23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Bahan dan Peralatan
3.2.1 Bahan-Bahan 3.2.1.1 Bahan Baku
Bahan baku dalam percobaan ini adalah limbah cair industri tahu yang dihasilkan dari proses penggumpalan pada proses pembuatan tahu. Limbah cair
diambil adalah limbah cair tahu yang mewakili dari salah satu industri tahu yang ada di Medan yaitu daerah sari rejo dan termasuk salah satu limbah cair yang
berat untuk industri tahu dan dibawa ke laboratorium.
3.2.1.2 Bahan Koagulan
Bahan koagulan yang digunakan dalam percobaan ini adalah serbuk biji kelor. Untuk membuat koagulan serbuk biji kelor, digunakan buah kelor yang
sudah matang atau tua dan kering secara alami di pohonnya lalu diambil bijinya dan dipisahkan dari daging buahnya.
Biji kelor tersebut dibersihkan lalu di blender hingga menjadi serbuk dan diayak 70 mesh lalu dikeringkan dalam oven panas pada suhu di atas 105
o
C untuk menghomogenkan kadar airnya hingga konstan yaitu penurunan 5 , 7 ,
9 dari kadar air awal serbuk biji kelor. Serbuk biji kelor selanjutnya sudah siap digunakan sebagai koagulan.
Gambar 3.1 Biji Kelor sesudah Dikupas Kulitnya
Universitas Sumatera Utara
24
3.2.1.3 Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam percobaan ini adalah bahan- bahan yang digunakan dalam penentuan harga COD yaitu : K
2
CrO
7
, H
2
SO
4
, Ag
2
SO
4
, FeSO
4
.7H
2
O dan phenanthicline monohydrate.
3.2.2 Alat
Alat- alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Mixer
2. Magnetic stirrer 3. pH indikator
4. Spektrofotometer 5. Neraca analitik
6. Turbidimeter 7. Stop watch
8. Oven 9. Beaker glass 500 ml dan 1000 ml
10. Gelas ukur 10, 50, dan 100 ml 11. Erlenmeyer 250 ml
12. Kertas saring Whatman 13. Blender
14. Ayakan mesh 70 15. Corong gelas
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Prosedur Perlakuan Pengambilan Sampel
1. Diambil limbah cair tahu sebanyak 5
5 liter 2. Limbah cair dimasukkan ke dalam wadah
3. Limbah cair disimpan di dalam lemari es
3.3.2 Prosedur Perlakuan Biji Kelor
1. Diambil biji kelor yang sudah tua secukupnya 2. Kemudian dikupas kulitnya
3. Biji kelor yang sudah dikupas kulitnya dihaluskan dengan blender
Universitas Sumatera Utara
25 4. Serbuk biji kelor diayak dengan ayakan 70 mesh
5. Kemudian serbuk biji kelor ukuran 70 mesh disimpan di dalam wadah pada suhu ruangan 28
– 30
o
C.
3.3.3 Prosedur Perlakuan Biji Kelor untuk Menentukan Kadar Air
1. Serbuk biji kelor ukuran 70 mesh ditimbang dan dicatat massa mula- mulanya.
2. Kemudian serbuk biji kelor dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C dengan interval waktu 10 menit sampai konstan dan dicatat massanya pada
masing-masing interval. 3. Kemudian dihitung kadar awal biji kelor dengan rumus
Kadar air = 100
1 2
1
m m
m Keterangan :
m
1
= massa bahan mula-mula sebelum dikeringkan m
2
= massa bahan sesudah dikeringkan pada saat konstan 4. Kemudian dikeringkan kembali didalam oven hingga kadar air berkurang
sebanyak 5 , 7 , 9 dari kadar air awal serbuk biji kelor.
3.3.4 Prosedur Pengaruh Dosis, Lama Pengendaan dan Ukuran Partikel
Koagulan Serbuk Biji Kelor terhadap Persentase Penurunan Turbiditas, TSS dan COD
1. Beaker gelas masing-masing diisi dengan sampel limbah cair industri tahu sebanyak 200 ml
2. Diukur pH, turbiditas, TSS, dan COD awal limbah cair industri tahu 3. Kemudian koagulan serbuk biji kelor dengan penurunan kadar air 5, 7,
9 dan ukuran partikel 70 mesh ditambahkan ke dalam beaker masing- masing sebanyak 2000, 3000, 4000, 5000, 6000 dan 7000 mg 200 ml
limbah cair industri tahu 4. Sampel kemudian diaduk cepat selama 3 menit 300 rpm dan diikuti
dengan pengadukan lambat selama 12 menit 80 rpm 5. Setelah pengadukan, diendapkan selama 50, 60, 70 dan 80 menit
Universitas Sumatera Utara
26 6. Setelah pengendapan, hasil diambil dan dilakukan pengukuran pH,
Turbiditas, TSS dan COD dari masing-masing sampel
3.3.5 Prosedur Pengukuran Turbiditas
1. Sampel dimasukkan ke dalam botol turbidimeter dan diusahakan tidak ada
gelembung udara 2. Kemudian botol tersebut ditempatkan pada tempat pengukuran
3. Dibaca nilai kekeruhan yang muncul pada alat
Penyisihan turbiditas dapat dihitung dengan persamaan berikut :
100 x
A B
A Turbiditas
Penyisihan
Keterangan : A = Turbiditas awal FAU
B = Turbiditas akhir FAU
3.3.6 Prosedur Pengukuran Total Solid Suspended TSS
1. Disiapkan kertas saring 2. Kertas saring dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 °C selama 1 jam
3. Kertas saring dimasukkan ke dalam desikator selama 15 hingga 30 menit 4. Kertas saring ditimbang menggunakan neraca analitik dan dicatat hasilnya
5. Diletakkan kertas saring pada corong di atas erlenmeyer 6. Diambil 100 ml sampel limbah cair tahu kemudian disaring
7. Kertas saring dibilas menggunakan 5 ml aquadest 8. Kertas saring dan residu dimasukkann ke dalam oven pada suhu 105
o
C selama 1 jam
9. Kertas saring dan residu ditimbang dan dicatat hasilnya 10. Diukur kadar TSS nya
Kadar zat padat tersuspensi dapat dihitung dengan persamaan berikut :
C x
B A
L mg
TSS 1000
Keterangan : A = Berat kertas saring dan residu sesudah pemanasan 105
o
C mg B = Berat kertas saring sesudah pemanasan 105
o
C mg
Universitas Sumatera Utara
27 C = Volume sampel ml
3.3.7 Prosedur Pengukuran Chemical Oxygen Demand COD
1. Pembuatan Larutan Pereaksi a. Pembuatan Standar Primer K
2
CrO
7
0,1 N Larutkan 4,903 gram K
2
CrO
7
AR dalam labu ukur hingga volumenya 1 L dengan aquadest.
b. Asam Sulfat, AR. c. Larutan Ag
2
SO
4
1,25 Dengan hati-hati larutkan 12,5 gr Ag
2
SO
4
menjadi 1 liter dengan H
2
SO
4
50 pada saat campuran asam sulfat tersebut masih hangat. d. Ferro-1 : 10 phenanthicline indikator
Larutkan 0,695 gram FeSO
4
.7H
2
O di dalam 100 ml aquadest, tambahkan 1,485 gr 1:10 phenanthicline mono hydrate, kocok dan
biarkan 2 hari agar melarut semua. e. Ferro sulfat 0,1 N
Larutkan 27,8 g FeSO
4
.7H
2
O di dalam ± 500 ml aquadest, tambahkan 25 ml H
2
SO
4
pekat, kocok, dinginkan dan tepatkan 1 liter dengan aquadest. Larutan ini harus disimpan dalam botol berwarna dan
ditempat gelap. Jika larutan ini disimpan terlalu lama, ada kecenderungan untuk teroksidasi menjadi ferri sulfat. Oleh karena itu
setiap melakukan penetapan COD, larutan ini harus distandarisasi dengan K
2
CrO
7
.
2. Prosedur Analisa COD a. Pipet 25 ml K
2
CrO
7
0,1 N ke dalam labu destilasi 500 ml b. Perlahan-lahan melalui buret ditambahkan 30 ml H
2
SO
4
pekat sambil digoyang-goyang
c. Pada saat campuran masih agak panas, perlahan-lahan melalui pipet berskala ditambahkan sejumlah tertentu contoh air limbah sambil
terus digoyang hingga warna berubah dari orange kemerahan menjadi orange kehijauan. Perubahan warna diamati dengan membandingkan
terhadap blanko
Universitas Sumatera Utara
28 d. Tambahkan sejumlah asam sulfat pekat yang setara dengan volume
contoh dikali 1,2 e. Kemudian tambahkan 10 ml Ag
2
SO
4
1,25 dan beberapa butir batu reflux dilakukan selama 2 jam minimum
f. Dinginkan ± ½ jam dan bilasi kondensor dengan aquadest. Campurkan pembilas ke dalam labu destilasi, dinginkan dengan air mengalir
g. Sebelum titrasi, tambahkan aquadest hingga volumenya menjadi kira- kira 4 kali volume semula. Tambahkan 5-6 tetes indikator
phenanthrolin h. Titrasi dengan ferro sulfat 0,1 N hingga warna menjadi cokelat
kemerahan titik akhir. Titik ekuivalen ini cukup tajam, kerjakan titrasi blanko.
3. Perhitungan :
L mg
contoh volume
x C
b a
L mg
COD 8000
Keterangan : a = ml FeSO
4
0,1 N untuk titrasi blanko b = ml FeSO
4
0,1 N untuk titrasi contoh c = normalitas FeSO
4
0,1 N
3.4 Flowchart Penelitian
3.4.1 Perlakuan Pengambilan Sampel
Gambar 3.2 Flowchart Perlakuan Pengambilan Sampel Mulai
Diambil limbah cair tahu sebanyak 5
5 liter
Limbah cair dimasukkan ke dalam wadah
Limbah cair disimpan di dalam lemari es
Selesai
Universitas Sumatera Utara
29
3.4.2 Perlakuan Biji Kelor
Gambar 3.3 Flowchart Perlakuan Biji Kelor Mulai
Diambil biji kelor yang sudah tua secukupnya
Biji kelor dikupas kulitnya
Biji kelor dihaluskan dengan blender
Selesai Serbuk biji kelor diayak dengan ayakan
70 mesh
Serbuk biji kelor ukuran 70 mesh disimpan di dalam wadah pada suhu ruangan 28-30
o
C
Universitas Sumatera Utara
30
3.4.3 Perlakuan Biji Kelor untuk Menentukan Kadar Air
Gambar 3.4 Flowchart Perlakuan Perlakuan Biji Kelor untuk Menentukan Kadar
Air
Ya
Tidak Mulai
Serbuk biji kelor ukuran 70 mesh ditimbang dan dicatat massa mula-mulanya
Serbuk biji kelor dikeringkan dalam oven pada suhu 105
o
C dengan interval waktu 10 menit sampai konstan dan dicatat massanya pada masing-masing interval
Dikeringkan kembali di dalam oven hingga kadar air berkurang 5 , 7 , 9 dari kadar awalnya
Selesai Apakah masih
ada variasi lain?
Dihitung kadar awal biji kelor
Universitas Sumatera Utara
31
3.4.4 Pengaruh Kadar Air, Dosis, dan Lama Pengendaan Koagulan Serbuk Biji Kelor terhadap Persentase Penurunan Turbiditas, TSS dan COD
Gambar 3.5 Flowchart Pengaruh Kadar air, Dosis, dan Lama Pengendapan Koagulan Serbuk Biji Kelor terhadap Persentase Penurunan Turbiditas, TSS dan
COD Selesai
Apakah masih ada variasi lain?
Tidak Ya
Mulai
Diukur pH, Turbiditas, TSS, dan COD awal limbah cair industri tahu Beaker gelas masing-masing diisi dengan sampel limbah cair industri
tahu sebanyak 200 ml
Setelah pengadukan, diendapkan selama 50, 60, 70 dan 80 menit
Setelah pengendapan, hasil diambil dan dilakukan pengukuran pH, Turbiditas, TSS dan COD dari masing-masing sampel
Sampel kemudian diaduk cepat selama 3 menit 300 rpm dan diikuti dengan pengadukan lambat selama 12 menit 80 rpm
Koagulan serbuk biji kelor dengan ukuran partikel 70 mesh ditambahkan ke dalam beaker sebanyak masing-
masing 2000, 3000, 4000, 5000 dan 6000 mg 200 ml limbah cair industri tahu
Universitas Sumatera Utara
32
3.4.5 Pengukuran
Total Solid Suspended TSS
Gambar 3.6 Flowchart Pengukuran TSS Mulai
Kertas saring dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105 °C selama 1 jam
Kertas saring dimasukkan ke dalam desikator selama 15 hingga 30 menit
Kertas saring ditimbang menggunakan neraca analitik dan dicatat hasilnya
Selesai Diletakkan kertas saring pada corong di atas erlenmeyer
Diambil 100 ml sampel limbah cair tahu kemudian disaring
Kertas saring dibilas menggunakan 5 ml aquadest
Kertas saring dan residu dimasukkann ke dalam oven pada suhu 105
o
C selama 1 jam
Kertas saring dan residu ditimbang dan dicatat hasilnya
Dihitung kadar TSS
Universitas Sumatera Utara
33
3.4.6 Pengukuran
Chemical Oxygen Demand COD
Mulai
Pipet 25 ml K
2
CrO
7
0,1 N ke dalam labu destilasi 500 ml
Campurkan pembilas ke dalam labu destilasi dan dinginkan dengan air mengalir.
Dinginkan selama ± ½ jam dan bilas kondensor dengan aquadest
Ditambahkan aquadest hingga volumenya menjadi 4 kali volume semula
Perlahan-lahan ditambahkan 30 ml H
2
SO
4
pekat sambil digoyang
Pada saat campuran masih agak panas, perlahan-lahan tambahkan sejumlah tertentu limbah cair tahu sambil terus digoyang
Apakah terjadi perubahan warna?
Ditambahkan sejumlah asam sulfat pekat yang setara dengan volume contoh dikali 1,2
Ditambahkan 10 ml Ag
2
SO
4
1,25 dan beberapa butir batu reflux selama 2 jam
Ya Tidak
A
Universitas Sumatera Utara
34 Gambar 3.7 Flowchart Pengukuran COD
Selesai A
Ditambahkan 5-6 tetes indikator phenanthrolin
Dtitrasi dengan ferro sulfat 0,1 N
Apakah terjadi perubahan warna?
Ya Tidak
Dihitung kadar COD
Universitas Sumatera Utara
35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
4.1.1 Data Awal Limbah Cair Industri Tahu
Tabel 4.1 Data Awal Limbah Cair Industri Tahu No
Parameter Jumlah
Satuan 1
Turbiditas 350
FAU 2
TSS 3100
mgl 3
COD 6785
mgl 4
pH 4
-
4.1.2 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5
Tabel 4.2 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5
Lama Pengendapan menit
Dosis Koagulan mg200 ml
Turbiditas Akhir FAU
Penurunan Turbiditas
50 2000
148 57,71
3000 148
57,71 4000
139 60,29
5000 121
65,43 6000
121 65,43
7000 121
65,43
60 2000
236 32,57
3000 103
70,57 4000
62 82,29
5000 88
74,86 6000
88 74,86
7000 88
74,86
70 2000
85 75,71
3000 67
80,86 4000
53 84,86
5000 61
82,57 6000
61 82,57
7000 61
82,57
80 2000
105 70,00
3000 87
75,14 4000
75 78,57
5000 83
76,29 6000
83 76,29
7000 83
76,29
Universitas Sumatera Utara
36 Data Kekeruhan Limbah Awal = 350 FAU
Ukuran Partikel Serbuk Biji Kelor = 70 mesh pH Akhir = 4
4.1.3 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7
Tabel 4.3 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7
Lama Pengendapan menit
Dosis Koagulan mg200 ml
Turbiditas Akhir FAU
Penurunan Turbiditas
50 2000
97 72,29
3000 77
78,00 4000
83 76,29
5000 62
82,29 6000
62 82,29
7000 62
82,29
60 2000
104 70,29
3000 87
75,14 4000
83 76,29
5000 79
77,43 6000
79 77,43
7000 79
77,43
70 2000
113 67,71
3000 100
71,43 4000
104 70,29
5000 68
80,57 6000
68 80,57
7000 68
80,57
80 2000
135 61,43
3000 103
70,57 4000
120 65,71
5000 73
79,14 6000
73 79,14
7000 73
79,14 Data Kekeruhan Limbah Awal = 350 FAU
Ukuran Partikel Serbuk Biji Kelor = 70 mesh pH Akhir = 4
Universitas Sumatera Utara
37
4.1.4 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9
Tabel 4.4 Data Pengukuran Penurunan Turbiditas Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9
Lama Pengendapan menit
Dosis Koagulan mg200 ml
Turbiditas Akhir FAU
Penurunan Turbiditas
50 2000
71 79,71
3000 97
72,29 4000
70 80,00
5000 61
82,57 6000
61 82,57
7000 61
82,57
60 2000
113 67,71
3000 85
75,71 4000
56 84,00
5000 64
81,71 6000
64 81,71
7000 64
81,71
70 2000
188 46,29
3000 222
36,57 4000
117 66,57
5000 90
74,29 6000
90 74,29
7000 90
74,29
80 2000
195 44,29
3000 229
34,57 4000
100 71,43
5000 98
72,00 6000
98 72,00
7000 98
72,00 Data Kekeruhan Limbah Awal = 350 FAU
Ukuran Partikel Serbuk Biji Kelor = 70 mesh pH Akhir = 4
Universitas Sumatera Utara
38
4.1.5 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5
Tabel 4.5 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5
Lama Pengendapan menit
Dosis Koagulan mg200 ml
TSS akhir mgl
Penurunan TSS
50 2000
1000 67,74
3000 600
80,65 4000
600 80,65
5000 400
87,10 6000
400 87,10
7000 400
87,10
60 2000
1100 64,52
3000 800
74,19 4000
100 96,77
5000 400
87,10 6000
400 87,10
7000 400
87,10
70 2000
600 80,65
3000 400
87,10 4000
200 93,55
5000 300
90,32 6000
300 90,32
7000 300
90,32
80 2000
600 80,65
3000 500
83,87 4000
200 93,55
5000 400
87,10 6000
400 87,10
7000 400
87,10 Data TSS Limbah Awal = 3100 mgl
Ukuran partikel serbuk biji kelor = 70 mesh pH Akhir = 4
Universitas Sumatera Utara
39
4.1.6 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7
Tabel 4.6 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7
Lama Pengendapan menit
Dosis Koagulan mg200 ml
TSS akhir mgl
Penurunan TSS
50 2000
600 80,65
3000 600
80,65 4000
200 93,55
5000 400
87,10 6000
400 87,10
7000 400
87,10
60 2000
600 80,65
3000 400
87,10 4000
500 83,87
5000 300
90,32 6000
300 90,32
7000 300
90,32
70 2000
700 77,42
3000 600
80,65 4000
500 83,87
5000 400
87,10 6000
400 87,10
7000 400
87,10
80 2000
800 74,19
3000 600
80,65 4000
600 80,65
5000 500
83,87 6000
500 83,87
7000 500
83,87 Data TSS Limbah Awal = 3100 mgl
Ukuran partikel serbuk biji kelor = 70 mesh pH Akhir = 4
Universitas Sumatera Utara
40
4.1.7 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9
Tabel 4.7 Data Pengukuran Penurunan TSS Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9
Lama Pengendapan menit
Dosis Koagulan mg200 ml
TSS akhir mgl
Penurunan TSS
50 2000
1000 67,74
3000 1200
61,29 4000
600 80,65
5000 500
83,87 6000
500 83,87
7000 500
83,87
60 2000
900 70,97
3000 800
74,19 4000
600 80,65
5000 700
77,42 6000
700 77,42
7000 700
77,42
70 2000
600 80,65
3000 700
77,42 4000
500 83,87
5000 400
87,10 6000
400 87,10
7000 400
87,10
80 2000
700 77,42
3000 700
77,42 4000
600 80,65
5000 500
83,87 6000
500 83,87
7000 500
83,87 Data TSS Limbah Awal = 3100 mgl
Ukuran partikel serbuk biji kelor = 70 mesh pH Akhir = 4
Universitas Sumatera Utara
41
4.1.8 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5
Tabel 4.8 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 5
Lama Pengendapan menit
Dosis Koagulan mg200 ml
COD akhir mgl
Penurunan COD
50 2000
4086 39,78
3000 3266
51,86 4000
3266 51,86
5000 1548
77,18 6000
1548 77,18
7000 1548
77,18
60 2000
4258 37,24
3000 4116
39,34 4000
2524 62,80
5000 2744
59,56 6000
2744 59,56
7000 2744
59,56
70 2000
4107 39,47
3000 3814
43,79 4000
2652 60,91
5000 2914
57,05 6000
2914 57,05
7000 2914
57,05
80 2000
4321 36,32
3000 3850
43,26 4000
2786 58,94
5000 2998
55,81 6000
2998 55,81
7000 2998
55,81 Data COD Limbah Awal = 6785 mgl
Ukuran partikel serbuk biji kelor = 70 mesh pH Akhir = 4
Universitas Sumatera Utara
42
4.1.9 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7
Tabel 4.9 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 7
Lama Pengendapan menit
Dosis Koagulan mg200 ml
COD akhir mgl
Penurunan COD
50 2000
4303 36,58
3000 3452
49,12 4000
4090 39,72
5000 2831
58,28 6000
2831 58,28
7000 2831
58,28
60 2000
4216 37,86
3000 3627
46,54 4000
3016 55,55
5000 2493
63,26 6000
2493 63,26
7000 2493
63,26
70 2000
4349 35,90
3000 2956
56,43 4000
3145 53,65
5000 2814
58,53 6000
2814 58,53
7000 2814
58,53
80 2000
4348 35,92
3000 2989
55,95 4000
3434 49,39
5000 2840
58,14 6000
2840 58,14
7000 2840
58,14 Data COD Limbah Awal = 6785 mgl
Ukuran partikel serbuk biji kelor = 70 mesh pH Akhir = 4
Universitas Sumatera Utara
43
4.1.10 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9
Tabel 4.10 Data Pengukuran Penurunan COD Limbah Industri Tahu Terhadap Lama Pengendapan Untuk Penurunan Kadar Air 9
Lama Pengendapan menit
Dosis Koagulan mg200 ml
COD akhir mgl
Penurunan COD
50 2000
3556 47,59
3000 4008
40,93 4000
2831 58,28
5000 2573
62,08 6000
2573 62,08
7000 2573
62,08
60 2000
4362 35,71
3000 2970
56,23 4000
2436 64,10
5000 2436
64,10 6000
2436 64,10
7000 2602
61,65
70 2000
2566 62,18
3000 2817
58,48 4000
2370 65,07
5000 2276
66,46 6000
2276 66,46
7000 2276
66,46
80 2000
2978 56,11
3000 2980
56,08 4000
2421 64,32
5000 2368
65,10 6000
2368 65,10
7000 2368
65,10 Data COD Limbah Awal = 6785 mgl
Ukuran partikel serbuk biji kelor = 70 mesh pH Akhir = 4
Universitas Sumatera Utara
44
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan Turbiditas
Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.1 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan
Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.1 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 5 dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan
turbiditas pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai
5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg. Penurunan turbiditas tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji
kelor 4000 mg200 ml limbah cair industri tahu pada waktu pengendapan 70 menit sebesar 82,57 , dengan ukuran partikel 70 mesh dan pH limbah cair
industri tahu adalah 4. Pada penelitian terdahulu oleh [24], menggunakan partikel biji kelor untuk
menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 , TDS sebesar 78,28 dan TSS sebsar 72,13 dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan
4-5 jam dan penurunan pH 7,63 dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000 dan 5000 mgL.
Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam
proses penjernihan limbah cair tahu daripada penjernihan air dengan dosis
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 3000
4000 5000
6000 7000
P en
u ru
n an
T u
rb id
itas
Dosis Koagulan mg200 ml
50 menit 60 menit
70 menit 80 menit
Universitas Sumatera Utara
45 koagulan yang sama tetapi ukuran partikel dan waktu pengendapan berbeda. Dari
perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan turbiditas limbah cair.
Berdasarkan teori, dosis koagulan sangat berpengaruh terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu karena dengan memberikan dosis yang tepat
maka penyisihan turbiditas sampel akan semakin signifikan. Menurut [33] suatu koagulan dikatakan efektif, apabila mampu mengurangi nilai turbiditas sebesar 50
sehingga koagulan serbuk biji kelor ini merupakan koagulan yang efektif untuk menurunkan turbiditas limbah cair industri tahu.
4.2.2 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan Turbiditas
Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan
Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.2 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 7 dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan
turbiditas pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.2 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai
5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg. Penurunan turbiditas tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji
kelor 5000 mg200 ml limbah cair industri tahu pada waktu pengendapan 50
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 3000
4000 5000
6000 7000
P en
u ru
n an
T u
rb id
itas
Dosis Koagulan mg200 ml
50 menit 60 menit
70 menit 80 menit
Universitas Sumatera Utara
46 menit sebesar 82,29 , dengan ukuran partikel 70 mesh dan pH limbah cair
industri tahu adalah 4. Pada penelitian terdahulu oleh [24], menggunakan partikel biji kelor untuk
menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 , TDS sebesar 78,28 dan TSS sebsar 72,13 dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan
4-5 jam dan penurunan pH 7,63 dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000 dan 5000 mgL.
Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam
proses penjernihan limbah cair tahu daripada penjernihan air dengan dosis koagulan yang sama tetapi ukuran partikel dan waktu pengendapan berbeda. Dari
perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan turbiditas limbah cair.
Berdasarkan teori, dosis koagulan sangat berpengaruh terhadap penyisihan turbiditas limbah cair industri tahu karena dengan memberikan dosis yang tepat
maka penyisihan turbiditas sampel akan semakin signifikan. Menurut [33] suatu koagulan dikatakan efektif, apabila mampu mengurangi nilai turbiditas sebesar 50
sehingga koagulan serbuk biji kelor ini merupakan koagulan yang efektif untuk menurunkan turbiditas limbah cair industri tahu.
Universitas Sumatera Utara
47
4.2.3 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan
Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan
Turbiditas Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.3 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 9 dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan
turbiditas pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.3 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai
5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg. Penurunan turbiditas tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji
kelor 4000 mg200 ml limbah cair industri tahu pada waktu pengendapan 60 menit sebesar 84 , dengan ukuran partikel 70 mesh dan pH limbah cair industri
tahu adalah 4. Pada penelitian terdahulu oleh [24], menggunakan partikel biji kelor untuk
menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 , TDS sebesar 78,28 dan TSS sebsar 72,13 dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan
4-5 jam dan penurunan pH 7,63 dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000 dan 5000 mgL.
Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam
proses penjernihan limbah cair tahu daripada penjernihan air dengan dosis koagulan yang sama tetapi ukuran partikel dan waktu pengendapan berbeda. Dari
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 3000
4000 5000
6000 7000
P en
u ru
n an
T u
rb id
itas
Dosis Koagulan mg200 ml
50 menit 60 menit
70 menit 80 menit
Universitas Sumatera Utara
48 perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan
sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan turbiditas limbah cair. Berdasarkan teori, dosis koagulan sangat berpengaruh terhadap penyisihan
turbiditas limbah cair industri tahu karena dengan memberikan dosis yang tepat maka penyisihan turbiditas sampel akan semakin signifikan. Menurut [33] suatu
koagulan dikatakan efektif, apabila mampu mengurangi nilai turbiditas sebesar 50 sehingga koagulan serbuk biji kelor ini merupakan koagulan yang efektif untuk
menurunkan turbiditas limbah cair industri tahu.
4.2.4 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Persentase Penurunan
TSS Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan
TSS Limbah Cair Industri Tahu Gambar 4.4 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk
penurunan kadar air 5 dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan TSS pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.4 terlihat bahwa grafik
cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg.
Penurunan TSS tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji kelor 4000 mg200 ml limbah cair industri tahu dengan waktu pengendapan 60 menit
dengan penurunan sebesar 96,77 dengan ukuran 70 mesh. Berdasarkan teori yang ada, semakin besar konsentrasi koagulan yang
digunakan maka semakin besar juga jumlah partikel bahan tersuspensi TSS yang
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 3000
4000 5000
6000 7000
P en
u ru
n an
T S
S
Dosis Koagulan mg200 ml
50 menit 60 menit
70 menit 80 menit
Universitas Sumatera Utara
49 tersisihkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [28] bahwa
penghilangan flok berupa turbiditas dan TSS dari media cair bergantung pada jenis dan jumlah suspensi koloid, pH, komposisi kimia cairan dan jenis koagulan.
Pada penelitian terdahulu oleh [24], menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 , TDS sebesar 78,28
dan TSS sebsar 72,13 dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan 4-5 jam dan penurunan pH 7,63 dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000
dan 5000 mgL. Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu
yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam proses penjernihan limbah cair tahu daripada penjernihan air dengan dosis
koagulan yang sama tetapi ukuran partikel dan waktu pengendapan berbeda. Dari perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan
sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan TSS limbah cair.
4.2.5 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Persentase Penurunan
TSS Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan
TSS Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.5 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 7 dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan
TSS pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.5 terlihat bahwa grafik
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 3000
4000 5000
6000 7000
P en
u ru
n an
T S
S
Dosis Koagulan mg200 ml
50 menit 60 menit
70 menit 80 menit
Universitas Sumatera Utara
50 cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg
dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg. Penurunan TSS tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji kelor
4000 mg200 ml limbah cair industri tahu dengan waktu pengendapan 50 menit dengan penurunan sebesar 93,55 dengan ukuran 70 mesh.
Berdasarkan teori yang ada, semakin besar konsentrasi koagulan yang digunakan maka semakin besar juga jumlah partikel bahan tersuspensi TSS yang
tersisihkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [28] bahwa penghilangan flok berupa turbiditas dan TSS dari media cair bergantung pada
jenis dan jumlah suspensi koloid, pH, komposisi kimia cairan dan jenis koagulan. Pada penelitian terdahulu oleh [24] menggunakan partikel biji kelor untuk
menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 , TDS sebesar 78,28 dan TSS sebsar 72,13 dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan
4-5 jam dan penurunan pH 7,63 dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000 dan 5000 mgL.
Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam
proses penjernihan limbah cair tahu daripada penjernihan air dengan dosis koagulan yang sama tetapi ukuran partikel dan waktu pengendapan berbeda. Dari
perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan TSS limbah cair.
Universitas Sumatera Utara
51
4.2.6 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Persentase Penurunan
TSS Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 dengan Ukuran 70 Mesh terhadap Penurunan
TSS Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.6 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 9 dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan
TSS pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.6 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg
dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg. Penurunan TSS tertinggi diperoleh pada dosis koagulan serbuk biji kelor
5000 mg200 ml limbah cair industri tahu dengan waktu pengendapan 70 menit dengan penurunan sebesar 87,1 dengan ukuran 70 mesh.
Berdasarkan teori yang ada, semakin besar konsentrasi koagulan yang digunakan maka semakin besar juga jumlah partikel bahan tersuspensi TSS yang
tersisihkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh [28] bahwa penghilangan flok berupa turbiditas dan TSS dari media cair bergantung pada
jenis dan jumlah suspensi koloid, pH, komposisi kimia cairan dan jenis koagulan. Pada penelitian terdahulu oleh [24], menggunakan partikel biji kelor untuk
menjernihkan air dapat menurunkan turbiditas sebesar 71,8 , TDS sebesar 78,28 dan TSS sebsar 72,13 dengan ukuran partikel 300 mesh, waktu pengendapan
4-5 jam dan penurunan pH 7,63 dengan dosis koagulan partikel biji kelor 4000 dan 5000 mgL.
Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [24] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 3000
4000 5000
6000 7000
P en
u ru
n an
T S
S
Dosis Koagulan mg200 ml
50 menit 60 menit
70 menit 80 menit
Universitas Sumatera Utara
52 proses penjernihan limbah cair tahu daripada penjernihan air dengan dosis
koagulan yang sama tetapi ukuran partikel dan waktu pengendapan berbeda. Dari perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan
sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan TSS limbah cair.
4.2.7 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan
COD Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 5 dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase
Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.7 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 5 dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan
COD pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.7 terlihat bahwa grafik cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg
dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg. Penurunan COD tertinggi diperoleh pada dosis 5000 mg200 ml dengan
waktu pengendapan 50 menit dan ukuran partikel 70 mesh sebesar 77,18 . Hasil yang diperoleh jauh diatas baku mutu limbah cair yang ditetapkan kep-
51MENLH101995, dimana baku mutu COD limbah cair yang dapat dibuang ke lingkungan adalah sebesar 100 mgL.
Pada penelitian terdahulu oleh [10] menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan limbah cair tahu dapat menurunkan COD 69,58 pada dosis
koagulan 3000 mgL, pH limbah cair industri tahu adalah 4 dan ukuran partikel koagulan 50 mesh dengan waktu pengendapan 50 menit.
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 3000
4000 5000
6000 7000
P en
u ru
n an
COD
Dosis Koagulan mg200 ml
50 menit 60 menit
70 menit 80 menit
Universitas Sumatera Utara
53 Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu
yang telah dilakukan oleh [10] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam proses penjernihan limbah cair tahu dengan dosis 5000 mg dan waktu
pengendapan 50 menit daripada dosis 3000 mg dan waktu pengendapan 50 menit dengan ukuran partikel biji kelor yang sama. Dari perbandingan ini terlihat bahwa
ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses koagulasi untuk menurunkan COD limbah cair.
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimia bahan organik di dalam air. COD yang diperoleh dari proses
koagulasi tidak dapat memenuhi baku mutu dikarenakan banyaknya kandungan zat-zat organik dan anorganik yang terkandung di dalam limbah cair industri tahu
tersebut. Untuk dapat menyisihkan kadar COD yang tinggi pada limbah cair, diperlukan pengolahan lebih lanjut. Di dalam proses pengolahan limbah cair,
koagulasi merupakan bagian dari Primary Treatment pengolahan tahap pertama yang memiliki tujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi didalam air
limbah. Sedangkan tahapan selanjuntya yaitu Secondary Treatment pengolahan tahap kedua bertujuan menghilangkan material organik pada air limbah [2].
Tahap ini dapat memberikan angka penurunan COD yang lebih besar, dengan hasil yang dicapai dapat disesuaikan dengan baku mutu COD ditetapkan kep-
51MENLH101995 sehingga aman bagi lingkungan sekitar.
Universitas Sumatera Utara
54
4.2.8 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan
COD Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 7 dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase
Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.8 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk penurunan kadar air 7 dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan
COD pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.8 terlihat bahwa grafik
cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg.
Penurunan COD tertinggi diperoleh pada dosis 5000 mg200 ml dengan waktu pengendapan 60 menit dan ukuran partikel 70 mesh sebesar 63,26 . Hasil
yang diperoleh jauh diatas baku mutu limbah cair yang ditetapkan kep- 51MENLH101995, dimana baku mutu COD limbah cair yang dapat dibuang ke
lingkungan adalah sebesar 100 mgL. Pada penelitian terdahulu oleh [10], menggunakan partikel biji kelor untuk
menjernihkan limbah cair tahu dapat menurunkan COD 69,58 pada dosis koagulan 3000 mgL, pH limbah cair industri tahu adalah 4 dan ukuran partikel
koagulan 50 mesh dengan waktu pengendapan 50 menit. Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu
yang telah dilakukan oleh [10] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam proses penjernihan limbah cair tahu dengan dosis 3000 mg dan waktu
pengendapan 50 menit daripada dosis 5000 mg dan waktu pengendapan 60 menit dengan ukuran partikel biji kelor yang sama. Dari perbandingan ini terlihat bahwa
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 3000
4000 5000
6000 7000
P en
u ru
n an
COD
Dosis Koagulan mg200 ml
50 menit 60 menit
70 menit 80 menit
Universitas Sumatera Utara
55 ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses
koagulasi untuk menurunkan COD limbah cair. COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
secara kimia bahan organik di dalam air. COD yang diperoleh dari proses koagulasi tidak dapat memenuhi baku mutu dikarenakan banyaknya kandungan
zat-zat organik dan anorganik yang terkandung di dalam limbah cair industri tahu tersebut. Untuk dapat menyisihkan kadar COD yang tinggi pada limbah cair,
diperlukan pengolahan lebih lanjut. Di dalam proses pengolahan limbah cair, koagulasi merupakan bagian dari Primary Treatment pengolahan tahap pertama
yang memiliki tujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi didalam air limbah. Sedangkan tahapan selanjuntya yaitu Secondary Treatment pengolahan
tahap kedua bertujuan menghilangkan material organik pada air limbah [2]. Tahap ini dapat memberikan angka penurunan COD yang lebih besar, dengan
hasil yang dicapai dapat disesuaikan dengan baku mutu COD ditetapkan kep- 51MENLH101995 sehingga aman bagi lingkungan sekitar.
4.2.9 Pengaruh Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar
Air 9 dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Dosis Koagulan Serbuk Biji Kelor Untuk Penurunan Kadar Air 9 dengan Ukuran 70 mesh terhadap Persentase
Penurunan COD Limbah Cair Industri Tahu Gambar 4.9 menunjukkan trend hubungan dosis koagulan untuk
penurunan kadar air 9 dari kadar awal serbuk biji kelor terhadap penurunan COD pada berbagai waktu pengendapan. Dari Gambar 4.9 terlihat bahwa grafik
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 3000
4000 5000
6000 7000
P en
u ru
n an
COD
Dosis Koagulan mg200 ml
50 menit 60 menit
70 menit 80 menit
Universitas Sumatera Utara
56 cenderung mengalami peningkatan pada dosis koagulan 2000 mg sampai 5000 mg
dan konstan pada dosis koagulan 6000 mg dan 7000 mg. Penurunan COD tertinggi diperoleh pada dosis 5000 mg200 ml dengan
waktu pengendapan 70 menit dan ukuran partikel 70 mesh sebesar 66,46 . Hasil yang diperoleh jauh diatas baku mutu limbah cair yang ditetapkan kep-
51MENLH101995, dimana baku mutu COD limbah cair yang dapat dibuang ke lingkungan adalah sebesar 100 mgL. Pada penelitian terdahulu oleh [10],
menggunakan partikel biji kelor untuk menjernihkan limbah cair tahu dapat menurunkan COD 69,58 pada dosis koagulan 3000 mgL, pH limbah cair
industri tahu adalah 4 dan ukuran partikel koagulan 50 mesh dengan waktu pengendapan 50 menit.
Dari hasil yang diperoleh jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh [10] terlihat bahwa serbuk biji kelor lebih efektif dalam
proses penjernihan limbah cair tahu dengan dosis 3000 mg dan waktu pengendapan 50 menit daripada dosis 5000 mg dan waktu pengendapan 70 menit
dengan ukuran partikel biji kelor yang sama. Dari perbandingan ini terlihat bahwa ukuran partikel koagulan dan lama pengendapan sangat mempengaruhi proses
koagulasi untuk menurunkan COD limbah cair. COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
secara kimia bahan organik di dalam air. COD yang diperoleh dari proses koagulasi tidak dapat memenuhi baku mutu dikarenakan banyaknya kandungan
zat-zat organik dan anorganik yang terkandung di dalam limbah cair industri tahu tersebut. Untuk dapat menyisihkan kadar COD yang tinggi pada limbah cair,
diperlukan pengolahan lebih lanjut. Di dalam proses pengolahan limbah cair, koagulasi merupakan bagian dari Primary Treatment pengolahan tahap pertama
yang memiliki tujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi didalam air limbah. Sedangkan tahapan selanjuntya yaitu Secondary Treatment pengolahan
tahap kedua bertujuan menghilangkan material organik pada air limbah [2]. Tahap ini dapat memberikan angka penurunan COD yang lebih besar, dengan
hasil yang dicapai dapat disesuaikan dengan baku mutu COD ditetapkan kep- 51MENLH101995 sehingga aman bagi lingkungan sekitar.
Universitas Sumatera Utara
57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan