Pengertian Model Analisis CAMELS Tujuan Manfaat Penggunaan Model Analisis CAMELS

2. Model Analisis CAMELS

a. Pengertian Model Analisis CAMELS

Untuk melakukan penilaian kesehatan suatu bank dapat dilihat dari berbagai aspek. Ukuran untuk penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh Bank Indonesia. Seperti yang tertera dalam Undang- Undang RI No 7 tahun 1992 tentang perbankan pasal 29, yang isinya adalah: 1 Pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia. 2 Bank Indonesia menetapkan ketentuan tentang kesehatan bank dengan memperhatikan aspek permodalan, kualitas aset, kualitas manajemen, rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank. 3 Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 2 dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip kehati-hatian. Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang tentang perbankan tersebut, Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran No265BPPP tanggal 29 Mei 1993 yang mengatur tentang tata cara penilaian tingkat kesehatan bank. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia dengan Surat Edaran No. 2321BPPP tanggal 28 Februari 1991. Metode penilaian tingkat kesehatan bank tersebut diatas kemudian dikenal dengan metode CAMELS. Karena telah dilakukan perhitungan tingkat kesehatan bank berdasarkan metode CAMELS selanjutnya dilanjutkan dengan perhitungan tingkat kepatuhan bank pada beberapa ketentuan khusus, metode tersebut selanjutnya dikenal dengan istilah CAMELS Plus.

b. Tujuan Manfaat Penggunaan Model Analisis CAMELS

Penilaian bertujuan untuk menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi yang sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat, sehingga Bank Indonesia sebagai pengawas serta pembina bank-bank dapat memberikan arahan bagaimana bank tersebut harus dijalankan dengan baik atau bahkan dihentikan operasinya. c. Komponen Rasio CAMELS Penilaian kesehatan bank meliputi 6 aspek yaitu: 1 Aspek Permodalan Capital Ratio Rasio ini untuk menilai kecukupan modal. Yang dinilai adalah permodalan yang ada didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank.Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR Capital Adequacy Ratio yang telah ditetapkan BI. Perbandingan Rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko AMTR dan sesuai ketentuan pemerintah CAR hingga tahun ini minimal harus 8. Capital Adequacy Ratio CAR dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: 2 Aspek Kualitas Aset Assets Quality Rasio ini untuk menilai kualitas aktiva. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aset antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen aset. Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan APYD adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian. Besarnya ditetapkan sebagai berikut Siamat,2005: a 25 dari aktiva produktif, digolongkan Dalam Perhatian Khusus Special Mention. b 50 dari aktiva produktif, digolongkan Kurang Lancar Substandard. c 75 dari aktiva produktif, digolongkan Diragukan Doubtful. d 100 dari aktiva produktif, digolongkan Macet Loss. 3 Aspek Kualitas Manajemen Mangement Risk Rasio ini untuk menilai kualitas manajemen. Penilaian terhadap faktor manajemen antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen manajemen menggunakan indikator pendukung antara lain sebagai berikut: a Manajemen Umum Manajemen umum dinilai dari praktik good corporate governance antara lain sebagai berikut: 1. Struktur dan komposisi pengurus bank: yaitu bank memiliki komposisi dan jumlah serta kualifikasi anggota Komisaris dan Direksi yang sesuai dengan ukuran, kompleksitas karakteristik, kemampuan keuangan, dan sasaran strategik bank. 2. Penanganan conflict of interest: yaitu jika hal terjadi conflict of interest, anggota dewan Komisaris, anggota Direksi, pejabat Eksklusif dan Pimpinan Kantor Cabang bank mampu menghindari atau tidak mengambil tindakan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan bank dan segera melakukan pengungkapan disclosure conflict of interest tersebut dalam setiap keputusan. 3. Independensi pengurus bank: yaitu anggota dewan Komisaris dan atau anggota Direksi memiliki kemampuan untuk bertindak independen dan menangani pengaruh intervensi pihak eksternal yang dapat mengakibatkan kualitas praktek good corporate governance bank memburuk menurun. 4. Transparansi informasi dan edukasi nasabah: yaitu bank transparan dalam menyelenggarakan good corporate governance dan bank transparan menginformasikan kepada publik secara konsisten. Di samping itu, bank secara berkesinambungan melaksanakan edukasi kepada nasabah mengenai kegiatan operasional maupun produk dan jasa bank untuk menghindari timbulnya informasi yang dapat menyesatkan dan merugikan nasabah. b Penerapan Sistem Manajemen Resiko Penerapan sistem manajemen resiko dinilai berdasarkan 4 empat cakupan, yaitu: 1. Pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi. 2. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit. 3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko serta sistem informasi Manajemen Resiko. 4. Sistem pengendalian intern. c Kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku antara lain meliputi: 1. Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK. 2. Posisi Devisa Neto PDN atau Net Open Position NOP. 3. Prinsip Mengenal Nasabah Know Your Customer KYC Principles. 4. Kepatuhan bank terhadap komitmen dan ketentuan lainnya antara lain : ketentuan kualitas aktiva produktif, penyisihan penghapusan aktiva produktif, dan restrukturisasi kredit serta komitmen bank yang tercantum dalam action plan, rencana bisnis, dan lain – lain. 4 Aspek Rentabilitas Earnings Rasio ini untuk rasio-rasio rentabilitas bank. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut: a b 5 Aspek Likuiditas Liquidity Rasio ini untuk menilai likuiditas bank. Analisis likuiditas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar kemampuan bank tersebut mampu membayar utang utangnya dan membayar kembali kepada deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Tingkat likuiditas bank diukur dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio LDR 6 Aspek Sensitivitas terhadap Resiko Pasar Sensitivity to Market Risk Rasio ini menilai sensitivitas terhadap resiko pasar. Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor sensitivitas terhadap resiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut: a Modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi adverse movement suku bunga. b Modal atau cadangan yang dibentuk untuk meng-cover fluktuasi nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi adverse movement nilai tukar c Kecukupan penerapan sistem manajemen resiko pasar Penerapan bank terhadap sistem manajemen resiko pasar meliputi: 1. Pengawasan aktif dewan Komisaris dan Direksi Bank terhadap potensi eksposur resiko pasar. 2. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian resiko pasar serta sistem informasi manajemen resiko pasar. 3. Efektivitas pelaksanaan pengendalian intern internal control terhadap eksposur resiko pasar termasuk kecukupan fungsi audit intern.

d. Peringkat Penilaian Kesehatan Perbankan Menurut Bank Indonesia