Pengaruh Personal Background Dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah, Studi Kasus Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PERSONAL BACKGROUND
DAN PENGETAHUAN TENTANG PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERAN AUDITOR
INSPEKTORAT DALAM PENGAWASAN KEUANGAN
DAERAH, STUDI KASUS INSPEKTORAT PEMERINTAH
KABUPATEN LANGKAT
OLEH :
NAMA : ANDI HAPOSAN SITORUS NIM : 030503002
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :
“Pengaruh Personal Background Dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah, Studi Kasus Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat.”
adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S-1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya, dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 18 November 2009 Yang Membuat Pernyataan,
ANDI HAPOSAN SITORUS NIM : 030503002
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus karena kasih-Nya yang begitu besar dan karya-Nya yang nyata dalam hidup penulis, sehingga skripsi sebagai tugas akhir pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara ini dapat terselesaikan. Penulis yakin bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi penulis yakin bahwa setiap waktu, tenaga, pikiran, dan biaya yang penulis berikan selama penulisan skripsi ini adalah harga yang pantas untuk menuju kesuksesan. Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak diberi bimbingan, masukan, dukungan, doa, dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu DR. Erlina, SE, M.Si, sebagai Dosen Pembimbing penulis yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak, sebagai Dosen Penguji I dan Bapak Drs. Syahelmi M.Si, Ak, sebagai Dosen Penguji II yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
4. Kebanggaan memiliki kedua orang tua, Ayahanda M. Sitorus dan Ibunda T. Tampubolon. Terimakasih untuk kasih sayang, semangat, perhatian dan doa-doa yang selalu diberikan kepada penulis.
Medan, 18 November 2009 Penulis,
(4)
ABSTRAK
ANDI HAPOSAN SITORUS.030503002. Pengaruh Personal Background dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah, Studi Kasus Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat.(Pembimbing : DR. Erlina, SE, M.Si)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh personal background dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial. Penelitian ini dilakukan pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat yang beralamat di Jalan T. Imam Bonjol No. 1 Stabat. Jenis data yang digunakan adalah data primer, dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan metode analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut :
Hasil pengujian secara bersama-sama (simultan) menunjukkan bahwa variabel
Personal Background (X1) dan Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Y) pada Inspektorat Kabupaten Langkat. Hal ini menunjukkan bahwa Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah pada Inspektorat Kabupaten Langkat dipengaruhi oleh Personal Background dan Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Variabel Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (X2) merupakan variabel yang paling berpengaruh secara dominan dalam Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah pada Inspektorat Kabupaten Langkat.
Kata kunci : Personal Background, Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah.
(5)
ABSTRACT
ANDI HAPOSAN SITORUS.030503002. The Personal Background Influence and Knowledge about the Management of Regional Finance towards the Role of the Inspectorate's Auditor in the Supervision of Regional Finance, the Inspectorate's Case Study Regional Government Langkat. (The Guide: DR. Erlina, SE, M.Si).
This research aimed at knowing the influence of personal background and knowledge about the management of regional finance towards the role of the inspectorate's auditor in the supervision of good regional finance simultaneously and partially. This research was carried out to the Inspectorate Regional Government Langkat that in T. Imam Bonjol road No. 1 Stabat. Types of data is primary data, and data collection techniques done by questionnaire. Data analysis technique used is quantitative analysis techniques using multiple regression analysis method.
Results of the research showed as follows:
Results of the testing together (simultaneous) showed that the Personal Background Variable (X1) and Knowledge Management of Regional Finance (X2) influential positive and significant against The role of the Inspectorate in the Supervision of Regional Finance (Y) to the Regional Government Langkat Inspectorate. This showed that the Role of the Inspectorate in the Supervision of Regional Finance to the Regional Government Langkat Inspectorate was influenced by Personal Background and Knowledge about the Management of Regional Finance.
Variable Knowledge about the Management of Regional Finance (X2) was the most influential variable dominantly in The role of the Inspectorate in the Supervision of Regional Finance to the Government Langkat Inspectorate.
Keywords : Personal Background, Knowledge about the Management of Regional Finance, and the Role of the Inspectorate in the Supervision of Regional Finance.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iii
ABSTRACT ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Perumusan Masalah ... 7
1. Batasan Masalah ... 7
2. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9
1. Tujuan Penelitian ... 9
2. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 10
1. Personal Background ... 10
(7)
3. Peran Auditor Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan
Daerah ... 16
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 20
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 21
1. Kerangka Konseptual ... 21
2. Hipotesis ... 21
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 22
B. Populasi dan Sampel ... 23
1. Populasi ... 23
2. Sampel ... 24
C. Jenis Data dan Sumber Data ... 24
D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data... 25
E. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 27
1. Definisi Operasional Variabel ... 27
2. Skala Pengukuran Variabel ... 29
F. Teknik Analisis Data ... 30
1. Uji Kualitas Data ... 31
2. Uji Asumsi Klasik ... 32
3. Analisis Regresi Linier Berganda ... 36
(8)
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Pengujian Kualitas Data Penelitian ... 40
1. Pengujian Alat Ukur ... 40
2. Uji Asumsi Klasik ... 44
B. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 51
C. Pengujian Hipotesis ... 52
D. Pembahasan Hasil Analisis Penelitian ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 62
B. Keterbatasan Penelitian ... 63
C. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN
(9)
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 1.1 Opini BPK ………. 3
Tabel 3.1 Indikator Pengukuran Variabel ……….. 29
Tabel 3.2 Instrumen Skala Likert ………... 30
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ……… 39
Tabel 4.1 Keterangan Butir Pernyataan Kuesioner ……… 41
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Validitas ………... 42
Tabel 4.3 Hasil Pengujian Reliabilitas ………... 44
Tabel 4.4 Pengujian Normalitas ………. 45
Tabel 4.5 Pengujian Multikolinearitas ………... 48
Tabel 4.6 Rangkuman Statistik Deskriptif ………. 51
Tabel 4.7 Model Summary ………. 52
Tabel 4.8 Uji Statistik t ……….. 53
Tabel 4.9 Uji Statistik F ………. 57
(10)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman Gambar 2.1. Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah ……... 15 Gambar 2.2. Kerangka Konseptual ………. 21 Gambar 4.1. Normal Q-Q Plot ……….... 47 Gambar 4.2. Pengujian Heteroskedastisitas ……… 50
(11)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
Lampiran I Struktur Organisasi Lampiran II Kuesioner
Lampiran III Data Hasil Kuesioner
Lampiran IV Data Hasil Olahan Untuk Regresi Lampiran V Statistik Deskriptif
Lampiran VI Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran VII Uji Normalitas
Lampiran VIII Uji Multikolinearitas Lampiran IX Uji Heteroskedastisitas Lampiran X Pengujian Model
(12)
ABSTRAK
ANDI HAPOSAN SITORUS.030503002. Pengaruh Personal Background dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah, Studi Kasus Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat.(Pembimbing : DR. Erlina, SE, M.Si)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh personal background dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial. Penelitian ini dilakukan pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat yang beralamat di Jalan T. Imam Bonjol No. 1 Stabat. Jenis data yang digunakan adalah data primer, dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan metode analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan sebagai berikut :
Hasil pengujian secara bersama-sama (simultan) menunjukkan bahwa variabel
Personal Background (X1) dan Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Y) pada Inspektorat Kabupaten Langkat. Hal ini menunjukkan bahwa Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah pada Inspektorat Kabupaten Langkat dipengaruhi oleh Personal Background dan Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Variabel Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (X2) merupakan variabel yang paling berpengaruh secara dominan dalam Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah pada Inspektorat Kabupaten Langkat.
Kata kunci : Personal Background, Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah.
(13)
ABSTRACT
ANDI HAPOSAN SITORUS.030503002. The Personal Background Influence and Knowledge about the Management of Regional Finance towards the Role of the Inspectorate's Auditor in the Supervision of Regional Finance, the Inspectorate's Case Study Regional Government Langkat. (The Guide: DR. Erlina, SE, M.Si).
This research aimed at knowing the influence of personal background and knowledge about the management of regional finance towards the role of the inspectorate's auditor in the supervision of good regional finance simultaneously and partially. This research was carried out to the Inspectorate Regional Government Langkat that in T. Imam Bonjol road No. 1 Stabat. Types of data is primary data, and data collection techniques done by questionnaire. Data analysis technique used is quantitative analysis techniques using multiple regression analysis method.
Results of the research showed as follows:
Results of the testing together (simultaneous) showed that the Personal Background Variable (X1) and Knowledge Management of Regional Finance (X2) influential positive and significant against The role of the Inspectorate in the Supervision of Regional Finance (Y) to the Regional Government Langkat Inspectorate. This showed that the Role of the Inspectorate in the Supervision of Regional Finance to the Regional Government Langkat Inspectorate was influenced by Personal Background and Knowledge about the Management of Regional Finance.
Variable Knowledge about the Management of Regional Finance (X2) was the most influential variable dominantly in The role of the Inspectorate in the Supervision of Regional Finance to the Government Langkat Inspectorate.
Keywords : Personal Background, Knowledge about the Management of Regional Finance, and the Role of the Inspectorate in the Supervision of Regional Finance.
(14)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyelenggaraan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaannya telah beberapa kali mengalami perubahan dan terakhir dengan undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Penjelasan umum Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa prinsip-prinsip pemberian otonomi daerah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab.
2. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten/kota sedangkan otonomi provinsi merupakan otonomi yang terbatas.
Otonomi daerah pada dasarnya ditujukan untuk lebih mendekatkan pelayanan masyarakat di daerah sesuai kebutuhannya, sehingga dengan demikian pemerintah daerah mempunyai keleluasaan untuk melaksanakan fungsi pelayanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. Pada hakekatnya semangat otonomi harus tercermin dalam pengelolaan keuangan daerah, mulai dari proses perencanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi seluruh fungsi-fungsi pemerintah yang telah didesentralisasikan.
(15)
Dengan demikian pemerintah pusat beralih lebih menjadi fasilitator, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dapat berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah dan ini berarti bahwa kewenangan serta tanggungjawab yang diemban oleh pemerintah daerah juga akan bertambah banyak. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004, tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sebagaimana tersebut di atas dimaksudkan untuk mendukung terselenggaranya otonomi daerah dalam bidang fiskal yang esensinya adalah distribusi sumber daya keuangan sebagai implikasi dari distribusi kewenangan. Tujuan pokok Undang-undang Nomor 33 tahun 2004, antara lain memberdayakan dan meningkatkan kemampuan perekonomian daerah serta menciptakan sistem pembiayaan yang adil, proporsional, rasional, transparan, partisipatif dan bertanggung jawab, dan untuk mewujudkan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang mencerminkan pembagian tugas kewenangan dan tanggung jawab yang jelas dan manjadi acuan dalam alokasi penerimaan negara.
Otonomi daerah memiliki implikasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Perubahan paradigma ini membawa konsekuensi bagi pemerintah. Untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata dan bertanggungjawab diperlukan pengelolaan keuangan daerah yang mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisiensi, efektif, transparan dan akuntabel.
(16)
Nasution (Medan Bisnis, 2009) mengatakan bahwa transparansi dan akuntabilitas keuangan daerah selama 4 tahun terakhir semakin memburuk. Hal ini dilihat dari opini yang diberikan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Perkembangan Opini selama 4 tahun terakhir dari 279 LKPD dapat dilihat dari tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Opini BPK
Opini 2004 2005 2006 2007
WTP 7% 5% 1% 1%
WDP Merosot dari tahun ke tahun
TMP 2% Na na 17%
TW 4% Na na 19%
Sumber: Medan Bisnis, 8 Januari 2009.
Menurut Anwar, ada beberapa permasalahan yang mendasar dalam pemberian opini selain opini wajar tanpa pengecualian adalah kelemahan prosedur pencatatan, penyusunan dan penyajian laporan keuangan dan kelemahan pengelolaan kas daerah. Kelemahan ini disebabkan belum siapnya sumber daya manusia (SDM) pemerintah daerah dalam penyusunan laporan keuangan dan juga proses pengawasan penyelenggararaan pemerintah daerah yang dilakukan oleh auditor inspektorat pemerintah daerah.
Setiap tahap dalam pengelolaan keuangan daerah memerlukan suatu penguatan pada sisi pengawasan. Pemerintah dan pemerintah daerah
(17)
menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah melalui fungsi-fungsi organik manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi merupakan sarana yang harus ada dan dilaksanakan oleh manajemen secara profesional dan dalam rangka pencapaian sasaran tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Pemerintahan Daerah pada hakekatnya merupakan sub sistem dari pemerintahan nasional dan secara implisit pembinaan dan pengawasan terhadap Pemerintahan Daerah merupakan bagian integral dari sistem penyelenggaraan pemerintahan.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang merupakan lembaga perwakilan rakyat sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah berkedudukan setara dan bersifat kemitraan dengan pemerintah daerah. Pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau Gubernur selaku wakil pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah, meliputi koordinasi pemerintahan antar susunan pemerintahan, pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan, pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan, pendidikan dan pelatihan bagi kepala daerah/wakil kepala daerah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, perangkat daerah, pegawai negeri sipil daerah, kepala desa, anggota badan permusyawaratan desa, dan masyarakat.
Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh Pemerintah, Gubernur dan Bupati/Walikota adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pemerintahan desa
(18)
berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan ini dilakukan oleh auditor inspektorat pemerintah daerah sesuai dengan bidang kewenangannya masing-masing. Fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah terhadap pemerintah daerah bersifat pengawasan kebijakan dan bukan pengawasan teknis.
Berdasarkan pada penjelasan di atas, maka jelas peranan auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efesiensi, efektif, transparan dan akuntabel. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat permasalahan dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan daerah dari pengawasan auditor inspektorat, yaitu masih rendahnya peranan inspektorat daerah dalam keseluruhan proses atau siklus pengelolaan keuangan daerah baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, dan pelaporan.
Permasalahan tersebut dapat dikaji berdasarkan dua aspek yaitu aspek sistem dan aspek individu. Dari aspek sistem, inspektorat daerah kurang independen dalam melaksanakan tugasnya, mereka bertanggungjawab dalam pelaksanaan keuangan daerah secara keseluruhan, dimana dia bertanggungjawab terhadap Kepala Daerah. Jika ada kecurangan yang dilakukan kepala daerah melalui kepala SKPD, maka auditor inspektorat tidak dapat berbuat banyak dalam melaporkan hasil temuannya. Dari segi individu, auditor inspektorat daerah memiliki kelemahan, yaitu wawasan dan pemahaman auditor inspektorat terhadap pengelolaan keuangan daerah relatif rendah.
(19)
Hal ini sejalan dengan fenomena yang ada di Provinsi Sumatera Utara dimana pada tahun 2006 di Provinsi Sumatera Utara terdapat 14 Kabupaten/kota yang mendapat opini disclaimer dari Badan Pemeriksa Keuangan. Dengan demikian, Sumatera Utara tercatat sebagai daerah yang paling banyak mendapat opini disclaimer dari hasil pemeriksaan BPK atas laporan keuangan pemerintah daerah. BPK juga menemukan adanya kelemahan dan ketidakpatuhan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dalam pengelolaan keuangan daerah. Jika pelaksanaan audit internal dilakukan secara benar, maka tingkat kecurangan dan kesalahan dapat dideteksi lebih awal.
Kelemahan tersebut antara lain dalam pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah dan kelemahan dalam proses penyusunan laporan keuangan baik laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) maupun laporan keuangan konsolidasian yang merupakan laporan keuangan pemerintah daerah. Beberapa SKPD belum menutup buku kas umum (BKU) per 31 Desember karena SPJ (surat pertanggungjawaban) belum lengkap. Selain itu, BPK juga menemukan banyak temuan kerugian daerah dan pemborosan keuangan daerah dari hasil pemeriksaan belanja daerah akhir tahun 2007 sampai dengan awal tahun 2008. Berdasarkan pengamatan awal dan hasil focus group discussion (FGD) dengan beberapa konsultan di Pemerintah daerah dan juga dari aparat pemerintah daerah itu sendiri, kelemahan itu disebabkan lemahnya pengawasan internal yang dilakukan oleh inspektorat daerah. Kelemahan ini disebabkan oleh personal
(20)
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk membahasnya dalam skripsi yang diberi judul : “ Pengaruh Personal
Background dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah, Studi Kasus Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat ”
B. Batasan dan Perumusan Masalah 1. Batasan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini penulis mempunyai keterbatasan di dalam melakukan penelitian yaitu batasan aspek penelitian, waktu penelitian, lokasi penelitian, dan batasan-batasan lainnya.
a. Batasan Aspek Penelitian
Dalam hal ini penulis membatasi penelitian di dalam lingkup akuntansi pemerintahan, yaitu dengan melaksanakan penelitian terhadap pengaruh personal background dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah pada Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat. b. Batasan Waktu Penelitian
Dalam hal ini penulis membatasi penelitian untuk waktu penelitian yaitu keadaan yang terjadi di Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat pada tahun 2009.
(21)
c. Batasan Lokasi Penelitian
Penulis membatasi lokasi penelitian hanya pada instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat yaitu Inspektorat Kabupaten Langkat. d. Batasan Lain-lain
Selain ketiga batasan tersebut, penulis juga mempunyai keterbatasan di dalam hal waktu, biaya, dan kemampuan penulis di dalam melakukan penelitian.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
a. Apakah personal background mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah?
b. Apakah pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah?
c. Apakah personal background dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah secara bersama-sama berpengaruh terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah?
(22)
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh personal
background dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah
terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi penulis, menambah pengetahuan dalam bidang pengawasan keuangan daerah.
b. Bagi Pemerintah Daerah, khususnya pada auditor inspektorat dapat menjadi masukan atau referensi untuk meningkatkan kinerja terhadap pengelolaan keuangan daerah.
c. Sebagai bahan acuan atau referensi bagi penulis lainnya yang akan melakukan ataupun yang akan melanjutkan penelitian sesuai dengan judul skripsi ini.
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Personal Background
Personal background dapat didefinisikan sebagai latar belakang
dari sumber daya manusia yang meliputi jenis kelamin, usia, latar
belakang pendidikan, jenjang pendidikan dan pengalaman. Menurut Wiley
(2002, 3) mendefinisikan bahwa ”Sumber daya manusia merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi tersebut”. Sumber daya manusia merupakan elemen organisasi yang sangat penting, karenanya harus dipastikan sumber daya manusia ini harus dikelola sebaik mungkin sehingga mampu memberikan kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
Dalam rangka pelaksanaan pengawasan internal pada Pemerintah
Daerah, terutama dalam melakukan reviu atas laporan keuangan,
inspektorat harus memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik.
Sumber daya manusia harus didukung dengan latar belakang pendidikan
akuntansi, sering mengikuti pelatihan dan pendidikan, mempunyai
pengalaman di bidang keuangan daerah terutama yang berkaitan dengan
adanya perubahan metode dari single entry ke double entry. Auditor
(24)
keuangan daerah, terutama dalam penatausahaan dan pelaporan. Hampir
75% hasil laporan pemeriksaan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
menyebutkan bahwa penatausahaan keuangan daerah masih terdapat
kecurangan dan kesalahan. Kesalahan itu disebabkan adanya perbedaan
persepsi tentang peraturan yang ada. Hal ini biasanya berkaitan dengan
penggunaan dokumen penatausahaan. Dalam hal pelaporan, auditor
inspektorat harus memahami karakteristik dari transaksi yang terjadi dan
pengaruhnya terhadap rekening-rekening dalam laporan keuangan
Pemerintah Daerah.
Beberapa hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
perbedaan personal background akan memiliki perbedaan dalam
karakteristik dan tingkah laku, tingkat kematangan berpikir dan dalam
pengambilan keputusan. Sastoatmojo (1995) menyatakan bahwa
perbedaan jenis kelamin memiliki perbedaan dalam tingkat kematangan
berpikir dan dalam pengambilan keputusan. La Palombara (1974)
menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang
dalam bersikap, berperilaku dan berperan dalam tugasnya diantaranya latar
belakang pendidikan, tingkat pendidikan, pengalaman dan usia.
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi individu dalam
melaksanakan tugasnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang,
maka akan semakin baik tingkat kematangan berpikirnya dan tingkat
ketepatan dalam pengambilan keputusan. Latar belakang pendidikan juga
(25)
pekerjaan yang dilakukannya. Jika seseorang itu ditempatkan di bidang
yang tidak dipahaminya, maka hasil kerjanya tidak akan maksimal.
Auditor yang tidak memiliki pengetahuan di bidang audit laporan
keuangan, pada saat mereka melaksanakan tugasnya dalam mereviu
laporan keuangan, akan kesulitan dan tidak dapat berbuat atau berperan
banyak dalam pengawasan maupun reviu atas laporan keuangan tersebut.
2. Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Conner dan Prahalad (1996) dan Grnt dalam Griffith et al. (1999)
menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan sumber daya yang penting
bagi suatu organisasi. Pengetahuan memegang peranan penting agar suatu
organisasi dapat berjalan secara maksimal. Bagi inspektorat, auditor yang
mereka miliki harus mempunyai pengetahuan tentang pengelolaan
keuangan daerah yang baik agar dalam melaksanakan fungsinya sebagai
pengawas internal dalam penyelenggaraan pemerintah daerah dapat
berjalan secara maksimal.
Berdasarkan Pasal 1 PP 58 Tahun 2005, Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan anggaran, penyusunan anggaran, pelaksanaan dan penatausahaan anggaran, pelaporan anggaran, pertanggungjawaban dan pengawasan.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab. Uraian ini menunjukkan bahwa keuangan daerah
(26)
harus dikelola dengan baik agar semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 pasal (4) dan (5), yakni Pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatuhan.
Edward (1992 : 3) menyatakan manajemen keuangan daerah dapat dilakukan dengan baik jika pemerintah daerah dapat mendefinisikan secara jelas tujuan dari manajemen keuangan. Hal ini menandakan bahwa bila pemerintah daerah secara jelas dapat mendefinisikan atau merumuskan tujuan pengelolaan keuangan daerah, maka kebijakan tentang alokasi sumber daya daerah untuk kepentingan publik dapat tercapai. APBD memiliki potensi penyimpangan atau penyalahgunaan yang cukup tinggi, karena berkaitan dengan pengelolaan aset daerah dalam bentuk keuangan daerah. Dikatakan memiliki potensi penyimpangan tinggi karena struktur dan bentuk APBD saat ini jauh berbeda dengan struktur dan bentuk APBD sebelum implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002. Disamping itu, anggota dewan memiliki kewenangan yang cukup luas dalam penyusunan dan penetapan APBD, sebagaimana dinyatakan dalam kedua undang-undang tersebut, yaitu penyusunan maupun revisi APBD harus mendapat persetujuan dari DPRD. Konsekuensi dari aturan ini
(27)
menunjukkan adanya kehati-hatian pemerintah daerah dalam mengelola keuangan daerah dan menghendaki adanya bentuk pertanggungjawaban dalam penggunaan setiap rupiah selama satu periode tahun anggaran.
Perencanaan Pembangunan Daerah adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara daerah dan masyarakat.
Berdasarkan UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional serta memperhatikan UU no, 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU no. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dokumen Perencanaan Pembangunan yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
a. Rencana pembangunan jangka panjang b. Rencana pembangunan jangka menengah c. Rencana pembangunan tahunan
d. Rencana Strategis SKPD e. Rencana Kerja SKPD
Dokumen a sampai dengan c adalah dokumen yang dibuat oleh Pemerintah Daerah, sedangkan dokumen d dan e adalah dokumen yang dibuat oleh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). Masing-masing dokumen perencanaan di atas terkait satu dengan dokumen perencanaan pembangunan nasional.
(28)
Berikut ini adalah skema penyusunan perencanaan pembangunan daerah: Gambar 2.1
Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah
Setelah Peraturan kepala daerah tentang APBD ditetapkan, maka pejabat pengelola keuangan daerah membuat surat pemberitahuan kepada kepala satuan kerja perangkat daerah untuk menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran satuan kerja perangkat daerah (DPA-SKPD) dan anggaran kas. Setelah disetujui DPA, maka langkah selanjutnya dalam pengelolaan keuangan daerah adalah pelaksanaan anggaran dan penatausahaan dari anggaran tersebut. Pentausahaan anggaran belanja dimulai dengan penyusunan dokumen surat perintah pembayaran sampai keluar SP2D serta pertanggungjawaban dari belanja tersebut. Berdasarkan
Propinsi/Kab/Kota
SAKTER RPJPD
(20 tahun)
PERATURAN DAERAH
PERATURAN KEPALA DAERAH RPJMD
(5 tahun)
RKPD (1 Tahun) KUA dan PPAS RENJA
SKPD RENSTRA
SKPD KEPUTUSAN
KEPALA DAERAH
(29)
dokumen penatausahaan tersebut, maka dilakukan pencatatan dalam BKU dan dalam jurnal sampai selesai laporan keuangan.
Semua proses pengelolaan keuangan daerah tersebut harus dipahami oleh auditor inspektorat. Hal ini berguna untuk memastikan apakah pelaksanaan anggaran telah sesuai dengan anggaran dan juga tidak menyimpang dari peraturan yang ada.
3. Peran Auditor Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah Dari sisi hubungan organisasi auditan dengan auditor, dikenal 2
(dua) kelompok auditor, yaitu auditor eksternal dan auditor internal.
Auditor eksternal sering juga disebut sebagai auditor independen karena
tidak memiliki hubungan organisasi dengan pihak yang diaudit. Dalam
lingkup pemerintah daerah dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan auditor eksternal. Dalam
pelaksanaannya dan sesuai dengan kewenangan yang dimilikinya BPK
dapat menugaskan pihak lain seperti Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk
melakukan audit atas laporan keuangan pemerintah daerah. Kewenangan
BPK melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan pemerintah
daerah didasarkan pada Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara dan
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa
(30)
Dalam hal pemerintah daerah, sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, auditor
internal pemerintah daerah adalah unsur pengawas penyelenggaraan
pemerintahan daerah yang selanjutnya disebut Inspektorat. Hingga
sekarang ini belum seluruh pemerintah daerah menamai organisasi auditor
internalnya sebagai inspektorat. Beberapa pemerintah daerah masih
menamakan organisasi auditor internalnya sebagai Badan Pengawas
Daerah (Bawasda). Oleh karena itu, inspektorat dan Bawasda memiliki arti
dan makna yang sama sebagai auditor internal pemerintah daerah.
Selanjutnya, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23
Tahun 2007 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dinyatakan bahwa orang yang
karena jabatannya melaksanakan tugas pengawasan atas penyelenggaraan
pemerintahan daerah untuk dan atas nama Menteri Dalam Negeri atau
Kepala Daerah disebut Pejabat Pengawas Pemerintah (PPP).
Dalam hal auditor internal, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan
Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah hasil kegiatan inspektorat
(bawasda) antara lain disampaikan kepada:
a) Laporan hasil pemeriksaan Inspektorat Provinsi disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan kepada Menteri Dalam Negeri dan BPK Perwakilan.
(31)
b) Laporan hasil pemeriksaan Inspektorat Kabupaten/Kota disampaikan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada
Gubernur dan BPK Perwakilan.
Bagi kepala daerah, hasil pemeriksaan inspektorat merupakan
informasi atas pelaksanaan APBD yang menjadi tanggungjawab organisasi
perangkat daerahnya (SKPD dan SKPKD). Selanjutnya, kepala daerah
akan menindaklanjuti hasil pemeriksaan inspektorat sebagai upaya untuk
menyesuaikan, memperbaiki, dan menyempurnakan pengelolaan APBD
pada organisasi perangkat daerahnya.
Dari tinjauan manajemen, inspektorat menjalankan fungsi
pengawasan kepala daerah. Dengan demikian baik atau buruknya hasil
pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat sesungguhnya mencerminkan
kualitas kepala daerah menjalankan fungsi pengawasan yang menjadi
tanggungjawabnya.
Dalam mekanisme pengelolaan APBD, sesungguhnya inspektorat
merupakan komponen penting dari sistem peringatan dini (early warning
system) yang dimiliki kepala daerah. Kepala daerah seyogyanya
mengetahui dengan baik bagaimana masing-masing organisasi perangkat
daerah melaksanakan tanggungjawab pengelolaan APBD-nya. Idealnya,
inspektorat melakukan pemeriksaan dan penilaian tersebut sebelum BPK
(32)
Bagi auditan - SKPD dan SKPKD, penilaian yang dilakukan
inspektorat seyogyanya menjadi masukan yang berharga untuk
memperbaiki dan menyempurnakan kualitas pengelolaan APBDnya.
Inspektorat sesungguhnya merupakan konsultan dan mitra auditan yang
penting dalam meningkatkan tatakelola pemerintahan yang baik (good
corporate governance).
Bagi Menteri Dalam Negeri, Gubernur, dan BPK Perwakilan,
laporan inspektorat yang ditembuskan padanya mencerminkan berjalan
tidaknya fungsi pengawasan yang menjadi tanggungjawab kepala daerah.
Inspektorat dapat saja menyembunyikan fakta yang tidak benar dalam
laporan yang disampaikan. Tetapi bila kemudian BPK menemukan fakta
yang tidak benar tersebut dan mengungkapkan hal dimaksud dalam
laporan hasil auditnya, kepala daerah sebagai penanggungjawab
pemerintahan daerah tentu akan dihadapkan pada posisi yang sulit. Kepala
daerah yang bersangkutan dapat saja dianggap tidak akuntabel dalam
penyelenggaraan pemerintahannya.
Fungsi pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen
yang memberi masukan kepada manajemen tentang hal yang
sesungguhnya terjadi dalam fungsi pelaksanaan. Hasil pengawasan akan
menjadi bahan manajemen untuk memperbaiki dan menyempurnakan
kualitas perencanaan dan pelaksanaan. Jika fungsi pengawasan tidak
berjalan sebagaimana mestinya, maka sudah dapat dipastikan kualitas
(33)
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan ide penelitian yang dilakukan oleh Winarna & Murni (2007). Mereka meneliti pengaruh
personal background, political background dan pengetahuan dewan
tentang anggaran terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah. Hasil dari penelitian adalah personal background, political
background dan pengetahuan dewan tentang anggaran secara
bersama-sama (simultan) mempengaruhi secara signifikan terhadap terhadap peran DPRD dalam pengawasan keuangan daerah.
(34)
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam kerangka konseptual penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual
2. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan tinjauan teoritis, maka hipótesis sementara penelitian ini adalah personal background dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah baik secara simultan maupun parsial.
Personal Background
Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
Independen Variabel Dependen Variabel
Peran Auditor Inspektorat dalam
Pengawasan Keuangan Daerah
(35)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang penulis lakukan adalah statistik deskriptif kausal, yaitu desain penelitian yang meneliti suatu objek penelitian dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden jika ada. Desain ini berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30). Statistik deskriptif dalam penelitian merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan. Tabulasi menyajikan ringkasan, pengaturan atau penyusunan data dalam bentuk tabel numerik (Ghozali & Ikhsan, 2006).
(36)
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Menurut Sugiono (2005:72):
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Populasi dalam penelitian ini adalah staf Inspektorat Kabupaten Langkat yang berjumlah 34 orang, dengan struktur sebagai berikut:
a. Kepala Inspektorat – satu orang b. Sekretaris Inspektorat – satu orang
c. Kepala Sub Bagian (Kasubbag) – tiga orang d. Inspektur Pembantu Bidang – tiga orang e. Kepala Sub Bidang (Kasubbid) – enam orang f. Staf Pemeriksa (Auditor) – dua puluh orang
Penelitian ini bersifat survei, sehingga staf Inspektorat Kabupaten Langkat sejumlah 31 orang dijadikan sampel, dikarenakan 3 orang staf Inspektorat Kabupaten Langkat tidak dapat mengisi kuesioner pada saat kuesioner disebarkan. Metode survei menurut Ghozali & Ikhsan (2006) adalah pengumpulan data primer menggunakan pertanyaan lisan atau tulisan dan memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan subjek (responden). Data penelitian dapat berupa data subjek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik subjek penelitian secara individual ataupun secara berkelompok.
(37)
2. Sampel
Menurut Sugiono (2005:73):
“Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”
Sampel pada penelitian ini merupakan Staf Inspektorat Kabupaten Langkat yang berjumlah 31 orang.
C. Jenis Data dan Sumber Data
Untuk memperoleh data dan informasi dalam rangka penulisan skripsi ini, jenis-jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Data Primer
Data Primer adalah data atau informasi yang berkaitan dengan penelitian ini dan diperoleh secara langsung tanpa melalui perantara dari sumber asli/ utama untuk menjawab pertanyaan penelitian, yang kemudian dikembangkan dengan pemahaman sendiri oleh penulis di dalam mengambil kesimpulan.
Misalnya adalah kuesioner dan wawancara dengan pihak entitas yang berkaitan yaitu staf pada Inspektorat Kabupaten Langkat.
(38)
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang sudah diolah dan telah menjadi dokumentasi yang bersumber dari entitas pemerintahan ataupun dari sumber-sumber lainnya, misalnya: gambaran umum Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat, gambaran umum Inspektorat Kabupaten Langkat, struktur organisasi Inspektorat Kabupaten Langkat, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Inspektorat Kabupaten Langkat, buku-buku literatur, dan lain-lain.
D. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penulisan skripsi ini, adalah:
1. Kuesioner
Teknik pengumpulan data ini adalah memberikan kuesioner yang kemudian dijawab oleh para staf pemeriksa pada Inspektorat Kabupaten Langkat, yang berjumlah 34 orang. Akan tetapi, karena 2 orang staf Inspektorat Kabupaten Langkat sedang mengikuti pendidikan di luar kota dan 1 orang staf Inspektorat Kabupaten Langkat sedang melaksanakan tugas di KPU, maka hanya 31 set kuesioner yang kembali. Penjelasan petunjuk pengisian kuesioner dibuat sesederhana dan sejelas mungkin untuk memudahkan pengisian jawaban yang sesungguhnya dengan lengkap. Setelah peneliti menerima kembali kuesioner yang telah diisi oleh staf Inspektorat Kabupaten Langkat, maka peneliti akan menganalisis dan
(39)
mengambil kesimpulan dari kuesioner tersebut. Contoh kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dilampirkan pada Lampiran 2.
2. Survei
Teknik pengumpulan data ini adalah teknik pengumpulan data primer yang diperoleh secara langsung dari sumber asli dengan menggunakan pertanyaan lisan maupun tertulis dan memerlukan adanya kontak atau hubungan antara peneliti dengan subjek (responden). Data penelitian tersebut dapat berupa data subjek yang menyatakan opini, sikap, pengalaman, atau karakteristik subjek penelitian secara individual maupun kelompok.
3. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data ini adalah dengan melihat dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu berupa : peraturan perundang-undangan, buku/literatur, bahan-bahan penerbitan lainnya, terutama yang berkaitan dengan pengaruh personal background dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah pada Inspektorat Kabupaten Langkat. Teknik pengolahan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah dengan pengolahan statistik dengan bantuan SPSS 15.
(40)
E. Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini merupakan penelitian empiris, maka sumber datanya adalah data primer untuk menguji hipotesis yang diajukan. Variabel dari penelitian ini terdiri dari variabel independen dan variabel dependen, yaitu : personal
background dan pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah sebagai
variabel independen; dan peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah sebagai variabel dependen.
1. Definisi Operasional Variabel
Variabel yang digunakan oleh penulis meliputi variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel terikat).
a. Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Indriantoro dan Supomo, 2002:63). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Personal Background (X1) dan Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (X2). 1) Personal Background (X1)
Personal Background staf Inspektorat Kabupaten Langkat diukur
melalui strata pendidikan yang dimiliki oleh staf Inspektorat Kabupaten Langkat. Untuk staf Inspektorat Kabupaten Langkat, tingkat pendidikan dimulai dari tingkat SLTA sampai dengan tingkat Pasca Sarjana. Indikator lainnya adalah jurusan pendidikan yang dimiliki oleh staf Inspektorat Kabupaten Langkat, yang terdiri
(41)
dari jurusan Ekonomi, FISIP, Hukum, Teknik, dan lainnya. Pengukurannya menggunakan Skala Likert.
2) Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (X2) Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang dimaksud di dalam penelitian ini, indikatornya adalah staf Inspektorat Kabupaten Langkat yang telah mengikuti program pelatihan/workshop/seminar tentang keuangan daerah. Indikator lainnya adalah materi pelatihan yang diikuti, jenis pelatihan, dan frekuensi pelatihan yang telah diikuti. Artinya semakin banyak mengikuti pelatihan maka kualitas sumber daya manusia pada Inspektorat Kabupaten Langkat akan semakin lebih baik.
b. Variabel Dependen (variabel terikat)
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen (Indriantoro dan Supomo, 2002:63).
Variabel dependen dari penelitian ini adalah Peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah (Y). Menurut Kuncoro (2006), variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan. Yang menjadi indikator dalam Peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah adalah memantau implementasi dan mengadakan evaluasi terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
(42)
Tabel 3.1`
Indikator Pengukuran Variabel
No. Jenis Variabel Variabel Skala
Pengukuran 1. Variabel bebas Personal Background Likert 2. Variabel bebas Pengetahuan tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
Likert 3. Variabel terikat Peran Auditor Inspektorat dalam
Pengawasan Keuangan Daerah
Likert Sumber : Penulis, 2009
2. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran penelitian ini menggunakan dua variabel independen dan satu variabel dependen yang diukur dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap dan pendapat, serta persepsi seseorang atau sekelompok orang (Sugiono, 2003:86). Dalam Skala Likert, variabel yang diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Dalam hal ini akan digunakan kuesioner untuk mendapatkan jawaban. Di dalam penelitian ini untuk mengukur setiap variabel digunakan Skala Likert yaitu dengan bobot nilai 1 (satu) sampai 5 (lima). Oleh karena itu, pengukuran variabel ini menggunakan skala ordinal.
(43)
Skala Likert menggunakan 5 (lima) tingkatan jawaban yang dapat dilihat dari tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3.2
Instrumen Skala Likert
No. Pertanyaan Skor
1. Selalu (SLL) 5
2. Sering (SRG) 4
3. Kadang - Kadang (KK) 3
4. Hampir Tidak Pernah (HTP) 2
5. Tidak Pernah (TP) 1
Sumber: Sugiono, 2003 : 86
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis di dalam penyusunan skripsi ini adalah teknik analisis kuantitatif yaitu teknik analisis data yang menggunakan model matematika dan statistik dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga memberikan keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Analisis tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik analisis statistik (SPSS) yaitu metode analisis regresi berganda (multiple regretion analysis). Analisis atau pengujian regresi berganda ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen/ bebas terhadap variabel-variabel dependen/terikat dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linier.
(44)
1. Uji Kualitas Data
Kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat dievaluasi melalui Pengujian Validitas (Validity Test) dan Pengujian Reliabilitas (Reliability Test). Pengujian tersebut masing-masing untuk mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan instrumen. Ada dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengukur kualitas data, yaitu :
a. Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu alat ukur (dapat berupa kuesioner) yang digunakan untuk mendapatkan data atau mengukur sesuatu. Uji Validitas dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing pertanyaan dengan total skor dari item-item pertanyaan. Ghozali & Ikhsan (2006) menyatakan Validitas dalam hal ini merupakan akurasi temuan penelitian yang mencerminkan kebenaran sekalipun responden yang dijadikan objek pengujian berbeda. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiono, 2005:109).
b. Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila suatu alat pengukur dapat dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh dengan relatif konsisten atau stabil
(45)
dari waktu ke waktu, maka alat pengukur tersebut reliabel. Uji Reliabilitas juga dapat diartikan sebagai instrumen yang digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama (Sugiono, 2005:109). Pengujian Reliabilitas pada dasarnya bisa dilakukan dengan Repeated Measure dan One Shot (Karo-Karo, 2006:36). Dalam penelitian yang dilakukan ini, uji reliabilitas dilakukan dengan satu kali pengukuran (one shot), karena pengukuran yang berulang (repeated measure) membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan internal consistency method yang hanya memerlukan satu kali pengujian tes terhadap responden penelitian dengan menggunakan teknik Cronbach Alpha (Karo-Karo, 2006:36). Pengujian ini menentukan konsistensi jawaban responden atas suatu instrumen penelitian. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60. Uji Validitas dan Reliabilitas dilakukan kepada 31 responden yaitu staf pada Inspektorat Kabupaten Langkat.
2. Uji Asumsi Klasik
Untuk dapat melakukan analisis regresi berganda perlu pengujian asumsi klasik sebagai persyaratan dalam analisis agar data-data dapat bermakna dan bermanfaat. Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis. Menurut Ghozali (2005:123), asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah:
(46)
a. Berdistribusi normal
b. Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan secara sempurna ataupun mendekati sempurna.
c. Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidak saling berkorelasi.
d. Homoskedastisitas, artinya variance variabel independen dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.
Menurut Kuncoro (2006), inti metode Ordinary Least Square mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut. Adapun uji asumsi klasik model regresi berganda dengan metode penaksiran OLS (Ordinary Least Square) sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat atau variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2005:110). Uji ini ditujukan untuk mendapatkan kepastian terpenuhinya syarat normalitas yang akan menjamin dapat dipertanggungjawabkannya langkah-langkah analisis statistik sehingga kesimpulan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pedoman tentang data tersebut mendekati atau merupakan distribusi normal dapat didasarkan pada analisis grafik dan analisis statistik. Analisis grafik dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram yang membandingkan data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal atau mengikuti kurva berbentuk lonceng dan grafik
(47)
normal probability plot (P-Plot) yang membandingkan distribusi
kumulatif dari distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik-titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal akan menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Pengujian data pada penelitian ini juga menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test untuk menguji normalitas data masing-masing variabel (Karo-Karo, 2006:36).
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Multikolinearitas merupakan suatu fenomena adanya korelasi yang sempurna antara variabel-variabel bebas diantara satu dengan lainnya. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Dalam hal ini kita sebut variabel-variabel bebas ini tidak ortogonal yaitu variabel bebas yang nilai korelasi diantara sesamanya sama dengan nol. Jika terjadi Multikolinearitas, akan mengakibatkan timbulnya kesalahan standar penaksir dan probabilitas untuk memerima hipotesis yang salah menjadi semakin besar. Untuk mendeteksi adanya Multikolinearitas digunakan juga nilai Variance
Inflation Factor (VIF) untuk masing-masing variabel bebas. Jika nilai
(48)
Multikolinearitas dengan variabel lainnya. Akan tetapi, jika nilai
Variance Inflaction Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas
dari multikolinearitas. c. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan (variance) dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi homoskedastisitas (Ghozali, 2005:105). Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linear klasik ialah bahwa variance setiap disturbans term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabel-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan
α. Untuk menguji heteroskedastisitas ini, peneliti menggunakan uji
metode grafik, dengan melihat ada tidaknya pola tertentu yang tergambar pada output SPSS yaitu gambar Scatter-Plot antara variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Dasar pengambilan keputusan (Karo-Karo, 2006:37), adalah:
1) Jika pola penyebaran data membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang melebar, kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas.
(49)
2) Jika tidak terdapat pola yang jelas, sebaran data di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas yaitu model regresi yang homoskedastisitas. 3. Analisis Regresi Linier Berganda
Menurut Indriantoro dan Supomo (2002), analisis regresi berganda umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio dalam suatu persamaan linear. Pengaruh variabel independen (karena umumnya ada korelasi antar variabel independen), dalam analisis regresi berganda dapat diukur secara terpisah dan secara bersama-sama terhadap konstruk variabel.
Analisis regresi linier berganda ini digunakan untuk melihat prediksi nilai dari Personal Background (X1) dan Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (X2) terhadap Peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah (Y) pada Inspektorat Kabupaten Langkat, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh antara variabel independen (X1 dan X2) dengan variabel dependen (Y).
(50)
Model persamaannya adalah sebagai berikut : Analisis Regresi Berganda :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana :
Y = Peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah a = Konstanta
X1= Personal Background
X2= Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah b1 = Koefisien regresi Personal Background
b2 = Koefisien regresi Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
e = Error term
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan statistik parametrik. Oleh karena itu, setiap data konstruk variabel harus terlebih dahulu diuji normalitasnya. Statistik parametrik menurut Ghozali & Ikhsan (2006) merupakan uji yang modelnya menetapkan adanya syarat-syarat tertentu tentang parameter populasi yang merupakan sumber sampel penelitiannya. Syarat-syarat itu biasanya tidak diuji dan dianggap sudah dipenuhi. Dalam
penelitian ini digunakan tingkat signifikan (α) 0,05 atau 5 % untuk
menguji apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima atau ditolak dengan cara menguji nilai F. Apabila nilai F positif berarti hipotesis diterima. Hal ini menunjukkan personal background dan
(51)
pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah secara simultan berpengaruh terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Untuk menguji masing-masing variabel independen secara terpisah terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah dilakukan dengan menguji nilai t dengan uji dua sisi pada
tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5 %. Kriteria pengujian yang digunakan
adalah menerima hipotesis jika nilai t hasil perhitungan adalah positif signifikan.
(52)
G. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh penulis pada bulan Juli 2009 sampai dengan selesai, bertempat di Inspektorat Kabupaten Langkat yang beralamat di Jl. Jalan T. Imam Bonjol No. 1 Stabat. Untuk jadwal penelitian akan dijabarkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian No Kegiatan Penelitian
2009
2 3 4 5 6 7 8 9 1 Penyusunan Proposal
2 Pengesahan Proposal 3 Perbaikan Proposal 4 Seminar
5 Pengambilan Data 6 Penyusunan Skripsi 7 Perbaikan Skripsi
8 Ujian Meja Hijau
(53)
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan pengujian data dan hasil penelitian. Pengujian diawali dengan uji kualitas data (validitas) dan uji keterandalan (reliabilitas) dari setiap butir pertanyaan / pernyataan instrumen penelitian menggunakan analisis faktor yaitu teknik Cronbach Alpha. Kemudian dilanjutkan dengan Uji Asumsi Klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskesdatisitas. Pengolahan data penelitian berupa deskripsi dan inferensi. Pengujian data dengan menggunakan statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap data-data pada variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian. Sedangkan pengujian data dengan menggunakan statistik inferensial ditujukan untuk menguji hipotesis penelitian, yang dapat dikelompokkan menjadi statistik parametrik dan non-parametrik (Nugroho, 2005:1).
A. Pengujian Kualitas Data Penelitian 1. Pengujian Alat Ukur
Sebelum melakukan pengujian data dan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian atas kualitas data untuk menjamin bahwa data yang diperoleh sudah dapat digunakan dalam penarikan kesimpulan. Pengujian ini secara umum diarahkan untuk menguji alat ukur yang digunakan (kuesioner) serta data yang diperoleh dari responden. Kuesioner yang diajukan kepada responden
(54)
berisikan 25 butir pertanyaan yang digunakan untuk mengukur 3 buah variabel penelitian. Tabel 4.1 menunjukkan butir pernyataan untuk setiap variabel penelitian.
Tabel 4.1
Keterangan Butir Pernyataan Kuesioner
Variabel Butir Pernyataan
Personal Background (X1) Butir 1 dan 2 Pengetahuan tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (X2)
Butir 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15
Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (Y)
Butir 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 dan 25
Sumber : Penulis, 2009
a. Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel (Nugroho, 2005:67). Alat ukur yang dapat digunakan dalam pengujian validitas suatu kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam kuesioner melalui metode Pearson Correlation. Asumsi yang digunakan dalam uji validitas adalah jika r-hitung lebih besar dari r-tabel (r-hitung > r-tabel), maka item pernyataan tersebut dinyatakan valid.
Dengan menggunakan jumlah responden (n) sebanyak 31, maka nilai r-tabel pada penelitian ini dapat diperoleh melalui df (degree of
freedom) = n-k. k merupakan jumlah butir pertanyaan dalam suatu
(55)
29, maka r-tabel = 0,396. Variabel Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah = 31 – 13 = 18, maka r-tabel = 0,532. df untuk Variabel Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah = 31 – 10 = 21, maka r-tabel = 0,482. Tabel 4.2 merangkumkan output pengujian validitas yang terdapat di dalam lampiran 6.
Tabel 4.2
Hasil Pengujian Validitas Variabel Butir
Pernyataan r-hitung r-tabel Keterangan
Personal Background 1 2 0.729 0.772 0,396 0,396 Valid Valid Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 0.709 0.715 0.705 0.706 0.706 0.665 0.703 0.723 0.734 0.703 0.679 0.696 0.693 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 0.532 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 0.697 0.707 0.742 0.728 0.724 0.709 0.736 0.729 0.730 0.717 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 0.482 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Sumber : Data Olahan Penulis, 2009
(56)
Butir pernyataan dinyatakan valid jika nilai r-hitung yang diperoleh dari pengolahan dengan menggunakan SPSS > r-tabel. Berdasarkan hasil pengujian di atas maka semua butir pernyataan yang merupakan pembentuk variabel dan diajukan pada kuesioner penelitian ini dapat dikatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian karena nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa semua pernyataan dalam kuesioner dapat digunakan sehingga pengujian reliabilitas dapat dilakukan.
b. Uji Reliabilitas
Pengujian lanjutan yang harus dilakukan terhadap data setelah pengujian Validitas adalah pengujian Reliabilitas (keandalan) yang bertujuan untuk mengukur kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner (Nugroho, 2005:72).
Hasil Uji Reliabilitas dapat dipercaya berdasarkan tingkat kemantapan dan ketepatan suatu alat ukur dalam pengertian bahwa hasil pengukuran yang didapatkan merupakan ukuran yang benar dari sesuatu yang diukur. Metode yang digunakan untuk mengukur reliabilitas adalah Cronbach’s Alpha. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60.
(57)
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diuji tingkat reliabilitasnya dengan output dalam lampiran 6 yang ditunjukkan di dalam tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Pengujian Reliabilitas Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha Based on Standardized
Items N of Items
.724 .727 25
Sumber : Data Olahan SPSS, 2009
Pengujian reliabilitas yang dilakukan dengan Cronbach’s Alpha menunjukkan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai alat ukur yang konstan. Nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,724 menyatakan bahwa kuesioner sangat reliabel untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian karena lebih besar dari 0,60 atau 0,724>0,60.
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Pengujian Normalitas dilakukan dengan menggunakan pengujian Kolmogorov-Smirnov. Pengujian dengan metode ini menyatakan jika nilai Kolmogorov-Smirnov memiliki probabilitas lebih besar dari 0,05
(58)
(Santoso, 2005), maka variabel penelitian tersebut dinyatakan berdistribusi normal. Tabel 4.4 disusun berdasarkan lampiran 7.
Tabel 4.4 Pengujian Normalitas Personal background Pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah
N 31 31 31
Normal
Parameters(a,b)
Mean 6.81 41.74 34.84
Std.
Deviation 1.815 3.483 2.162
Most Extreme Differences
Absolute .155 .194 .110
Positive .103 .194 .099
Negative -.155 -.115 -.110
Kolmogorov-Smirnov Z .865 1.079 .615
Asymp. Sig. (2-tailed) .443 .194 .844
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Sumber : Data Olahan SPSS, 2009 Hipotesis pengujian yaitu:
Hipotesis Nol (Ho) : data terdistribusi secara normal Hipotesis Aternatif (Ha) : data tidak terdistribusi secara normal
Nilai K-S untuk variabel Personal Background adalah 0.865 dengan probabilitas signifikansi 0.443 dan nilainya diatas α = 0.05, hal ini berarti Ho diterima atau variabel Personal Background telah terdistribusi secara normal. Demikian juga dengan variable Pengetahuan teentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah yang masing-masing
mempunyai nilai signifikansi 0.194 dan 0.844, nilainya diatas α = 0.05,
(59)
Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat di dalam lampiran, semua variabel yang digunakan telah berdistribusi normal. Hasil yang sama diperoleh dengan menggambar Q-Q Plot seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1. Plot menunjukkan walau ada sedikit data outlier namun mayoritas data berada di sekitar garis acuan normalitas.
Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/ atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil yang diperoleh menunjukkan masing-masing variabel penelitian memiliki nilai yang membentuk asumsi distribusi normal. Data yang berdistribusi normal dapat digunakan untuk penarikan kesimpulan karena data sudah menyebar dengan karakteristik menyerupai populasi yang diwakili.
(60)
Standardized Observed Value 4 2 0 -2 -4 E x p e c te d N o rm a l V a lu e 4 2 0 -2 -4
Normal Q-Q Plot of Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah
Transforms: natural log, difference(1)
Gambar 4.1 Normal Q-Q Plot Sumber : Data Olahan SPSS, 2009
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat timbul jika variabel bebas saling berkorelasi satu sama lain, sehingga multikolinearitas hanya dapat terjadi pada regresi berganda. Hal ini mengakibatkan perubahan tanda koefisien regresi serta mengakibatkan fluktuasi yang besar pada hasil regresi. Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Kemiripan antara variabel independen dalam suatu
(61)
model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen lainnya. Selain itu, deteksi terhadap multikolinearitas yang bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen (Nugroho, 2005:58).
Tabel 4.5
Pengujian Multikolinearitas
Variabel Tolerance Variance Inflaction Factor (VIF)
Personal Background (X1) 0.993 1.007
Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(X2)
0.993 1.007
Sumber : Data Olahan SPSS, 2009
Deteksi multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari beberapa hal (Nugroho, 2005:58), antara lain:
1) Jika nilai Variance Inflaction Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1. Semakin tinggi VIF, semakin rendah
tolerance.
2) Jika nilai koefisien korelasi antar masing-masing variabel independen kurang dari 0,7 maka model dapat dikatakan bebas dari asumsi klasik multikolinearitas. Jika lebih dari 0,7 maka
(62)
diasumsikan terjadi korelasi yang sangat kuat antar variabel independen sehingga terjadi multikolinearitas.
3) Jika nilai koefisien determinan, baik dilihat dari R2 maupun R-Square diatas 0,60 namun tidak ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen maka model terkena multikolinearitas.
Berdasarkan output yang terdapat pada lampiran 8 yang ditunjukkan di dalam tabel 4.5, terlihat bahwa hasil uji melalui Variance Inflaction
Factor (VIF) pada hasil ouput SPSS tabel Coefficients, masing-masing
variabel independen memiliki VIF tidak lebih dari 10 dan nilai
Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka dapat dinyatakan model regresi
linier berganda terbebas dari asumsi klasik statistik dan dapat digunakan dalam penelitian.
c. Uji Heteroskedastisitas
Gejala Heteroskedastisitas timbul karena adanya ketidak-konstanan variansi error sehingga hasil regresi menjadi diragukan karena estimator yang digunakan tidak efisien. Pengujian ini dilakukan terhadap hasil regresi untuk mengetahui pola persebaran error. Pengujian heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan membentuk diagram plot untuk melihat pola persebaran data. Apabila pola
(63)
Regression Standardized Predicted Value 2 1 0 -1 -2 -3 R e g re s s io n S tu d e n ti z e d R e s id u a l 3 2 1 0 -1 -2 Scatterplot
Dependent Variable: Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah
persebaran data tidak membentuk pola tertentu, maka data dapat dikatakan terbebas dari heteroskedastisitas.
Gambar 4.2
Pengujian Heteroskedastisitas Sumber : Data Olahan SPSS, 2009
(64)
B. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Ukuran-ukuran statistik deskriptif dapat memberikan gambaran yang cukup bermanfaat dalam melakukan analisa permasalahan. Tabel 4.6 merangkumkan statistik deskriptif variabel dalam penelitian ini.
Tabel 4.6
Rangkuman Statistik Deskriptif
Variabel
Peran Inspektorat dalam Pengawasan
Keuangan Daerah
Personal Background
Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah
Mean 36.4194 5.8065 54.0968
Nilai Max. 41.00 9.00 65.00
Nilai Min. 31.00 3.00 40.00
Standard
deviasi 2.54000 1.72084 6.01861
Sumber : Data Olahan SPSS, 2009
Dari tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa:
1. Variabel Personal Background memiliki nilai minimum 3 dan nilai maksimum 9 dengan rata-rata adalah 5.8065 dengan standar deviasi 1.72084.
2. Variabel Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah memiliki nilai minimum 40 dan nilai maksimum 65 dengan rata-rata adalah 54.0968 dengan standar deviasi 6.01861.
3. Variabel Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah memiliki nilai minimum 31 dan nilai maksimum 41 dengan rata-rata adalah 36.4194 dengan standar deviasi 2.54000.
(65)
C. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis, peneliti menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program statistik, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.7
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 .645a .416 .356 2.06782
a. Predictors : (Constant), Personal Background dan Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
b. Dependent Variable : Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah
Sumber : Data Olahan SPSS, 2009
Pada model summary di atas, dapat dilihat hasil analisa regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai R sebesar 0,645 yang menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (variabel dependen) dengan Personal Background dan Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (variabel independen) mempunyai hubungan yang lemah yaitu sebesar 35,5%. Dikatakan lemah karena angka tersebut lebih kecil dari (<) 0,5 (50%). Nilai R Square atau koefisien determinasi adalah sebesar 0,416. Angka ini mengindikasikan bahwa Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah (variabel dependen) mampu dijelaskan oleh
Personal Background dan Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
(variabel independen) sebesar 41,6% sedangkan selebihnya sebesar 58,4% (100% - 41,6%) dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain. Kemudian Standard Error of the
(66)
dalam Pengawasan Keuangan Daerah yaitu sebesar 2.54000 (lihat Tabel 4.6), maka model regresi layak digunakan.
Pengujian hipotesis secara statistik dilakukan dengan menggunakan: 1. Uji t (t-test)
Uji t dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial (individu).
Tabel 4.8 Uji Statistik t
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
Collinearity Statistics B
Std.
Error Beta Tolerance VIF B
Std. Error
1 (Constant) 28.296 4.483 6.312 .000
Personal
Background .038 .263 .026 .145 .886 .993 1.007
Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
.146 .075 .346 2.344 .042 .993 1.007
a Dependent Variable: Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah
Sumber : Data Olahan SPSS, 2009
Hasil pengujian statistik t pada Tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengaruh Personal Background (X1) terhadap Peran Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah
• Nilai t hitung = 0,145 menunjukkan bahwa peningkatan Personal
Background secara parsial berpengaruh terhadap Peran Inspektorat
(1)
STRUKTUR ORGANISASI INSPEKTORAT
KABUPATEN LANGKAT
PERDA KABUPATEN LANGKAT NOMOR 23 TAHUN 2007
INSPEKTUR
SEDAR SEMBIRING, SH
JABATAN FUNGSIONAL
AUDITOR RUSMANSYAH, SH SEKRETARIS
KASUBBAG UMUM
MAIMUNAH
KASUBBAG PERENCANAAN EVALUASI DAN LAPORAN
ALIMAT TARIGAN, SH
KASUBBAG KEUANGAN
SUPARMAN, S.Sos
INSPEKTUR PEMBANTU BIDANG PEMERINTAHAN DAN
APARATUR
SERASI GINTING, SH
INSPEKTUR PEMBANTU BIDANG PEREKONOMIAN DAN
PEMBANGUNAN
Drs. BURHANUDDIN
INSPEKTUR PEMBANTU BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL
H. RIDWAN EF, SH
KASUBBID PEMERINTAHAN
H. RAHMAD, SH
KASUBBID KEUANGAN DAN MATERIAL DAERAH
H. LEGIARTO, S.Sos
KASUBBID PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN DAN AGAMA
Hj. NURMINTA SEMBIRING
KASUBBID BINA APARATUR
JANI HABEAHAN, S.Sos
KASUBBID PEMBANGUNAN DAN BUMD
ZULFIKAR LUBIS, SE
KASUBBID KESEHATAN, KEPENDUDUKAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
(2)
PROGRAM STUDI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan Hormat,
Ditengah kesibukan Bapak/ Ibu saat ini, perkenankanlah saya memohon bantuan Bapak/ Ibu sejenak guna mengisi kuesioner yang telah saya lampirkan.
Dalam mengisi kuesioner ini tidak ada jawaban benar ataupun salah. Yang saya butuhkan adalah jawaban yang paling mendekati pendapat Bapak/ Ibu yang sesungguhnya sesuai dengan skripsi saya yang berjudul: “ Pengaruh Personal
Background dan Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Terhadap Peran Auditor Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah, Studi Kasus Inspektorat Pemerintah Kabupaten Langkat ”. Oleh
karena itu, saya harapkan Bapak/ Ibu bersedia memberikan jawaban Bapak/ Ibu sendiri, sejujur-jujurnya, tanpa mendiskusikannya dengan orang lain. Semua jawaban Bapak/ Ibu akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini.
Bantuan Bapak/ Ibu dalam menjawab pertanyaan pada kuesioner ini merupakan bantuan yang sangat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Hormat saya,
Andi Haposan Sitorus
(3)
KUESIONER
A. Lembar Identitas Responden
Nama Responden :
Usia : tahun Jenis Kelamin :
Nama Unit Kerja : Inspektorat Kabupaten Langkat
Nama Jabatan :
Masa Kerja : tahun Kepangkatan/.Golongan :
Pertanyaan berikut ini berkaitan dengan keadaan di Inspektorat Kabupaten Langkat yang mempengaruhi terhadap peran auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah. Diharapkan pendapat Bapak/ Ibu disesuaikan dengan keadaan yang terjadi pada unit kerja Inspektorat Kabupaten Langkat.
B. Daftar Pertanyaan
KELOMPOK PERTANYAAN I
Untuk kuesioner bagian pertama, jawab pertanyaan dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia.
I. Personal Background Jawaban
1 2 3 4 5
1 Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh
Bapak/ Ibu/Saudara. SLTA D3 S1 S2 S3
2
Latar belakang pendidikan sesuai dengan program studi dan ijazah yang dimiliki.
(4)
KELOMPOK PERTANYAAN II
Untuk kuesioner bagian kedua, mohon Bapak/ Ibu memberi tanda silang nomor yang telah disediakan. Keterangan untuk bagian kedua, yaitu:
1. Sampai dengan 20 % 2. Sampai dengan 40% 3. Sampai dengan 60 % 4. Sampai dengan 80 % 5. Sampai dengan 100 %
II. Pengetahuan tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 20 40 60 80 100
3 Rincian APBD dapat dibaca dan dimengerti oleh
Bapak/Ibu/Saudara.
4 Prosedur penatausahaan APBD dapat dimengerti oleh Bapak/Ibu/Saudara.
5 Bapak/Ibu/Saudara dapat membaca dan memahami
laporan pertanggungjawaban bendahara.
6 Bapak/Ibu/Saudara mengerti mengenai Laporan
Keuangan Daerah.
7 Bapak/Ibu/Saudara mengerti mengenai Laporan
Realisasi Anggaran.
8 Bapak/Ibu/Saudara mengerti mengenai Neraca.
9
Bapak/Ibu/Saudara segera mengetahui dan dapat mengidentifikasi jika terjadi pemborosan di dalam pelaksanaan kegiatan/proyek pembangunan.
10
Bapak/Ibu/Saudara segera mengetahui dan dapat mengidentifikasi jika terjadi kegagalan di dalam pelaksanaan kegiatan/proyek pembangunan.
11
Bapak/Ibu/Saudara segera mengetahui dan dapat mengidentifikasi jika terjadi kebocoran di dalam pelaksanaan kegiatan/proyek pembangunan.
12
Bapak/Ibu/Saudara memiliki kemauan dan kemampuan mencari tahu aspirasi/kebutuhan dan/atau komplain masyarakat.
(5)
13
Bapak/Ibu/Saudara mampu melakukan kajian dan evaluasi terhadap Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
14 Bapak/Ibu/Saudara mampu melakukan kajian dan
evaluasi terhadap Laporan Realisasi Anggaran.
15 Bapak/Ibu/Saudara mampu melakukan kajian dan
evaluasi terhadap Neraca.
KELOMPOK PERTANYAAN III
Pada kuesioner bagian ketiga, mohon diisi kotak jawaban yang tersedia dengan tanda (X) sesuai dengan tingkat aktifitas sesungguhnya yang terjadi mengenai hal-hal yang ditanyakan dengan alternative jawaban :
1. TP : Tidak Pernah
2. HTP : Hampir Tidak Pernah 3. KK : Kadang-Kadang 4. SRG : Sering
5. SLL : Selalu
III. Peran Inspektorat dalam Pengawasan
Keuangan Daerah TP HTP KK SRG SLL
16 Bapak/Ibu/Saudara aktif memantau
implementasi/pelaksanaan APBD.
17
Bapak/Ibu/Saudara aktif mencari tahu isu dalam masyarakat mengenai implementasi/ pelaksanaan APBD.
18
Bapak/Ibu/Saudara aktif melakukan evaluasi terhadap laporan triwulan yang dibuat eksekutif.
19 Bapak/Ibu/Saudara aktif meminta keterangan atas APBD yang dijalankan.
20
Bapak/Ibu/Saudara harus selalu aktif dalam melakukan evaluasi terhadap laporan triwulanan/bulanan yang SKPD.
(6)
21
Dalam mengevaluasi laporan pelaksanaan/ implementasi APBD, Bapak/Ibu/Saudara aktif melakukan pengkajian terhadap peralatan, sarana, dan prasarana.
22
Dalam tahap pelaksanaan/implementasi, Bapak/Ibu/Saudara aktif melakukan kajian atas kemampuan pelaksanaan APBD.
23
Dalam tahap pelaksanaan/implementasi APBD, Bapak/Ibu/Saudara aktif melakukan kajian atas disiplin skedul kerja.
24
Bapak/Ibu/Saudara aktif melakukan inspeksi ke lapangan untuk melakukan cross check terhadap laporan yang dibuat oleh eksekutif. 25 Bapak/Ibu/Saudara melakukan reviu atas
laporan keuangan.
Komentar Bapak/ Ibu terhadap kuesioner ini:
... ... ... ... ...
Terima kasih atas waktu dan bantuan yang telah Bapak/ Ibu berikan untuk mengisi kuesioner ini.