3. Mekanisme Pengawasan Perda PDRD yang sudah ditetapkan

59 oleh Gubernur memang beda dengan hasil koordinasi yang dilakukan dengan Menteri keuangan

A. 3. Mekanisme Pengawasan Perda PDRD yang sudah ditetapkan

Dalam jangka waktu 7 tujuh hari kerja setelah Perda PDRD ditetapkan, maka GubernurBupatiWalikota mengirimkan Perda tersebut ke Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri untuk dievaluasi kembali atau untuk diklarifikasi. Apabila Perda tersebut setelah dievaluasi kembali ternyata tidak mengikuti evaluasi dan melanggar ketentuan UU No.28 Tahun 2009, kepentingan umum dan peraturan perundang undangan yang lebih tinggi, maka Menteri keuangan dapat mengajukan rekomendasi pembatalan terhadap Perda PDRD dimaksud dalam jangka waktu paling lambat 20 dua puluh hari kerja sejak diterimanya Perda dimaksud, kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri. Berdasarkan rekomendasi pembatalan Perda PDRD yang diajukan oleh Menteri Keuangan, maka Menteri Dalam Negeri mengajukan permohonan pembatalan Perda PDRD kepada Presiden. Keputusan pembatalan Perda PDRD tersebut ditetapkan dengan Peraturan Presiden yang dikeluarkan dalam jangka waktu paling lama 60 enam puluh hari kerja sejak diterimanya Perda PDRD tersebut. Peraturan Presiden tersebut disampaikan ke Gubernur untuk Perda PDRD Provinsi atau ke BupatiWalikota untuk Perda PDRD KabKota dan dalam jangka waktu paling lama 7 tujuh hari kerja setelah Peraturan Presiden tentang pembatalan Perda PDRD tersebut dikeluarkan, Kepala Daerah harus memberhentikan pelaksanaan Peraturan Daerah dan selanjutnya bersama DPRD ProvinsiKabKota yang bersangkutan mencabut Perda dimaksud. Apabila ProvinsiKabKota tidak dapat menerima keputusan pembatalan Perda PDRD dengan alasan alasan yang dapat dibenarkan oleh peraturan perundang undangan, maka Kepala Daerah dapat mengajukan keberatan atas pembatalan Perda tersebut ke Mahkamah Agung,.dan jika keberatan tersebut dikabulkan sebagian atau seluruhnya, maka putusan Mahkamah Agung tersebut menyatakan Putusan Presiden 60 menjadi batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum. Oleh karena itu Perda yang sudah dibatalkan dengan Peraturan Presiden tetap berjalan. Sebaliknya apabila keberatan tersebut ditolak oleh Mahkamah Agung, maka Perda tersebut harus dicabut. Adapun mekanisme pengawasan terhadap evaluasi Perda PDRD ProvinsiKabKota tergambar dalam Tabel sebagai berikut : Tabel IX Mekanisme Pengawasan Perda PDRD ProvinsiKabKota Menurut UU No.282009 Dalam melakukan evaluasi atau klarifikasi terhadap Perda PDRD yang disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri, tidak disebutkan secara eksplisit dalam UU No.28 Tahun 2009 siapa yang mengevaluasi Perda tersebut. Namun mengingat yang mengajukan rekomendasi pembatalan perda PDRD adalah Menteri Keuangan, maka seyogyanya yang mengevaluasi Perda tersebut adalah Menteri Keuangan. Pada kenyataannya, Menteri Dalam Negeri juga melakukan evaluasi terhadap perda tersebut dalam bentuk klarifikasi, sehingga hasil klarifikasi yang disampaikan Menteri Dalam Negeri ke Daerah kadang tidak sinkron atau berbeda dengan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Menteri Keuangan. 61 Bisa saja menurut hasil klarifikasi Menteri Dalam Negeri, perda tersebut bertentangan dengan peraturan perundang undangan, sementara menurut hasil evaluasi yang dilakukan oleh Menteri Keuangan sudah sejalan dengan peraturan perundang undangan. Perbedaan ini pada umumnya terjadi pada Perda retribusi KabKota, karena evaluasi Perda tersebut juga didasarkan pada peraturan sektoralnya yang dapat menimbulkan beda persepsi antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan dalam memahaminya. Selain itu, perbedaan ini juga dikarenakan Perda KabKota tersebut tidak dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri, tetapi oleh Gubernur berkoordinasi dengan Menteri Keuangan, sehingga memungkinkan terjadinya perbedaan persepsi antara Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri terkait hasil evaluasi Perda dimaksud. Perbedaan ini juga terkadang menimbulkan kebingungan bagi Daerah dalam menyikapinya. Apakah mengikuti evaluasi yang dilakukan oleh Menteri Keuangan atau mengikuti klarifikasi yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri, sehinnga Daerah ragu akan menerapkan Perda tersebut karena takut melanggar peraturan perundang undangan. Oleh karena itu, perlu adanya bentuk kerja sama atau koordinasi antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan terkait klarifikasi yang disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri ke Daerah dan hasil evaluasi yang dilakukan oleh Menteri Keuangan, agar terjadi penyamaan persepsi dalam menyikapi perbedaan penafsiran atas hasil evaluasi Perda tersebut

A. 4. Muatan Muatan yang di Evaluasi dalam Raperda PDRD