Densitas Hasil Pengujian Titik Kabut Cloud Point

ini maka viskositas digliserida lebih tinggi dari lemak dan monogliserida lebih tinggi dari gliserida dan viskositas metil ester paling rendah dari ketiga yang lain. Dari hasil penelitian diperoleh rentang viskositas biodiesel minyak jarak pagar antara 20.76 cSt – 19.76 cSt. Jika dibandingkan dengan Standard Biodiesel Indonesia viskositas berada pada rentang 2,3 cSt – 6,0 cSt dengan metode uji ASTM D-445 dan viscositas standard mutu solar pada rentang 1,6 cSt – 5,8 cSt dengan metode uji ASTM D-445, maka dapat disimpulkan viscositas hasil penelitian ini masih berada di bawah Standard Biodiesel Indonesia dan Standard Mutu Solar. Bahan bakar dengan viskositas rendah akan lebih mudah dialirkan dan sistem injeksi akan lebih baik.

4.3 Densitas

Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap Biodiesel minyak jarak pagar dengan katalis PSS dari Tabel 4.3, maka hubungan antara densitas pada suhu 40°C dengan prosentase konversi FAME untuk variasi konsentrasi katalis 1 dan 4 dalam waktu 6 jam dapat digambarkan seperti grafik di bawah ini : Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Densitas Dengan Prosentase Konversi FAME Universitas Sumatera Utara Secara teori massa jenis digliserida, monogliserida, trigliserida maupun freegliserida lebih besar dari massa jenis metil ester asam lemak FAME. Dari grafik hubungan antara densitas terhadap prosentase konversi FAME pada Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa nilai densitas turun sesuai dengan meningkatnya produksi metil ester FAME, ini dapat terjadi disebabkan oleh berkurangnya kadar air dan gliserida tetap tinggal di dalam FAME yang mengakibatkan kerapatan massa Densitas berkurang. Oleh karena itu massa jenis densitas metil ester diharapkan supaya sekecil mungkin. Dari grafik dapat dilihat ada kecenderungan turunnya densitas seiring dengan meningkatnya konsentrasi katalis PSS. Densitas dari hasil penelitian ini berada pada rentang 0,90 gramcm 3 – 0,91 gramcm 3 . Densitas pada Standar Biodiesel Indonesia berada pada interval 0,850 gramcm 3 – 0,890 gramcm 3 dengan metode uji ASTM D 1298 dan densitas standard mutu solar berada pada interval 0,82 gramcm 3 – 0,87 gramcm 3 dengan metode uji ASTM D 1298. Jadi densitas dari hasil penelitian ini masih berada sedikit di atas dalam rentang mutu biodiesel Indonesia dan mutu solar.

4.4 Hasil Pengujian Titik Kabut Cloud Point

Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap biodiesel minyak jarak pagar dengan variasi konsentrasi 1 dan 4 dalam waktu reaksi 6 jam dapat dilihat seperti dari Tabel 4.3, maka hubungan antara titik kabut dengan prosentase konversi FAME untuk variasi konsentrasi 1 dan 4 dapat digambarkan seperti grafik di bawah ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4 Grafik Hubungan Antara Cloud Point Dengan Prosentase Konversi FAME Titik kabut menyatakan temperatur saat bahan bakar mulai tampak berkeruh bagaikan kabut. Titik kabut juga ditentukan oleh ketidakjenuhan yang digambarkan oleh bilangan iod, makin tinggi bilangan iod makin rendah titik kabutnya dan semakin rendah bilangan iod semakin tinggi titik kabutnya. Dari grafik hubungan antara Cloud Point terhadap prosentase konversi FAME pada Gambar 4.5 menunjukkan bahwa semakin naik prosentase konversi FAME semakin naik nilai titik kabutnya. Naiknya nilai titik kabut cloud point disebabkan oleh turunnya bilangan iod yang digambarkan oleh perbedaan asam lemak tak jenuh. Berdasarkan data karakteristik mutu biodiesel dengan metode uji ASTM D 2500 batas máximum nilai titik kabut 18°C, maka nilai titik kabut biodiesel dari minyak jarak pagar pada percobaan ini antara 1,00 C sd 8,00°C masih berada di bawah nilai titik kabut standart biodiesel indonesia sehingga biodisel minyak kemiri hasil reaksi transesterifikasi dapat digunakan di daerah yang bertemperatur lebih rendah dari 18°C. Semakin rendah nilai titik kabut biodiesel semakin bagus digunakan didaerah yang suhunya dingin. Universitas Sumatera Utara

4.5 Bilangan Iod