BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Sejarah Retardasi Mental
Pada zaman dahulu seseorang yang menyandang retardasi mental tidak terlalu diperhatikan hak-hak azasinya dan dibiarkan terlantar tanpa ada pengasuhan.
Malah pada zaman bangsa Spartan, penderita retardasi mental dibuang ketempat yang jauh dari jamahan manusia dan mereka ditinggal begitu saja. Barulah
kemudian disadari bahwa keadaan tersebut bukanlah karena kutukan. Hanya saja pada abad pertengahan, kurang lebih sekitar abad kesepuluh dan kedua belas
penderita retardasi mental disamakan dengan dengan penderita sakit jiwa dan karena itu sikap yang diberikan adalah pengasingan dan pengusiran. Di Perancis,
pada abad ke 15 dan 16, barulah mulai ada perhatian terhadap penderita retardasi mental seperti mendapatkan perawatan khusus. Para ahli pada saat itu memberi
perhatian terhadap para penderita retardasi mental. Hal tersebut bermula dari tulisan Marie Gaspard yang berjudul Savage of Averyon. Tulisan tersebut bercerita
tentang seorang anak laki-laki yang berusia 12 tahun, ditinggalkan orangtuanya di hutan karena anak tersebut mengalami retaradasi mental. Di karenakan ia tinggal
dihutan menyebabkan ia tidak berpendidikan hingga menjadi seorang retardasi mental taraf idiot. Anak tersebut ditemukan hidup dalam hutan,dan akhirnya
dicoba memberinya pelatihan. Namun tetap saja anak tersebut berada dalam taraf idiot. Hal ini disebabkan karena lamanya ia dalam pengasuhan binatang dan
bukan manusia. Akhirnya murid Gaspard yaitu Eduard Seguin, mencurahkan hidupnya dalam mengasuh anak-anak retardasi mental dengan melatih dan
mendidik mereka dalam pelatihan motor-sensoris. Penelitian berikutnya
Universitas Sumatera Utara
berkembang sedemikian rupa seperti melakukan penelitian untuk mengukur intelegensi dsb Ibrahim,2007.
2. Definisi Retardasi Mental
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang didiagnosa sebelum usia 18 tahun dengan fungsi intelektual umum berada di bawah rata-rata. Kondisi ini
diiringi dengan terganggunya kemampuan individu untuk menguasai keterampilan yang penting untuk kehidupan sehari-hari. Anak dengan retardasi mental akan
belajar dan berkembang lebih lambat daripada anak lain yang normal. Anak dengan retardasi mental membutuhkan waktu lebih lama untuk berbicara,
berjalan, dan menjaga kebutuhan personalnya seperti, memakai pakaian dan makan. Mereka memiliki masalah belajar di sekolah, mereka akan belajar tetapi
hal itu membutuhkan waktu lebih lama dan ada beberapa hal yang tidak bisa mereka pelajari American Psychiatric Association, 2000.
Adapun ciri-ciri retardasi mental Hanson Aller dalam Mangunsong,2009:
Bergerak pelan sekali dan berjalan lebih lambat daripada yang lain
Belajar bicara lebih lambat, memiliki masalah bicara
Sulit mengingat sesuatu
Tidak mengerti bagaimana membayar sesuatu
Sulit mengerti peraturan sosial
Sulit mengerti akibat tindakannya
Sulit memecahkan masalah
Sulit berpikir logis Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa retardasi mental
adalah suatu kondisi yang didiagnosa sebelum usia 18 tahun dengan fungsi
Universitas Sumatera Utara
intelektual umum berada di bawah rata-rata, yang diiringi dengan terganggunya kemampuan individu untuk menguasai keterampilan yang penting untuk
kehidupan sehari-hari. Adapun ciri-ciri retardasi mental antara lain adalah berjalan lebih lambat daripada yang lain, memiliki masalah bicara, sulit mengingat sesuatu,
sulit mengerti peraturan sosial, sulit mengerti akibat tindakannya, sulit memecahkan masalah, serta sulit berpikir logis.
3. Karakteristik Retardasi Mental