Sejarah Jogja TV DESKRIPSI LEMBAGA

BAB III DESKRIPSI LEMBAGA

A. Sejarah Jogja TV

Berawal dari keprihatinan situasi bernegara berbangsa dan bermasyarakat yang semakin terkotak-kotak dalam lingkup yang tidak sehat. Sementara keadaan ekonomi bangsa juga semakin terpuruk. Pendidikan bangsa yang makin kehilangan bobot, situasi politik yang menunjukkan demokrasi yang tidak sehat. Berdasar semua itu kemudian munculah pemikiran bagaimana bisa mempertahankan, atau mungkin memperbaiki situasi ini dengan menggunakan tradisi budaya. Karena budaya bangsa yang masih melekat di hati sanubari masyarakat Indonesia. Tradisi budaya nusantara yang semakin pudar dan ditanggalkan karena adanya globalisasi dan modernisasi, kembali ditemukenali untuk dilestarikan dalam nuansa menjalin kembali kepribadian bangsa yang telah terkikis oleh arus globalisasi. Ideologi ini dikembangkan dan diwujudkan dalam sebuah wahana yang bernama televisi. Ideologi tanpa komersialisasi tidaklah dapat lestari. Maka Jogja TV tampil menyuarakan kepentingan aspirasi masyarakat yang ingin didengar dan ingin disapa dalam nuansa natural alamiah yang tidak tercabut dari akar tradisinya. Dengan moto mengawal tradisi tiada henti, dan mengambil logo seperti warangka keris bernuansakan warna kuning dan hijau, Jogja TV mau mengedepankan lambang persatuan sinar kesetiaan manusia dalam sinar terang Illahi. Jogja TV sebagai warangka dan masyarakat luas sebagai kerisnya, Jogja TV ingin mewujudkan semboyan curiga manjing warangka , yaitu persatuan suara masyarakat dengan tekad Jogja TV. Cita-cita Jogja TV tersebut tidak sekadar sebagai wadah aspirasi budaya masyarakat, yang tidak ada arah dan tujuannya. Tetapi diwujudkan dengan mengedepankan tayangan-tayangan yang berbobot dan berkualitas, diharapkan Jogja TV mampu menghadirkan sebuah budaya masyarakat Indonesia yang indah, dalam suasana kedamaian, ketenteraman, tanpa adanya sekat-sekat perbedaan yang tidak menguntungkan. Jogja TV juga memberikan tayangan-tayangan yang mengemuka yaitu seni-seni tradisi yang ada di Indonesia yang ditayangkan dalam berbagai versi. Semua tayangan tersebut ditata dan diatur dalam sebuah benang merah seperti menata kembali mosaik budaya negeri yang penuh kearifan dan falsafah kehidupan yang adikodradi. Seni-seni tradisi yang masih lestari ditampilkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dengan adanya isi dan bobot filosofi yang diemban dan yang menjadi misi dari seni tradisi itu sendiri. Oleh karena itulah diharapkan tayangan-tayangan yang muncul dalam berbagai aspek baik pemberitaan, program tayangan, dan lain sebagainya diharapkan memberikan paling tidak tiga aspek, yaitu sebagai tontonan, bisa juga merupakan tuntunan , yang membawa masyarakat ke dalam tatanan yang selaras dengan martabat bangsa Indonesia yang hendak mencapai cita-cita bersama adil makmur sejahtera berdasarkan atas ideologi bangsa yakni Pancasila. Jogja TV membawai misi yang ideologis. Hal ini yang menjadi alasan mengapa televisi swasta ini tidak berupaya keras mengejar rating dengan tayangan yang berbau komersialisasi yang tinggi. Sebab pilihan telah menentukan bahwa tayangan Jogja TV haruslah mempunyai bobot hidup yang bisa ditawarkan kepada masyarakat luas. Jogja TV juga ingin mendengarkan keresahan masyarakat hingga yang paling dasar untuk dapat disaring dan diolah kembali serta ditayangkan dalam nuansa keindahan dalam upaya menciptakan masyarakat yang pluralis yang penuh dengan semangat kegotongroyongan, bahu membahu, tolong menolong, kasih mengasihi dan saling – asih-asah- asuh seperti logonya yang berupa sumping yaitu hiasan telinga dalam tradisi Nusantara. Dengan kata lain secara utuh, Jogja TV ingin menghadirkan tempat yang istimewa bagi masyarakat Indonesia untuk berkarya, untuk hidup, untuk bermasyarakat, sehingga diharapkan mampu membawa masyarakat ini ke dalam situasi yang indah, hamemayu hayuning bawono , membuat dunia ini semakin indah agar semakin layak dihuni oleh manusia yang bermartabat. Karna jika Jogja TV sendiri yang melakukannya tidaklah mungkin bisa tercapai dan terwujud. Dengan dukungan masyarakat luas baik dari lembaga pendidikan, lembaga- lembaga di masyarakat disertai sinerji dari televisi lokal lainnya. Jogja TV berharap cita-citanya tersebut dapat terwujud. Dengan semangat kota Yogyakarta yang Nyawiji, bersatu dengan masyarakat dengan tekad yang satu, golong gilig, greget , dengan tekad dan semangat yang kuat , sengguh, niatan akan keyakinan diri yang kuat, serta ora mingkuh sebagai sebuah tanggung jawab moral untuk bersama- sama mewujudkan cita-cita bangsa yang terpatri dalam Ideologi bangsa Pancasila. Ki Juru Bangunjiwa Jogja TV yang berlokasi di Jl. Wonosari Km. 9 merupakan televisi lokal pertama yang berdiri di Yogyakarta . Diresmikan oleh Sri Sultan HB X pada tanggal 17 September 2004 yang sekaligus menjadi hari lahirnya Jogja TV. PT Yogyakarta Tugu Televisi juga merupakan TV budaya sebagai media massa yang memberikan informasi, hiburan, dan kontrol sosial terhadap masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya. Visi dan Misi Jogja TV diantaranya adalah menjadi etalase kearifan lokal budaya Nusantara dan menjadi televisi yang mengaplikasikan teknologi tanpa mengesampingkan tradisi adiluhung, sehingga dapat mendorong peningkatan sektor pendidikan, perekonomian serta pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya. Hal tersebut dapat tercermin dari pilihan berita yang ditayangkan oleh Jogja TV. Jogja TV yang tergabung dalam jaringan Indonesia Network , hadir menyapa pemirsa setiap hari mulai pukul 06.00 sd 24.00 WIB. Kini Jogja TV hadir di tengah-tengah masyarakat sebagai salah satu pilar kekuatan yang ikut melestarikan sekaligus mengembangkan kebudayaan Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa dan daerah-daerah disekitarnya melalui inovasi dalam berbagai program acaranya. Dengan menghadirkan program yang bermuatan lokal sebesar 80, Jogja TV diharapkan benar-benar mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi dan hiburan dari daerahnya sendiri.

B. Logo Jogja TV