Prosedur Penelitian 1. Aspek Pengetahuan Lokal
Survei pengetahuan lokal dilakukan untuk mengetahui pengaruh adanya tumbuhan beracun bagi masyarakat yang diperoleh dari hasil wawancara.
Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah Pemandu Balai Tahura, pimpinan masyarakat setempat, dan ahli pengobatan tradisional. Data yang
diperoleh dari hasil wawancara bersama informan kunci ahli pengobatan tradisional disampaikan kepada Pemandu Balai Tahura yang ikut kelapangan
dalam pengambilan sampel.
2. Aspek Keanekaragaman
Pengumpulan data analisis vegetasi tumbuhan beracun menggunakan metode purposive sampling dengan plot lingkaran berukuran luas 0,05 hektar
Soetarahardja, 1997.Jumlah plot lingkaran yang di buat adalah 86 plot. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus:
a. Kerapatan suatu jenis K
contoh petak
Luas jenis
suatu Individu
K ∑
=
b. Kerapatan relatif suatu jenis KR
100 jenis
Seluruh K
jenis Suatu
K KR
× ∑
=
c. Frekuensi suatu jenis F
petak sub
Seluruh jenis
suatu ditemukan
petak Sub
F ∑
∑ =
d. Frekuensi relatif suatu jenis FR
Universitas Sumatera Utara
100 jenis
Seluruh F
jenis Suatu
F FR
× ∑
=
Indeks Nilai Penting INP pada tingkat tumbuhan bawah under stories, semai seedling, dan pancang sapling dihitung dari nilai kerapatan relatif KR
dan frekuensi relatif FR : INP = KR + FR
Keanekaragaman spesies dapat dihitung dengan indeks Shanon atau Shanon Indeks of General DiversityH’ dalam analisis komunitas tumbuhan.
RumusIndeks Keanekaragaman Shanon-Wienner atau Shanon Indeks of General DiversityH’ :
H’ = - ∑ niN ln niN
Keterangan : H’ = indeks Shannon = indeks keanekaragaman Shannon
Ni = jumlah individu dari suatu jenis i N = jumlah total individu seluruh jenis
Menurut Indriyanto 2006, besarnya indeks keanekaragaman jenis menurut Shannon-Wiener didefenisikan sebagai berikut :
a. Nilai H’ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah melimpah tinggi
b. Nilai H’ 1 H’ 3 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies padasuatu transek sedang melimpah
c. Nilai H’ 1 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah sedikit atau rendah
Universitas Sumatera Utara
3.Aspek Fitokimia
Aspek fitokimia mengacu kepada pendeteksian kandungan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai biopestisida. Jenis-jenis tumbuhan beracun
dideteksi kandungan senyawanya yang tergolong metabolit sekunder yaitu senyawa alkaloid, terpen, tanin dan saponin. Prosedur pengujian fitokimia yang
dilakukan berdasarkan Diktat Praktikum Kimia Bahan Alam Barus et al., 2014 adalah sebagai berikut:
a. Pengujian Alkaloid
Sampel diiris halus lalu dimasukkan ke dalam beaker glass sebanyak 10 gram.Selanjutnya direndam dengan HCl 2 N dandipanaskan di atas
penangas air selama 2 jam pada suhu 60
o
C. Hasilnya didinginkan dan disaring. Filtrat akan diujikan sebagai berikut :
• Filtrat sebanyak 3 tetes • ditambah dengan 2 tetes pereaksi Maeyer. Jika mengandung
senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih kekuningan.
• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff.Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka
akan terbentuk endapan berwarna merah bata. • Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi
Bouchardart.Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan terbentuk endapan berwarna cokelat kehitaman.
Universitas Sumatera Utara
• Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Wagner. Jika mengandung senyawa golongan alkaloid maka akan
terbentuk endapan berwarna cokelat
Gambar 1. Skema Pengujian Alkaloid HCl 2 N
Sampel 10 gr
Pemanasan 2 jam 60
o
C
Pendinginan
Penyaringan Filtrat
Endapan putih kekuningan
Pengendapan Filtrat 3 tetes
Pereaksi Maeyer 2 tetes
Filtrat 3 tetes Filtrat 3 tetes
Filtrat 3 tetes
Pereaksi Wagner 2 tetes
Pereaksi Bouchardart 2 tetes
Pereaksi Dragendorff 2 tetes
Pengendapan Pengendapan
Pengendapan
Endapan merah bata
Endapan cokelat kehitaman
Endapan cokelat
Universitas Sumatera Utara
b. Pengujian Terpen
Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50
o
C. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-3 gram, dimasukkan ke dalam
beaker glass dan diekstraksi dengan 10 mL metanol. Ekstrak dipanaskan selama 15 menit di atas penangas air kemudian disaring.
Filtrat akan diujikan sebagai berikut : • Filtrat di totolkan ke plat TLC, kemudian di fiksasi dengan CeSo
4
1 dalam H
2
So
4
10. • Kemudian plat dipanaskan di hotplate pada temperatur 110
o
C. • Bila ada perubahan warna cokelat kemerahan menunjukkan
bahwa adanya senyawa terpen.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Skema Pengujian Triterpen-Steroid
c. Pengujian Flavonoid
Sampel diiris halus lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 50
o
C. Selanjutnya ditimbang sebanyak 2-4 gram, dimasukkan ke dalam
beaker glass dan diekstraksi dengan 20 mL metanol.Ekstrak dapat diekstraksi dalam kondisi panas maupun dingin kemudian disaring.
Filtrat akan diujikan sebagai berikut : • Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan FeCl3
1.Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna hitam.
Ekstrak Metanol 10 mL
Sampel 2-3 gram
Pemanasan 15 menit
Filtrat Penyaringan
Filtrat di totolkan ke plat TLC Filtrat 1 tetes
Pereaksi Salkowsky 3 tetes
Fiksasi denganCeSO
4
1 dalam H
2
SO
4
10 3 tetes
Larutan merah pekat Pemanasan 110
o
C
Warna Coklat kemerahan
Universitas Sumatera Utara
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan NaOH 10.Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak
perubahan warna larutan menjadi warna ungu kemerahan. • Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes Mg-HCl encer.
Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak perubahan warna larutan menjadi warna merah jambu.
• Filtrat sebanyak 1 tetes ditambah dengan 3 tetes larutan H
2
SO
4
.Jika mengandung senyawa golongan tanin maka akan tampak
perubahan warna larutan menjadi warna merah intensif
Gambar 3. Skema Pengujian Flavonoid Sampel 2-4 gram
Ekstrak Metanol 20 mL
Penyaringan Filtrat 1 tetes
H
2
SO
4
3 tetes Mg-HCl cair
3 tetes NaOH 10
3 tetes FeCl
3
1 3 tetes
Warna hitam kehitaman
Warna ungu kemerahan
Warna merah muda
Warna jingga kekuningan
Universitas Sumatera Utara
d. Pengujian Saponin
Sampel diekstraksi dengan alkohol-air di atas penangas air. Ekstrak dim asukkan ke dalam tabung reaksi lalu dibiarkan hingga suhu
semula. Hasilnya dikocok selama 2-3 menit kemudian busa yang terbentuk didiamkan selama 1 menit. Selanjutnya dilakukan pengujian
busa permanen dengan penambahan 1-3 tetes HCl 10.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek Pengetahuan Lokal
Informan kunci yang dipilih dalam penelitian ini adalah ibu Iting Mirsol br Ginting yang merupakan seorang tabib berumur 97 tahun dari desa Paribun, Kab.
Simalungun.Informan lainnya adalah bapak Sirait yang merupakan pemandu balai Tahura Bukit Barisan yang ikut kelokasi pengambilan sampel sehingga
mempemudah pengambilan Sampel . Hasil wawancara dengan Iting Mirsol br Ginting, maka diperoleh beberapa
jenis tanaman yang diduga mengandung racun. Nama lokal tumbuhan beracun yang diperoleh antara lain adalah Mbetung, Ndulpak, Gujera, Tedek tedek, Takur-
takur, Bedi-bedi, Kalincayo, Silawir buluh, Tabar-tabar dan beberapa jenis tanaman lainnya yang tidak ditemukan pada saat dieksplorasi.
Ciri-ciri tanaman beracun yang dimaksudkan oleh informan kunci dijelaskan kepada pemandu Tahura Bukit Barisan sehingga jenis ini dapat dikenali
pada saat eksplorasi. Berdasarkan informasi ini maka tanaman tersebut dijadikan sampel pada saat pengeksplorasian dilapangan. Tanaman lain yang dicurigai
mengandung racun berdasarkan aroma, warna, ciri fisik dan kandungan getahnya juga ikut dijadikan sampel untuk selanjutnya diuji di Laboratoratorium Kimia
Bahan Alam, Fakultas MIPA, Universitas Sumatera Utara.
22
Universitas Sumatera Utara
Deskripsi Tumbuhan Beracun Yang Di Temukan Di Hutan Lindung Simancik II
1. Tedek-tedek Euphorbia sp.
Tumbuhan ini memilki kandungan getah pada daunnya. Tumbuhan ini hanya ditemukan di daerah terbuka yang mendapat cahaya matahari penuh.
Gambar Tedek-tedek dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Tedek-tedek Kandungan kimia
: Kandungan kimia yang terkandung adalah dari golongan Flavonoid dan Alkaloid.
Daun : Tata daun alternate, daun tunggal, bangun daun menjari
palmatipartipus, permukaan daun berbulu sedikit scabrous, tepi daun rata entire, ujung anak daun
membulat rounded, pertulangan daun menjari palminervis ,
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat diidentifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukana saat identifkasi, dari tipe perakaran
dan tipe daunnya maka bijinya merupakan biji berkeping gandadikotil.
Akar : Tipe perakarannya merupakan tipe perakaran tunggang.
Universitas Sumatera Utara
2. Takur- takur gara Nephentes tobaica Daun tumbuhan ini memiliki ciri khas yang berupa alat tambahan atau
accsesoria pada bagian ujung daunnya berupa piala atau kantung. Tumbuhan ini sering digunakan sebagai obat mata oleh masyarakat setempat. Air yang ada
dalam kantungnya diambil dan diteteskan ke mata yang sakit. Ciri Tumbuhan ini dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Takur-takur gara Kandungan kimia
: Kandungan kimia yang terkandung pada tumbuhan ini adalah golongan Flavonoid dan Saponin.
Daun : Tata daun alternate, bangun daun lanset lanseolatus,
daun tunggal, pangkal daun duduk sessile, tepi daun rata entire, ujung daun berpiala, permukaan daun licin
laevis,pertulangan daun sejajar recctinervis, pialanya berwana coklat kemerahan dengan sedikit warna
kekuningan dibagian mulu kantung dengan ukuran tinggi 7-9 cm
Bunga : Bunga tidak ditemukan saat identifikasi.
Biji : Biji tidak ditemukan saat identifikasi.
Akar : Tipe perakarannya merupakan akar serabut.
Universitas Sumatera Utara
3. Ndulpak Endospermum diadenum Miq.