Unit Reserse Kaitan Antara Asas Praduga Tidak Bersalah Dengan Tembak Ditempat

agar tidak terdapat aparat kepolisian yang melakukan tindakan-tindakan yang salah. 45 Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa aparat kepolisian unit reserse lebih rentan untuk menggunakan kewenangan tembak ditempat terhadap tersangka.

a. Unit Reserse

Tugas pokok Reserse Polri adalah melaksanakan penyelidikan, penyidikan dan koordinasi serta pengawasan terhadap Penyidik Pegawai Negeri Sipil PPNS berdasarkan Undang-undang No.8 Tahun 1981 dan peraturan perundangan lainnya. Unit Reserse berfungsi menyelenggarakan segala usaha, kegiatan dan pekerjaan yang berkenaan dengan pelaksanaan fungsi Reserse Kepolisian dalam rangka penyidikan tindak pidana sesuai dengan Undang-undang yang berlaku, koordinator PPNS, dan pengelolaan Pusat Informasi Kriminil PIK. 46 Setiap menjalankan tugas dan fungsinya, aparat kepolisian bidang reserse ini diwajibkan untuk bertindak sesuai dengan asas-asas yang berlaku dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Asas yang utama harus dikedepankan oleh aparat kepolisian bidang reserse antara lain : 47 1. Asas Praduga Tidak Bersalah Presumption of innocence Artinya setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau dihadapkan dimuka siding pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum yang tetap. 45 Ibid., hal.108 46 Surat Keputusan Kapolri No.Pol. : SKEP180III2006 tentang Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri Di Lapangan, hal. 134 47 Ibid.,hal.135 Universitas Sumatera Utara 2. Asas Persamaan Di Muka Umum Equality before the law Asas ini memberikan jaminan bahwa setiap orang diperlakukan sama di muka hukum tanpa membedakan ras, agama, kedudukan susila, dan kelamin. Polri dalam mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat tidak boleh memberikan pelayanan yang berbeda-beda. 3. Asas Hak Pemberian Bantuan Penasehat Hukum Legal aid assistance Artinya setiap orang yang tersangkut tindak pidana wajib diberikan kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata-mata diberikan untuk melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya, sejak saat dilakukan penangkapan dan atau penahanan. Dapat dilihat bahwa asas praduga tidak bersalah memiliki keterkaitan dalam setiap tindakan aparat kepolisian khususnya fungsi reserse yang bertugas menjalankan penyelidikan. Pada dasarnya asas praduga tidak bersalah harus diberlakukan kepada setiap tersangka yang diduga melakukan tindak kejahatan. Sampai ada putusan pengadilan yang memvonis seseorang bersalah. Tetapi untuk situasi tertentu ketika berhadapan dengan tersangka tindak kejahatan polisi diperbolehkan melakukan tembak ditempat dengan mengacu pada resolusi PBB No 34 168 tentang prinsip penggunaan senjata bagi aparat penegak hukum yaitu antara lain : a. prinsip legalitas artinya semua tindakan harus sesuai dengan hukum yang berlaku, b. prinsip Nesesitas adalah sebuah keadaan yang mengharuskan untuk melakukan suatu tindakan atau menghadapi kejadian yang tidak dapat Universitas Sumatera Utara dihindari atau dielakkan sehingga terpaksa melakukan tindakan yang membatasi kebebasan seseorang, dan c. prinsip proporsionalitas yaitu penggunaan senjata api sesuai dengan, dan berdasarkan tujuan yang dicapai dan tidak melebihi batas. Adapun prosedur teknis dimana harus ada tembakan peringatan sebanyak 3 kali yang diarahkan keatas kemudian jika tersangka melawan atau melarikan diri maka di tembak dengan tujuan untuk melumpuhkan tidak mematikan. Apabila prinsip dan prosedur tesebut tidak dilakukan maka akan masuk dalam kategori penyalahgunaan wewenang dan penggunaan kekuatan yang berlebih - lebihan sehingga sebagai bagian dari pelanggaran HAM. Posisi Polri dalam perlindungan HAM bersifat ambivalen. Di satu pihak Polri memiliki monopoli penggunaan kekuatan sehingga berpotensi rawan pelanggaran HAM. Aparat kepolisian yang bersemangat mengungkap kejahatan bisa terjatuh dalam situasi pengabaian ignore HAM karena demokrasi dan HAM merupakan dua sisi dari suatu tipe penataan masyarakat sehingga pengembangannya juga menjadi agenda pembangunan politik dan hukum di Indonesia. Karena dalam menjalankan tugasnya aparat kepolisian secara nyata melakukan pemajuan dan perlindungan terhadap HAM, maka tanpa bekerjanya aparat kepolisian perlindungan HAM hanya akan menjadi masalah akademis. 48 Secara managerial Polri dituntut dapat mengambil inisiatif untuk mengajukan perencanaan detail perlindungan terhadap korban kejahatan dan para saksi. 48 Anton Tabah. Membangun Polri…...,Op.Cit., hal. 91 Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya setiap orang yang menjadi tersangka memiliki hak untuk tidak dianggap bersalah sampai ada putusan pengadilan yang menyatakan orang tersebut bersalah atau tidak, namun dalam hal pemberlakuan tembak ditempat terhadap tersangka sesungguhnya pemberlakuan praduga tak bersalah terhadap tersangka juga bukan hak yang bersifat absolute. Hal ini dapat dibuktikan bila petugas Kepolisian Penyidik dalam melakukan penyidikan telah menemukan cukup bukti yang kuat untuk membuktikan bahwa tersangka melakukan suatu tindak pidana, dengan adanya laporan kepada Polisi, adanya keterangan saksi, serta adanya barang bukti yang didapat sesuai dengan Pasal 17 KUHAP. Asas praduga tidak bersalah memang harus dikedepankan oleh aparat kepolisian dalam melakukan tugasnya dalam hal menangkap tersangka tindak pidana. Namun adakalanya juga asas praduga itu ditiadakan bagi tersangka pelaku tindak pidana. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia huruf amenyatakan : “bahwa keamanan dalam negeri merupakan syarat utama mendukung terwujudnya masyarakat madani yang adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang – undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”. Undang –undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia huruf b menyatakan : “bahwa pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi Kepolisian yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolsian Negara Republik Indonesia selaku alat Negara dibantu oleh masyarakat dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia HAM. Universitas Sumatera Utara Kepolisian Republik Indonesia merupakan aparat penegak hukum sesuai dengan prinsip diferensiasi fungsional yang digariskan oleh Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP. Kepolisian Republik Indonesia sebagai lembaga yang ditunjuk oleh Negara dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat demi terciptanya tatanan kehidupan yang aman dan tentram diberikan juga peran atau kekuasaan untuk menangani aksi kriminal atau general policing authority in criminal mater di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. 49 Di dalam melaksanakan kekuasaankewenangan tersebut, Kepolisian Republik Indonesia berperan melakukan kontrol kriminal atau crime control dalam bentuk penyelidikan dan penyidikan atau investigasi, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan serta melakukan pelayanan sipil atau civil service harus tunduk dan taat kepada prinsip the right of due process dimana setiap tersangkaterdakwa berhak diselidiki dan disidik atas landasan sesuai dengan Hukum Acara Pidana yang telah digariskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana KUHAP. 50 Namun, tindakan pencegahan tetap diutamakan melalui pengembangan asas preventif dan asas kewajiban umum kepolisian, yaitu memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam hal ini setiap pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia memiliki kewenangan diskresi, yaitu kewenangan untuk bertindak demi kepentingan umum berdasarkan penilaian sendiri. 51 Diskresi Kepolisian merupakan kebijakan dari aparat Kepolisian untuk mengambil suatu 49 M. Yahya Harahap. 2000. Pembahasan Permasalahan dan penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta: Sinar Grafika, hal.91 50 Ibid., hal.95 51 Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Universitas Sumatera Utara tindakan yang menurut pertimbangannya adalah yang paling benar dalam mengatasi suatu keadaan, diamana tindakan tersebut tidak diatur dalam peraturan yang ada, yang terkadang menyimpang atau tidak melaksanakan sesuai ketentuan perundang-undangan, namun tindakan tersebut diambil berdasarkan fungsinya sebagai polisi. Diskresi Kepolisian tidak hanya berlaku pada aturan hukum normatif belaka, tetapi norma yang hidup di dalam masyarakat dan peristiwa hukum yang terjadi di lapangan yang sifatnya lebih pada moral bukan hukum semata. Tembak di tempat oleh aparat Kepolisian terhadap tersangka pelaku tindak pidana merupakan penerapan diskresi Kepolisian dalam pelaksanaan tugas represif dan penerapan asas kewajiban Kepolisian. Asas kewajiban Kepolisian ini memberikan keabsahan bagi tindakan kepolisian yang bersumber pada kekuasaan atau kewenangan umum. Kewajiban aparat kepolisian untuk memelihara ketertiban dan keamanan umum memungkinkan melakukan tindakan yang tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, tetapi ditujukan demi hukum yang universal. Peniadaan asas praduga tidak bersalah terhadap tersangka tindak pidana dapat dilihat dalam peraturan berikut ini : 52 1. Dasar Hukum Tindakan Tegas yang terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana a. Pasal 50 Kitab Undang –undang Hukum Pidana KUHP: “barangsiapa anggota yang melakukan perbuatan untuk melaksanakan ketentuan Undang – Undang tidak dipidana” 52 Jurnal Srigunting. Op.Cit., Universitas Sumatera Utara Hal ini tidak berarti setiap orang secara bebas, melainkan ada orang-orang tertentu yang diberikan kewajiban untuk melakukan perbuatan tertentu sesuai dengan tugas dan fungsinya. b. Pasal 51 Kitab Undang-undang Hukum Pidana KUHP : “barangsiapa anggota melakukan perbuatan untuk melaksanakan perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang, tidak dipidana” Dalam hal ini perintah yang dijalankan adalah perintah yang sah dimana perintah itu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang mencerminkan hak dan kewajiban. Dengan demikian adakalanya asas praduga tidak bersalah dikesampingkan demi hukum yang berdaya guna bagi kepentingan dan ketertiban umum, serta sesuai dengan tujuan hukum yang sebenarnya yaitu : Kepastian Hukum, Kemanfaatan Hukum, Keadilan Hukum. 2. Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia: Pasal 18 ayat 1 dan 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia: “untuk kepentingan umum pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dapat bertindak menurut penilaiannya sendiri” “pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan dalam keadaan yang sangat perlu dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan, serta kode etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia” Yang dimaksud dengan bertindak dengan penilaiannya sendiri adalah suatu tindakan yang dapat dilakukan oleh aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dalam bertindak harus mempertimbangkan manfaat serta resiko dari tindakannya dan betul-betul untuk kepentingan umum. 53 53 Penjelasan pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Universitas Sumatera Utara 3. Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian Untuk menegakkan hukum dan menciptakan keamanan serta ketertiban, maka Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak dapat dihindarkan pada penggunaan suatu tindakan yang dinamakan Tindakan represif Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian menjadi tolak ukur, standarisasi dan pertanggungjawaban hukum bagi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian ini juga sebagai acuan untuk keterbukaan penggunaan kekuatan dalam tindakan kepolisian dapat diketahui secara umum sehingga membantu Polisi Republik Indonesia dalam mengawasi pelaksanaan tugas anggotanya serta acuan untuk kehati-hatian dalam bertindak menggunakan kekuatannya sehingga terhindar dari tindakan yang berlebihan atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kesalahan prosedur akan berarti hukuman, dan juga sebaliknya, apabila tindakan kekerasan terjadi namun dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian ini, maka personil tersebut akan mendapatkan perlindungan dan bantuan hukum. 4. Protocol VII Perserikatan Bangsa-Bangsa, tanggal 27 Agustus – 2 Desember 1990 di Hanava Cuba tentang Prinsip-Prinsip Dasar Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api oleh Aparat Penegak Hukum : Universitas Sumatera Utara a. Untuk membela diri atau orang lain terhadap ancaman kematian atau luka parah yang segera terjadi. b. Untuk mencegah pelaku kejahatan melarikan diri. c. Untuk mencegah dilakukannya suatu tindakan kejahatan yang sangat serius. d. Apabila cara yang kurang ekstrim tidak cukup untuk mencapai tujuan – tujuan. 5. Resolusi PBB 34169 tanggal 7 Desember 1969 tentang Ketentuan Berperilaku atau Code of Conduct untuk Pejabat Penegak Hukum : a. Dapat diberikan wewenang untuk melakukan kekerasan apabila perlu menurut keadilan untuk mencegah kejahatan atau dalam melaksanakan penangkapan yang sah terhadap pelaku yang dicurigai sebagai pelaku kejahatan. b. Sesuai dengan asas keseimbangan antara penggunaan kekerasan dengan tujuan yang hendak dicapai. c. Pelaku kejahatan melakukan perlawanan dengan senjata api atau membahayakan jiwa orang lain. 6. Surat Keputusan Kapolri Nomor Pol. Skep No.860VII1999 tentang Penggunaan Senjata Api Secara Formal. Penggunaan senjata api dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi-fungsi tersebut diatur dengan ketat. Penggunaan senjata api digunakan untuk menghadapi bentuk-bentuk ancamanperlawanan, ancaman terhadap anggota Polri, ancaman terhadap masyarakat dengan asas penggunaan senjata api yang Universitas Sumatera Utara berpatokan pada asas legalitas atau setiap tindakan Kepolisian harus didasarkan pada ketentuanperaturan yang berlaku dan asas diskresi atau penggunaan senjata api harus mempertimbangkan manfaat dan kepentingannya serta harus ditujukan untuk terwujudnya kepastian hukum dan menjamin kepentingan umum. Tindakan tembak ditempat menjadi suatu bentuk peniadaan atau pengeyampingan asas praduga tidak bersalah, menjadi pilihan terakhir dari aparat kepolisian sebagai bentuk penerapan tindakan hukum terakhir di lapangan. Peniadaan atau pengenyampingan asas praduga tidak bersalah atau legitimasi tindakan tembak ditempat terhadap tersangka pelaku tindak pidana menjadi bentuk responsibilitas penegak hukum dalam hal ini Kepolisian Negara Republik Indonesia terhadap perkembangan yang terjadi di lapangan ketika terjadi upaya penangkapan terhadap pelaku tindak pidana. 54 Pemberian kekuasaan bagi Polisi dalam menggunakan senjata api memberikan konsekuensi serius yang mungkin terjadi ketika mereka membuat keputusan yang salah yang mengakibatkan hilangnya nyawa tanpa pemberlakuan prosedural hukum yang termuat dalam peraturan tertulis, namun dengan adanya kode etik kepolisian memungkinkan menindak aparat kepolisian ketika melakukan tindakan tembak ditempat tidak sesuai dengan prosedur dan tahapan serta asas-asas penggunaan senjata api. 55 54 Mark Blumberg dalam Thomas Barker . 1999. Police Deviaence Penyimpangan Polisi Edisi Ketiga . Jakarta: Cipta Manunggal, hal. 293 55 Ibid., hal. 293 Universitas Sumatera Utara BAB III PENGAWASAN TERHADAP TINDAKAN TEMBAK DI TEMPAT OLEH APARAT KEPOLISIAN TERHADAP TERSANGKA

A. Pengawasan Internal Terhadap Aparat Kepolisian Yang Melakukan

Dokumen yang terkait

Kajian Asas Praduga Tidak Bersalah Atau Presumption Of Innocence Terhadap Tembak Mati Di Tempat Tersangka Pelaku Tindak Pidana Terorisme

3 37 80

Kajian Yuridis Tentang Kewenangan Tembak Di Tempat Oleh Aparat Kepolisian Terhadap Tersangka Dikaitkan Dengan Asas Praduga Tidak Bersalah

3 86 106

SKRIPSI PENERAPAN ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH DALAM PROSES Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pembunuhan Di Polres Brebes.

0 1 13

PENERAPAN ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN DI POLRES BREBES Penerapan Asas Praduga Tidak Bersalah Dalam Proses Penyidikan Tindak Pidana Pembunuhan Di Polres Brebes.

0 1 22

PENERAPAN ASAS PRADUGA TIDAK BERSALAH DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA.

0 0 1

Kajian Yuridis Tentang Kewenangan Tembak Di Tempat Oleh Aparat Kepolisian Terhadap Tersangka Dikaitkan Dengan Asas Praduga Tidak Bersalah

0 0 7

Kajian Yuridis Tentang Kewenangan Tembak Di Tempat Oleh Aparat Kepolisian Terhadap Tersangka Dikaitkan Dengan Asas Praduga Tidak Bersalah

0 0 1

Kajian Yuridis Tentang Kewenangan Tembak Di Tempat Oleh Aparat Kepolisian Terhadap Tersangka Dikaitkan Dengan Asas Praduga Tidak Bersalah

0 0 36

Kajian Yuridis Tentang Kewenangan Tembak Di Tempat Oleh Aparat Kepolisian Terhadap Tersangka Dikaitkan Dengan Asas Praduga Tidak Bersalah

0 0 27

Kajian Yuridis Tentang Kewenangan Tembak Di Tempat Oleh Aparat Kepolisian Terhadap Tersangka Dikaitkan Dengan Asas Praduga Tidak Bersalah

0 0 3