Keuangan EVALUASI KINERJA MANAJEMEN PERGURUAN TINGGI

mengidentifikasi berbagai macam sumber yang bisa digali melalui inkubator bisnis, serta berbagai bisnis lain yang bersifat non­akademik. Gambar 3.2. Proporsi Sumber Dana UB Tahun 2003 s.d. 2008 Saat ini UB sedang menggodok berbagai macam program dan kegiatan melalui inkubator bisnis. Program ini tentunya perlu terus digalakkan oleh UB sebab untuk menjadikan UB sebagai perguruan tinggi yang berstandar internasional memerlukan pendanaan yang besar baik untuk belanja modal maupun belanja operasional. Berbagai target kinerja hanya dapat tercapai apabila dana tersedia untuk membiayai program yang direncanakan. Sementara itu, UB telah bertekad untuk semakin memperkecil ketergantungan terhadap dana negara melalui APBN dan dana mahasiswa. Dilihat dari penggunaan anggaran PNBP di tahun 2007, porsi terbesar adalah digunakan untuk pendidikan 40, penelitian menyerap anggaran sebesar 12, 10 digunakan untuk pengabdian masyarakat, dan 38 digunakan untuk penyediaan sarana, prasarana, dan investasi. Realisasi belanja untuk 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 3.3. Dari tabel nampak adanya pertumbuhan yang konsisten dari waktu ke waktu, dengan proporsi belanja modal mengalami kenaikan signifikan pada tahun 2006­2008 yang dapat dilihat sebagai suatu kemampuan ekspansif dari UB dalam peningkatan mutu sarana dan prasarana. Ke depan, kualitas layanan akan semakin meningkat dan diharapkan akan berdampak langsung pada mutu kegiatan tri dharma. Gambar 3.3. Pertumbuhan Realisasi Belanja Tahun 2003­2008 Hal krusial lain yang akan menjadi isu dalam bidang keuangan adalah sistem pengelolaan keuangan. UB telah memiliki Manual Prosedur MP anggaran dan keuangan. Namun, UB dengan statusnya sebagai PTN masih menggunakan sistem akuntansi negara yang utamanya berbasis kas. Karena itulah, maka existing system yang berlaku di UB mempunyai banyak kelemahan anata lain dana PNBP harus disetor ke kas negara. Saat ini UB telah rutin membuat neraca dan laporan aktivitas melalui SAI Sistem Akuntansi Instansi dan SABMN Sistem Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi AIPT Universitas Brawijaya 2008 Evaluasi Diri | 22 Akuntansi Barang Milik Negara. Namun, kedua sistem tersebut masih terdapat perbedaan laporan, misalnya disclosure laporan keuangan yang kurang mencukupi dan ketepatan waktu laporan yang dihasilkan. Selain itu, sistem yang ada masih dirasa kurang dalam hal assurance. Oleh karena itu, perbaikan sistem akan menjadi salah satu prioritas UB sehingga status BLU menjadi pilihan. Sejalan dengan itu, maka kemampuan sumber daya manusia di bagian keuangan akan terus ditingkatkan. Saat ini melalui proyek I­MHERE Indonesia Managing Higher Education for Relevance and Efficiency UB sedang melakukan reformasi sistem keuangan menuju sistem yang lebih transparan dan akuntabel sesuai dengan Prinsip­prinsip Akuntansi Berterima Umum PABU. Diharapkan sistem ini dapat diterapkan di tahun 2009. Meskipun demikian, perbaikan ini akan kurang berarti bila pengelolaan keuangan masih menggunakan sistem UB sebagai PTN. Oleh karena itu, perubahan UB menjadi BLU betul­betul diharapkan akan dapat menciptakan sistem pengelolaan yang lebih responsif terhadap perubahan, dilaksanakan berdasarkan PABU sehingga akuntabilitas dan transparansi dapat terwujud. Berdasarkan Keputusan Mendiknas No. 080O2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depdiknas Inspektorat Jenderal dan berdasar surat tugas Inspektorat No.220PItjenIX2005 pada tanggal 12 September 2005 di UB telah dilaksanakan audit keuangan oleh Itjen Depdiknas. Hasil temuan audit tersebut telah ditindak lanjuti berdasarkan surat RektorKaBAUK No. 1202J10.11OK2006 tentang Tindak Lanjut Temuan Itjen Depdiknas. Tindak lanjut ini dilakukan dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dalam pendanaan Pada tahun 2006, audit keuangan dilakukan oleh pengawas dari Itjen Depdiknas secara komprehensif mulai tanggal 2­21 Nopember 2006 ke seluruh unit kerja dan fakultas­fakultas di lingkungan UB berdasarkan surat tugas No. 73WItjenX2006 tanggal 17 Oktober 2006. Hasil temuan audit tersebut telah ditindak lanjuti berdasarkan surat Rektor No.1008J10KU2007 tanggal 5 April 2007, tentang Tindak Lanjut Temuan Itjen Depdiknas. Pemeriksaan audit keuangan pada tahun 2007 dilakukan melalui keuangan di UB oleh Badan Pemeriksa Keuangan Negara BPK berdasarkan Undang­undang No.15 tahun 2006. BPK memberi tugas kepada para auditor BPK untuk melakukan Pemeriksaan di UB berdasarkan Surat Tugas No. 23STV.XIII.2012007 tanggal 15 Januari 2007. Auditor telah mengadakan pemeriksaan mulai 15 Januari 2007 sampai kurun waktu hampir satu bulan. Seluruh temuan BPK yang disepakati oleh pihak UB telah ditindak lanjuti UB berdasar surat Rektor No. 1008J10KU2007 tanggal 5 April 2007, tentang Tindak Lanjut Temuan Tim Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Tindak lanjut temuan ini dilakukan untuk menjamin pertanggungjawaban secara administratif maupun secara finansial. Audit keuangan juga dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Pada tahun 2007, tanggal 12 Maret sd 1 April 2007, dengan surat tugas No. 21MItjenII2007 tanggal 13 Pebruari 2007. Tim Auditor Itjen telah mengadakan monitoring dan evaluasi tentang Tindak Lanjut Hasil Pengawasan dan Pemeriksaan yang dilakukan Itjen Depdiknas di tahun sebelumnya. Audit keuangan oleh Auditor Itjen Depdiknas tahun 2007 di UB telah dilaksanakan pada tanggal 4 sd 18 September 2007 dengan surat tugas No.163WItjenVIII2007 tanggal 23 Agustus 2007. Hasil pemeriksaan Itjen tertuang dalam berita acara pemeriksaan dan pemeriksaan pembukuan yang telah dilaksanakan oleh tim Auditor Itjen Depdiknas. Di samping audit keuangan sebagaimana dikemukakan di atas, pemeriksaan keuangan juga dilakukan oleh Biro Keuangan Depdiknas, tanggal 24­26 September 2007 dengan surat tugas No. 46079STA303KU2007 tanggal 14 September 2007 untuk Monitoring dan Evaluasi Penerimaan dan Penggunaan PNBP Triwulan II dan III tahun 2007. Berdasarkan pada berita acara IRJEN yang dibuat di Makassar pada tanggal 22­24 Nopember 2007, UB mendapatkan pujian sangat baik dari Itjen Dikti berkaitan dengan temuan audit BPK tahun 2000­2002, bahwa semua temuan BPK telah selesai ditindaklanjuti oleh UB. Tertib adminitrasi keuangan yang berjalan ini terus dijaga dengan berbagai langkah antisipasi. Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi AIPT Universitas Brawijaya 2008 Evaluasi Diri | 23 Berdasarkan keputusan Mendiknas No. 21 tahun 2007 UB termasuk pada unit wilayah Akuntansi Jawa Timur dimana pada setiap bulan membuat Laporan Keuangan pada wilayah Jatim di Unair Surabaya dan diteruskan pada tingkat pusat Depdiknas. Sebelum tanggal 10 setiap bulan UB diwajibkan Rekonsiliasi dengan KPPN Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara setempat dengan melaporkan penggunaan dana yang telah dipergunakan pada saat itu yang berupa: a. b. c. d. Realisasi Anggaran Belanja, Realisasi Anggaran Pengembalian, Realisasi Anggaran Pendapatan, Realisasi Pengembalian Pendapatan, pada setiap bulan. Sumber pendanaan universitas berasal dari APBN dan PNBP. Dilihat dari perkembangannya yang semakin besar dan tumbuh sekitar 26.7 per tahun dengan nilai total pendapatan terestimasi mendekati 0.4 Triliun pada tahun 2008 dari sebesar 142 Milyar pada tahun 2003. Proporsi sumber pendanaan dari APBN dari waktu ke waktu semakin menurun dan pada saat ini dalam kisaran 33 dibandingkan tahun 2003 sebesar 49.5 dari total pendapatan UB. Hal ini menunjukkan suatu pertumbuhan yang positif dan menjadi aspek kekuatan finansial dan modal menuju otonomi BHPMN maupun otonomi pengelolaan keuangan dalam bentuk BLU. Ini juga menunjukkan semakin besarnya kepercayaan masayarakat dan semakin meningkatnya kualitas UB. Pada sisi lain pertumbuhan ini juga semakin menguatkan tuntutan dalam hal akuntabilitas dan transparansi pengelolaan anggaran. Dengan demikian, di luar audit sesuai perundangan yang ada, dalam struktur organisasi UB yang dikembangkan posisi dan peran Satuan Pengendalian Internal SPI dan Monev semakin diperkuat. Jumlah dana yang terus bertambah menuntut pengelolaan yang semakin efektif dan efisien. Pada saat ini pengelolaan sistem keuangan masih menggunakan sistem yang bersifat semi manual. Neraca dan laporan keuangan dihasilkan dengan menggunakan sistem SAI dan SABMN. Pencatatan transaksi keuangan dari masing­masing unit masih belum terintegrasi menjadi satu. Hal ini dapat menjadi kendala dalam hal pengeolaan keuangan dan dalam hal pengambilan keputusan manajemen yang berkaitan dengan manajemen keuangan. Solusi sistem terus dikembangkan melalui project I­MHERE institusi dan diharapkan akan dapat diimplementasikan pada tahun 2009. Langkah­langkah peningkatan kualitas pengelolaan juga dilakukan dengan peningkatan kompetensi pejabat dan pengelola keuangan. Kesadaran sebagai suatu institusi akademik membawa pada pengalokasian anggaran UB yang semakin difokuskan untuk kegiatan akademik dan pengembangannya. Pada saat ini penggunaan dana PNBP dialokasikan untuk pendidikan sebesar 40 dengan porsi 12 penelitian dan 10 pengabdian dan sisanya untuk sarana, prasarana dan investasi. Dari keseluruhan belanja yang dilakukan sebagian besar 41 dipergunakan untuk belanja pegawai, 32 belanja barang, 22 belanja modal dan sisanya belanja sosial beasiswa. Proporsi ini menunjukkan kepedulian yang tinggi untuk pengalokasian anggaran pada kegiatan akademik. Dari aspek kebijakan pengelolaan keuangan ini beberapa aspek yang dipandang masih perlu dioptimalkan adalah terkait dengan transparansi dan akuntabilitas operasional. Dalam implementasi kebijakan keuangan telah disusun penerapan Manual Prosedur MP yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya keuangan serta penjelasan hak dan tanggung jawab masing­masing pengguna dan pengelola. Sumber pendanaan dari PNBP porsi akademik berasal dari biaya pendidikan mahasiswa masih menempati porsi yang paling besar sebagai sumber pendapatan diikuti dengan PNBP non akademik. Terkait dengan hal ini maka pertanggung­jawaban dan kehati­ hatian dalam pengelolaan telah diterapkan sehingga tidak menimbulkan permasalahan. Dalam proses penentuan biaya pendidikan mekanisme sosialisasi dan umpan balik dilakukan dengan prinsip transparansi dan keadilan. Pada saat ini, dengan penetapan biaya pendidikan secara proporsional UB menuju suatu pola pembiayaan masyarakat yang berkeadilan yang memungkinkan terbentuknya subsidi silang secara langsung di antara peserta didik melalui Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi AIPT Universitas Brawijaya 2008 Evaluasi Diri | 24 pembiayaan pendidikan. Upaya perbaikan terus perlu dilakukan secara cermat dalam penentuan besaran masing­masing sehingga akan mekanisme ini akan menjadi keunggulan UB dan sekaligus juga meningkatkan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam operasional UB. Pertanggung jawaban pemanfaatan di antaranya terwujud dengan pemanfaatan secara langsung anggaran yang ada dalam pengembangan mutu pendidikan dan peneltian serta pengabdian masyarakat. Perkembangan penerimaan anggaran melalui hibah­hibah kompetisi yang diselenggarakan oleh Ditjen Dikti, melalui dana penelitian dan melalui bentuk kerjasama lain menunjukkan trend positif. Hal ini menunjukkan semakin kuatnya potensi UB dalam menuju pengelolaan institusi yang semakin sehat dan berkualitas. Meskipun hal ini merupakan salah satu aspek positif UB, namun UB harus terus meningkatkan kualitasnya. Hal ini disebabkan juga dengan semakin kompetitifnya peroleh dana­dana ini. Perkembangan institusi pendidikan lain bisa menjadi potensi ancaman yang apabila tidak disikapi dengan peningkatan mutu yang memadai akan berubah menjadi ancaman nyata. Upaya mengantisipasi perkembangan ke depan dalam hal penggalangan dana dilakukan dengan melakukan pembentukan unit­unit bisnis dan pemberdayaan produktivitas penelitian, pengabdian dan pendidikan. Pengembangan unit­unit bisnis masih tetap mengacu dengan kerangka peraturan yang ada sehingga tidak menimbulkan permasalahan hukum tanpa harus meninggalkan ciri utama UB sebagai institusi pendidikan. Pembentukan Pusat Inkubator Bisnis dan Layanan Masyarakat diharapkan dapat memberikan peningkatan peran UB di masyarakat dan sekaligus sebagai media peningkatan sumber pendapatan UB.

3.2. Sumber Daya Manusia SDM

Dalam lima tahun terakhir rasio dosen dengan mahasiswa S1 dalam proses belajar mengajar PBM adalah di bawah 1:20 Tabel 3.3 dan Tabel L.12.. Rasio ini merupakan rasio ideal yang ditetapkan oleh Ditjen Dikti. Secara total rasio mahasiswadosen semakin membaik dengan bertambahnya jumlah staf. Komposisi ini perlu dijaga dengan memperhatikan pertumbuhan mahasiswa. Jumlah mahasiswa S1 dapat ditingkatkan dengan catatan mahasiswa diploma mengalami phasing out, dan mengembalikan bisnis utama pada kegiatan pendidikan S1 dan pasca sarjana. Dosen yang menyandang gelar S2 53,86, minimal S2 77,88 dan S3 24,02 di antaranya merupakan alumni luar negeri sedang sisanya berasal dari perguruan tinggi ternama di dalam negeri Gambar 3.4.. Proporsi dosen bergelar S3 yang relatif masih rendah ini akan berubah secara drastis dengan banyaknya staf yang saat ini sedang menempuh program S3 baik di dalam maupun di luar negeri. Kebijakan rekruitmen yang mensyaratkan penerimaan dosen minimal dengan jenjang S2 merupakan satu langkah maju dalam pola rekruitmen. Pada sisi lain dorongan yang tinggi dari pimpinan untuk melanjutkan studi S3 nampak mulai memberikan hasil pada tahun 2007 dan 2008. Tabel 3.3. Rasio Jumlah MahasiswaDosen Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi AIPT Universitas Brawijaya 2008 Evaluasi Diri | 25 Uraian Ratio 2003 2004 2004 2005 2005 2006 2006 2007 2007 2008 2008 2009 Jumlah Mahasiswa Diploma 3.735 3.251 2.892 2.508 1.978 1.030 Jumlah Mahasiswa S­1 22.931 22.959 23.388 23.556 23.807 25.324 Jumlah Mahasiswa Pascasarjana 1.915 1.884 1.877 2.274 1.687 872 Jumlah Mahasiswa Keseluruhan 28.581 28.094 28.157 28.348 27.472 27.461 Jumlah Dosen 1.224 1.271 1.398 1.434 1.419 1.424 Rasio Jumlah Mahasiswa S­1 Dosen 19 18 17 16 17 18 Rasio Jumlah Mahasiswa Diploma S­1Dosen 22 21 19 18 18 19 Rasio Jumlah Mahasiswa Keseluruhan Dosen 23 22 20 20 19 20 1600 1400 1200 207 257 259 264 342 1000 800 600 799 737 763 809 767 S-3 S-2 400 S-1 200 265 404 414 346 315 2004 2005 2006 2007 2008 Gambar 3.4. Perkembangan Jumlah Dosen Berdasarkan Gelar Akademik Sayangnya peningkatan pendidikan dosen melalui pendidikan pascasarjana belum memberikan dampak pada peningkatan efisiensi proses belajar mengajar, karena angka AEE belum mencapai optimum. Pada proses belajar mengajar yang dilaksanakan di S­1 angka AEE yang dicapai adalah 17,42 angka ideal adalah 25. Hal ini disebabkan beberapa faktor, pertama beban kerja dosen tidak menyebar dengan baik meskipun perkembangan jumlah dosen relatif stabil, sistem manajemen belum cukup efektif dalam melakukan fungsinya untuk mendorong tercapainya AEE yang baik. Langkah perbaikan manajemen melalui kegiatan I­ MHERE institusi diharapkan dapat memberi kontribusi positif untuk peningkatan AEE. Jumlah dosen yang mempunyai beban kerja kurang 12 sks per semester mencapai 56 27 dari sampel mempunyai beban berkisar 6­9 sks, 25 berkisar 2­6 sks dan 4 kurang 2 sks. Dosen yang mendapatkan beban kerja berlebihan didominasi oleh dosen yunior asisten ahli dengan 24 di antara mereka mendapatkan beban lebih dari 12 sks. Di sisi lain dosen senior lektor kepala dan profesor yang mempunyai tanggung jawab dan kompetensi lebih, mendapatkan beban lebih sedikit Gambar L.4–L.6.. Mereka yang mempunyai beban lebih dari 12 sks hanya 10 sampai 15. Hasil analisis menunjukkan bahwa dosen senior tersebut mendapat tugas negara dan membantu masyarakat dalam pembangunan. Sementara itu, dosen yunior yang semula kurang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya, maka pada saat ini dosen tersebut mendapat kesempatan luas untuk tugas belajar, pelatihan dan sandwich program dari Dikti maupun UB. Persepsi dosen ini merupakan suatu aspek positif untuk terus mendorong kemajuan relevansi pelayanan akademik. Selain itu, hasil survai juga menunjukkan kecenderungan positif dalam perencanaan pendidikan pegawai. Tindak lanjut perbaikan yang telah dilakukan adalah pemetaan standar kompetensi SDM sesuai tupoksi, berdasarkan pendidikan, pelatihan, pengalaman, motivasi dan kinerja. Peningkatan kapasitas SDM bidang akademik dan non akademik telah dirancang dan diujicobakan melalui program I­MHERE serta menjadi konsep kebijakan tentang pengembangan SDM Gambar L.7. Selanjutnya, kebijakan peningkatan kompetensi melalui pelatihan menjadi salah satu investasi penting UB untuk menunjang ketersediaan SDM yang profesional, pelaksanaan tri dharma bermutu dan relevansi pelayanan sarana­prasarana. Pra kondisi ini sangat dibutuhkan untuk mencapai target manajerial dan akademik selama masa transisional. Upaya­upaya positif dalam peningkatan kompetensi ini diapresiasi oleh staff yang memandang adanya kesesuaian antara pelatihan dan kompetensi yang dimiliki Gambar L.8.. Terlepas dari rata­rata lama studi yang lebih lama dari seharusnya 4,6 tahun, hasil tracer study menunjukkan perkembangan kompetensi lulusan yang semakin meningkat. Dari hasil tracer study beberapa tahun terlihat adanya perubahan signifikan pada gaji pertama yang diterima oleh lulusan. Jika pada 4 tahun yang lalu kebanyakan lulusan mendapatkan gaji Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi AIPT Universitas Brawijaya 2008 Evaluasi Diri | 26