Penggolongan Pegawai menurut Tingkat Pendidikan

2. Penggolongan Pegawai menurut Tingkat Pendidikan

Menurut tingkat pendidikan, pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia digolongkan sebagai berikut. TABEL 2 TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA Tingkat Pendidikan S2 5 orang Tingkat Pendidikan S1 31 orang Tingkat Pendidikan D4 1 orang Tingkat Pendidikan D3 25 orang Tingkat Pendidikan D1 24 orang Tingkat Pendidikan SMA 11 orang Jumlah Keseluruhan Pegawai 97 orang Tabel 2 : Data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Universitas Sumatera Utara BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A.DEFINISI UMUM Definisi umum mengenai Pajak Penghasilan pasal 21 sebagaimana yang tercantum dalam peraturan Dirjen Pajak nomor PER-31PJ2009 tanggal 25 mei 2009, sebagai berikut “Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi subjek pajak dalam negeri, yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan.” Sangat jelas dari definisi tersebut bahwa setiap penghasilan yang diterima oleh orang pribadi, yang merupakan subjek pajak dalam negeri, terutang PPh pasal 21. Orang pribadi ini dapat berupa pegawai baik tetap maupun tidak tetap, bukan pegawai, peserta kegiatan, dan pensiunan. Penghasilan yang terutang PPh pasal 21 meliputi gaji, upah honorarium, tunjangan, uang pesangon, dan imbalan. Sedangkan upah meliputi upah harian, upah mingguan,upah satuan, dan upah borongan. Universitas Sumatera Utara Pemenuhan kewajiban PPh pasal 21 dilakukan oleh pemberi penghasilan yang bertindak sebagai pemotong pajak. Apabila orang pribadi penerima penghasilan adalah subjek pajak luar negeri, maka atas penghasilan tersebut terutang PPh Pasal 26 sebagaimana yang dimaksud dengan UU Nomor 7 Tahun 1983 s.t.t.d.d. UU Nomor 36 Tahun 2008 UU PPh. Perbedaan yang mendasar dari PPh pasal 21 dan PPH pasal 26 dalam hal ini adalah besarnya pengenaan tarif. Berikut adalah beberapa definisi yang terkait dengan orang pribadi penerima penghasilan yang terutang PPh pasal 21 : 1. Pegawai adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai pegawai tetap maupun tidak tetaptenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang ditetapakan pemberi kerja, termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah. 2. Pegawai Tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu Universitas Sumatera Utara tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh full time dalam pekerjaan tersebut. 3. Pegawai Tidak TetapTenaga Kerja Lepas adalah pegawai yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang bersangkutan bekerja, berdasarkan jumlah hari bekerja, jumlah unit hasil pekerjaan yang di hasilkan atau penyelesaian suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh permberi kerja. 4. Penerima Penghasilan Bukan Pegawai adalah orang pribadi selain pegawai tetap dan pegawai tidak tetaptenaga kerja lepas yang memperoleh penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun dari pemotong PPh Pasal 21 danatau PPh Pasal 26 sebagai imbalan atas pekerjaan, jasa atau kegiatan tertentu yang dilakukan berdasarkan perintah atau permintaan dari pemberi penghasilan. 5. Peserta Kegiatan adalah orang pribadi yang terlibat dalam suatu kegiatan tertentu, termasuk mengikuti rapat, sidang, seminar, lokakarya workshop, pendidikan, pertunjukan, olahraga, atau kegiatan lainnya dan menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam kegiatan tersebut. 6. Penerimaan Pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima tunjangan hari tua atau jaminan hari tua. Universitas Sumatera Utara Berikut adalah beberapa definisi yang terkait dengan jenis penghasilan yang terutang PPh pasal 21 : a. Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Teratut adalah penghasilan bagi pegawai tetap berupa gaji atau upah, segala macam tunjangan, dan imbalan dengan nama apapun yang diberikan secara periodik berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh pemberi kerja, termasuk uang lembur. b. Penghasilan Pegawai Tetap yang Bersifat Tidak Teratur adalah penghasilan bagi pegawai tetap selain penghasilan yang bersifat teratur, yang diterima sekali dalam satu tahun atau periode lainnya, antara lain berupa bonus, Tunjangan Hari Raya THR, jasa produksi, tantiem, gratifikasi, atau imbalan sejenis lainnya dengan nama apapun. c. Upah Harian adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara harian. d. Upah Mingguan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan secara mingguan. e. Upah satuan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan jumlah unit hasil pekerjaan yang dihasilkan. f. Upah Borongan adalah upah atau imbalan yang diterima atau diperoleh pegawai yang terutang atau dibayarkan brdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu. g. Imbalan Kepada Bukan Pegawai adalah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang terutang atau diberikan kepada bukan pegawai sehubungan dengan Universitas Sumatera Utara pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan penghasilan sejenis lainnya. h. Imbalan Kepada Bukan Pegawai yang bersifat berkesinambungan adalah imbalan kepada bukan pegawai yang dibayar atau terutang lebih dari satu kali dalam satu tahun kalender sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan. i. Imbalan Kepada Peserta Kegiatan adalah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang terutang atau diberikan kepada peserta kegiatan tertentu, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan, dan penghasilan sejenis lainnya. B. DASAR HUKUM PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 Setiap perhitungan atau pemotongan yang dilakukan oleh Negara tentunya harus mempunyai dasar hukum. Demikian juga halnya dengan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21. Dalam melaksanakan perhitungan pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan berdasarkan : 1. Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 dan kemudian diubah dengan UU No. 7 Tahun 1991 dan diuabah dengan UU No. 10 Tahun 1994 dan diubah lagi UU No. 17 Tahun 2000 tetang pajak penghasilan yang mengatur tentang pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Universitas Sumatera Utara 2. Undang-Undang No.6 Tahun 1983 yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diubah dengan Undang-Undang No, 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 3. Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-545PJ2000 tanggal 29 Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPH Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi dan pelaksanaannya. 4. Peraturan Pemerintah No. 149 tahun 2000 tentang Pemotongan Pajak Penghasilan pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang pensiun, dan tunjangan hari tua THT atau jaminan hari tua JHT. 5. Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota ABRI, dan para pensiunan atas penghasilan yang di bebankan kepada keuangan Negara atau Keuangan Daerah. 6. Peraturan Menteri Keuangan No. 250PMK-032008 tentang besarnya biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pegawai tetap atau pensiun. 7. Peraturan Menteri Keuangan No. 252PMK-032008 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi. Universitas Sumatera Utara 8. Peraturan Menteri Keuangan No. 254PMK-032008 tentang penetapan bagian penghasilan sehubungan pekerjaan pegawai harian, mingguan serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan. 9. Keputusan Menteri Keuangan No. 541KMK042000 tanggal 22 desember 2000 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran pajak, Tempat Pembayaran Pajak, Tata Cara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak serta Tata Cara Pemberian Angsuran atau Penundaan Pembayaran Pajak. 10.Keputusan Menteri Keuangan No.520KMK041998 tanggal 18 desember 1998 tentang bagian penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan serta pegawai tetap lainya yang tidak dikenakan Pemotongan pajak Penghasilan. C. WAJIB PAJAK Wajib Pajak PPh Pasal 21 di atur dalam pasal 3 Peraturan Dirjen Pajak nomor PER- 31PJ2009 tanggal 25 mei 2009, yaitu orang pribadi subjek pajak dalam negeri yang merupakan : 1. Pegawai; 2. Penerimaan uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya; Universitas Sumatera Utara 3. Bukan Pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi : a. tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris; b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan; c. sutradara, kru film, foto model, peragawanperagawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya; d. olahragawan; e. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator; f. pengarang, peneliti, dan penerjemah; g. Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan; h. Agen iklan; i. Pengawas dan pengelolah proyek; j. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara; k. Petugas penjaja barang dagangan; l. Petugas dinas luar asuransi; Universitas Sumatera Utara m. Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya. 4. Peserta Kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi : a. peserta perlombaan dalam segala bidang antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan perlombaan lainnya; b. peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja; c. peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai penyelenggara kegiatan tertentu; d. peserta pendidikan, pelatihan, dan magang; e. peserta kegiatan lainnya. Namun ada beberapa orang pribadi yang tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 bukan wajib pajak PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut : 1 Pejabat Perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga negar indonesia dan di indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau pekerjaanya tersebut, serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik; Universitas Sumatera Utara 2 Pejabat Perwakilan Organisasi International yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan syarat bukan warga negara indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari indonesia. Organisasi Internasional tersebut harus mempunyai syarat : a Indonesia menjadi organisasi tersebut; b Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari indonesia selain pemberian pinjaman kepada pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota. Jenis organisasi internasional yang tidak termasuk subjek pajak di atur dengan Keputusan Menteri keuangan Nomor 574KMK.042003 yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 87PMK.032007 tentang Organisasi- organisasi Internasional dan Pejabat Perwakilan Organisasi International yang tidak termasuk sebagai Subjek Pajak Penghasilan. Hak dan kewajiban yang berstatus sebagai penerima penghasilan adalah: 1 Pada saat seseorang mulai bekerja atau mulai pensiun, untuk mendapatkan pengurangan PTKP, penerima penghasilan harus menyerahkan surat pernyataan kepada pemotong pajak yang menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun takwim atau pada permulaan menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri. 2 Kewajiban tersebut harus dilaksanakan pula dalam hal ada perubahan jumlah tanggungan keluarga menurut keadaan pada permulaan tahun takwim. Universitas Sumatera Utara 3 Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak bagi penerima penghasilan yang dikenakan pemotongan pemotongan untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final. 4 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang menerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari badan perwakilan negara asing dan organisasi internasional yang di kecualikan sebagai Pemotong Pajak PPh Pasal 21, diwajibkan untuk menghitung dan membayar sendiri jumlah pajak penghasilan yang terutang dalam tahun berjalan dan atas penghasilan tersebut dilaporkan dalam surat pemberitahuan. D.SUBJEK PAJAK PENGHASILAN Pajak penghasilan PPh dikenakan terhadap orang pribadi dan badan berkenaan dengan penghasilan yang di terima atau diperoleh selama satu tahun berjalan.

1. Subjek Pajak Penghasilan Subjek PPh meliputi :