuk

memecahkan permasalahan pada LKS pada materi pokok keanekaragaman hayati Indonesia, usaha pelestarian dan pemanfaatan SDA.

C. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan.


(49)

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar atau dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi secara

sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar.

D. Mengajukan pertanyaan

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan pada

materi pokok keanekaragaman hayati Indonesia, usaha pelestarian dan pemanfaatan SDA.

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan

pada materi pokok keanekaragaman hayati Indonesia, usaha pelestarian dan pemanfaatan SDA.

d) Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa tentang PMB open-endedyang telah

dilaksanakan. Angket ini berupa 8 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif dengan 2 pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju seperti pada Tabel 7.

Tabel 7. Item pernyataan pada angket.

No. Pernyataan- Pernyataan S TS

1 Saya senang mempelajari materi pokok keanekaragaman

hayati Indonesia, usaha pelestarian dan pemanfaatan SDA dengan model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

2 Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari

melalui modelpembelajaran yang digunakan oleh guru.

3 Modelpembelajaran yang digunakan tidakmampu

mengembangkan kemampuan saya dalam memecahkan masalah.

4 Model pembelajaran yang digunakan menjadikan saya lebih

aktif dalam diskusi kelas dan kelompok.

5 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalamproses

pembelajaran yang berlangsung.

6 Saya termotivasi untuk mencari data/informasi dari

berbagai sumber (buku, internet, dan sebagainya) untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKS.

7 Saya merasa sulit mengerjakan soal-soal di LKS dengan

model pembelajaran yang digunakan oleh guru.

8 Saya memperoleh wawasan/pengetahuan baru tentang

materi pokok yang dipelajari.


(50)

Catatan lapangan diisi oleh observer untuk mengamati proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru/peneliti di kelas eksperimen maupun kontrol.

F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dankontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSSversi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data:

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

฀ Hipotesis

H0= Sampel berdistribusi normal

H1= Sampel tidak berdistribusi normal ฀ Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang

lainnya (Pratisto, 2004:5).

b. UjiKesamaan Dua Varians

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.

฀ Hipotesis

H0= Kedua sampel mempunyai varians sama

H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda ฀ Kriteria Pengujian

Dengan kriteria uji yaitu jika F hitung < Ftabel atau probabilitasnya> 0,05 maka

H0 diterima, jika Fhitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak


(51)

c. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan programSPSS versi 17.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

฀ Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gainkedua sampel sama

H1 = Rata-rata N-gainkedua sampel tidak sama ฀ Kriteria Pengujian

Jika –t tabel< t hitung< t tabel, maka Ho diterima.

Jika t hitung< -t tabel atau t hitung> t tabel maka Ho ditolak (Pratisto,2004:13).

Uji Perbedaan Dua Rata-rata

฀ Hipotesis

H0 = rata-rata N-gainpada kelompok eksperimen sama dengan kelompok

kontrol.

H1 = rata-rata N-gainpada kelompok eksperimenlebih tinggidari kelompok

kontrol.

฀ Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung< t tabel, maka Ho diterima.


(52)

2. Data Kualitatif

a. Kemampuan Pemecahan Masalah (KPM) oleh Siswa

1) Memberi skor sesuai rubrik penilaian KPM (halaman 93-94), lalu memasukkan ke dalam Tabel 8.

Tabel 8. Lembar penilaiankemampuan pemecahan masalah oleh siswa. No. Urut

Siswa

Skor pada Aspek KPM

A B C D

No.

soal soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. soal No. 1

2 3 4 5 dst.

R N S Kriteria

Keterangan Aspek KPM:

A = mengidentifikasi masalah; B = merumuskan masalah;

C = membuat alternatif solusi; D = memilih solusi (dimodifikasi dari Paidi, 2010:8).

2) Menjumlahkan skor (R) setiap siswa.

3) Menentukan nilai (S) pada setiap indikator kemampuan pemecahan masalah

dengan menggunakan rumus:

S = x 100

Keterangan:

S = Nilai KPM yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor KPM yang diperoleh; N = Jumlah skor KPM maksimum (dimodifikasi dari Purwanto, 2008:112).

4) Setelah data diolah dan diperoleh nilainya, maka kemampuan pemecahan masalah oleh siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut.

Tabel 9. Kriteria kemampuan pemecahan masalah oleh siswa. R


(53)

Nilai Kriteria 71 – 100

31 – 70 0 – 30

Tinggi Sedang Rendah (dimodifikasi dari Hake, 1999:1).

2) Aktivitas Belajar Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase aktivitas belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut.

1) Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:

Persentase = x 100%

2) Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa sesuai kriteria pada Tabel 10.

Tabel 10. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa.

Persentase (%) Kriteria

87,50 – 100 75,00 – 87,49 50,00 – 74,99

0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang (dimodifikasi dari Hidayati, 2011:17).

c. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan PBM Open-Ended

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi 8 pernyataan yang terdiri dari 5 pernyataan positif dan 3 pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

Skor perolehan Skor maksimum


(54)

1) Menghitung skor angket pada setiap jawaban sesuai dengan ketentuan pada Tabel 11.

Tabel 11. Skor perjawaban angket.

Sifat Pernyataan 1 Skor 0

Positif S TS

Negatif TS S

Keterangan:

S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010:29).

2) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 12. Data angket tanggapan siswa terhadap PBMopen-ended.

No. Pertanyaan

Angket

Pilihan Jawaban

Nomor Responden

(Siswa) Persentase

1 2 3 dst.

1 TS S

2 TS S

dst. TS S

(dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 31).

3) Menafsirkan atau menentukan persentasetanggapan siswaterhadap

penggunaan model PBM open-endedsesuai kriteriaHendro (Hastriani, 2006:43) pada Tabel 13.

Tabel 13. Kriteria persentasetanggapan siswa terhadap PBMopen-ended.

Persentase (%) Kriteria

100 76 – 99 51 – 75

50 26 – 49

1 – 25

Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya


(55)

(56)

(57)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan model PBM open-ended berpengaruh dalam meningkatkan

kemampuanpemecahanmasalaholehsiswa.

2. Penggunaan model PBM open-ended berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas

belajar siswa.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model

PBM open-ended.

B. Saran

Untukkepentinganpenelitian, makapenulismenyarankansebagaiberikut.

1. Pembelajaran menggunakan model PBM open-endeddapat digunakan oleh guru

biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan KPM oleh siswa pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Usaha Pemanfaatan serta Pelestarian SDA.

2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi KPM hendaknya

mempertimbangkan kemampuan siswa dalam menjawab soal sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan


(58)

3. Masalahopen-ended yang disajikandalam LKS hendaknyalebihvariatif,

tidakhanyapadaekosistemdaratan (terrestrial) tetapipadaekosistem air tawardan air laut.

4. Masalah open-ended memiliki banyak keunggulan sehingga dapat digunakan tidak hanya pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati Indonesia serta Usaha

Pemanfaatan dan Pelestarian SDA saja, tetapi juga pada materi pokok lain yang sesuai dengan karakteristik materi pokok tersebut.


(59)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. dan A. Kilcher. 2010. Teaching for Student Learning: Becoming an

Accomplished Teacher. Rotledge Taylor & Francis Group. New York and London.

Capraro, M.M., R.M. Capraro, V.V. Cifarelli. What are the students as they

solve open-ended mathematics problems? Diakses dari

http://math.unipa.it/~grim/21_project/21_charlotte_CapraroPaperEdit.pdf

pada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.

Dasna, I.W. dan Sutrisna. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem-Based Learning). Universitas Negeri Malang. Malang.

Depdiknas. 2006. Sosialisasi KTSP. Ditjen PMPTK, Depdiknas. Jakarta.

Dewi, E.S. 2011. Profil Kemampuan Memecahkan Masalah Melalui

Pembelajaran Berbasis Inquiry pada Subkonsep Peranan Manusia Dalam Ekosistem.(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Eric, C.C.M. 2005. Using Open-Ended Mathematics Problems A Classroom

Experience (Primary). National Institute of Education, Nanyang Technological University. Singapura.

Foong, P.Y. 2002. Using Short open-ended Mathematics Questions to Promote

Thinking and Understanding. Diakses dari

http://math.unipa.it/~grim/SiFoong.PDF pada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.

Foshay, W.R. dan A. Gibbons. 2005. Learning, Teaching, and Designing

Problem-Solving: An Assessment. Diakses dari http://www.foshay.org pada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.

Heinemann. tanpa tahun. Open-ended assessment in Math: A Researchable

Collection of 450+ Questions. Diakses dari


(1)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Penggunaan model PBM open-ended berpengaruh dalam meningkatkan

kemampuanpemecahanmasalaholehsiswa.

2. Penggunaan model PBM open-ended berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.

3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model PBM open-ended.

B. Saran

Untukkepentinganpenelitian, makapenulismenyarankansebagaiberikut.

1. Pembelajaran menggunakan model PBM open-endeddapat digunakan oleh guru biologi sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat meningkatkan KPM oleh siswa pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Usaha Pemanfaatan serta Pelestarian SDA.

2. Dalam menentukan waktu pengerjaan soal evaluasi KPM hendaknya

mempertimbangkan kemampuan siswa dalam menjawab soal sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan


(2)

laut.

4. Masalah open-ended memiliki banyak keunggulan sehingga dapat digunakan tidak hanya pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati Indonesia serta Usaha

Pemanfaatan dan Pelestarian SDA saja, tetapi juga pada materi pokok lain yang sesuai dengan karakteristik materi pokok tersebut.


(3)

1

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. dan A. Kilcher. 2010. Teaching for Student Learning: Becoming an

Accomplished Teacher. Rotledge Taylor & Francis Group. New York and London.

Capraro, M.M., R.M. Capraro, V.V. Cifarelli. What are the students as they

solve open-ended mathematics problems? Diakses dari

http://math.unipa.it/~grim/21_project/21_charlotte_CapraroPaperEdit.pdf pada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.

Dasna, I.W. dan Sutrisna. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem-Based Learning). Universitas Negeri Malang. Malang.

Depdiknas. 2006. Sosialisasi KTSP. Ditjen PMPTK, Depdiknas. Jakarta.

Dewi, E.S. 2011. Profil Kemampuan Memecahkan Masalah Melalui

Pembelajaran Berbasis Inquiry pada Subkonsep Peranan Manusia Dalam Ekosistem.(Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Eric, C.C.M. 2005. Using Open-Ended Mathematics Problems A Classroom

Experience (Primary). National Institute of Education, Nanyang Technological University. Singapura.

Foong, P.Y. 2002. Using Short open-ended Mathematics Questions to Promote

Thinking and Understanding. Diakses dari

http://math.unipa.it/~grim/SiFoong.PDF pada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.

Foshay, W.R. dan A. Gibbons. 2005. Learning, Teaching, and Designing

Problem-Solving: An Assessment. Diakses dari http://www.foshay.org pada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.

Heinemann. tanpa tahun. Open-ended assessment in Math: A Researchable

Collection of 450+ Questions. Diakses dari


(4)

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses darihttp://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855padaSelasa, 18 Oktober 2011 4.42 a.m.

Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Hidayati, A.N., dkk. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order

Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung.

Hung, W., D.H. Jonassen, dan R. Liu. 2010. Problem-Based Learning. Diakses

dari

http://faculty.ksu.edu.sa/Alhassan/Hand%20book%20on%20research%20in %20educational%20communication/ER5849x_C038.fm.pdf pada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.

IMSA. 2008. Problem-Based Learning Matters. Diakses dari

http://pbln.imsa.edu/resources/PBL_Matters.pdf pada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.

Japar. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Pembelajaran Open-Ended.

Diakses darihttp://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/51085361.pdfpada Selasa, 18 Oktober 2011 4.42 a.m.

Jonassen, D.H. Instructional Design Models for Well-Structured and

Ill-Structured Problem-Solving Learning Outcomes. Diakses dari http://www.webkelley.compada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.

Kirkley, J. 2003. Principles for Teaching Problem Solving. Indiana University.

Indiana.

Loranz, D. 2008. TMCC Program and Discipline Report.http://www.gbcnv.edu

pada pada Selasa, 18 Oktober 2011 4.42 a.m.

Mills, D. 2003. Problem-Based Learning. Diakses dari

www.hebes.mdx.ac.uk/teaching/Research/PEPBL pada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.

Morgan, J. dan B. Williams. 2008. Overview of Problem Solving. Diakses dari

http://www.pcrest2.com/institute_resources/CT/2_2_6.pdf pada Kamis, 10 November 2011 9.24 a.m.

Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, & Karya Ilmiah. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.


(5)

3

Nursani, Z. 2011. Hubungan Penalaran Sains dengan Penguasaan Konsep

Siswa SMA pada Pembelajaran Sistem Pencernaan Melalui Pendekatan Open-Ended. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Paidi. 2010. Model Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Biologi di SMA.

Artikel Semnas FMIPA 2010 UNY. Diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132048519/Artikel%20Semnas%20F MIPA2010%20UNY.pdf pada Selasa, 18 Oktober 2011 4.37 a.m.

Parwati, N.N. 2005. Implementasi Model Pembelajaran-Berdasarkan-Masalah

Dalam Rangka Mengefektifkan Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Inovasi Pembelajaran Matematika Di SMP Negeri 2 Singaraja). Diakses dari

www.undiksha.ac.id/images/img_item/752.docpada Rabu, 8 Maret 2012 10:58 p.m.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Penerbit

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui

Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Riyanto, Y. 2001.Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Rajawali Pers. Jakarta.

Sahara, L., A. Setiawan, dan I. Hamidah. Using problem based Learning Model

to Increase critical Thinking Skill at Heat Concept. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Santyasa, I.W. 2008. Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran

Kooperatif. Makalah Pelatihan Pembelajaran dan Asesmen Inovatif bagi

Guru-Guru Sekolah Menengah di Kec. Nusa Penida. Universitas Pendidikan

Ganesha. Singaraja.

Shimada, S. dan J.P. Becker. 1997. The Open-Ended Approach: A New Proposal

for Teaching Mathematics. National Council of Teachers of Mathematics. Reston, Virginia.

Takahashi, A. 2010. Open-ended Problem Solving and Computer instantiated


(6)

http://students.ed.uiuc.edu/takahash/ICME9-CIM.pdf pada pada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.

Trihardiyanti. 2010.Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran

Berbasis Masalah.Diakses

darihttp://www.sd-binatalenta.com/arsipartikel/artikel_tri.pdfpada Selasa, 18 Oktober 2011 4.55 a.m.

Vendiagrys, L. 2007. Keefektifan Pembelajaran Matematika Berbasis Problem

Open-Ended Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas VII Semester II di SMP Kecamatan Semarang Timur Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). Universitas Negeri Semarang. Semarang.

Wahyuni, S. 2011. Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui

Pembelajaran IPA Berbasis problem-Based Learning. Diakses dari http://www.pdf-archive.com/2011/12/05/40-sri-wahyuni/ pada Rabu, 8 Pebruari 2012 10:58 a.m.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDEKATAN KONTEKSTUAL DITINJAU DARI SIKAP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Terbanggi Besar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 18 60

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Pesisir Tengah Krui Tahun Pelajaran 2011/2012)

2 10 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Talangpadang Kabupaten Tanggamus Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 5 33

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH OPEN-ENDED TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH OLEH SISWA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012)

3 20 62

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PBM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 79

JUDUL INDONESIA : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

1 8 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2013-2014)

0 12 51

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Paramarta 1 Seputih Banyak Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 8 59

PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA ANTARA MODEL PBL DENGAN KOOPERATIF TIPE STAD ( Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 2 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 15 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN LKPD TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA DI SMA

0 6 9