Yang menjadi subjek pajak adalah :
a. Orang pribadi
Kedudukan orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia. Orang pribadi tidak melihat
batsan umur dan juga jenjang soasial ekonomi, dengan kata lain berlaku sama untuk semua nondiscrimination
b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak
Dalam hal ini, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang
berhak yaitu ahli waris. Penunjuk warisan tersebut dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan
tersebut tetap dapat dilaksanakan, demikian juga dengan tindakan penagihan selanjutnya.
c. Badan
Badan sebagai subjek pajak adalah suatu bentuk usaha atau bentuk nonusaha yang meliputi :
1. perseroan terbatas
2. perseroan komanditer
3. badan usaha milik negar atau badan usaha milih daerah
dengan nama dan dalam bentuk apa pun 4.
persekutuan 5.
perseroan atau perkumpulan lainnya
Universitas Sumatera Utara
6. firma
7. kongsi
8. perkumpulan koperasi
9. yayasan
10. lembaga
11. dana pensiun
12. bentuk usaha tetap
13. bentuk usaha lainnya.
Dari uraian tersebut diatas terlihat bahwa yang dimaksudkan dengan badan sebagai subjek pajak tidaklah semata yang bergerak
dalam bidang usaha komersil, namun juga yang bergerak di bidang sosial, kemasyarakatan dan sebagainya, sepanjang
pendiriannya dikukuhkan dengan akta pendiran oleh yang berwewenang. Sehinggga tidak ada alasan bagi badan selain yang
bergerak dibidang usaha menyatakan bahwa mereka tidak termasuk sebagai subjek pajak.
d. Bentuk usaha tetap
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia ,orang
pribadi berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak
bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia. Bentuk usaha tetap dapat berupa:
Universitas Sumatera Utara
1. tempat kedudukan manajemen
2. cabang perusahaan
3. kantor perwakilan
4. gedung kantor
5. pabrik
6. bengkel
7. gudang
8. ruang untuk promosi dan penjualan
9. pertambangan dan penggalian sumber alam
10. wilayah kerja pertambangna minyak dan gas bumi
11. perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau
kehutanan 12.
proyek konstruksi , instalasi, atau proyek perakitan 13.
pemeberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanajang dilakukan lebih dari 60 hari dalam
jangka waktu 12 bulan 14.
orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas
15. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung resiko di
Indonesia
Universitas Sumatera Utara
16. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang
dimiliki, disewa, atau digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan usaha melalui
internet. Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang PPh, subjek pajak
dalam PPh terdiri dari dua jenis yakni :
1. Subjek pajak dalam negeri
Adapun yang dimaksud dengan subjek pajak dalam negeri adalah pajak yang secara fisik memang berada atau bertempat tinggal atau
bertempat kedudukan di Indonesia. Secara praktis ini dapat dilihat dalam ketentuan sebagai berikut.
a. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,orang
pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam satu
tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. Jangka waktu 12 bulan tersebut
bukanlah harus dimulai dari bulan januari atau awal tahun pajak, namun bisa jadi setelahnya. Disamping itu juga tidak
harus secara berturut-turut 183 hari tinggal di Indonesia, namun bisa jadi secara kontinu sepanjang jumlahnya memenuhi 183
hari selama 12 bulan.
Universitas Sumatera Utara
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi
kriteria: 1.
pembentuknya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
2. pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
3. penerimaannya dimaksukkan dalam anggaran
Pemerinatah Pusat atau Pemerintah Daerah 4.
pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak
2. Subjek pajak luar negeri
Yang termasuk dalam subjek pajak luar negeri adalah sebagai berikut:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua
belasbulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha
Universitas Sumatera Utara
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan
b. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu 12 dua
belas bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menerima dan
memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dapat menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
3.2.3. Objek Pajak Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan perkerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan , honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang ini b.
hadiah dari undian, pekerjaan, atau kegiatatan dan penghargaan c.
laba usaha d.
keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
Universitas Sumatera Utara
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak f.
bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa- sisa hasil usaha koperasi
h. royalti atau imbalan atas pengguna hak
i. sewa dan penghasilan sehubungan sengan penggunaan harta
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah l.
keuntungan selisih kurs mata uang asing m.
selisih lebih karena penilaian kembali aktiva n.
premi asuransi o.
iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggaran yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
p. tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenai pajak q.
penghasilan dari usaha yang berbasis syariah r.
imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan
s. surplus Bank Indonesia
Universitas Sumatera Utara
3.2.4. Fungsi Pajak Sebagaimana telah diketauhui ciri-ciri yang melekat pada pengertian
pajak berbagai defenisi, terlihat ada 2 fungsi pajak yaitu: a.
Fungsi Penerimaan Budgetair Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri
b. Fungsi Mengatur Regulerend
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contoh: pajak yang
tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.
3.2.5. Asas Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan perlawanan atau hambatan , maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Adil dan Merata equality
Pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya dibawah perlindungan pemerintah.
Dalam hal ini, tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi diatara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama
wajib pajak harus diperlakukan sama dan dalam keadaan berbeda wajib pajak harus diperlakukan berbeda.
Universitas Sumatera Utara
b. Kepastian certainly
Pajak yang dibayar oleh wajib pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi. Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah
mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya.
c. Kenyamanan convenience
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi wajib pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya
penghasilankeuntungan yang dikenakan pajak.
d. Ekonomi Economic
Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari enerimaan pajak itu
sendiri. Karena tidak ada artinya pemungutan pajak kalau biaya yang
dikeluarkan lebih besar dari penerimaan pajak yang akan diperoleh 3.2.6. Pengelompokkan Pajak
Pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut: a.
Menurut Golongan 1.
pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pada pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung
wajib pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh : Pajak Penghasilan PPh
Universitas Sumatera Utara
2. pajak tidak langsung adalah wajib pajak yang pembebanannya
dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Sebagai contoh: Pajak Pertambahan Nilai PPN
b. Menurut Sifat
Pembagian pajak menurut sifat maksudnya perbedaan dan pembagiaannya berdasarkan ciri-ciri prinsip:
1. Pajak Subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objeknya, dalam arti memperhatikan keadaan wajib pajak. Contoh: Pajak
Penghasilan 2.
Pajak Objektif adalah pajak yag berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan wajib pajak.
Contoh : PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. c.
Menurut Pemungut dan Pengelolanya 1.
Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh :
PPh, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, Pajak Bumi dan Bangunan PBB, dan Bea
Materai. 2.
Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang digunakan untuk mebiayai rumah tangga daerah.
Pajak daerah terdiri atas Pajak Provinsi dan Pajak KabupatenKota
Universitas Sumatera Utara
3.3. Pengertian Pajak Penghasilan PPh dan Tarif PPh
3.3.1. Pengertian PPh
Soebakir, dkk 1999:41 mengemukakan definisi pajak penghasilan sebagai suatu pajak yang dikenakan terhadap subyek pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Salah satu subyek pajak adalah badan, terdiri dari perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan
lainnya badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi,
yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun dan bentuk badan usaha lainnya. Dengan demikian, pajak penghasilan badan yang dikenalkan
terhadap salah satu bentuk usaha tersebut, atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.
3.3.2. Tarif Pajak Penghasilan
a. Tarif pajak untuk orang pribadi atas penghasilan kena pajak adalah
sebagai berikut :
b. Sedangkan untuk wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap adalah sebesar 28 dua puluh delapan persen
No. Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Tarif 1.
sd. Rp 50.000.000,- 5
2. Di atas Rp50.000.000,- s.d. Rp 250.000.000
15 3.
Di atas Rp250.000.000,- s.d.Rp 500.000.000,- 25
4. Di atas Rp500.000.000,-
30
Universitas Sumatera Utara
3.4. Pengertian Surat Keberatan dan Penyebab Timbulnya Surat
Keberatan 3.4.1. Pengertian Surat Keberatan
Surat Keberatan adalah surat keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang
diajukan oleh wajib pajak.
3.4.2. Penyebab Timbulnya Keberatan
wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu :
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar SKPKB yaitu surat
ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar. b.
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan SKPKBT yaitu surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atau jumlah
pajak yang ditetapkan. c.
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar SKPLB yaitu surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran karena
jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terhutang atau yang tidak seharusnya terhutang.
d. Surat ketetapan Pajak Nihil SKPN yaitu surat ketetapan pajak
yang menentukan jumlah pokok sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terhutang atau tidak ada kredit pajak.
Universitas Sumatera Utara
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.5. Syarat Pengajuan Keberatan
Pengajuan keberatan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1.
diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia; 2.
mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib
Pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan; 3.
1 satu surat keberatan diajukan hanya untuk 1 satu surat ketetapan pajak, untuk 1 satu pemotong pajak, atau untuk 1 satu pemungutan
pajak; 4.
melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan;
5. diajukan dalam jangka waktu 3 tiga bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak oleh pihak ketiga, kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa
jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan Wajib Pajak force majeur;dan
6. ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat keberatan
ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat keberatan tersebut harus dilampiri dengan Surat Kuasa Khusus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 Undang-Undang KUP.
Universitas Sumatera Utara
3.6. Tata Cara Pengajuan Keberatan