75 menambah wacana bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi
perkembangan siswa kelas atas.
D. Kerangka Berpikir Pertumbuhan kognitif yang terjadi selama masa kanak-kanak
memungkinkan untuk mengembangkan konsep tentang diri sendiri yang lebih kompleks, serta mendapatkan pemahaman emosional dan kontrol.
Sedangkan pertumbuhan otak manusia sendiri paling besar terjadi pada masa kanak-kanak. Pertumbuhan volume otak kanak-kanak akan
berdampak pula pada perkembangan fungsi otak sebagai suatu kognisi. Perkembangan fungsi ini contohnya adalah perkembangan fungsi kognisi
dan emosi. Fungsi kognisi dan emosi dalam teori kontemporer berada pada
wilayah otak yang berbeda. Kognisi berada pada wilayah korteks dan emosi berada pada wilayah amigdala. LeDoux 20111: 408 menyatakan
amigdala memiliki proyeksi ke berbagai area korteks yang jauh lebih besar dari pada proyeksi korteks ke amigdala. Seiring dengan jelasnya
berbagai persoalan, amigdala menimbulkan pengaruh yang lebih besar terhadap korteks dari pada korteks terhadap amigdala, sehingga
memungkinkan pembangkitan emosional mendominasi dan mengontrol pikiran.
Penjelasan mengenai pengaruh proyeksi area amigdala terhadap korteks inilah yang mengembangkan munculnya kecerdasan emosi.
Fungsi amigdala yang banyak mengembangkan munculnya kecerdasan emosi. Fungsi amigdala yang banyak mengolah emosi dimengerti
sebagai suatu kecerdasan, seperti halnya kecerdasan tradisional. Dengan
76 cara berpikir ini, emosi tidak berbeda dengan kognisi
– emosi semata- mata merupakan pikiran tentang situasi yang kebetulan kita hadapialami
LeDoux, 2011: 51. Dalam upaya mempertukarkan gairah emosi denga pikiran tentang
emosi itu sendiri, teori-teori kognitif telah mengubah emosi menjadi kondii-kondisi pikiran yang dingin dan mati. Oleh karena kekurangan
suara dan geloranya, emosi sebagai kognisi tidak mengandung arti apapun, atau sekurang-kurangnya tidak ada sesuatu yang bersifat
emosional. Pada perkembangan kanak-kanak hal demikian juga terjadi seiring dengan pertumbuhan yang dialaminya.
Perkembangan emosi anak-anak masih terus berkembang seiring dengan dunia bermainnya. Perkembangan kognitif anak-anak pun
demikian, seperti dijelaskan oleh Piaget bahwa perkembangan kanak- kanak pada usia sekolah kelas atas misalnya, digolongkan masih berada
pada tahap operasional konkret. Perkembangan kognitif anak-nak di dalam proses pembelajaran di sekolah akan dimengerti dengan
pendekatan dan metode pembelajarn yang sesuai. Lebih kongkret dn kontekstual, tidak terlalu konseptual abstrak. Namun demikian, seperti di
awal dinyatakan bahwa ada proyeksi amigdala yang lebih kuat terhadap korteks, kognisi anak-anak akan berhubungan dengan perilaku
emosionalnya. Misalnya terkait dengan anak-anak siswa kelas atas dalam masalah belajarnya, capaian hasil belajar kognitif yang didapatkan pada
akhir pembelajaran tentu karena adanya aktivitas proses belajar mengajar yang dialami. Sedangkan prestasi belajar bukan saja dipengaruhi oleh
kemampuan intelektual yang bersifat kognitif, tetapi juga dipengaruhi oleh
77 faktor-faktor non-kognitif seperti emosi, motivasi, kepribadian, serta
berbagai pengaruh lingkungan Semiawan, 2008: 12. Keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh kemampuan kognitif, tetapi faktor non-
kognitif tidak kalah penting turut memengaruhi juga. Namun demikian, kuranglah tepat ketika harus memilih atau
mendorong bagian otak mana atau kecerdasan mana yang lebih didorong atau dinyatakan lebih memengaruhi. Baharudin 2007: 158 menyatakan
kecerdasan emosi tidak mengabaikan kecerdasan intelektual tetapi melengkapinya agar menjadi satu kekuatan inhern dalam diri seseorang.
Sebab apabila emosi tidak terkendali, orang akan cepat marah. Sikap marah-marah akan mematikan sistem kerja nalar dan intelektual, yang
bisa berkaibat pada disfungsinya potensi IQ Baharudin, 2007: 161. Dengan demikian menjadi logis bahwa sistem kerja emosi memiliki
proyeksi terhadap sistem kerja kognisi. Apa yang dikenal dengan kecerdasan emosi kemudian juga memiliki pengaruhnya terhadap
kecerdasan kognitif. Kecerdasan kognitif yang oleh banyak penelitian dan para ahli telah banyak dan diutamakan perkembangannya dalam
pendidikan di sekolah dasar. Bentuk akhir dari kecerdasan kognitif dalam sekolah salah satunya adalah pengukuran hasil belajar kognitif. Menjadi
logis kemudian dikatakan kecerdasan emosi memiliki hubungan dengan hasil belajar kognitif seperti halnya amigdala yang memberikan proyeksi
lebih besar terhadap korteks.
78
E. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif dan signifikan