16 Teori memiliki pandangan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin
yang fleksibel, mampu memilih perilaku kepemimpinan yang diperlukan dalam waktu dan situasi tertentu.
5. Kepemimpinan Transformasional
a. Kepemimpinan Transaksional
Sebelum menguarai lebih dalam apa itu kepemimpinan transformasional maka alangkah baiknya apabila terlebih dahulu mengurai secara singkat tentang
kepemimpinan yang
melatarbelakangi munculnya
kepemimpinan transformasional yaitu kepemimpinan transaksional.
Aan Komariah dan Triatna 2006: 75 mendefinisikan bahwa kepemimpinan transaksional merupakan kepemimpinan yang menekankan pada tugas yang
diemban bawahan, pemimpin adalah seorang yang merancang pekerjaan dan mekanismenya, dan staf adalah seseorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan
kemampuan dan keahlian. Sedangkan Nahavandi Danim, 2011: 145 menyatakan bahwa kepemimpinan transaksional didasarkan pada konsep pertukaran antara
pemimpin dan pengikutnya, pemimpin mendorong stafnya bekerja dengan menyediakan sumber daya dan penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi,
produktivitas dan pencapaian tugas yang efektif. Menurut Smith Danim, 2011: 145 ekspektasi pemimpin transaksional
adalah kinerja dan tujuan yang jelas, demikian juga jalan menuju tujuan itu dalam rangka memberi imbalan. Pemimpin juga memantau kinerja dan mengambil
tindakan jika perlu. Kepemimpinan transaksional lebih difokuskan pada peranannya sebagai manajer karena ia sangat terlibat dalam aspek-aspek
17 prosedural yang metodologis dan fisik. Dikarenakan sistem kerja yang jelas
merujuk kepada tugas yang diemban dan imbalan yang diterima sesuai dengan derajat pengorbanan dalam pekerjaan maka kepemimpinan transaksional yang
sesuai diterapkan di tengah-tengah staf yang belum matang, dan menekankan pada pelaksanaan tugas untuk mendapatkan intensif bukan pada aktualisasi diri.
Oleh karena itu kepemimpinan transaksional dihadapkan kepada orang-orang yang ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dari segi sandang, pangan dan papan
Masaong dan Tilome, 2011: 162. Lebih lanjut Aan Komariah dan Triatna 2008: 76 menjelaskan bahwa pola
hubungan yang dikembangkan kepemimpinan transaksional adalah berdasarkan suatu sistem timbal balik transaksi yang sangat menguntungkan, yaitu pemimpin
memahami kebutuhan dasar para pengikutnya dan pemimpin menemukan penyelesaian atas cara kerja dari pengikutnya tersebut. Hal tersebut diperkuat oleh
Danim 2011: 141 yang menyatakan bahwa kepemimpinan transaksional mengandaikan adanya tawar menawar antara berbagai kepentingan individual dari
guru dan staf atau pemangku kepentingan lain sebagai imbalan atas kerjasama mereka dalam agenda kepala sekolah tersebut.
Dalam melaksanakan
peran kepemimpinannya,
para pemimpin
transaksional percaya bahwa orang cenderung lebih senang diarahkan, menjadi pekerja yang ditentukan prosedurnya dan pemecahan masalahnya dari pada
memikul sendiri tanggung jawab atas segala tindakan dan keputusan yang diambil. Oleh karena itu, para bawahan pada iklim transaksi tidak cocok diserahi
18 tanggung jawab merancang pekerjaan secara inisiatif atau pekerjaan yang
menuntut prakarsa Aan Komariah dan Triatna, 2006: 76. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpin transaksional
memotivasi orang melalui proses pertukaran sosial yang mencakup imbalan yang berbasis transaksi serta berorientasi pada tugas dan sedikit mengabaikan aspek-
aspek kepribadian manusia, yang mana tercermin dalam diri pemimpin transaksional dengan keahlian teknis dengan memperjelas fakta-fakta,
mengidentifikasi masalah secara jelas, dan mengeksplorasi alternatif-alternatif secara akal sehat pemimpin.
b. Konsep Kepemimpinan Transformasional