Karakteristik Odha Yang Berkunjung Ke Klinik VCT Di Rsup H. Adam Malik Medan Tahun 2014

(1)

Lampiran 1

Simple Random Sampling No. RM

1 2

2 9

3 10

4 11

5 12

6 16

7 19

8 21

9 24

10 30 11 31 12 32 13 34 14 43 15 50 16 57 17 60 18 63 19 70 20 72 21 74 22 79 23 85 24 86 25 90 26 97 27 100 28 102 29 112 30 117 31 131 32 138 33 141

No. RM 35 146 36 150 37 155 38 156 39 159 40 170 41 171 42 173 43 174 44 175 45 179 46 185 47 187 48 193 49 198 50 202 51 209 52 220 53 224 54 229 55 230 56 237 57 243 58 250 59 251 60 257 61 261 62 264 63 267 64 273 65 282 66 287 67 289

No. RM 69 311 70 318 71 319 72 332 73 333 74 337 75 341 76 357 77 369 78 380 79 387 80 388 81 391 82 395 83 398 84 409 85 414 86 417 87 425 88 431 89 434 90 449 91 455 92 458 93 469 94 475 95 499 96 508 97 519 98 528 99 579 100 591


(2)

Lampiran 3

Output Master Data Frecuency Table

UMUR2 * JENIS KELAMIN Crosstabulation

JENIS KELAMIN Total Laki-laki Perempuan

UMUR2

< 20 tahun

Count 0 1 1

Expected Count ,7 ,3 1,0

% within UMUR2 0,0% 100,0% 100,0% % within JENIS KELAMIN 0,0% 3,2% 1,0%

% of Total 0,0% 1,0% 1,0%

20-29 tahun

Count 20 8 28

Expected Count 19,3 8,7 28,0

% within UMUR2 71,4% 28,6% 100,0% % within JENIS KELAMIN 29,0% 25,8% 28,0%

% of Total 20,0% 8,0% 28,0%

30-39 tahun

Count 33 18 51

Expected Count 35,2 15,8 51,0

% within UMUR2 64,7% 35,3% 100,0% % within JENIS KELAMIN 47,8% 58,1% 51,0%

% of Total 33,0% 18,0% 51,0%

40-49 tahun

Count 10 3 13

Expected Count 9,0 4,0 13,0

% within UMUR2 76,9% 23,1% 100,0% % within JENIS KELAMIN 14,5% 9,7% 13,0%

% of Total 10,0% 3,0% 13,0%

>= 50 tahun

Count 6 1 7

Expected Count 4,8 2,2 7,0

% within UMUR2 85,7% 14,3% 100,0% % within JENIS KELAMIN 8,7% 3,2% 7,0%

% of Total 6,0% 1,0% 7,0%

Total

Count 69 31 100

Expected Count 69,0 31,0 100,0

% within UMUR2 69,0% 31,0% 100,0% % within JENIS KELAMIN 100,0% 100,0% 100,0%


(3)

SUKU

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Jawa 7 7,0 7,0 7,0

Batak 52 52,0 52,0 59,0

Aceh 2 2,0 2,0 61,0

Tionghoa 9 9,0 9,0 70,0

Tidak Tercatat 30 30,0 30,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

PENDIDIKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SD 3 3,0 3,0 3,0

SLTP 7 7,0 7,0 10,0

SLTA 55 55,0 55,0 65,0

Akademi/PT 13 13,0 13,0 78,0

Tidak Tercatat 22 22,0 22,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

PEKERJAAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Pegawai Swasta 52 52,0 52,0 52,0

Wirausaha 3 3,0 3,0 55,0

PNS 3 3,0 3,0 58,0

Petani 6 6,0 6,0 64,0

Ibu Rumah Tangga 23 23,0 23,0 87,0

Mahasiswa/pelajar 2 2,0 2,0 89,0

Tidak Bekerja 7 7,0 7,0 96,0

PSK 1 1,0 1,0 97,0

Tidak Tercatat 3 3,0 3,0 100,0


(4)

STATUS PERKAWINAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Belum menikah 24 24,0 24,0 24,0

Menikah 42 42,0 42,0 66,0

Duda 9 9,0 9,0 75,0

Janda 14 14,0 14,0 89,0

Tidak tercatat 11 11,0 11,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

TEMPAT TINGGAL

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kota Medan 43 43,0 43,0 43,0

Luar Kota Medan 56 56,0 56,0 99,0

Tidak Tercatat 1 1,0 1,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

FAKTOR RISIKO

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Hubungan Heteroseksual 80 80,0 80,0 80,0

IDUs (Injection Drug

Users) 3 3,0 3,0 83,0

Hubungan Homoseksual 5 5,0 5,0 88,0

Tatto 1 1,0 1,0 89,0

Tidak Tercatat 11 11,0 11,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

LAMA TERIDENTIFIKASI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<2 Tahun 51 51,0 51,0 51,0

2-3 tahun 46 46,0 46,0 97,0

Tidak tercatat 3 3,0 3,0 100,0


(5)

LAMA MENGONSUMSI ARV

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

<1 Tahun 1 1,0 1,0 1,0

1-2 Tahun 42 42,0 42,0 43,0

>= 2-3 tahun 40 40,0 40,0 83,0

Tidak tercatat 17 17,0 17,0 100,0

Total 100 100,0 100,0

JENIS FAKTOR RISIKO * JENIS KELAMIN Crosstabulation

JENIS KELAMIN Total Laki-laki Perempuan

JENIS FAKTOR RISIKO

Seksual

Count 57 28 85

Expected Count 58,3 26,7 85,0

% within JENIS FAKTOR

RISIKO 67,1% 32,9% 100,0%

% within JENIS KELAMIN 93,4% 100,0% 95,5%

% of Total 64,0% 31,5% 95,5%

Non Seksual

Count 4 0 4

Expected Count 2,7 1,3 4,0

% within JENIS FAKTOR RISIKO

100,0% 0,0% 100,0% % within JENIS KELAMIN 6,6% 0,0% 4,5%

% of Total 4,5% 0,0% 4,5%

Total

Count 61 28 89

Expected Count 61,0 28,0 89,0

% within JENIS FAKTOR

RISIKO 68,5% 31,5% 100,0%

% within JENIS KELAMIN 100,0% 100,0% 100,0%


(6)

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,922a 1 ,166

Continuity Correctionb ,698 1 ,403

Likelihood Ratio 3,108 1 ,078

Fisher's Exact Test ,304 ,214

Linear-by-Linear

Association 1,901 1 ,168

N of Valid Cases 89

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,26. b. Computed only for a 2x2 table

JENIS FAKTOR RISIKO * JENIS PEKERJAAN Crosstabulation

JENIS PEKERJAAN Total Bekerja Tidak Bekerja

JENIS FAKTOR RISIKO

Seksual

Count 57 28 85

Expected Count 58,3 26,7 84,0

% within JENIS FAKTOR

RISIKO 67,1% 32,39% 100,0%

% within JENIS

PEKERJAAN 93,4% 100,0% 95,5%

% of Total 64,0% 31,5% 95,5%

Non Seksual

Count 4 0 4

Expected Count 2,7 1,3 4,0

% within JENIS FAKTOR

RISIKO 100,0% 0,0% 100,0%

% within JENIS

PEKERJAAN 6,0% 0,0% 4,5%

% of Total 4,5% 0,0% 4,5%

Total

Count 61 28 89

Expected Count 61,0 28,0 89,0

% within JENIS FAKTOR

RISIKO 68,5% 31,5% 100,0%

% within JENIS

PEKERJAAN 100,0% 100,0% 100,0%


(7)

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1,922a 1 ,166

Continuity Correctionb ,698 1 ,403

Likelihood Ratio 3,108 1 ,078

Fisher's Exact Test ,304 ,214

Linear-by-Linear

Association 1,901 1 ,168

N of Valid Cases 89

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,26. b. Computed only for a 2x2 table


(8)

Lampiran 2

MASTER DATA

KARAKTERISTIK ODHA YANG BERKUNJUNG KE KLINIK VCT DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014

RM UMUR UM UM2 JK SUK PEN PEK JPEK SP ALM FR JFR LTSO LMA

1 32 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 5 2 1 1 3 3

2 29 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 5 2 2 2 3 4

3 27 TAHUN 2 2 1 6 3 1 1 1 2 1 1 3 3

4 34 TAHUN 2 3 1 2 3 3 1 2 2 1 1 3 3

5 42 TAHUN 2 4 2 2 3 5 2 2 2 1 1 3 3

6 44 TAHUN 2 4 1 5 5 1 1 2 1 1 1 3 2

7 30 TAHUN 2 3 1 6 4 1 1 1 2 3 1 3 3

8 37 TAHUN 2 3 1 6 2 1 1 3 2 1 1 2 2

9 47 TAHUN 2 4 1 2 5 1 1 5 2 1 1 3 3

10 29 TAHUN 2 2 2 6 4 5 2 2 1 1 1 3 3

11 32 TAHUN 2 3 1 1 3 1 1 2 2 1 1 2 2

12 31 TAHUN 2 3 2 1 3 5 2 4 1 1 1 2 4

13 33 TAHUN 2 3 1 1 5 1 1 5 1 1 1 3 4

14 28 TAHUN 2 2 2 2 3 5 2 2 2 1 1 2 2

15 32 TAHUN 2 3 1 5 2 1 1 3 1 1 1 2 2

16 47 TAHUN 2 4 2 2 3 5 2 2 1 1 1 2 2


(9)

18 32 TAHUN 2 3 2 5 3 5 2 2 1 1 1 2 4

19 27 TAHUN 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2

20 23 TAHUN 2 2 2 2 5 5 2 2 2 1 1 2 2

21 39 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 2 1 1 1 2 2

22 32 TAHUN 2 3 1 6 5 2 1 5 1 1 1 2 4

23 32 TAHUN 2 3 2 2 4 3 1 2 2 1 1 3 3

24 49 TAHUN 2 4 1 2 3 9 2 2 1 1 3 3

25 33 TAHUN 2 3 2 6 3 7 2 4 1 1 1 2 2

26 39 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 2 1 2 2 2 4

27 55 TAHUN 2 5 1 2 4 1 1 3 1 5 2 2

28 36 TAHUN 2 3 1 5 5 1 1 1 1 1 1 3 3

29 33 TAHUN 2 3 1 2 3 2 1 2 2 1 1 3 3

30 33 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 1 1 1 1 2 2

31 26 TAHUN 2 2 1 5 3 1 1 2 1 1 1 3 3

32 29 TAHUN 2 2 1 2 4 1 1 2 2 1 1 3 3

33 23 TAHUN 2 2 2 2 2 5 2 4 2 1 1 3 4

34 36 TAHUN 2 3 2 2 3 1 1 4 2 1 1 2 4

35 12 TAHUN 1 1 2 2 5 7 2 1 1 5 2 4

36 30 TAHUN 2 3 2 2 3 5 2 2 2 1 1 2 2

37 41 TAHUN 2 4 1 6 5 1 1 2 2 1 1 2 2

38 54 TAHUN 2 5 1 5 5 1 1 3 2 1 1 3 3

39 32 TAHUN 2 3 1 5 3 1 1 3 2 1 1 3 3

40 20 TAHUN 2 2 1 6 5 9 5 3 5 2 2


(10)

42 31 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 1 3 3

43 35 TAHUN 2 3 2 2 3 5 2 4 2 1 1 3 3

44 52 TAHUN 2 5 2 6 5 5 2 4 2 1 1 3 3

45 28 TAHUN 2 2 2 6 3 5 2 2 1 5 3 3

46 52 TAHUN 2 5 1 6 5 5 2 3 2 1 1 3 3

47 28 TAHUN 2 2 1 1 4 1 1 1 1 1 1 3 3

48 33 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 1 3 3

49 31 TAHUN 2 3 2 6 4 7 2 2 1 1 1 3 3

50 28 TAHUN 2 2 1 6 3 1 1 2 1 1 1 3 3

51 35 TAHUN 2 3 2 2 3 5 2 2 2 1 1 3 3

52 32 TAHUN 2 3 1 1 3 1 1 2 1 1 1 3 3

53 43 TAHUN 2 4 1 6 2 1 1 1 1 1 1 3 2

54 23 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 1 2 3 1 2 2

55 28 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 5 2 1 1 3 3

56 28 TAHUN 2 2 1 2 2 7 2 1 2 3 1 3 3

57 31 TAHUN 2 3 2 2 1 4 1 2 2 1 1 2 2

58 34 TAHUN 2 3 1 1 1 1 1 3 2 1 1 3 3

59 21 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 1 1 5 2 4

60 42 TAHUN 2 4 1 2 3 4 1 2 2 4 2 2 4

61 31 TAHUN 2 3 2 6 5 5 2 4 2 1 1 3 3

62 20 TAHUN 2 2 1 2 5 1 1 1 2 1 1 4 3

63 37 TAHUN 2 3 2 4 3 7 2 4 2 1 1 4 2

64 32 TAHUN 2 3 1 1 3 9 2 1 5 2 4


(11)

66 49 TAHUN 2 4 1 2 3 1 1 3 1 1 1 3 3

67 38 TAHUN 2 3 1 6 3 1 1 2 1 1 1 3 3

68 27 TAHUN 2 2 2 6 3 5 2 4 2 5 3 3

69 37 TAHUN 2 3 1 2 4 1 1 2 2 1 1 3 2

70 30 TAHUN 2 3 1 6 3 1 1 1 1 3 1 2 2

71 31 TAHUN 2 3 1 2 4 3 1 1 2 1 1 3 4

72 35 TAHUN 2 3 2 6 5 8 1 4 1 1 1 2 4

73 33 TAHUN 2 3 1 2 4 1 1 1 1 1 1 2 2

74 26 TAHUN 2 2 1 6 3 1 1 1 2 1 1 2 2

75 36 TAHUN 2 3 1 6 4 1 1 1 1 2 2 2 2

76 40 TAHUN 2 4 1 6 3 1 1 1 2 5 2 2

77 46 TAHUN 2 4 1 2 5 4 1 2 1 1 1 2 4

78 31 TAHUN 2 3 2 6 3 5 2 2 2 1 1 2 2

79 25 TAHUN 2 2 1 2 3 6 2 1 1 3 1 2 2

80 28 TAHUN 2 2 1 2 5 1 1 5 2 1 1 2 2

81 39 TAHUN 2 3 1 6 4 1 1 1 1 1 1 2 2

82 34 TAHUN 2 3 1 2 3 4 1 2 2 1 1 2 2

83 28 TAHUN 2 2 2 6 5 5 2 4 1 1 1 2 2

84 36 TAHUN 2 3 1 2 3 5 2 2 2 1 1 2 4

85 24 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 1 2 5 2 2

86 31 TAHUN 2 3 2 2 3 5 2 2 2 1 1 2 2

87 27 TAHUN 2 2 2 5 3 5 2 4 1 1 1 3 3

88 50 TAHUN 2 5 1 2 5 1 1 2 1 1 1 1 2


(12)

90 22 TAHUN 2 2 1 6 3 7 2 5 1 1 1 2 3

91 37 TAHUN 2 3 1 6 2 1 1 1 1 1 1 2 3

92 35 TAHUN 2 3 1 5 3 1 1 2 2 5 3 2

93 27 TAHUN 2 2 1 2 3 1 1 1 2 1 1 3 3

94 30 TAHUN 2 3 2 2 3 5 2 2 1 1 1 3 3

95 42 TAHUN 2 4 1 2 5 1 1 5 2 1 1 2 1

96 32 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 5 1 1 1 3 3

97 37 TAHUN 2 3 2 4 3 7 2 4 2 1 1 4 2

98 39 TAHUN 2 3 1 2 5 4 1 3 2 1 1 2 2

99 37 TAHUN 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 1 2 2


(13)

(14)

(15)

(16)

(17)

DAFTAR PUSTAKA

AIDS Map., 2015. What Is The Life Expectancy Of Someone With HIV?, http://www.aidsmap.com/page/1412437/, diakses tanggal 2 Januari 2016. Anastasya, G., 2008. Karakteristik Penderita HIV/AIDS di Pusat Pelayanan

Khusus (PUSYANSUS) Klinik Voluntary Counseling And Testing (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006 – 2007, Medan : Skripsi FKM-USU.

Butarbutar, J., 2015. Karakteristik Penderita HIV/AIDS Di RSUD dr. Djasamen Saragih di Pematang Siantar Tahun 2013 – 2014, Medan : Skripsi FKM-USU.

Djoerban, Z., 2001. Membidik AIDS Ikhtiar Memahami HIV dan ODHA, Yogyakarta : Galang Press Yogyakarta bekerjasama dengan Yayasan Memajukan Ilmu Penyakit Dalam.

HIV And AIDS Data Hub For Asia Pasific., 2011. Japan Country Review 2011,

http://aidsdatahub.org/Country-Profiles, diakses tanggal 11 Oktober 2015.

HIV And AIDS Data Hub For Asia Pasific., 2012. Thailand Country Review 2012, http://aidsdatahub.org/Country-Profiles, diakses tanggal 11 Oktober 2015.

Isgiyanto, A., 2009. Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Non-Eksperimental, Yogyakarta : Penerbit Mitra Cendikia.

Kementrian Kesehatan RI., 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta : KEMENKES RI.

Kementrian Kesehatan RI., 2014. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia Dilapor s/d Juni 2014, Jakarta : Ditjen PP & PL KEMENKES RI.

Kementrian Kesehatan RI., 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling Dan Tes HIV, Jakarta: KEMENKES RI.


(18)

Kurniasih, N., Manullang, E., Wardah., Anam, M., Syahrul, I., 2007. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987-2006,Jakarta: Pusat Data dan Informasi Departemen Kesehatan RI.

KPA., 2009.Analisis Situasi HIV dan AIDS di Indonesia. Jakarta.

Rangkuti, A., 2013. Karakteristik Penderita AIDS Dan Infeksi Opurtunistik di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam Malik Medan Tahun 2012, Medan : Skripsi FKM-USU.

Sidebang, P., 2010. Karakteristik Penderita HIV/AIDS di Puskesmas Tanjung Morawa Agustus 2006 – Mei 2010, Medan : Skripsi FKM-USU.

UNAIDS., 2015. How AIDS Changed Everything,

http://www.unaids.org/en/resources/documents/2015/20150714_factsh eet. Diakses tanggal 8 Oktober 2015.

WHO., 2014. Global Health Observatory

(GHO),http://www.who.int/gho/hiv/en/. Diakses tanggal 20 Oktober 2014.

WHO., 2013. HIV Data And Statistics In Europe,

http://www.euro.who.int/en/health-topics/communicable-diseases/hivaids/data-and-statistics. Diakses tanggal 11 Oktober 2015. WHO., 2015. Health Topic HIV/AIDS, http://www.who.int/topics/hiv_aids/en/.

Diakses tanggal 12 Oktober 2015.

Zein, U., 2006. 100 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda Ketahui, Medan: USU Press.

Zein, U., Habib, H., 2007. 111 Pertanyaan Seputar HIV/AIDS Yang Perlu Anda Ketahui,Medan: USU Press.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif dengan desain case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan dengan pertimbangan bahwa Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Pusat Rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau. Berbagai lapisan masyarakat datang berobat, sehingga tersedia data ODHA yang berkunjung ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2015 sampai dengan Desember 2015.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah data semua ODHA yang berkunjung ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2014 yaitu sebesar602 orang.


(20)

3.3.2 Sampel a. Besar Sampel

Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah sebagian data penderita HIV/AIDS di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014. Besar sampel diambil dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Isgiyanto, 2009) :

n = NZ21-α/2 P(1 - P) Nd2 +Z2 1-α/2 P(1 - P)

Keterangan :

n : Besar sampel

Z2 1-α/2 : Nilai distribusi normal baku (Tabel Z) pada α tertentu (1,96 pada α = 0,05)

P : Harga proporsi di populasi (34,58%)

d : Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (0,1) N : Besar populasi (602)

Maka, besar sampel adalah :

n = (602) (1,96)2 (0,34) (1-0,34)

(602) (0,1)2 + (1,96)2 (0,34) (1 - 0,34)

n = (602) (3,8416)(0,34) (0,66) (602) (0,01)+ (3,8416) (0,34) (0,66)


(21)

n = 518,957 6,02 + 0,8

n = 518,957 6,82

n = 76,09≈ 76

Jadi, besar sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 76data ODHA.

b. Cara Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel untuk HIV/AIDS dilakukandengan metodesimple random sampling, denganmenggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS). Sampel diambil dari populasi yang diacak oleh komputer, dan sebelumnya seluruh nomor kartu status penderita HIV/AIDS pada tahun 2014 dicatat dan diberi nomor dari 1 – 602, dengan menggunakan program SPSS maka diperoleh nomor yang menjadi sampel sebanyak minimal 76 data dan digenapkan menjadi 100 data.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan data sekunder yang diperoleh dari pencatatan kartu status (rekam medis) penderita HIV/AIDS yang berkunjung ke klinik VCT di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2014.


(22)

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS (Statistical Product and Service Solution), lalu dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square dengan taraf kepercayaan 0,05. Hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram bar dan diagram pie.

3.6 Defenisi Operasional Variabel

3.6.1 ODHA adalah orang atau pasien yang dinyatakan menderita HIV/AIDS berdasarkan diagnosis dokter yang tertulis pada kartu status.

3.6.2 Anti Retroviral Therapy atau Terapi Antiretroviral (ART) adalahpengobatan untuk menghambat kecepatan replikasi virus dalam tubuh orang yang terinfeksi HIV (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014). 3.6.3 Sosiodemografi yang terdiri dari:

a. Umur adalah lama hidup penderita HIV/AIDS yang dihitung berdasarkan tahun sejak dilahirkan hingga saat penderita menjadi pasien di RSUP H. Adam Malik dan tertulis pada kartu status, dikelompokkan menurut KPA Dinas Kesehatan Sumatera Utara (2009), dikategorikan atas:

1. < 20 tahun 2. 20-29 tahun 3. 30-39 tahun 4. 40-49 tahun 5. ≥ 50 tahun

b. Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh penderita sesuai dengan yang tertulis pada kartu status dan dikategorikan :

1. Laki-laki 2. Perempuan


(23)

c. Suku adalah sifat etnografi untuk suatu kebudayaan dengan corak yang khas pada penderita HIV/AIDS yang tercatat dalam kartu status yang dibedakan atas :

1. Jawa 2. Batak 3. Melayu 4. Aceh 5. Tionghoa

d. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir dari penderita HIV/AIDS sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status yang dikelompokkan sebagai berikut :

1. SD 2. SLTP 3. SLTA 4. Akademi/PT

e. Pekerjaan adalah adalah kegiatan utama yang dilakukan penderita sesuai yang tercatat pada kartu status. dikategorikan atas:

1. Pegawai Swasta 2. Wirausaha 3. PNS 4. Petani

5. Ibu Rumah Tangga 6. Mahasiswa/pelajar 7. Tidak Bekerja 8. PSK

Pekerjaan diukur dengan menggunakan skala ordinal, yang dibedakan atas: 1. Bekerja (Pegawai swasta, wirausaha, PNS, petani, PSK)


(24)

f. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita HIV/AIDS sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status dengan pengelompokkan sebagai berikut :

1. Belum menikah 2. Menikah

3. Duda 4. Janda

g. Tempat tinggal adalah tempat penderita HIV/AIDS tinggal dan menetap sesuai dengan yang tertulis pada kartu status dan dikategorikan :

1. Kota Medan 2. Luar Kota Medan

3.6.4 Faktor risiko adalah sumber paparan yang diduga berhubungan dengan peningkatan insidens penyakit HIV/AIDS yang terdapat pada kartu status. dikategorikan atas:

1. Hubungan Heteroseksual 2. IDUs(Injection Drug Users) 3. Hubungan Homoseksual 4. Tatto

Faktor risikodiukur dengan menggunakan skala ordinal, yang dibedakan atas:

1. Seksual (Hubungan Heteroseksual dan Hubungan Homoseksual) 2. Non Seksual (IDUs, Tatto)

3.6.5 Lama teridentifikasi sebagai ODHA adalah lamawaktu seorang ODHA sejak pertama kali terdiagnosis, dikategorikan atas :

1. <2 tahun 2. ≥2 tahun


(25)

3.6.6 Lama mengonsumsi ARV adalah lama waktu ODHA meminum obat ARV selama ODHA datang berkunjung ke rumah sakit, dikategorikan atas :

1. <1 tahun 2. 1-2 tahun 3. ≥ 2 Tahun


(26)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 GambaranUmumLokasiPenelitian 4.1.1 RSUP H. Adam Malik Medan

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Lokasinya dibangun diatas tanah seluas 10 Ha dan terletak di Jalan Bunga Lau No.17 Km 12 Kecamatan Medan Tuntungan Kotamadya Medan Provinsi Sumatera Utara.

Dalam rangka melayani pelayanan kesehatan masyarakat umum, RSUP H. Adam Malik Medan didukung oleh 1.955 orang tenaga yang terdiri dari 790 orang tenaga medis dari berbagai spesialisasi dan sub spesialisasi, 604 orang paramedis perawatan, 298 orang paramedis non perawatan dan 263 orang tenaga non medis serta ditambah dengan Dokter Brigade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8 orang. RSUP H. Adam Malik Medan memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan medis (instalasi rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa), pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik, kardiovaskular, mikrobiologi), pelayanan penunjung non medis (instalasi gizi, farmasi,Central Sterilization Supply Depart (CSSD), bioelektro medik,


(27)

Penyuluh Kesehatan masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis (instalasi tata usaha pasien, teknik sipil, pemulasaraan jenazah).

4.1.2 Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan merupakan wadah pelayanan khusus yang didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi individu maupun kelompok berisiko terinfeksi HIV/AIDS berupa konseling pra testing, tes HIV dan konseling pasca tes. Jika hasil tes menunjukkan penderita positif HIV/AIDS, klinik ini bekerjasama dengan bagianCase Support and Treatment (CST) untuk memberikan perawatan dan pengobatan terhadap penderita secara intensif dengan susunan anggota sebagai berikut pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Susunan Anggota Tim Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Susunan Tim Jumlah

Koordinator 1

Konselor 3

Petugas Laboratorium 1

Petugas Administrasi 1

Petugas Kebersihan 1

Team Leader (Cst) 1

Konsulen (Cst) 1

Petugas Rr Anti Retroviral Therapy (Cst) 1

Petugas Farmasi (Cst) 1

Manajer Kasus 2

Total 13

Sumber : Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Adapun tugas wewenang dan tanggung jawab Pusyansus di Klinik VCT dan CST RSUP H. Adam Malik Medan, antara lain :

1. Memberikan dukungan konseling dan testing secara sukarela kepada individu dan kelompok berisiko terinfeksi HIV/AIDS,


(28)

3. Menyampaikan hasil tes HIV/AIDS kepada pasien secara rahasia,

4. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga peduli HIV/AIDS dan atau organisasi terkait,

5. Memberikan penyuluhan dan sosialisasi tentang HIV/AIDS kepada masyarakat dan atau petugas medis,

6. Melakukan pemeriksaan klinis terhadap penderita maupun yang terinfeksi HIV/AIDS secara mendetail,

7. Melakukan perawatan dan pengobatan terhadap penderita HIV/AIDS secara intensif,

8. Memberikan dukungan perawatan dan pengobatan kepada penderita HIV/AIDS secara intensif,

9. Menyiapkan sarana dan prasarana laboratorium dan melakukan pemeriksaan pada penderita HIV/AIDS,

10.Mencatat dan membuat laporan perawatan pada pasien HIV/AIDS,

11.Menyiapkan, membuat dan mengumpulkan laporan bulanan dan triwulan klinik VCT serta saran/usul dan hambatan yang ditemukan,

12.Melakukan tata laksana dokumen, pengarsipan, pengumpulan, pengolahan dan analisa data,

13.Merekapitulasi data barang yang dibutuhkan klinik VCT RSUP H. Adam Malik (ATK, obat ARV dan IO, Reagensia, dll).


(29)

4.2 DistribusiProporsiODHAyangBerkunjungKeKlinik

VCTBerdasarkanSosiodemografi diRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

4.2.1 ProporsiODHABerdasarkanUmurdanJenisKelamin

Tabel 4.2 DistribusiProporsi ODHAyangBerkunjungKeKlinik VCTBerdasarkanUmur dan Jenis Kelamin diRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Umur

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

f % f % f %

< 20 tahun 0 0 1 1 1 1

20-29 tahun 20 20 8 8 28 28

30-39 tahun 33 33 18 18 51 51

40-49 tahun 10 10 3 3 13 13

≥ 50 tahun 6 6 1 1 7 7

Total 69 69 31 31 100 100

Berdasarkantabel

4.2proporsiODHAberdasarkanumurdanjeniskelaminpadakelompokumur<20 Tahundenganproporsilaki-laki (0%) danperempuan (1%),

padakelompokumur20-29 Tahundenganproporsilaki-laki (20%) danperempuan (8%),padakelompokumur30-39 Tahundenganproporsilaki-laki (33%)

danperempuan (18%),padakelompokumur40-49 Tahundenganproporsilaki-laki (10%) danperempuan (3%),padakelompokumur≥ 50 Tahundenganproporsilaki-laki (6%) danperempuan (1%).


(30)

4.2.2 SosiodemografiODHA

Tabel 4.3 DistribusiProporsiODHAyangBerkunjungKeKlinik

VCTBerdasarkanSosiodemografidiRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Sosiodemografi f %

Suku

Batak 52 52

Tionghoa 9 9

Jawa 7 7

Aceh 2 2

Tidak tercatat 30 30

Total 100 100

Tingkat Pendidikan

SLTA 55 55

Akademi/PT 13 13

SLTP 7 7

SD 3 3

Tidak tercatat 30 30

Total 100 100

Pekerjaan

Pegawai Swasta 52 52

Ibu Rumah Tangga 23 23

Tidak Bekerja 7 7

Petani 6 6

PNS 3 3

Wirausaha 3 3

Mahasiswa/Pelajar 2 2

PSK 1 1

Tidak tercatat 3 3

Total 100 100

Status Perkawinan

Menikah 42 42

Belum Menikah 24 24

Janda 14 14

Duda 9 9

Tidak tercatat 11 11

Total 100 100

Tempat Tinggal

Luar Kota Medan 56 56

Kota Medan 43 43

Tidak tercatat 1 1

Total 100 100

BerdasarkanTabel 4.3proporsiODHAyang berkunjungke klinik VCT diRSUP H. Adam Malik MedanTahun 2014berdasarkansosiodemografi (suku,


(31)

tingkat pendidikan,pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal) adalahsebagaiberikut. Berdasarkansuku, ODHA paling banyakpadasuku Bataksebanyak 52 orang (52%),dan paling sedikitpadasuku Acehsebanyak 2 orang (2%). Berdasarkantingkat pendidikan,ODHA paling banyakpadapasiendengan tingkat pendidikanSLTAsebanyak 55 orang (55%),dan paling sedikitpadaSD sebanyak 3 orang(3%). Berdasarkanpekerjaan,ODHA paling banyakpadapasienyang bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak 52orang (52%),danpaling sedikitpada pekerjaan PSKsebanyak 1 orang (1%). Berdasarkan status perkawinan, ODHA paling banyakpada status menikahsebanyak 42orang (42%) dan palingsedikitpadastatus duda sebanyak9orang (9%). Berdasarkan tempat tinggal, ODHA paling banyak yang tinggal di luar kota Medan yakni 56 orang (56%) dan paling sedikit tinggal di Kota Medan 43 orang (43%).

4.3 BerdasarkanFaktor Risiko

Tabel 4.4 DistribusiProporsiODHAyangBerkunjungKeKlinikVCTBerda sarkanFaktor Risiko diRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Faktor Risiko f %

Hubungan Heteroseksual 80 80

Hubungan Homoseksual 5 5

IDU’s 3 3

Tatto 1 1

Tidak tercatat 11 11

Total 100 100

Berdasarkantabel 4.4proporsiODHAberdasarkanfaktor risiko paling banyakpadapasien yang memiliki faktor risiko hubungan Heteroseksual sebanyak 80orang (80%) dan yang paling sedikitpadapasien yang memiliki faktor risiko


(32)

4.4 BerdasarkanLama Teridentifikasi Sebagai ODHA

Tabel 4.5 DistribusiProporsiODHA Yang BerkunjungKeKlinik VCTBerdasarkanLama Teridentifikasi Sebagai ODHA diRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Lama Teridentifikasi Sebagai ODHA f %

< 2 Tahun 51 51

2-3 Tahun 46 46

Tidak Tercatat 3 3

Total 100 100

Berdasarkantabel 4.5proporsiODHA berdasarkan lama teridentifikasi sebagai ODHA, paling banyak< 2 Tahunyaitu49orang (49%) dan paling sedikitpada pasien 2-3 tahun yakni sebanyak 46 orang (46%).

4.5 Berdasarkan Lama Mengonsumsi ARV

Tabel 4.6 DistribusiProporsiODHA Yang BerkunjungKeKlinik VCT BerdasarkanLama Mengonsumsi ARV diRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Lama Mengonsumsi ARV f %

1-2 Tahun 42 42

≥2-3 Tahun 40 40

< 1 Tahun 1 1

Tidak tercatat 17 17

Total 100 100

Berdasarkantabel 4.6proporsiODHA berdasarkan lama mengonsumsi ARV, paling banyak1-2 Tahunyaitu42orang (42%) dan paling sedikitpada < 1 tahun yakni sebanyak 1 orang (1%).


(33)

4.6 AnalisisStatistikODHA Yang BerkunjungKeKlinik VCTdiRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

4.6.1 Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko

Tabel 4.7 DistribusiProporsiJenis KelaminODHABerdasarkanFaktor RisikoyangBerkunjungKeKlinik VCTdiRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Faktor Risiko

Jenis Kelamin

Total Laki-laki Perempuan

f % f % f %

Seksual 57 67,1 28 32,9 85 100,0

Non Seksual 4 100 0 0 4 100,0

�2 =1,922 df=1 p=0,304

Berdasarkantabel 4.7proporsijenis kelamin dengan faktor risiko seksual yaitu laki-laki(67,1%) danperempuan (32,9%). Sedangkanproporsi jenis kelamin dengan faktor risiko non seksual yaitulaki-laki (100%) dan perempuan (0%).

Dari hasilujistatistikdenganmenggunakanujiExact Fisherdiperolehnilaip>0,05 (p=0,304) secarastatistiktidakterdapatperbedaan yang bermaknaantarajenis kelamindenganfaktor risiko. Jenis kelamintidakberbedasecarabermaknadengan faktor risiko, baikseksualdannon seksual.

4.6.2 Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko

Tabel 4.8 DistribusiProporsiPekerjaanODHABerdasarkanFaktor

RisikoyangBerkunjungKeKlinik VCTdiRSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Faktor Risiko

Pekerjaan

Total Bekerja Tidak Bekerja


(34)

Non Seksual 4 100 0 0 4 100,0

�2 =1,922 df=1 p=0,304

Berdasarkantabel 4.8proporsipekerjaan dengan faktor risiko seksual yaitu bekerja (67,1%)dantidak bekerja (32,9%). Sedangkanproporsi pekerjaan dengan faktor risiko non seksual yaitubekerja (100%) dan tidak bekerja (0%).

Dari hasilujistatistikdenganmenggunakanujiExact Fisherdiperolehnilaip>0,05 (p=0,304) secarastatistiktidakterdapatperbedaan yang bermaknaantarapekerjaandenganfaktor risiko. pekerjaantidakberbedasecarabermaknadengan faktor risiko, baikseksualdannon seksual.


(35)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Sosiodemografi ODHA 5.1.1 Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.1 Diagram Batang Proporsi ODHA yang Berkunjung Ke Klinik VCT Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.1 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan umur dan jenis kelamin paling banyak pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu laki-laki (33%) dan perempuan (18%) dan paling sedikit pada kelompok umur < 20 tahun yaitu perempuan (1%).

Tingginya proporsi penderita HIV/AIDS pada kelompok umur 30-39 6%

10% 33%

20%

0%

1% 3%

18% 8%

1%

Umur dan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan < 20 Tahun

20-29 Tahun 30-39 Tahun 40-49 Tahun ≥ 50 Tahun


(36)

kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok usia produktif yang aktif secara seksual dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik (KEMENKES RI, 2014).

Hal ini bukan menunjukkan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih rentan untuk terinfeksi HIV/AIDS, tetapi karena memang jumlah penderita yang datang berkunjung adalah kebanyakan laki-laki daripada perempuan. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 penderita, terdapat 69 penderita (69%) yang berjenis kelamin laki-laki.

Hasil penelitian ini sesuai dengan laporan statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia oleh Ditjen PP & PL KEMENKES RI, dilaporkan s/d Juni 2014 yakni proporsi penderita AIDS di Indonesia paling banyak menurut jenis kelamin yaitu pada laki-laki (65%)dibandingkan dengan perempuan (35%) (Ditjen PP & PL KEMENKES RI, 2014).


(37)

5.1.2 Suku

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan suku di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Suku di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.2 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan suku paling banyak pada suku Batak (52%) dan paling sedikit pada suku Aceh(2%).

Hal ini bukan menunjukan bahwa suku Batak berisiko untuk menderita HIV/AIDS, tetapi hal ini berhubungan dengan jumlahpengunjung yang datang di Pusyansus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan paling banyak adalah suku Batak, dimana berdasarkan laporan bulanan tercatat bahwa dari 100 penderita yang datang, ada sebanyak 52 penderita (52%) yang bersuku Batak termasuk di

52%

9% 7% 2%

30%

Suku

Batak Tionghoa Jawa Aceh


(38)

Dari gambar di atas juga dapat dilihat bahwa penderita HIV/AIDS pada etnis Tionghoa yaitu sebesar9%. Hal ini jugabukan menunjukkan bahwa etnis Tionghoa berisiko untuk menderita HIV/AIDS, tetapi halini juga berhubungan dengan RSUP H. Adam Malik Medan yang merupakan rumah sakit rujukan baik dari rumah sakit lain, klinik penyakit kulit dan kelamin, Puskesmas serta sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan khusus HIV/AIDS di Sumatera Utara yang memungkinkan setiap orang dapat dirujuk tidak terkecuali etnis Tionghoa.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rangkuti, A (2013) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 diperoleh bahwa proporsi ODHA menurut suku paling banyak adalah suku Batak yakni sebanyak 78,5%.


(39)

5.1.3 Tingkat Pendidikan

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan tingkat pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.3 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak pada SLTA (55%) dan paling sedikit pada SD (3%).

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa penderita HIV/AIDS juga terdapat di semua tingkat pendidikan bahkan juga pada tingkat pendidikan akademi/PT yaitu sebesar 13%. Hal ini dapat disebabkan karena pendidikan yang tinggi walaupun telah memiliki pengetahuan yang benar tentang HIV/AIDS, tidak dengan sendirinya akan diikuti dengan tindakan positif berupaya konkrit

55%

13% 7% 3%

22%

Tingkat Pendidikan

SLTA Akademi/PT SLTP

SD


(40)

pendidikan melainkan berpengaruh terhadap perilaku seseorang yaitu apabila adauang, kesempatan dan kemauan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Anastasya, G (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 diperoleh bahwa proporsi ODHA menurut tingkat pendidikan paling banyak adalah SLTA yakni sebanyak 83,6%.

5.1.4 Pekerjaan

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.4 Diagram Batang Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.4 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan pekerjaan paling banyak pada pegawai swasta (52%) dan paling sedikit pada PSK (1%).

52%

23% 7% 6%

3% 3%

2% 1% 3%

P rop or si Pekerjaan

Pekerjaan

Pegawai Swasta Ibu Rumah Tangga Tidak Bekerja Petani PNS Wirausaha Mahasiswa/Pelajar PSK Tidak tercatat


(41)

Jika dibandingkan dengan kelompok tidak bekerja, maka dapat dilihat bahwa kelompok bekerja lebih banyak. Hal ini dimungkinkan karena mayoritas penderita berada pada usia produktif (≥ 17 tahun). Pada penelitian ini, ditemukan 99% pasien berada pada rentang usia produktif. Selain itu, bekerja berkaitan dengan penghasilan, mobilisasi, dan sosialisasi. Sehingga kelompok produktif lebih rentan tertular HIV/AIDS.

Berdasarkan data di atas didapati proporsi PSK hanya sebesar 1%. Hal ini disebabkan oleh data PSK yang sulit didapatkan karena sering terselubung dan sulit diungkapkan secara jelas akibat banyaknya pasien yang tidak mau mengungkapkan pekerjaannya yang sesungguhnya.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Butarbutar, J (2015) diRSUD dr. Djasamen Saragih di Pematang siantar Tahun 2013 - 2014 diperoleh bahwa proporsi ODHA menurut pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta yakni sebanyak 53,1%.


(42)

5.1.5 Status Perkawinan

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan status perkawinan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Status Perkawinan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.5 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan Status Perkawinan paling banyak pada status menikah(42%) dan paling sedikit pada status yang duda (9%).

Berdasarkan laporan peran dukungan sebaya terhadap peningkatan mutu hidup ODHA di Indonesia tahun 2011 oleh lembaga litbang Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka, didapati bahwa status perkawinan ODHA paling banyak pada ibu rumah tangga. Alasan paling banyak ODHA melakukan tes HIV adalah karena sakit. Dalam temuan kualitatif, yang dimaksud sakit sebenarnya adalah pasangannya. Jadi, ibu rumah tangga baru melakukan tes HIV

42%

24% 14%

9%

11%

Status Perkawinan

Menikah

Belum Menikah Janda

Duda


(43)

setelah suaminya sakit terlebih dahulu. Setelah dokter mengetahui status suaminya, barulah keluar rekomendasi dari dokter untuk pemeriksaan HIV bagi istri. Sehingga istri memiliki akses yang lebih rendah untuk tes HIV daripada suami (Mardhiati, 2011).

Hal ini sejalan dengan penelitian Sidebang, P (2010) di Puskesmas Tanjung Morawa bulan Agustus 2006 - Mei 2010 diperoleh bahwa proporsi ODHA menurut status perkawinan paling banyak adalah menikah yakni sebanyak 51,6%.

5.1.6 Tempat Tinggal

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan tempat tinggal di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan tempat tinggal di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

56% 43%

1%

Tempat Tinggal

Luar Kota Medan Kota Medan Tidak tercatat


(44)

Berdasarkan gambar 5.6 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan tempat tinggal paling banyak di luar kota Medan (56%) dan paling sedikit tinggal di kota Medan (43%).

Banyaknya penderita yang berasal dari Medan dikarenakan lokasi RSUP H. Adam Malik Medan yang memang berada di Medan. Sementara itu, banyaknya penderita yang berasal dari luar Medan lebih dikarenakan fungsi rumah sakit ini sebagai pusat rujukan kesehatan untuk wilayah Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darusssalam, Sumatera Barat, dan Riau.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Rangkuti, A (2013) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 diperoleh bahwa proporsi ODHA menurut tempat tinggal paling banyak adalah kota Medan yakni sebesar 52,0%.


(45)

5.2 Faktor Risiko

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan faktor risiko di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.7 Diagram Batang Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan faktor risiko di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.7 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan faktor risiko paling banyak pada hubungan heteroseksual (80%) dan paling sedikit pada tatto (1%).

Hasil penelitian ini sesuai dengan laporan statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia oleh Ditjen PP & PL KEMENKES RI, dilaporkan s/d Juni 2014 yakni jumlah kumulatif kasus AIDS di Indonesia paling banyak menurut faktor risiko yaitu pada heteroseksual (75%) (Ditjen PP & PL KEMENKES RI, 2014).

Tingginya penderita dengan transmisi penularan heteroseksual berganti-80% 11% 5% 3% 1% 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 P rop or si Faktor Risiko

Faktor Risiko

Hubungan Heteroseksual Tidak tercatat Hubungan Homoseksual IDU’s Tatto


(46)

perempuan. Dengan demikian untuk mencegah penularan HIV/AIDS secara seksual dapat dihindari dengan setia terhadap satu pasangan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Anastasya, G (2008) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006-2007 diperoleh bahwa proporsi ODHA menurut faktor risiko paling banyak adalah Hubungan Heteroseksual yakni sebesar 57,1%.

5.3 Lama Teridentifikasi Sebagai ODHA

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan lama teridentifikasi sebagai ODHA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Lama Teridentikasi Sebagai ODHA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.8 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan lama teridentifikasi sebagai ODHA paling banyak < 2 tahun (49%) dan paling sedikit ≥ 2 tahun (48%).

Tanpa pengobatan, para penderita HIVhampir selalu berakhir dengan penyakit AIDS, dan angka harapan hidup penderita akan semakin rendah. Cara

49% 48%

3%

Lama Teridentifikasi Sebagai ODHA

< 2 Tahun

≥ 2 Tahun


(47)

terbaik untuk tetap sehat adalah dengan melakukan pengobatan sebelum virus HIV menyerang sistem imun seseorang, sehingga yang paling utama adalah seseorang harus tahu bahwa ia mengidap virus HIV sebelum berkembang menjadi AIDS. Dengan begitu, seseorang bisa mendapatkan penanganan yang tepat sebelum terjangkit AIDS sehingga angka harapan hidup seorang penderita HIV/AIDS akan semakin lama (AIDS Map, 2015).

5.4 Lama Mengonsumsi ARV

Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan lama mengonsumsi ARV di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT berdasarkan Lama Mengonsumsi ARV di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

Berdasarkan gambar 5.9 diatas dapat diketahui bahwa proporsi ODHA berdasarkan lama mengonsumsi ARV paling banyak < 2 tahun (42%) dan paling

42%

40% 1%

17%

Lama Mengonsumsi ARV

1-2 Tahun

≥2 Tahun

< 1 Tahun Tidak tercatat


(48)

Lamanya masa hidup penderita HIV/AIDS sangat bervariasi. Apabila tidak diobati, kemungkinan munculnya penyakit yang diakibatkan oleh HIV/AIDS yakni antara 5-10 tahun, bahkan bisa lebih pendek. Antiretroviral therapy (ART) dapat memperlambat pertumbuhan penyakitdengan cara mencegah replikasi virusserta mengurangi jumlah virus di dalam darah penderita (disebut juga “viral load”).Sehingga lama hidup seorang penderita HIV/AIDS tergantung dari keberhasilan pengobatan ART-nya (WHO, 2015).

5.5 Analisis Statistik ODHA Yang Berkunjung Ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

5.5.1 Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko

Proporsi jenis kelamin ODHA berdasarkan faktor risiko yang berkunjung ke klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 5.10 Diagram Batang Proporsi Jenis Kelamin ODHA Berdasarkan Faktor Risiko yang berkunjung ke klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

67,1% 100% 32,9% 0% 0 20 40 60 80 100 120

Seksual Non Seksual

P

rop

or

si

Faktor Risiko

Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor

Risiko

laki-laki perempuan


(49)

Berdasarkan gambar 5.10 diatas dapat diketahui bahwa proporsi faktor risikoseksual paling banyak yaitu pada laki-laki (67,1%). Sama halnya dengan faktor risiko non seksual paling banyak yaitu pada laki-laki (100%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai (p=0,304) secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin dengan faktor risiko. Jenis kelamin tidak berbeda secara bermakna pada faktor risiko.

Hal ini sejalan dengan penelitian Butarbutar, J (2015) diRSUD dr. Djasamen Saragih di Pematang siantar Tahun 2013 - 2014 diperoleh bahwa proporsi jenis kelamin ODHA berdasarkan faktor risiko paling banyak pada jenis kelamin laki-laki baik seksual (63,4%) maupun non seksual (93,2%).

5.5.2 Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko

Gambar 5.11 Diagram Batang Proporsi Pekerjaan ODHA Berdasarkan Faktor Risiko yang Berkunjung Ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014

67,1% 100% 32,9% 0% 0 20 40 60 80 100 120

Seksual Non Seksual

P

rop

or

si

Faktor Risiko

Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko

Bekerja Tidak Bekerja


(50)

Berdasarkan gambar 5.11 diatas dapat diketahui bahwa proporsi faktor risikoseksual paling banyak yaitu pada Bekerja (67,1%). Sama halnya dengan faktor risiko non seksual paling banyak yaitu pada bekerja (100%).

Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p>0,05 (p=0,304) secara statistik tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara pekerjaan dengan faktor risiko. pekerjaan tidak berbeda secara bermakna dengan faktor risiko, baik seksual dan non seksual.

Hal ini sejalan dengan penelitian Rangkuti, A (2013) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012 diperoleh bahwa proporsi pekerjaan ODHA berdasarkan faktor risiko paling banyak pada bekerja baik seksual (80,4%) maupun non seksual (93,1%).


(51)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 ProporsikarakteristikODHAberdasarkanumurdanjeniskelamin paling besarpadakelompokumur30-39tahunyaitulaki-laki (33%) danperempuan (18%).

6.1.2 ProporsikarakteristikODHAberdasarkansosiodemografi paling besaryaitu :suku Batak (52%), tingkat pendidikan SLTA (55%), pegawai swasta (52%), status menikah (42%) dan tempat tinggal di kota Medan (56%). 6.1.3 ProporsiODHAberdasarkanfaktor risiko paling besaryaituhubungan

heteroseksual (80%).

6.1.4 ProporsiODHAberdasarkanlama teridentifikasi sebagai ODHA paling besaryaitu< 2 tahun (51%).

6.1.5 ProporsiODHAberdasarkanlama mengonsumsi ARV paling besaryaitu1-2 tahun (42%).

6.1.6 Tidakterdapatperbedaan yang

bermaknaantaraproporsijeniskelamindenganfaktorrisiko(p=0,304).

6.1.7 Tidakterdapatperbedaan yang

bermaknaantarapekerjaandenganfaktorrisiko(p=0,304). 6.2 Saran

6.2.1 Kepadapihak PUSYANSUS VCT RSUP H. Adam Malik Medan agar melengkapi data formulir pasien di kartu status.


(52)

6.2.2 KepadapasienODHA di PUSYANSUS VCT RSUP H. Adam Malik Medan agar mencegah penularan HIV/AIDS dengan cara setia dengan pasangan yang sahserta konsistenmenggunakan kondom bila berhubungan seksual dengan pasangan guna menghindari penularan HIV/AIDS dan/ atau IMS kepada pasangan yang masih sehat maupun yang sudah terinfeksi HIV/AIDS dan/ atau IMS.


(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian HIV/AIDS

HIV adalah singkatan dari “Human Immunodeficiency Virus”. Merupakan virus yang menyebabkan penyakit AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut T-Limfosit atau “Sel T-4” atau disebut juga “Sel CD-4” (Zein, 2006).

AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Acquired artinya didapat, bukan penyakit keturunan; Immuno berarti sistem kekebalan tubuh, Deficiency artinya kekurangan; sedangkan Syndrome adalah kumpulan gejala.Orang yang terinfeksi HIV ataupun orang yang sudah menderita AIDS disebut ODHA (orang dengan HIV/AIDS) (Djoerban, 2001).

HIV dapat menular melalui aktifitas seksual beresiko, diantaranya perilaku anal seks maupun oral seks. Selain itu,transfusi darah, penggunaan jarum suntik bersamaan, transmisi perinatal, sertamenyusui dapat menjadi sumber penularan (WHO, 2014).

2.2 Cara Penularan HIV/AIDS

Secara umum ada 5 faktor yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu sumber infeksi, vehikulum yang membawa agent, host yang rentan, tempat keluar bakteri dan tempat masuknya bakteri (port ’d entree).


(54)

tubuh. Sebagai vehikulum yang dapat membawa virus HIV keluar tubuh dan menularkan kepada orang lain adalah berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh yang terbukti menularkannya diantaranya semen (cairan sperma), cairan vagina atau serviks, dan darah penderita. Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui: 2.2.1 Transmisi seksual

Penularan melalui hubungan seksual baik homoseksual maupunheteroseksual merupakan penularan infeksi HIV yang paling sering terjadi. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki-laki-laki dengan laki-laki-laki-laki. Senggama berati kontak seksual penetrasi vaginal, anal (anus/dubur), oral (mulut) antara dua individu. Risiko tertinggi penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual langsung mulut ke penis (zakar) atau mulut ke vagina, merupakan risiko rendah tertular HIV. Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang keluar dan masuk ke dalam tubuh seseorang melalui ”pintu masuknya”, seperti adanya luka kecil pada alat kelamin, mulut, gusi, dan atau penyakit gigi dan mulut yang diderita.

2.2.2 Transmisi non seksual

Ada dua yaitu transmisi parental yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik) yang telah terkontaminasi, misalnya pada penyalahgunaan narkotik suntik yang menggunakan jarum suntik yang tercemar secara bersama-sama. Dapat juga terjadi melalui jarum suntik yang dipakai oleh petugas kesehatan. Sedangkan transmisi transplasental yaitu penularan dari ibu


(55)

yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai risiko sebesar 50%. Penularan dapat terjadi sewaktu hamil, melahirkan, dan sewaktu menyusui. Penularan melalui Air Susu Ibu (ASI) termasuk penularan dengan risiko rendah. Selain itu juga penularan HIV/AIDS dapat melalui transfusi darah/produk darah yang sudah tercemar (Zein, 2007).

2.3 Orang yang Beresiko Terkena HIV/AIDS

Populasi Kunci terdiri dari Pekerja seks, pengguna narkoba suntik, waria, lelaki seks dengan lelaki dan Transgender. Populasi beresiko terdiri warga binaan pemasyarakatan, ibu hamil, pasien TB, kaum migran, pelanggan pekerja seks dan pasangan ODHA. Sedangkan, Kelompok minor adalah mereka yang belum dewasa, anak dan mereka yang masih terbatas kemampuan berpikir dan menimbang (KEMENKES, 2014).

2.4 Gejala dan Tanda Klinis Penderita HIV/AIDS

Global Programme on AIDSdari Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengusulkan, “Pembagian Tingkat Klinis Penyakit Infeksi HIV” sesudah mengadakan pertemuan di Geneva bulan Juni 1989 dan bulan Februari 1990. Usulan tersebut berdasarkan penelitian terhadap 907 penderita seropositif HIV dari 26 pusat perawatan yang berasal dari 5 benua. Pembagian tingkat klinis infeksi HIV tersebut adalah sebagai berikut.

2.4.1 Tingkat Klinis 1 (Asimptomatik/LGP): 1. Tanpa gejala sama sekali,


(56)

Pada tingkat ini pasien belum mempunyai keluhan dan dapat melakukan aktivitasnya secara normal.

2.4.2 Tingkat Klinis 2 (Dini):

1. Penurunan berat badan kurang dari 10%,

2. Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya Dermatitis sebroika, Prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulkus pada mulut berulang dan Cheilitis angularis,

3. Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir,

4. Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusitis.

Pada tingkat ini, pasien sudah menunjukkan gejala tapi aktivitas tetap normal.

2.4.3 Tingkat Klinis 3 (Menengah):

1. Penurunan berat badan >10% berat badan, 2. Diare kronik >1 bulan, penyebab tidak diketahui,

3. Panas yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang-timbul maupun terus-menerus,

4. Kandidiasis mulut,

5. Bercak putih berambut di mulut (hairy leukoplakia), 6. Tuberkulosis paru setahun terakhir,

7. Infeksi bakterial yang berat, misalnya Pneumonia.

Pada tingkat klinis 3 ini, penderita biasanya berbaring di tempat tidur lebih dari 12 jam sehari, selama sebulan terakhir.


(57)

2.4.4 Tingkat Klinis 4 (Lanjut):

1. Badan menjadi kurus (HIV wasting syndrome), yaitu: berat badan turun lebih dari 10% dan (a) diare kronik tanpa diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, atau (b) kelemahan kronik dan panas tanpa diketahui sebabnya, selama lebih dari 1 bulan,

2. Pneumoni Pneumosistis Karinii, 3. Toksoplasmosis otak,

4. Kripstosporidiosis dengan diare > 1 bulan, 5. Kriptokokosis di luar paru,

6. Penyakti virus Sitomegalo pada organ tubuh, kecuali di limpa, hati dan kelenjar getah bening,

7. Infeksi virus Herpes simpleks di mukokutan lebih dari satu bulan, atau di alat dalam (visceral) lamanya tidak dibatasi,

8. Leukoensefalopati multifokal progresif,

9. Mikosis (Infeksi jamur) apa saja (misalnya Histoplasmosis, Kokkidioidomikosis) yang endemik, menyerang banyak organ tubuh (disseminata),

10.Kandidiasis esofagus, trakea, bronkus atau paru, 11.Mikobakteriosis atipik (mirip bakteri tbc), disseminata, 12.Septikemia salmonella non tifoid,

13.Tuberkulosis di luar paru, 14.Limfoma,


(58)

16.Ensefalopati HIV, sesuai kriteria CDC, yaitu: gangguan kognitif atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas sehari-hari, progresfif sesudah beberapa minggu atau beberapa bulan, tanpa dapat ditemukan penyebabnya selain HIV (Djoerban, 2001).

2.5 Gejala Oportunistik Penderita HIV/AIDS

Seseorang dengan HIV dikatakan memiliki AIDS, apabila di dalam tubuhnya telah berkembang infeksi oportunistik tertentu atau tumor. Infeksi oportunistik yang ditetapkan sebagai akibat dari AIDS, secara khusus terdaftar di dalam pengertian resmi dari AIDS menurut The Center for Disease Control (CDC) di Amerika. Mereka menggolongkan sebagai berikut:

1. Infeksi protozoa, seperti Toxoplasma gondii, Cryptosporidium dan Isospora belli;

2. Infeksi bakteri, seperti Mycobacterium tuberculosis (TB) dan Mycobacterium avium intracellulare (MAI);

3. Infeksi jamur, seperti Pneumocytis carinii (PCP, dulunya dianggap protozoa), Candida albicans dan Cryptococcus neoformans;

4.Infeksi viral, seperti Cytomegalovirus (CMV), Herpes simpleks (HSV), dan Zoster (HZV atau VZV) dan Human papilloma virus (HPV).

Dalam kasus HIV, IO adalah infeksi yang disebabkan oleh organisme yang biasanya tetap terkendali karena kerja dari sistem kekebalan tubuh seluler (bagian dari sistem kekebalan tubuh yang paling dirusak oleh virus HIV) (CDC,1992).


(59)

2.6 Epidemiologi Penderita HIV/AIDS 2.6.1 Distribusi dan Frekuensi

a. Umur dan Jenis Kelamin

Jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS di Indonesia sejak tahun 1987-2014 berdasarkan kelompok umur yakni <1-29 tahun sebanyak 185.644 penderita dan >30 tahun sebanyak 24.186 penderita. Untuk jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS di Indonesia sejak tahun 1987-2014 berdasarkan jenis kelamin yakni, Laki-laki sebanyak 29.882 dan Perempuan sebanyak 16.092 penderita (KEMENKES RI, 2014).

b. Menurut Tempat

Pada tahun 2014, terdapat 5 juta(4.5 juta-5.6 juta)orang hidup dengan HIV/AIDS di kawasan Asia dan Pasifik, serta Sebanyak 240.000 (140.000-570.000)orang meninggal akibat AIDS. Selain itu, terdapat penambahan 340.000 (240.000–480.000) infeksi baru, dimana 78% diantaranya terdapat di Cina, Indonesia dan India. Serta Terdapat 21.000 (16.000-27.000)infeksi terbaru pada anak-anak di Asia dan Pasifik (UNAIDS, 2015).

Jumlah Kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan menurut provinsi sejak tahun 1987-2014 menurut Ditjen PP & PL Kemenkes RI paling banyak terdapat di Provinsi Papua, dengan penderita AIDS sebanyak 10.184 penderita. Peringkat kedua ditempati Provinsi Jawa Timur dengan penderita AIDS sebanyak 8.976 penderita. Sedangkan,


(60)

sebanyak 1,573 penderita. Dimana, jumlah kumulatif berdasarkan jenis kelamin yakni, Laki-laki sebanyak 29.882 dan Perempuan sebanyak 16.092 penderita. Untuk jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor risiko terbanyak berdasarkan perilaku Heteroseksual yakni 34, 187 penderita (KEMENKES RI, 2014).

c. Menurut Waktu

Pada tahun 2014, jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia yang telah dilaporkan sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2014, yakni HIV sebanyak 15.534 dan AIDS sebanyak 1.700 penderita. Sedangkan, pada triwulan April s.d. Juni 2014, dilaporkan tambahan HIV sebanyak 6.626 dan AIDS sebanyak 308 penderita (KEMENKES RI, 2014).

2.7 Pelayanan Kesehatan Untuk Penderita HIV/AIDS

Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memerlukan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan, pemantauan yang seksama untuk mencegah infeksi, serta pengobatan segera agar infeksi sekunder tidak berlarut-larut dan menyebabkan cacat. Seringkali merawat ODHA lebih sulit dari penyakit kronik lain, karena:

1. Terbatasnya tenaga yang terdidik dan terlatih 2. ODHA memerlukan dukungan emosi khusus.

3. Pemantauan medik untuk mencegah kekambuhan sehingga dapat dicegah perawatan di rumah sakit.

4. Beberapa tenaga kesehatan sendiri masih cemas dan ketakutan untuk merawat karena belum mendapat penerangan dan pendidikan yang baik.


(61)

Fasilitas kesehatan yang diperlukan oleh ODHA adalah sebagai berikut: 1. Fasilitas Perawatan Akut

Fasilitas rawat inap intensif yang mempunyai staf lengkap dan sudah berpengalaman. Di ruang rawat ini pasien AIDS diawasi 24 jam penuh. Jenis pelayanan dasar yang diperlukan adalah penyakit dalam, bedah, anastesi, laboratorium, radiologi, gizi, dan farmasi.

2. Fasilitas Perawatan Khusus

Adalah fasilitas perawatan yang sudah terbiasa merawat pasien AIDS. Unit ini menyediakan perawatan untuk pasien AIDS yang tidak dalam fase akut tetapi memerlukan perawatan di rumah sakit untuk rehabilitasi.

3. Fasilitas Perawatan Intermediat

Fasilitas ini diperlukan untuk ODHA yang tidak terus menerus memerlukan dokter atau perawat yang berpengalaman. Ini berlaku baik untuk fasilitas rawat inap maupun rawat jalan.

4. Fasilitas Perawatan Masyarakat (Shelter)

ODHA yang sedang tidak dirawat di rumah sakit kadang-kadang memerlukan beberapa jenis fasilitas non medik, seperti perumahan, pengadaan makanan, dan bantuan aktifitas sehari-hari seperti makan, mandi atau ke toilet.

5. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)


(62)

6. Perawatan Kesehatan di Rumah

Fasilitas ini diperlukan oleh ODHA agar ia tetap tinggal dirumahnya sambil terus dipantau dan mendapat perawatan medik yang berkesinambungan. Untuk tujuan tersebut diperlukan pekerja sosial, perawat, dan relawan baik dari kalangan agama maupun dari lapisan masyarakat lain.

2.8 Konseling dan Tes HIV (KTHIV) 2.8.1 Prinsip Dasar KTHIV dan AIDS

KTHIV merupakan pintu masuk utama pada layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan. Dalam kebijakan dan strategi nasional telah dicanangkan konsep akses universal untuk mengetahui status HIV, akses terhadap layanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV dengan visi getting tozero, yaitu zero new HIV infection, zero discrimination dan zero AIDSrelated death.

Dalam pelaksanaanya, tes HIV harus mengikuti prinsip yang telahdisepakati secara global yaitu 5 komponen dasar yang disebut 5C (informed consent, confidentiality, counseling, correct test results,connections to, care,treatment and prevention services).

1. Informed Consent, adalah persetujuan akan suatu tindakan pemeriksaan

laboratorium HIV yang diberikan oleh pasien/klien atau wali/pengampu setelah mendapatkan dan memahami penjelasan yang diberikan secara lengkap oleh petugas kesehatan tentang tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien/klien tersebut.


(63)

2. Confidentiality, adalah Semua isi informasi atau konseling antara klien dan petugas pemeriksa atau konselor dan hasil tes laboratoriumnya tidak akan diungkapkan kepada pihak lain tanpa persetujuan pasien/klien. Konfidensialitas dapat dibagikan kepada pemberi layanan kesehatan yang akan menangani pasien untuk kepentingan layanan kesehatan sesuai indikasi penyakit pasien.

3. Counselling, yaitu proses dialog antara konselor dengan klien bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas dan dapat dimengerti klien atau pasien. Konselor memberikan informasi, waktu, perhatian dan keahliannya, untuk membantu klien mempelajari keadaan dirinya, mengenali dan melakukan pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang diberikan lingkungan. Layanan konseling HIV harus dilengkapi dengan informasi HIV dan AIDS, konseling pra-Konseling dan Tes pascates yang berkualitas baik.

4. Correct test results. Hasil tes harus akurat. Layanan tes HIV harus

mengikuti standar pemeriksaan HIV nasional yang berlaku. Hasil tes harus dikomunikasikan sesegera mungkin kepada pasien/klien secara pribadi oleh tenaga kesehatan yang memeriksa.

5. Connections to, care, treatment and prevention services. Pasien/klien

harus dihubungkan atau dirujuk ke layananpencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV yangdidukung dengan sistem rujukan yang baik dan terpantau (Kementrian Kesehatan RI).


(64)

2.8.2 Penyelenggaraan Konseling Dan Tes HIV

Penyelenggaraan Konseling dan Tes HIV (KTHIV) adalah suatu layananuntuk mengetahui adanya infeksi HIV di tubuh seseorang. Layanan ini dapat diselenggarakan di fasilitas pelayanan kesehatan. KTHIV didahului dengan dialog antara klien/pasien dan konselor/petugas kesehatan dengan tujuan memberikan informasi tentang HIV dan AIDS dan meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan berkaitan dengan tes HIV.

Layanan KTHIV untuk menegakkan diagnosis HIV, dilakukan melalui 2(dua) pendekatan, yaitu:

1. Konseling dan Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling yang disingkat dengan KTIP; dan


(65)

2.9 Kerangka Konsep

Karakteristik Penderita HIV/AIDS 1. Sosiodemografi

a. Umur,

b. Jenis Kelamin, c. Suku

d. Pendidikan e. Pekerjaan,

f. Status Perkawinan g. Tempat Tinggal. 2. Faktor Risiko Penularan

a. Hubungan Heteroseksual, b. IDUs(Injection Drug Users) c. Hubungan Homoseksual, d. Tatto.

3. Berdasarkan lama teridentifikasi sebagai ODHA, 4. Berdasarkan lama konsumsi ARV.


(66)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini Indonesia mengalami masalah kesehatan yang sangat kompleks dan menjadi beban dalam pembiayaan pembangunan bidang kesehatan. Pola penyakit yang diderita oleh masyarakat sebagian besar adalah penyakit infeksi menular seperti tuberkulosis paru, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), malaria, diare dan penyakit kulit. Pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, serta diabetes melitus dan kanker. Selain itu Indonesia juga menghadapi emerging diseases seperti demam berdarah dengue, Human Immunodeficiency Virus (HIV), AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome), chikungunya dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Dengan demikian telah terjadi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burdens)(Kurniasih, 2007).

Mengenai penyakit HIV/AIDS, penyakit ini telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena disamping belum ditemukannyaobat dan vaksin untuk penyembuhan, penyakit ini juga memiliki “window period” dan fase asimptomatik (tanpa gejala) yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal tersebut di atas menyebabkan pola perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg phenomena).Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Tidak ada negara yang tidak terkena dampak penyakit ini (Kurniasih, 2007).


(67)

Menurut World Health Organization (WHO), hampir 75 juta orang telah terinfeksi virus HIV dan sekitar 36 juta orang telah meninggal akibat HIV. Secara global, 35,3 juta (32.2-38.8 juta) orang hidup dengan HIV sampai akhir tahun 2012. Serta 0.8% orang dewasa berumur 15 - 49 tahun secara luas hidup dengan HIV/AIDS (WHO, 2014).Pada tahun 2012, UNAIDS dan WHO melaporkan terdapat 2,2 juta oranghidup dengan HIV di kawasan Eropa, termasuk 1,3 juta orangdi Eropa timur danAsia tengah,denganprevalensi penderita orang dewasa sekitar 0.7% dan 0.2% di Eropa barat dan tengah (WHO, 2013).

Sejak tahun 2000 hingga 2014 jumlah kematian terkait AIDS di Asia dan Pasifik meningkat sebanyak 11% dengan cakupan pengobatan hanya sebesar 36%. Pada tahun 2014 terdapat 3,2 juta orang dewasa tidak mendapatkan akses untuk pengobatan Anti Retroviral. Di Asia dan Pasifik hanya terdapat dua negara yakni, Thailand dan Kamboja, yang memiliki lebih dari 50% orang dengan HIV/AIDS yang mendapat akses pengobatan.

Pada tahun 2014, terdapat 5 juta(4.5 juta-5.6 juta)orang hidup dengan HIV/AIDS di kawasan Asia dan Pasifik, serta Sebanyak 240.000 (140.000-570.000)orang meninggal akibat AIDS. Selain itu, terdapat penambahan 340.000 (240.000–480.000) infeksi baru, dimana 78% diantaranya terdapat di Cina, Indonesia dan India. Serta Terdapat 21.000 (16.000-27.000)infeksi terbaru pada anak-anak di Asia dan Pasifik (UNAIDS, 2015).

Di Jepang, terdapat 67.5% penemuan kasus baru HIV antara umur 20-39 tahun pada tahun 2010. Lebih dari 95% kasus HIV/AIDS yang dilaporkan adalah


(68)

kasus HIV yang dilapokan pada tahun 2010 dipengaruhi oleh tingginya angka homoseksual, sementara penularan secara heteroseksual hanya satu per lima (18.1%) serta,Pengguna jarum suntik dan penularan ibu ke anakkurangdari 1% kasus (HIV And AIDS Data Hub For Asia Pasific, 2011).

Di Thailand, jumlah penderita HIV/AIDS mengalami penurunan dari 640.000 penderita di tahun 2001 menjadi 530.000 penderita di tahun 2009, dimana prevalensi pada orang dewasa usia 15-49 tahun, menurun dari 1,7% menjadi 1,3%. Dengan tambahan, 210.000 wanita (umur 15 tahun ke atas) terinfeksi (turun dari 220.000 pada tahun 2001). Selain itu, 10.000 anak-anak (umur 0-14 tahun) hidup dengan HIV/AIDS di tahun 2009 (turun dari 30.000 pada 2001) dan terdapat 28.000 kematian akibat AIDS, turun dari 52,000 pada 2001 (HIV And AIDS Data Hub For Asia Pasific, 2012).

Jumlah Kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan menurut provinsi sejak tahun 1987-2014 menurut Ditjen PP & PL Kemenkes RI paling banyak terdapat di Provinsi Papua, dengan penderita AIDS sebanyak 10.184 penderita. Peringkat kedua ditempati Provinsi Jawa Timur dengan penderita AIDS sebanyak 8.976 penderita. Sedangkan, Provinsi Sumatera Utara berada di peringkat 10 dengan penderita AIDS sebanyak 1,573 penderita. Dimana, jumlah kumulatif berdasarkan jenis kelamin yakni, Laki-laki sebanyak 29.882 dan Perempuan sebanyak 16.092 penderita. Untuk jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor risiko terbanyak berdasarkan perilaku Heteroseksual yakni 34, 187 penderita(Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).


(69)

Pada tahun 2014, jumlah kasus HIV/AIDS yang telah dilaporkan sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2014, yakni HIV sebanyak 15.534 dan AIDS sebanyak 1.700 penderita.Sedangkan, pada triwulan April s.d. Juni 2014, dilaporkan tambahan HIV sebanyak 6.626 dan AIDS sebanyak 308 penderita(Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).

Prevalensi kasus AIDS per 100.000 penduduk berdasarkan propinsi di Indonesia pada tahun 2014, menunjukan bahwa Provinsi Papua berada di peringkat pertama dengan total kasus AIDS sebanyak 359,43. Disusul Papua Barat sebanyak 228,03 kasus.Sedangkan, Sumatera Utara berada di peringkat 17 dengan 12,12 (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2014).

Pada prinsipnya semua rumah sakit harus mau dan mampu merawat ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), namun kenyataannya karena berbagai hal belum semua rumah sakit dapat melaksanakannya, seperti ketidaksiapan rumah sakit dalam merawat pasien AIDS, permasalahan dokter yang bersedia merawat dan aspek-aspek lain selain kesehatan, dimana aspek kesehatan AIDS diduga mempunyai dampak negatif terhadap faktor ekonomi rumah sakit (Djoerban, 2001).

Kementerian Kesehatan terus berupaya meningkatkan jumlah layanan Konseling dan Tes HIV (KTHIV) untuk meningkatkan cakupan tes HIV, sehingga semakin banyak orang yang mengetahui status HIV nya dan dapat segera mendapatkan akses layanan lebih lanjut yang dibutuhkan. Tes HIV sebagai satu-satunya “pintu masuk” untuk akses layanan pencegahan, pengobatan, perawatan


(70)

Perluasan jangkauan layanan KTHIV akan menimbulkan normalisasi HIV di masyarakat. Tes HIV akan menjadi seperti tes untuk penyakit lainnya. Peningkatan cakupan tes HIV dilakukan dengan menawarkan tes HIV kepada ibu hamil, pasien IMS, pasien TB danHepatitis B atau C dan pasangan ODHA, serta melakukan tes ulang HIV 6 bulan sekali pada populasi kunci (pengguna napza suntik, pekerja seks, laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki serta pasangan seksualnya dan waria)(KEMENKES RI, 2014).

Peningkatan cakupan tes dilanjutkan dengan penyediaan akses pada layanan selanjutnya yang dibutuhkan, dimana salah satunya adalah terapi ARV. Terapi ARV selain berfungsi sebagai pengobatan, juga berfungsi sebagai pencegahan (treatment as prevention). Setiap Rumah SakitRujukan ARV di tingkat provinsi dan kabupaten/kota harus dapat menjamin akses layanan bagi ODHA yang membutuhkan termasuk pengobatan ARV, sementara fasilitas pelayanan kesehatan primer dapat melakukan deteksi dini HIV dan secara bertahap juga bisa memulai inisiasi terapi ARV (KEMENKES RI, 2014).

Konseling dan Tes HIV telah mulai dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2004, yaitu dengan pendekatan konseling dan tes HIV atas inisiatif klien atau yang dikenal dengan konseling dan tes HIV sukarela (KTS). Hingga saat ini pendekatan tersebut masih dilakukan bagi klien yang ingin mengetahui status HIV nya. Sejak tahun 2010 mulai dikembangkan Konseling dan Tes HIV dengan pendekatan Konseling dan Tes HIV atas inisiatif pemberi layanan kesehatan (KTIP). Kedua pendekatan Konseling dan Tes HIV ini bertujuan untuk mencapai universal akses, dengan menghilangkan stigma dan diskriminasi, serta


(71)

mengurangi missed opportunities pencegahan penularan infeksi HIV (KEMENKES RI, 2014).

1.2 Perumusan Masalah

Belum diketahui Karakteristik ODHA yang Berkunjung ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Karakteristik ODHA yang Berkunjung ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi ODHA berdasarkan sosiodemografi, yaitu umur, jenis kelamin, suku, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal.

b. Mengetahui distribusi proporsi ODHA berdasarkan faktor risiko, yaituhubungan Heteroseksual, faktor risiko IDUs, faktor risiko hubungan homoseksual, dan tatto.

c. Mengetahui distribusi proporsi ODHA berdasarkan lama teridentifikasi sebagai ODHA,

d. Mengetahui distribusi proporsi ODHA berdasarkan lama mengonsumsi ARV,

e. Mengetahui proporsi ODHA berdasarkan jenis kelamindengan faktor risiko,


(72)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Sebagai bahan masukan dan sumber informasi bagi pihak RSUP H. Adam Malik Medan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ODHA. 1.4.2 Sebagai referensi bagi peneliti lain yang membutuhkan data ini untuk


(1)

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 21

3.2.2 Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Populasi ... 21

3.3.2 Sampel ... 22

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.5 Teknik Analisis Data ... 24

3.6 Defenisi Operasional Variabel ... 24

BAB IV HASIL ... 28

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

4.1.1 RSUP H. Adam Malik Medan ... 28

4.1.2 Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan ... 29

4.2 Distribusi Proporsi ODHA yang Berkunjung Ke Klinik VCT Berdasarkan Sosiodemografi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 31

4.2.1 Proporsi ODHA Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 31

4.2.2 Sosiodemografi ODHA ... 32

4.3 Berdasarkan Faktor Risiko ... 33

4.4 Berdasarkan Lama Teridentifikasi Sebagai ODHA ... 34

4.5 Berdasarkan Lama Mengonsumsi ARV ... 34

4.6 Analisis Statistik ODHA Yang Berkunjung Ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 35

4.6.1 Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko ... 35

4.6.2 Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko ... 36

BAB V PEMBAHASAN ... 37

5.1 Sosiodemografi ODHA ... 37

5.1.1 Umur dan Jenis Kelamin ... 37

5.1.2 Suku ... 39

5.1.3 Tingkat Pendidikan ... 41

5.1.4 Pekerjaan ... 41

5.1.5 Status Perkawinan ... 44

5.1.6 Tempat Tinggal ... 45

5.2 Faktor Risiko ... 47


(2)

5.4 Lama Mengonsumsi ARV ... 49

5.5 Analisis Statistik ODHA Yang Berkunjung Ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 50

5.5.1 Jenis Kelamin Berdasarkan Faktor Risiko ... 50

5.5.2 Pekerjaan Berdasarkan Faktor Risiko ... 51

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1 Kesimpulan ... 53

6.3 Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Susunan Anggota Tim Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan ... 29 Tabel 4.2 Distribusi Proporsi ODHA yang Berkunjung Ke Klinik VCT

Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 31 Tabel 4.3 Distribusi Proporsi ODHA yang Berkunjung Ke Klinik VCT

Berdasarkan Sosiodemografi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 32 Tabel 4.4 Distribusi Proporsi ODHA yang Berkunjung Ke Klinik VCT

Berdasarkan Faktor Risiko di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 33 Tabel 4.5 Distribusi Proporsi ODHA Yang Berkunjung Ke Klinik VCT

Berdasarkan Lama Teridentifikasi Sebagai ODHA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 34 Tabel 4.6 Distribusi Proporsi ODHA Yang Berkunjung Ke Klinik VCT

Berdasarkan Lama Mengonsumsi ARV di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 34 Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin ODHA Berdasarkan Faktor

Risiko yang Berkunjung Ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 35 Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Pekerjaan ODHA Berdasarkan Faktor Risiko

yang Berkunjung Ke Klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 35


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5.1 Diagram Batang Proporsi ODHA yang Berkunjung Ke Klinik VCT Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 37 Gambar 5.2 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT

berdasarkan Suku di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 39 Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT

berdasarkan Tingkat Pendidikan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 41 Gambar 5.4 Diagram Batang Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik

VCT berdasarkan Pekerjaan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 42 Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT

berdasarkan Status Perkawinan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 44 Gambar 5.6 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT

berdasarkan Tempat Tinggal di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 45 Gambar 5.7 Diagram Batang Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik

VCT berdasarkan Faktor Risiko di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 47 Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT

berdasarkan Lama Teridentikasi Sebagai ODHA di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 48 Gambar 5.9 Diagram Pie Proporsi ODHA yang berkunjung ke klinik VCT

berdasarkan Lama Mengonsumsi ARV di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 49 Gambar 5.10 Diagram Batang Proporsi Jenis Kelamin ODHA Berdasarkan

Faktor Risiko yang berkunjung ke klinik VCT di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2014 ... 50


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Output Simple Random Sampling Lampiran 2 Master Data

Lampiran 3 Output Master Data Lampiran 4 Surat


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Syahreza Siregar

TempatLahir : Pematang Siantar

TanggalLahir : 16November 1995

SukuBangsa : Batak

Agama : Islam

Nama Ayah : Alm. H. M. Yusuf Siregar

SukuBangsa Ayah : Batak

NamaIbu : drg. NurnilaNasution

SukuBangsaIbu : Batak

PendidikanFormal :

1. SD/TamatTahun : SD Swasta Al-Azhar Medan/2006 2. SMP/ TamatTahun : SMP Swasta Al-Azhar Medan/2008 3. SLTA/TamatTahun : SMA Swasta Darul Ilmi Murni/2011 4. Lama Studi di FKM USU : 4Tahun