resorcinol, trieylin glikol atau disaring dengan electron presipitator atau menggunakan penyinaran ultraviolet.
15. Pemantauan kualitas udara ruang minimum 2 dua kali setahun dilakukan
pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara kuman, debu, dan gas
c. Pencahayaan
Pencahayaan menurut Simha 2001 bertujuan : 1.
Untuk mendukung aktivitas dan kegiatan lain pengguna bangunan. 2.
Untuk mendukung fungsi keamanan. 3.
Untuk menciptakan lingkungan yang sesuai dan menyenangkan Cahaya sendiri dapat dibagi dua, yaitu cahaya alam matahari dan cahaya
buatan lampu. Kenyamanan dari sebuah cahaya menurut Moore 1999 ditentukan oleh : kondisi fisiologis mata, latar belakang objek, bentukwujud objek yang
dipandang, mengontrol silau tingkat kekuatan penyinaran. Menurut KEPMENKES RI No. 1204MenkesSKX2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit bahwa tata laksana pencahayaan adalah sebagai beikut :
1. Lingkungan rumah sakit baik dalam maupun luar ruangan harus mendapat
cahaya dengan intensitas cukup berdasarkan fungsinya. 2.
Semua ruang yang digunakan baik untuk bekerja ataupun untuk menyimpan barang peralatan perlu diberi penerangan.
Universitas Sumatera Utara
3. Ruangan pasien harus diberikan penerangan umum dan penerangan untuk
malam hari dan diediakan saklar dekat pintu masuk, saklar individu ditempatkan pada titik yang mudah dijangkau dan tidak menimbulkan berisik.
Disetiap setiap area pencahayaan adalah faktor yang sangat penting, sebaiknya digunakan sistem pencahayaan dengan standar yang tinggi. Masing-masing
cahaya perlu mempunyai suatu tenaga 30,000 lux, untuk menerangi suatu ukuran bidang sedikitnya 150 mm dan dengan konstruksi yang sempurna. Pertimbangan lain
sebaiknya area klinis juga tetap harus diberikan pencahayaan walaupun dalam keadaan siang karena hal ini dapat mengurangi efek disorientasi bagi para staff dan
pasien.
Beberapa standar fisika bangunan dari DEPKES maupun literature lain dapat dilihat dari Tabel 1.1 Perbandingan Standar Fisika Bangunan
PERFORMANSI FISIK
DEPKES BUILDING
ENV. STD NEUFERT
STANDARD IES MANGUN.
W WIKU.
A
Pencahayaan lux 100-300
100-200 200-300
500-200 150
Suhu Udara C 26-28 24-27
Suara dB 52
45 35-45
30-40 Kelembaban
50-60
2.4. Kepuasan
2.4.1. Pengertian Kepuasan
Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas, merasa senang, perihal hal yang bersifat puas, senang, kelegaan dan kenyamanan. Kepuasan dapat
Universitas Sumatera Utara
diartikan sebagai perasaan puas, rasa senang dan kelegaan serta kenyamanan mengkonsumsi suatu produk atau jasa untuk mendapatkan pelayanan suatu jasa.
Menurut Supranto 2001 dalam Permata Bunda 2006 mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau
hasil yang dirasakan dengan harapan tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antar kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah
harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan sangat puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan pelanggan akan
sangat puas harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi dari berbagai media. Pelanggan
yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitive terhadap harga dan memberi komentar yang baik tentang perusahaan tersebut.
Menurut Kotler 2002 kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan harapan. Jadi
kepuasan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi antara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan. Upaya untuk
mewujudkan kepuasan pelanggan total bukanlah hal yang mudah, Mudie dan Cottom menyatakan bahwa kepuasan pelanggan total tidak mungkin tercapai, sekalipun
hanya untuk sementara waktu Tjiptono, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang, puas individu karena antara
harapan dan kenyataan dalam memakai dan pelayanan yang diberikan terpenuhi. 2.4.2.
Kepuasan Pasien
Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini adalah pasien. Merupakan hal penting yang memengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas
merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan memakai terus-menerus terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas
mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau
rumah sakit harus menciptakan dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya. Namun upaya
untuk perbaikan atau kesempurnaan kepuasan dapat dilakukan dengan berbagai strategi oleh perusahaan untuk dapat merebut pelanggan. Junaidi 2002 dalam
Permata Bunda 2006 berpendapat bahwa kepuasan konsumen atas suatu produk dengan kinerja yang dirasakan konsumen atas produk tersebut. Jika kinerja produk
lebih tinggi dari harapan konsumen maka konsumen akan mengalami kepuasan. Hal yang hampir serupa dikemukakan oleh Indarjati 2001 dalam Permata
Bunda 2006 yang menyebutkan adanya tiga macam kondisi kepuasan yang bisa dirasakan oleh konsumen berkaitan dengan perbandingan antara harapan dan
kenyataan, yaitu jika harapan atau kebutuhan sama dengan layanan yang diberikan
Universitas Sumatera Utara
maka konsumen akan merasa puas. Jika layanan yang diberikan pada konsumen dengan kenyataan yang diterima oleh konsumen pada saat mengkonsumsi produk
atau jasa. Konsumen yang mengalami kepuasan terhadap suatu produk atau jasa dapat dikategorikan ke dalam konsumen masyarakat, konsumen instansi dan konsumen
individu. Menurut Prabowo 1999 dalam Permata Bunda 2006 pasien adalah orang
yang karena kelemahan fisik atau mentalnya menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima dan mengikuti pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga
kesehatan. Sedangkan menurut Aditama 2002 dalam Permata Bunda 2006 pasien adalah mereka yang diobati di rumah sakit. Berdasarkan defenisi di atas, maka dapat
disimpulkan kepuasan pasien adalah perasaan senang, puas individu karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan kesehatan.
2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Menurut Kottler 2002 dalam Tjiptono 2008 kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setalah membandingkan antara
persepsikesannya terhadap suatu produk dan harapan-harapannya. Menurut Myers 1996, dalam setiap bisnis diupayakan untuk menciptakan kepuasan bagi internal
maupun eksternal customer. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan keuntungan berupa rekomendasi dari mulut ke mulut dan terjadi pemberian ulang
repeat order serta loyalitas. Kepuasan ditentukan oleh persepsi. Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengartikan sensasi dengan gambar-gambar
Universitas Sumatera Utara
dan hubungan-hubungan asosiasi di dalam memori untuk menafsirkan dunia di luar dirinya.
Pelanggan mengalami berbagai tingkat kepuasan atau ketidakpuasan setelah mengalami masing-masing jasa sesuai dengan sejauh mana harapan mereka terpenuhi
atau terlampaui. Karena kepuasan adalah keadaan emosional, reaksi pasca-pembelian mereka dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas,
kegembiraan, atau kesenangan Lovelock and Wright, 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan menurut Garvin dalam Lovelock
1994, Pepard dan Rowland 1995 dalam Tjiptono 2008 antara lain : 1.
Kinerja performance karakteristik operasi pokok dari produk inti core product yang dibeli, misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang
dapat diangkut, kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi, dan sebagainya. Dalam pelayanan kesehatan pasien terhadap karakteristik operasi dari pelayanan
inti yang telah diterima sangat berpengaruh pada kepuasan yang dirasakan. Wujud dari kinerja ini misalnya : kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan bagaimana
perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan pada waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi kebutuhan pasien
dan kenyamanan yang diberikan yaitu dengan memperhatikan kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit.
2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan features, yaitu karakteristik sekunder atau
pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior seperti dash board, AC, sound system, door lock system, power steering, dan sebagainya. Dalam
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kesehatan ciri-ciri atau keistimewaan tambahan merupakan karakteristik sekunder atau karakteristik pelengkap yang dimiliki jasa
pelayananan misalnya kelengkapan anterior dan eksterior seperti televisi, AC, sound system dan sebagainya.
3. Keandalan reliability, yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau
gagal dipakai, misalnya mobil tidak sering ngadatmacetrewelrusak. Dalam pelayanan kesehatan keandalan dapat merupakan sejauhmana kemungkinan kecil
akan mengalami ketidakpuasan atau ketidaksesuaian atas pelayanan yang diberikan. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh perawat
di dalam memberikan jasa keperawatannya yaitu kemampuan dan pengalaman yang baik di rumah sakit.
4. Kesesuaian dengan spesifikasi conformance to specifications, yaitu sejauh mana
karakteristik disain dan operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Misalnya standar keamanan dan emosi terpenuhi, seperti ukruan as
roda untuk truk tentunya harus lebih besar daripada mobil sedan. Dalam pelayanan kesehatan kesesuaian dengan spesifikasi pada pelayanan kesehatan
yaitu sejauhmana karakteristik pelayanan memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya misalnya standar keamanan dan emisi terpenuhi seperti
peralatan pengobatan. 5.
Daya tahan durability, berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis
penggunaan mobil. Umumnya daya tahan mobil buatan Amerika atau Eropa lebih
Universitas Sumatera Utara
baik daripada mobil buatan Jepang. Dalam pelayanan kesehatan daya tahan berkaitan dengan beberapa lama produk tersebut digunakan. Dimensi ini
mencakup umur teknis maupun umur ekonomis dalam penggunaan peralatan rumah sakit, misalnya : peralatan bedah, alat transportasi, dan sebagainya.
6. Service ability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi,
serta penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga
purna jual, yang juga mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen yang dibutuhkan. Dalam pelayanan kesehatan service ability meliputi kecepatan,
kompetensi, serta penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan oleh perawat dengan memberikan penanganan yang cepat dan
kompetensi yang tinggi terhadap keluhan pasien sewaktu-waktu. 7.
Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, misalnya bentuk fisik mobil yang menarik, modeldisain yang artistik, warna, dan sebagainya. Dalam
pelayanan kesehatan estetika merupakan daya tarik rumah sakit yang dapat ditangkap oleh panca indera. Misalnya : keramahan perawat, peralatan rumah
sakit yang lengkap dan modern, disain arsitektur rumah sakit, dekorasi kamar, kenyamanan ruang tunggu, taman yang indah dan sejuk, dan sebagainya.
8. Kualitas yang dipersepsikan perceived quality, yaitu citra dan reputasi produk
serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Biasanya karena kurangnya pengetahuan pembeli akan atributciri-ciri produk yang akan dibeli, maka pembeli
mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama merek, iklan, reputasi
Universitas Sumatera Utara
perusahaan, maupun negara pembuatnya. Umumnya orang akan menganggap mereka Mercedez, Roll Royce, Porche dan BMW sebagai jaminan mutu. Dalam
pelayanan kesehatan kualitas yang dipersepsikan, citra dan reputasi rumah sakit serta tanggung jawab rumah sakit. Bagaimana kesan yang diterima pasien
terhadap rumah sakit tersebut terhadap prestasi dan keunggulan rumah sakit daripada rumah sakit lainnya dan tanggung jawab rumah sakit selama proses
penyembuhan baik dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit dalam keadaan sehat.
Sementara itu ahli lain Moison, Walter dan White dalam Haryanti, 2000 menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan konsumen, yaitu :
a. Karakteristik produk, produk ini merupakan kepemilikan rumah sakit yang
bersifat fisik antara lain gedung dan dekorasi. Karakteristik produk rumah sakit meliputi penampilan bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang
disediakan beserta kelengkapannya. b.
Harga, yang termasuk didalamnya adalah harga produk atau jasa. Harga merupakan aspek penting, namun yang terpenting dalam penentuan kualitas guna
mencapai kepuasan pasien. Meskipun demikian elemen ini mempengaruhi pasien dari segi biaya yang dikeluarkan, biasanya semakin mahal harga perawatan maka
pasien mempunyai harapan yang lebih besar. c.
Pelayanan, yaitu pelayanan keramahan petugas rumah sakit, kecepatan dalam pelayanan. Rumah sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan
lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung
Universitas Sumatera Utara
di rumah sakit. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan. Misalnya : pelayanan yang cepat, tanggap
dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan. d.
Lokasi, meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit.
Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah dijangkau, mudalnya transportasi dan lingkungan yang baik akan semakin
menjadi pilihan bagi pasien yang membutuhkan rumah sakit tersebut. e.
Fasilitas, kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian kepuasan pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir,
ruang tunggu yang nyaman dan ruang kamar rawat inap. Walaupun hal ini tidak vital menentukan penilaian kepausan pasien, namun rumah sakit perlu
memberikan perhatian pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen.
f. Image, yaitu cara reputasi dan kepedulian rumah sakit terhadap lingkungan.
Image juga memegang peranan penting terhadap kepuasan pasien dimana pasien memandang rumah sakit mana yang akan dibutuhkan untuk proses penyembhan.
Pasien dalam menginterpretasikan rumah sakit berawal dari cara pandang melalui panca indera dari informasi-informasi yang didapatkan dan pengalaman baik dari
orang lain maupun diri sendiri sehingga menghasilkan anggapan yang positif terhadap rumah sakit tersebut, meskipun dengan harga yang tinggi. Pasien akan
Universitas Sumatera Utara
tetap setia menggunakan jasa rumah sakit tersebut dengan harapan-harapan yang diinginkan pasien.
g. Disain visual, meliputi dekorasi ruangan, bangunan dan disain jalan yang tidak
rumit. Tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan kenyamanan suatu rumah sakit, oleh karena itu disain dan visual harus diikutsertakan dalam
penyusunan strategi terhadap kepausan pasien atau konsumen. h.
Suasana, meliputi keamanan, keakraban dan tata lampu. Suasana rumah sakit yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat mempengaruhi kepausan
pasien dalam proses penyembuhannya. Selain itu tidak hanya bagi pasien saja yang menikmati itu akan tetapi orang lain yang berkunjung ke rumah sakit akan
sangat senang dan memberikan pendapat yang positif sehingga akan terkesan bagi pengunjung rumah sakit tersebut.
i. Komunikasi, yaitu tata cara informasi yang diberikan pihak penyedia jasa dan
keluhan-keluhan dari pasien. Bagaimana keluhan-keluhan dari pasien dengan cepat diterima oleh penyedia jasa terutama perawat dalam memberikan bantuan
terhadap keluhan pasien. Misalnya adanya tombol panggilan didalam ruang rawat inap, adanya ruang informasi yang memadai terhadap informasi yang akan
dibutuhkan pemakai jasa rumah sakit seperti keluarga pasien maupun orang yang berkunjung di rumah sakit.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor kepuasan pasien adalah : kualitas jasa, harga, emosional, kinerja, estetika, karakteristik produk, pelayanan,
lokasi, fasilitas, komunikasi, suasana dan disain visual.
Universitas Sumatera Utara
Menurut McLaughin dan Kaluzny Awinda, 2002, terdapat enam langkah pengukuran kepuasan pelanggan :
1. Penetapan tujuan Langkah pertama dalam membuat suatu survei pasien adalah menentukan terlebih
dahulu tujuan dari survei tersebut. Beberapa pertanyaan yang sangat krusial, seperti : siapa saja yang dimaksud pasien, apa yang akan dicapai melalui survei
ini, keuntungan apa yang di dapat oleh pasien dari penelitian ini, sehingga nantinya tergantung pada manajemen akan bagaimana menggunakan data ini.
2. Seleksi metode Langkah kedua yaitu memilih metode pengumpulan data yang akan digunakan
pemilihan didasari oleh kelompok pasien yang dijadikan target serta informasi yang ingin didapat sesuai kebutuhan rumah sakit. Setiap mempunyai keuntungan
dan kekurangan masing-masing. Kadangkala dilakukan penggabungan atau kombinasi dari beberapa metode pengumpulan data. Salah satu contoh adalah
metode Focus Group Discussion FGD. Metode ini sering digunakan untuk menggali segala kebutuhan dari pasien atau bahkan konflik yang sering terjadi
diantara para staf professional. 3. Pembuatan alat pengumpulan data
Dalam pembuatan instrumen pengumpulan data haruslah dipikirkan untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran instrumen haruslah diujicobakan
reliabilitas dan validitasnya serta sudah dibuktikan. Pembuatan instrumen ini membutuhkan keahlian khusus serta pengalaman. Salah satu contoh dari suatu
Universitas Sumatera Utara
instrumen pengumpulan data yang terdapat di rumah sakit terbagi dalam tujuh bagian yaitu :
a. Aksesibilitas menuju rumah sakit, apakah penjelasan dari dokter yang
merujuk jelas dan lengkap mengenai arah untuk menuju rumah sakit, apakah petunjuk arah di dalam rumah sakit jelas dll.
b. Perparkiran ; seberapa jauh fasilitas dan pelayanan petugas parkir memenuhi
kebutuhan anda. c.
Registrasi ; menyangkut waktu tunggu, prilaku petugas, kelancaran proses registrasi, petugas bersikap informatif.
d. Proses pemberian pelayanan pemeriksaan medis ; waktu tunggu yang
diperlukan, penjelasan dokter yang sangat informatif, penjelasan dari staf lainnya, perilaku petugas, kelancaran atau efektifitas proses pelayanan, serta
kebutuhan pribadi seperti : courtesy, interest, attention, and support show. e.
Fasilitas yang ada f.
Kepuasan secara umum terhadap rumah sakit g.
Fakta pelayanan mengenai diri pasien ; bagian apa di rumah sakit yang telah memberikan pelayanan, pukul berapa datang ke rumah sakit, apakah pasien
pria atau wanita dll. h.
Pengumpulan dan penyimpanan data Disarankan agar segala informasi yang telah didapat disimpan dalam CIS
Customer Information System database.
Universitas Sumatera Utara
i. Analisa data dan persentasi
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dengan menggunakan metode statistik dan analitik.
j. Menterjemahkan hasil yang didapat dalam tindakan
2.5. Landasan teori
Menurut Kottler 2002 kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsikesannya terhadap
suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan dalam penelitian ini dilakukan dengan pengukuran melalui Evaluasi Pasca Huni EPH menurut Aryadi dan Setiadi
1995. Menurut Miller dan Swensson 1995 mengenai disain fisik yang
berhubungan dengan kebutuhan pelanggan meliputi : a.
Physical comfort, meliputi kenyamanan temperatur, cahaya yang sesuai, tidak bising, funitur yang nyaman, ruangan yang tidak berbau.
b. Social contact, meliputi cukup privasi percakapan dengan dokter tidak
mudah didengar orang yang tidak berkepentingan. c.
Symbolic meaning, seperti ruang tunggu yang sempit dan kursi yang tidak nyaman akan mengesankan merendahkan pasien.
Komponen ‐komponen lingkungan fisik bangunan adalah sebagai berikut :
1. Suhu-panas: ventilasi bangunan, pengatur suhu peralatan. 2. Pencahayaan: bukaan bangunan, lampu peralatan
Universitas Sumatera Utara
3.Suara-bising-gema:perletakan, bukaan bangunan, sistem akustik peralatanbahan
4. Kelembaban: Arah dan dimensi bukaan bangunan, Pengaturan peralatan
2.6. Kerangka Konsep