Peranan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pengelolaan Pajak Daerah Kabupaten Samosir

(1)

PERANAN BADAN PENGAWAS DAERAH/INSPEKTORAT

DAERAH DALAM PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN

PENGELOLAAN PAJAK DAERAH

KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik

Disusun OLEH:

VANNY PASMAULINA HUTABALIAN

060903014

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dimampukan untuk bisa menyelesaikan skripsi ini. Adapun maksud da tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk melengkapi salah satu syarat untuk bisa memperoleh gelar sarjana dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul yang penulis pilih adalah “ Peranan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pengelolaan Pajak Daerah Kabupaten Samosir”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaiakan ucapan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya penulis ucapkan kepada ; 1. Bapak Prof. DR.Arif Nasution, MA selaku Dekan FISP USU

2. Bapak Prof. DR. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara FISIP USU

3. Ibu Arlina, SH.M. Hum selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dalam penulisan sikripsi ini

4. Kepada Inspektur Kabupaten samosir Bapak Tombor Simbolon, SH. MM yang telah memberikan izin kepada penulis unutk melakukan penelitian di Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir, dan juga kepada Sekretaris Inspektur Bapak Marolop H.M Sinaga, SH yang telah banyak membantu


(3)

penulis dalam pengumpulan data – data yang dibutuhkan untuk penyusunan sikripsi ini

5. Kepada Kepala Bidang Pendapatan Bapak Arnod Sitorus, S. Psi di Dispenka Kabupaten Samosir yang telah bersedia memberikan informasi baik secara lisan maupun tertulis kepada penulis saat melakukan penelitian

6. Teristimewa kepada kedua orang tua saya E. Hutabalian, sosok Bapak yang sangat saya kagumi yang selalu memberikan dukungan dan semangat buat kami anak -anaknya. Buat mama P. Situmorang yang sangat saya sayangi, yang selalu ada buat kami. Makasi pa,.. ma,.. doa yang tulus dari hati kami akan selalu ada buat Bapak dan Mama

7. Dan kepada Kakak – kakak saya (Bg’Firman, B’Dasri, K’Evi) thanks ya ka,,, sudah membantu aku, memberikan dukungan dan doa buat aku. Sukses selalu buat pekerjaannya yah,,,,. Kepada adek aku Irene tetap semangat yah menyelesaikan kuliahnya. Semoga kita semua tetap menjadi kebanggaan buat Bapak dan Mama

8. Buat seseorang yang dekat dengan saya,, yang selalu memberikan motivasi dan yang telah meluangkan hari – harinya buat saya,, thanks ya……. N m’f atas kesalahan aku selama ini… (Sukses selalu buat mu yang jauh disana. Aku akan selalu berdoa untukmu).

9. Buat sepupu aku n eda ku Henli (Tolli) he,,.he,,,e, makasi yah dah banyak membantu aku ngetik dan yang selalu bersedia nemanin aku kemana aja, (semoga cepat dapat kerja ya eda,,,)


(4)

10.Buat teman – teman aku di kontrakan Melati 20 K’Lena, Martinus, Ito Nando n teman- teman lainnya yang belum saya sebutkan namanya semua,, (thanks yah buat dukungannya,, kpn lgi kta manggang2 ???) 11.Buat sahabat aku Citra,,,yang selalu enak diajak curhat, memberikan

tumpangan gratis saat masa2 kuliah dulu, makan bareng di kost. Thanks ya bu… buat kebaikan mu selama ini (masih boleh kan aku mampir ke kost mu ?? he,,he,,e). Semangat ya cite biar cepat seminar proposalnya.. 12.Buat Trisna,,, teman yang selalu memberikan masukan – masukan dan ide

– ide yang membangun. (Thanks ya dah selalu membantu aku mulai dari penyusunan proposal hingga saat ini). Tetap saling mendoakan yah… 13.Buat kawan – kawan magang Samosir Pepi, Devi, Wirda dan Ria,, makasi

ya kawan – kawan buat bantuan klen. (Kapan lagi kita ke Samosir jalan – jalan ??) Klu ada waktu singgah ke rumah ku yah,,,,

14.Buat rekan – rekan An’06 (Efri, Dwi, Yulia, Yovita, Marta, Suzi, Ony, Dedi, Sonasa, Noah, Rindo dan semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu) makasi buat kekompakan kita selama ini,,,

Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih buat semuanya, dan semoga kita tetap berada dalam Lindungan Tuhan. Besar harapan penulis skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 10 Juni 2010 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……… 6

1.3 Tujuan Penelitian ……… 7

1.4 Manfaat Penelitian ……… 7

1.5 Kerangka Teori ……… 8

1.5.1 Pengawasan ……… 8

1.5.2 Pajak Daerah Kabupaten/Kota ……… 15

1.5.3 Peranan Badan Pengawas Daerah/ Inspektorat Daerah ………... 22

1.6 Defenisi Konsep ……… 25

1.7 Sistematika Penulisan ……… 27

BAB II METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian ……… 28

2.2 Lokasi Penelitian ……… 28

2.3 Informan Penelitian ……… 29

2.4 Teknik Pengumpulan Data ……… 29

2.5 Teknik Analisis Data ……… 30

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Wilayah ………. 31

3.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Samosir ………. 31

3.1.2 Kondisi Geografis Wilayah ………... 33

3.1.3 Kondisi Demografis ………... 35


(6)

3.2.1 Visi ………. 36

3.2.2 Misi ………. 36

3.3 Gambaran Umum Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir …….. 37

3.3.1 Visi dan Misi Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir ………. 37

3.3.2 Kedudukan Tugas dan Fungsi ……… 38

3.3.3 Struktur Organisasi ………. 38

3.4 Gambaran Umum Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah ……… 41

3.4.1 Visi dan Misi Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah ……… 41

3.4.2 Kedudukan Tugas dan Fungsi ……… 42

3.4.3 Struktur Organisasi ……… 42

3.5 Tugas Pokok dan Fungsi ……… 45

3.5.1 Inspektorat Daerah ……….. 45

3.5.2 Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah …….. 56

BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1 Pelaksanaan Fungsi Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir ……… 67

4.2 Pengawasan Pengelolaan Pajak Daerah Yang Dilakukan Oleh Inspektorat Daerah ……… 69

4.2.1 Penetapan Standar Pengawasan ……… 72

4.2.2 Penilaian Kinerja ……… 73

4.2.3 Tindakan Korektif ……… 75

BAB V ANALISIS DATA ……….. 79

BAB VI PENUTUP ……… 83 DAFTAR PUSTAKA


(7)

ABSTRAK

Peranan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pengelolaan Pajak Daerah Kabupaten Samosir

Nama : Vanny P U Hutabalian

NIM : 060903014

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Arlina, SH., M.Hum

Pengawasan diartikan sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan – penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang direncanakan. Suatu organisasi dapat berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan membutuhkan pengawasan untuk mengawasi seluruh aktivitas organisasi.

Rusaknya sendi – sendi manajemen, khususnya ketidaksesuaian rencana program dengan pelaksanaannya disebabkan karena kurang efektifnya pengawasan pada organisasi tersebut. Untuk itu dalam setiap organisasi dibutuhkan pengawasan dalam rangka mencegah kemungkinan – kemungkinan penyimpangan dari rencana – rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir dalam melakukan pengawasan pengelolaan pajak di Kabupaten Samosir serta untuk mengetahui upaya – upaya Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir dalam mengatasi masalah – masalah pengawasan pengelolaan pajak daerah Kabupaten Samosir.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek penelitian baik itu orang, lembaga masyarakat, dan lain – lain pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang nampak atau sebagaimana adanya dan tidak melakukan pengujian hipotesis.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah dalam mengawasi pengelolaan pajak di Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah telah memiliki standar pengawasan untuk mengetahui ada atau tidak bentuk penyimpangan dalam melaksanakan pengelolaan pajak daerah tersebut yaitu ruang lingkup pengawasan (aspek kepegawaian, aspek pemerintahan, aspek pengelolaan keuangan), serta prosedur pengawasan.

Metode pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah Kabupaten Samosir yaitu dengan dasar pemeriksaan PKPT (Program Kerja Pengawas Tahunan) yang disebut pemeriksaan regular (tahunan) dan pemeriksaan insidentil yaitu pemeriksaan khusus atas usul Bupati jika ada hal – hal khusus atau kasus – kasus tertentu.

Pengawasan yang dijalankan oleh Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah lebih dalam mengelola pajak daerah mengacu pada hal pemungutan dan penyetoran pajak daerah tersebut ke kas daerah. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah belum maksimal karena kurangnya


(8)

ABSTRAK

Peranan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Dalam Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pengelolaan Pajak Daerah Kabupaten Samosir

Nama : Vanny P U Hutabalian

NIM : 060903014

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Arlina, SH., M.Hum

Pengawasan diartikan sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan – penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang direncanakan. Suatu organisasi dapat berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan membutuhkan pengawasan untuk mengawasi seluruh aktivitas organisasi.

Rusaknya sendi – sendi manajemen, khususnya ketidaksesuaian rencana program dengan pelaksanaannya disebabkan karena kurang efektifnya pengawasan pada organisasi tersebut. Untuk itu dalam setiap organisasi dibutuhkan pengawasan dalam rangka mencegah kemungkinan – kemungkinan penyimpangan dari rencana – rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir dalam melakukan pengawasan pengelolaan pajak di Kabupaten Samosir serta untuk mengetahui upaya – upaya Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir dalam mengatasi masalah – masalah pengawasan pengelolaan pajak daerah Kabupaten Samosir.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek penelitian baik itu orang, lembaga masyarakat, dan lain – lain pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang nampak atau sebagaimana adanya dan tidak melakukan pengujian hipotesis.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah dalam mengawasi pengelolaan pajak di Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah telah memiliki standar pengawasan untuk mengetahui ada atau tidak bentuk penyimpangan dalam melaksanakan pengelolaan pajak daerah tersebut yaitu ruang lingkup pengawasan (aspek kepegawaian, aspek pemerintahan, aspek pengelolaan keuangan), serta prosedur pengawasan.

Metode pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah Kabupaten Samosir yaitu dengan dasar pemeriksaan PKPT (Program Kerja Pengawas Tahunan) yang disebut pemeriksaan regular (tahunan) dan pemeriksaan insidentil yaitu pemeriksaan khusus atas usul Bupati jika ada hal – hal khusus atau kasus – kasus tertentu.

Pengawasan yang dijalankan oleh Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah lebih dalam mengelola pajak daerah mengacu pada hal pemungutan dan penyetoran pajak daerah tersebut ke kas daerah. Pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah belum maksimal karena kurangnya


(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Agenda reformasi yang dilaksanakan secara bertahap oleh pemerintah sejak beberapa waktu lalu telah dan akan terus membuahkan banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Perubahan tersebut menyangkut berbagai bidang termasuk bidang pemerintahan. Pelaksanaan reformasi di bidang pemerintahan yaitu dikeluarkannya Undang – Undang No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang – Undang No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.

Dalam Undang – Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengatur tentang sistem pemerintahan daerah dan otonomi daerah. Kebijakan otonomi daerah melalui Undang – Undang tersebut memberikan otonomi yang sangat luas kepada daerah kabupaten/kota untuk bertanggung jawab terhadap urusan rumah tangganya sendiri.. Tuntutan otonomi diatas bisa memberikan manfaat kepada daerah untuk dapat meningkatkan kualitas demokrasi, peningkatan reformasi pelayanan public, peningkatan percepatan pembangunan dan terciptanya pemerintahan yang baik jika dilaksanakan secara sungguh – sungguh.

Tujuan diberikannya otonomi kepada daerah adalah agar yang bersangkutan dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya sendiri dan tidak bergantung kepada pemerintah pusat. Dengan demikian kepada daerah yang bersangkutan lebih dituntut kemampuannya untuk memperoleh sumber - sumber


(10)

dana untuk membiayai sendiri penyelenggaraan rumah tangganya sejalan dengan kewenangan yang diberikan kepada daerah tersebut.

Maka untuk memungkinkan daerah mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat atas rumah tangganya sendiri di dalam penyelenggaraan pemerintah di daerahnya, untuk itu perlu mewujudkan pemerintahan yang bertanggung jawab serta mampu melaksanakan, memikul, dan menunaikan kewajiban sebagaimana yang dituntut pemerintah untuk mendukung tanggung jawabnya, pemerintah daerah memerlukan sumber - sumber dana. Di dalam pasal 157 Undang – Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menyebutkan sumber – sumber pendapatan daerah adalah :

1. Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu: a. Hasil pajak daerah

b. Hasil retribusi daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan d. PAD lainnya yang sah.

2. Dana perimbangan.

3. Pendapatan daerah lainnya yang sah.

Hal ini menunjukkan bahwa salah satu sumber pendapatan daerah adalah pajak daerah.

Menurut Undang – Undang No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menyebutkan, Pajak Daerah adalah iuran wajib pajak yang dilakukan oleh pribadi / badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang – undangan


(11)

yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Salah satu instansi daerah yang mengelola pajak daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah yang disingkat dengan Dispenda adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan daerah.

Suatu organisasi dapat berjalan dengan baik membutuhkan pengawasan untuk seluruh aktivitas organisasi. Rusaknya sendi – sendi manajemen, khususnya ketidaksesuaian rencana program dengan pelaksanaannya disebabkan karena kurang efektifnya pengawasan pada organisasi tersebut. Untuk itu dalam setiap organisasi dibutuhkan pengawasan dalam rangka mencegah kemungkinan – kemungkinan penyimpangan dari rencana – rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengawasan dapat diartikan sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan – penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas yang direncanakan. Maka wajar apabila ditemukan kekeliruan – kekeliruan tertentu serta kegagalan – kegagalan maka dalam hal ini fungsi pengawasan sangat diperlukan. Dengan adanya pengawasan yang baik maka akan dapat dipastikan tercapainya tujuan organisasi dengan efektif dan efisien.

Pengawasan pada hakekatnya merupakan fungsi yang melekat pada seorang leader atau top manajemen dalam setiap organisasi, sejalan dengan fungsi-fungsi dasar manajemen lainnya yaitu perencanaan dan pelaksanaan. Demikian halnya dalam organisasi pemerintah, fungsi pengawasan merupakan tugas dan tanggung jawab seorang kepala pemerintahan, seperti di lingkup pemerintah provinsi merupakan tugas dan tanggung jawab gubernur sedangkan di pemerintah kabupaten dan kota merupakan tugas dan tanggung jawab bupati dan


(12)

walikota. Namun karena katerbatasan kemampuan seseorang, mengikuti prinsip-prinsip organisasi, maka tugas dan tanggung jawab pimpinan tersebut diserahkan kepada pembantunya. Orang-orang yang akan ditempatkan pada lembaga-lembaga pengawasan perlu dipersiapkan secara matang melalui pola pembinaan terpadu dan berkesinambungan.

Maksud pengawasan dalam rumusan yang sederhana adalah untuk memahami dan menemukan apa yang salah demi perbaikan di masa mendatang. Hal itu sebetulnya sudah disadari oleh semua pihak baik yang mengawasi maupun pihak yang diawasi termasuk masyarakat awam. Sedangkan tujuan pengawasan itu adalah untuk meningkatkan pendayagunaan aparatur negara dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan menuju terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean government).

Sesuai dengan kebijakan otonomi daerah dan pemerintah daerah, maka pemerintah mengeluarkan Undang –Undang tentang Pemerintahan Daerah yang tertuang dalam Undang – Undang No. 32 tahun 2004 Bab XII pasal 218 tentang Pembinaan dan Pengawasan :

1. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan urusan pemerintah daerah dilaksanakan oleh pemerintah yang meliputi : a. Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintah di daerah.

2. Pengawasan sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 huruf a dilaksanakan oleh aparat pengawas intern pemerintah sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

Berbicara tentang pengawasan sebenarnya bukanlah tanggung jawab institusi pengawas semata melainkan tanggung jawab semua aparatur pemerintah dan


(13)

masyarakat pada semua elemen. Karena sebetulnya institusi pengawas seperti Inspektorat Daerah, bukannya berdiam diri, tidak berbuat, tidak inovatif, adem dan sebagainya. Tetapi jauh dari anggapan itu, insan-insan pengawas di daerah telah bertindak sejalan dengan apa yang dipikirkan masyarakat itu sendiri. Langkah pro aktif menuju pengawasan yang efektif dan efisien dalam memenuhi tuntutan itu telah dilakukan seperti melakukan reorganisasi, perbaikan sistem, membuatan pedoman dan sebagainya, namun kondisinya sedang berproses dan hasilnya belum signifikan dan terwujud seperti yang diinginkan oleh masyarakat tersebut.

Penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Samosir membutuhkan pengawasan yang efektif dan efisien agar roda pemerintahan berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya. Dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Samosir, pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dari sektor pajak sangat diharapkan. Efisiensi dan efektifitas pengelolaan pajak diharapkan mampu membantu percepatan pembangunan di Kabupaten Samosir karena salah satu sumber keuangan daerah adalah pajak daerah. Penerimaan Daerah Kabupaten Samosir dari sektor pajak tahun ke tahun cukup memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hal ini dapat dilihat dari realisasi penerimaan daerah dari sektor pajak dari mulai Tahun Anggaran 2007 sebesar 1.465.934.834, Tahun Anggaran 2008 sebesar 1.124.585.600 dan Tahun Anggaran 2009 sebesar 3.884.628.626. Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah kurangnya tanggung jawab dari Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah dalam mengelola pajak tersebut diantaranya kelalaian dalam melakukan pemungutan dan sudah dipungut akan


(14)

tetapi belum disetor ke kas daerah. Dalam hal ini dibutuhkan peranan pengawasan Inspektorat Daerah terhadap pengelolaan pajak daerah Kabupaten Samosir agar pengelolaan pajak di kabupaten Samosir dapat terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja pegawai.

Secara garis besar pengawasan yang dilakukan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah ada tiga bidang, yaitu :

1. Bidang Pengawasan Pemerintahan dan Aparatur 2. Bidang Pengawasan Perekonomian, dan

3. Bidang Pengawasan Keuangan dan Asset Daerah

Dalam hal ini, Badan Pengawas Daerah Kabupaten Samosir menjalankan peran pengawasan di Bidang Pengawasan Keuangan dan Asset Daerah. Pengawasan ini ditujukan pada efisiensi dan efektifitas aparatur perangkat kerja Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah agar bekerja secara maksimal sehingga sumber – sumber pajak daerah dapat dikelola dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang peranan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir dalam pengelolaan sumber pendapatan daerah yaitu pajak daerah. Adapun judul penelitian ini adalah : “PERANAN BADAN PENGAWAS DAERAH/INSPEKTORAT DAERAH DALAM PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN PENGELOLAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN SAMOSIR”


(15)

1.2 Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan penelitian ini dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data ke dalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahannya. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

“ Bagaimana peranan Badan Pengawas Daerah (Inspektorat Daerah) dalam melaksanakan pengawasan pengelolaan pajak daerah Kabupaten Samosir ? ”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peranan Badan Pengawas Daerah/ Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir dalam mengawasi pengelolaan pajak daerah di Kabupaten Samosir.

2. Untuk mengetahui upaya – upaya yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir dalam mengatasi masalah – masalah pengawasan pengelolaan pajak daerah Kabupaten Samosir.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi Strata-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.


(16)

2. Sebagai kontribusi bagi Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir dalam mengadakan pengawasan atas pengelolaan pajak daerah Kabupaten Samosir.

3. Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir secara sistematis dan teoritis dalam memecahkan suatu permasalahan secara objektif dan kritis melalui karya ilmiah sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang bersifat teruji dan berguna.

1.5 Kerangka Teori 1.5.1. Pengawasan

1. Pengertian Pengawasan

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang amat penting bagi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan – tujuannya, sehingga banyak para ahli ilmu administrasi dan manajemen senantiasa memasukkan pengawasan sebagai salah satu organ mutlak yang harus dilaksanakan oleh seorang manajer. Dikatakan sebagai fungsi organik karena apabila fungsi ini tidak dilaksanakan maka cepat atau lambat akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan organisasi.

Menurut Kreitner (1986:533), pengawasan adalah proses melakukan tindakan koreksi yang dianggap oerlu untuk menjamin tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.

Menurut Sofyan Syafri Harahap (1996:283), pengawasan adalah keseluruhan sistem, teknik,cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang manajer untuk menjamin agar segala aktivitas yang dilakukan oleh dan di dalam organisasi benar


(17)

– benar menerapkan prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya untuk mencapai keseluruhan tujuan organisasi.

Sedangkan Manullang (2002:173) menyebutkan bahwa pengawasan adalah suatu proses untuk menerapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya, bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

Yayat M. Herujito (2001:248) memberikan pengertian pengawasan adalah mengamati dan mengalokasikan dengan tepat penyimpangan – penyimpangan yang terjadi.

Irine Diana S W ( 2008: 36), pengawasan adalah proses mencakup beberapa hal,yakni:

a. Penentuan “apa” yang akan dicapai atau dituju oleh organisasi.

b. Penentuan “apa” yang harus dipegang sebagai pedoman yakni Standar. c. Penelaahan “apa” yang sedang dilakukan saat ini dan penganalisisnya

lebih lanjut.

d. Penentuan (tindakan) “apa” yang harus diambil sebabai langkah perbaikan bila ternyata kegiatan tersebut menyimpang dari rencana yang telah dibakukan dalam standar.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan adalah suatu proses yang sistematik untuk mengevaluasi apakah aktivitas - aktivitas organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan apabila belum dilaksanakan, teliti faktor – faktor penyebabnya untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan.


(18)

Dalam konteks pemerintahan, pengawasan adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang – undangan. tugas/ fungsi pengawasan di lingkungan pemerintahan adalah:

a.Mempertebal rasa tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.

b.Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

c.Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian, dan kelemahan, agar tudak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.

d.Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan – pemborosan.

Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah meliputi: a. Administrasi umum pemerintahan

b. Urusan Pemerintahan

2.Tujuan Pengawasan

Maringan (2004: 62),Pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

3. Jenis – Jenis Pengawasan

M. Manullang (2002:176) mengemukakan tiga macam dasar penggolongan pengawasan, yakni:


(19)

1. Waktu pengawasan 2. Objek pengawasan 3. Subjek pengawasan a.Waktu Pengawasan

Pengawasan dari segi waktu pelaksanaan terdiri dari pengawasan preventif dan pengawasa represif. Pengawasan preventif dimaksudkan pengawasan yang dilakukan sebelum terjadinya penyelewengan, kesalahan atau deviation. Sedangkan pengawasan represif dimaksudkan pengawasan setelah rencana sudah dijalankan, dengan kata lain diukur hasil – hasil yang dicapai dengan alat pengukuran standart yang ditentukan terlebih dahulu. Jadi, pengawasabn represif merupakan kebalikan dari pengawasan preventif.

Siagian (1992:43) Pengawasan preventif dan represif dilakukan dengan berbagai cara, yakni:

I.Pengawasan Preventif, dilakukan dengan cara: 1. Membuat perencanaan yang baik

2. Pemberian petunjuk dan pedoman yang jelas 3. Pengorganisasian yang baik

4. Penempatan petugas yang cakap dan terampil 5. Penyediaan fasilitas yang diperlukan

II.Pengawasan represif, dilakukan dengan cara: 1. Pemberian nasehat dan peringatan

2. Tindakan administrasi 3. Tindakan Hukum


(20)

b. Objek Pengawasan

Berdasarkan objek pengawasan, pengawasan dapat dibedakan atas pengawasan di bidang waktu dan manusia dengan kegiatan – kegiatannya Objek pengawasan dalam bidang pemerintahan maupun swasta hampir sama jenisnya. Perbedaannya hanya pada peraturan yang mendasarinya. Dalam bidang pemerintahan, objek yang diawasi tergantung pada unit kegiatan dan kerja pada masing – masing departemennya. Administrasi Negara sebagai aparatur negara yang berfungsi sebagai pelayan publik, sehingga pengawasan yang diterapkan bertujuan untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna pada administrasi negara dimana masyarakat sebagai objek dan subjek pembangunan dapat merasakan bahwa pelaksanaan fungsi administrasi Negara dapat berjalan sebagaimana yang diatur pada perundang – undangan yang ada.

c. Subjek Pengawasan

Pengawasan dari segi subjek pengawasan terdiri dari pengawasan intern, ekstern, formal dan informal. Pengawasan intern dalam administrasi dan manajemen merupakan pengawasan yang dilakukan unit – unit yang terdapat dalam organisasi itu sendiri.

Pengawasan intern merupakan pengawasan yang berada dan berfungsi mengendalikan unit kerja dalam inti organisasinya sesuai dengan prosedur, tata kerja dan metode yang diatur organisasinya. Di dalam lingkungan pemerintahan pengawasan intern meliputi pengawasan melekat yaitu pengawasan atasan langsung terhadap bawahan di dalam lingkungan orgainsasi itu sendiri.

Pengawasan eksternal merupakan pengawasan yang dilaksanakan unit organisasi yang berada di luar unit organisasinya. Pengawasan formal merupakan


(21)

pengawasan yang dilakukan oleh instansi/ pejabat yang berwenang (dalam lingkup administrasi negara). Pengawasan ini bersifat intern dan ekster juga bersifat resmi dan pelaksanaannya diatur dalam peraturan – peraturan organisasi.

Sedangkan pengawasan informal ialah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat baik langsung maupun tidak langsung.

4. Proses Pengawasan

Proses pengawasan meliputi empat langkah (Wilson,2008:164): 1. Menetapkan Standar

Langkah awal dalam pengawasan adalah menetapkan standar, hal ini merupakan pedoman untuk mengetahui apakan ada penyimpangan atau tidak. Menetapkan standar berarti menetapkan besarnya tanggung jawab setiap individu/ kelompok dalam organisasi. Standar adalah kriteria sederhana dalam menilai suatu pekerjaan. Standar kerja dapat diketahui analisis pekerjaan (job analysis), sehingga ini merupakan suatu rencana yang ditetapkan untuk dilakukan setiap individu/ kelompok dalam organisasi. Standar ini merupakan patokan untuk menilai hasil – hasil yang dicapai individu/ kelompok dalam organisasi.

2. Mengukur prestasi Kerja

Mengukur prestasi kerja berarti menilai pekerjaan yang dikerjakan oleh individu/ kelompok dalam organisasi. Pengukuran adalah proses yang berulang – ulang, berlangsung secara terus – menerus. Pengukuran prestasi kerja dapat dilakukan tergantung pada jenis kegiatan yang diukur.


(22)

3. Menyesuaikan Prestasi Kerja dengan Standar

Setelah para anggota organisasi melaksanakan tugas maka akan diperoleh hasil dari kegiatannya. Kemudian, hasil yang dicapai para anggota organisasi tersebut dibandingkan dengan standar yang ditetapkan.

4. Mengambil Tindakan Korektif

Setelah membandingkan antara hasil yang dicapai para anggota organisasi dengan standar, maka akan ditemukan dua kemungkinan sesuai atau tidak dengan yang direncanakan. Apabila hasil yang dicapai tidak sesuai dengan standar, maka akan dilakukan tindakan korektif. Tindakan korektif ini dapat dilakukan untukmemperbaiki penyimpangan – penyimpangan yang terjadi dalam melaksanakan kegiatan. Termasuk pada tindakan korektif ini adalah perubahan terhadap satu atau beberapa kegiatan organisasi. Tindakan korektif dapat dilakukan dengan melakukan perubahan atas standaryang ditetapkan, perubahan terhadap pengukuran prestasi kerja dan juga mengubah cara dalam menganalisis.

Dalam buku Sukanto (2000:63), Proses pengawasan terdiri dari : penentuan standar – standar, pengawasan/ supervisi kegiatan atau pemeriksaan, pembandingan hasil dengan standar, serta kegiatan mengkoreksi kegiatan/ standar. Pertama kali organisasi harus mementukan standar pengawasan pada pusat – pusat strategis. Harus dibedakan hal apa yang dapat diawasi dan yang tidak dapat diawasi. Kemudian diadakan pengecekan dan laporan kegiatan kerja karyawan. Laporan tertulis harus dibuat untukpimpinan dengan tepat dan teratur, terutama tentang adanya penimpangan – penyimpangan. Langsung diadakan pemeriksaan segera terhadap beberapa kesalahan yang ada. Dianalisis apa sebabnya dan apakan sebabnya datang dari luar organisasi atau salah organisasi sendiri dalam memilih


(23)

pegawai. Kemudian diambil tindakan koreksi yaitu dengan mengubah standar atau pun motivasi yang perlu diubah.

1.5.2. Pajak Daerah Kabupaten/Kota 1. Pengertian Pajak Daerah

Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah, di samping retribusi daerah. Dalam buku Adrian (2008:55) pengertian pajak secara umum telah diajukan oleh para ahli, misalnya Rochmant Soemitro yang merumuskan: “ pajak ialah iuran rakyat kepada kas Negara (paralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintah) berdasarkan undang – undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal untuk membiayai pengeluaran umum, dan yang digunakan sebagai alat pencegahan atau pendorong untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan.”

Pendapat lain diajukan oleh Soemohamidjojo, “ pajak ialah iuran wajib, berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma – norma hukum, guna menutup biaya produksi barang – barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.” Pajak secara umum adalah iuran wajib anggota masyarakat kepada negara karena undang – undang, dan atas pembayaran tersebut pemerintah tidak memberikan balas jasa yang langsung dapat ditunjuk. Dalam konteks daerah, pajak daerah adalah pajak – pajak yang dipungut pemerintah daerah yang diatur berdasarkan peraturan daerah masing – masing dan hasil pungutannya digunakan untuk pembiayaan rumah tangga daerahnya. Mardiarsono menyebutkan dalam bukunya (2002:98) pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi / badan kepala daerah tanpa imbalan


(24)

langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang – undangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

Beberapa pengertian pajak daerah menurut para ahli dalam buku Adrian Sutedi (2008:57), seperti Rochmat Sumitro yang merumuskan “pajak daerah ialah pajak yang dipungut oleh daerah – daerah swatantra, seperti provinsi, kotrapraja, kabupaten, dan sebagainya”. Sedangkan Siagian merumuskannya sebagai: “pajak Negara yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daera dengan undang – undang”. Berbeda dengan pandangan Yasin, menurutnya “pajak daerah adalah pungutan daerah menurut peraturan yang ditetapkan sebagai badan hokum public, dalam rangka membiayai rumah tangganya”. Sedangkan, menurut Davey “ pajak daerah adalah : (1) pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerahnya sendiri; (2) pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional, tetapi pendapatan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah; (3) pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat, tetapi pungutannya dibagihasilkan kepada pemerintah daerah”.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pajak daerah dalah pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut berdasarkan peraturan perundang – undangan, yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hokum publik. Dari defenisi di atas, dapat diuraikan unsur – unsur pokoknya, yaitu: (1) iuran atau pungutan, (2) dipungut berdasarkan undang – undang, (3) pajak dapat dipaksakan, (4) untuk membiaya pengeluaran daerah. Secara umum fungsi pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut (Sutedi, 2008:490):


(25)

a. Fungsi budgeteir

Disebut juga fungsi fiskal, yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak – banyaknya, sesuai dengan undang – undang yang berlaku pada waktuny akan digunakanuntuk membiayai pengeluaran Negara. Fungsi budgeteir adalah fungsi pajak sebagai alat untuk mengisi kas Negara yang digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan.

b. Fungsi regulerend

Fungsi regulerend ialah fungsi dimana pajak digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu yang letaknya di luar bidang keuangan. Dengan kata lian, pajak digunakan sebagai alat kebijakan dalam mencapai tujuan tertentu di luar bidang keuangan untuk mendorong investasi, dan sebagai alat redistribusi. Juga fungsi pajak dipergunakan oleh pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dan sebagai fungsi tambahan karena fungsi ini hanya sebagai pelengkap dari fungsi utama pajak tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pajak dipakai sebagai alat kebijakan.

c. Fungsi demokrasi

Fungsi demokrasi ialah fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan atau wujud sistem gotong – royong. Fungsi ini sering dikaitkan dengan hak seseorang untuk mendapatkan pelayanan dari pemerinta, apabila ia telah melakukan kewajibannya membayar pajak. Bila pemerintah tidak memberikan pelayanan yang baik, maka pembayar pajak bisa melakukan protes

d. Fungsi distribusi

Fungsi distribusi ialah fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan dalam masyarakat.


(26)

2 Jenis Pajak Daerah

Menurut wilayah pemungutannya pajak daerah dibagi menjadi (Prakoso,2003:3) :

1. Pajak Propinsi dalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat propinsi, yang terdiri dari

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan

2. Pajak kabupaten/Kota adalah pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/kota, yang terdiri dari:

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

3. Objek Pajak Daerah Kabupaten

1. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan khusus yang disediakan bagi orang untuk dapat menginap, memperoleh pelayanan, dan atau fasilitas lainnyadengan dipungut bayaran, termasuk bangunan


(27)

lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama kecualiuntuk pertokoan dan perkantoran.

Objek pajak hotel yakni pembayaran yang disediakan hotel dengan pembayaran, termasuk:

• Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek,

• Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan yang sifatnya memberikan kemudahan bdan kenyamanan,

• Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakankhusus untuk tamu hotel, bukan untuk umum, dan

• Jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel. Subjek pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel.

2. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan/atau minumanyang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga atau catering.

Objek pajak restoran yakni pelayanan yang disediakan restoran dengan pembayaran.

Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran.

3. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas olahraga. Objek pajak hiburan yakni semua peyelenggara hiburan yang dipungut biaya.


(28)

Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan atau menikmati hiburan.

4. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang menurut bentuk corak ragamnya untuk komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang.

Objek pajak reklame yakni semua penyelenggaraan reklame.

Dalam buku Mardiasmo (2002:129),yang tidak termasuk objek pajak reklame adalah:

a. Penyelenggaraan reklame melalui televise, radio,warta harian, mingguan, bulanan dan sejenisnya.

b. Penyelenggaraan reklame lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Subjek pajak reklame adalah orang pribadi atau bdadan yang menyelenggarakan reklame.

5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atau penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

Objek pajak penerangan jalan yakni penggunaan tenaga listrik di wilayah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. Yang dikecualikan sebagai objek pajak penerangan jalan Mardiasmo (2002:130) adalah:

a. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah


(29)

b. Penggunaan tenaga listrik pada tempat – tempat yang digunakan oleh kedutaan, konsulat, perwakilan asing dan lembaga – lembaga internasional dengan asas timbale balik sebagaimana yang berlaku untuk pajak Negara. c. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN dengan kapasitas

tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis terkait. d. Penggunaan tenaga listrik yang diatur dengan Peraturan Daerah.

Subjek pajak penerangan jalan adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.

6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Objek pajak pengambilan bahan galian C yakni kegiatan pengambilan bahan galian golongan C, termasuk:

• Tangkahan batu •Tangkahan pasir • Tangkahan tanah

Subjek pajak pengambilan bahan galian golongan C adalah orang pribadi atau badan yang mengeksploitasi atau mengambil bahan galian gologan C.

4. Pengelolaan Pajak Daerah Kabupaten/Kota

Pengelolaan Pajak Daerah Kabupaten/ Kota adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang atau badan yang memiliki tugas, wewenang dalam hal pemungutan pajak.


(30)

Pengelola Pajak Daerah adalah pemerintah daerah untuk kepentingan daerah itu sendiri. Dalam hal ini, pemerintah kabupaten/kota.

Sebagai pengelola pajak pemerintah daerah dituntut untuk mampu berkoordinasi secara bijak, harus hati – hati jangan sampai pungutan yang diperoleh dari wajib pajak ada yang diselewengkan, pengelola pajak dituntut untuk mampu melakukan pengenaan sanksi pajak bagi para wajib pajak yang melanggar.

1.5.3. Peranan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah

Menurut Peraturan Pemerintah No 84 Tahun 2000 Lembaga Teknis Daerah Kabupaten/Kota merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah. Lembaga Teknis Daerah Kabupaten/Kota mempunyai tugas membantu Bupati/Walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan Daerah di bidangnya. Dalam menyelenggarakan tugas Lembaga Teknis Daerah Kabupaten/Kota mempunyai fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; b. pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan Daerah.

Lembaga Teknis Daerah, dapat berbentuk Badan dan atau Kantor. Salah satu lembaga Teknis Daerah Kabupaten/Kota adalah Badan Pengawas Daerah.

Badan Pengawas Daerah adalah unsur pelaksana tugas tertentu Pemerintah Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Dalam Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah pasal 12 menyebutkan


(31)

unsur pengawas daerah adalah Badan Pengawas Daerah yang selanjutnya disebut Inspektorat Daerah Kabupaten/ Kota.

Inspektorat Kabupaten/Kota merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang dipimpin oleh seorang Inspektur yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari sekretaris daerah. Adapun tugas pokoknya adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/ kota. Sedangkan fungsi Inspektorat daerah kabupaten/ kota dalam Peraturan Daerah Kabupaten Samosir No 21 Tahun 2007 , meliput i :

1.Perencanaan program pengawasan

2.Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan; dan

3.Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan Inspektorat Daerah sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah Daerah memiliki peran dan posisi yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek fungsi-fungsi manajemen maupun dari segi pencapaian visi dan misi serta program-program pemerintah. Dari segi fungsi-fungsi dasar manajemen, ia mempunyai keduduka n yang setara dengan fungsi perencanaan atau fungsi pelaksanaan. Sedangkan dari segi pencapaian visi, misi dan program-program pemerintah, Inspektorat daerah menjadi pilar yang bertugas sebagai pengawas sekaligus pengawal dalam pelaksanaan program yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Menurut Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Antasari Azhar : jika lembaga pengawas internal lemah, pencegahan korupsi tidak efektif. Untuk itu


(32)

pengawas internal pemerintah harus efektif dalam mencegah tindak pidana korupsi, karena simpul dalam manajemen pemerintah itu adalah aparat pengawasan (Media Indonesia, 28 Maret 2008)

Sebagai pengawas internal, Inspektorat Daerah yang bekerja dalam organisasi pemerintah daerah tugas pokoknya dalam arti yang lain adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak (Kepala Daerah) telah dipatuhi dan berjalan sesuai dengan rencana, menentukan baik atau tidaknya pemeliharaan terhadap kekayaan daerah, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur dan kegiatan pemerintah daerah, serta yang tidak kalah pentingnya adalah menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai Unit/Satuan Kerja sebagai bagian yang integral dalam organisasi Pemerintah Daerah. Dalam suatu situs (SUMBARPROV.go.id) dikatakan bahwa Inspektorat Daerah sebagai pengawas internal memiliki karakteristik yang spesifik, dan ia memiliki ciri antara lain adalah :

1. Alat dalam organisasi Pemerintah Daerah yang menjalankan fungsi quality assurance.

2. Pengguna laporan pengawas internal adalah top manajemen (Kepala Daerah) dalam organisasi Pemerintah Daerah yang bersangkutan.

3. Dalam pelaksanaan tugas seperti halnya pengawas eksternal dapat menggunakan prosedur pemeriksaan bahkan harus memiliki prosedur yang jelas.


(33)

5. Fungsi pemeriksaan yang dilakukan lebih banyak bersifat pembinaan dan dalam praktiknya memberikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Daerah, ia tidak berwenang untuk menghakimi apalagi menindak.

Berdasarkan argumen di atas sangatlah jelas dan nyata bahwa Inspektorat Daerah sebagai pengawas internal memiliki peran yang sangat strategis, sebagai katalisator dan dinamisator dalam menyukseskan pembangunan daerah. Ia dibutuhkan orang Kepala Daerah untuk membantunya dalam segala hal yang berkaitan dengan kelancaran jalannya pemerintahan daerah, kesuksesan pembangunan, pembinaan aparatur daerah.

1.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1989).

Untuk memberikan batasan yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan, maka penulis mendefenisikan konsep – konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Pengawasan adalah proses kegiatan yang terdiri dari penentuan standar, pengukuran prestasi kerja, penyesuaian prestasi kerja dengan standar dan pengambilan tindakan korektif yang ditujukan untuk menjamin agar suatu pekerjaan dapat berjalan secara efisien dan efektif. Dalam konteks pemerintahan yaitu untuk menjamin agar pemerintah daerah berjalan


(34)

secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang – undangan.

2. Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang mempunyai fungsi pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Dalam hal ini adalah pengawasan terhadap Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola sumber – sumber pendapatan daerah Kabupaten Samosir.

3. Pengelolaan Pajak Daerah Kabupaten/Kota adalah upaya yang dilakukan oleh orang atau badan yang berhubungan dengan tugas, fungsi dan wewenang atas suatu perbuatan atau pekerjaan. Dalam hal ini adalah pekerjaan pemungutan pajak daerah Kabupaten Samosir.

4. Peranan Badan Pengawas Daerah/ Inspektorat Daerah, dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana pengawasan internal dalam mengawasi pengelolaan pajak daerah Kabupaten Samosir yaitu dengan membuat standar pengawasan, memberikan penilaian terhadap ruang lingkup;prosedur pengawasan; pelaksanaan kerja serta analisa laporan, dan tindakan korektif apabila terjadi penyimpangan.

1.7 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, definisi operasional, sistematika penulisan.


(35)

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari metode penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, batas wilayah, penduduk, sosial budaya, serta hal – hal yang berkaitan dengan penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini terdiri dari penyajian data dari jawaban responden yang diperoleh dari lapangan dan memberikan interpretasi terhadap masalah yang diajukan.

BAB V : ANALISI DATA

Bab ini terdiri dari uraian data – data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran yang diperoleh dari penelitian.


(36)

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek penelitian baik itu orang, lembaga masyarakat, dan lain – lain pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang nampak atau sebagaimana adanya dan tidak melakukan pengujian hipotesis.

Menurut Nanawi (1987 : 46) metode deskriptif mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :

1.Memusatkan perhatian pada masalah –masalah yang terjadi pada saat penelitian dilakukan (saat sekarang) atau masalah – masalah yang bersifat aktual

2.Menggambarkan fakta – fakta tentang masalh yang sedang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional

Berdasarkan kutipan tersebut, maka dalam penelitian ini penulis hanya menggambarkan data dengan memberikan interpretasi yang rasional.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah dan Dinas Pendapatan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Samosir.


(37)

2.3 Informan Penelitian

Untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai masalah penelitian yang sedang dibahas,maka digunakan teknikinforman. Menurut Burhan Bungin (2007:18), informan merupakan orang yang menguasai dan memahami data, informasi ataupun fakta dari suatu objek penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan informan kunci (key informan) dan informan biasa. Informan kunci adalah informan yang mengetahui secara mendalam permasalahan yang sedang diteliti sedangkan informan biasa adalah informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan mengetahui dan berhubungan dengan permasalahan.

Dalam penelitian ini yang menjadi informan adalah: 1. Informan Kunci 4 orang, terdiri dari:

- Inspektur - Sekretaris

- Inspektur Pembantu Wilayah - Kepala Bidang Pendapatan

2. Informan Biasa 5 orang, terdiri dari: - Staf Inspektorat Daerah (2 orang)

- Staf Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah (3 orang)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpualan data dengan dua cara, yaitu:


(38)

1. Pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data – data yang lengkap yang berkaitan dengan masalah yang diteliti melalui:

a.Wawancara, mengajukan beberapa pertanyaan langsung kepada responden.

b.Observasi, mengamati langsung serta mencatat hal – hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Penumpulan data sekunder, yang dilakukan melalui studi kepustakaan yaitu menyalur dari buku – buku refrensi, jurnal ilmiah, peraturan perundang – undangan yang berkaitan dengan penelitian.

2.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisa kualitatif, yaitu dengan menyajikan data yang diperoleh dari objek yang diteliti yang selanjutnya diadakan interpretasi atau penafsiran sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.


(39)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Wilayah

3.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Samosir

Penerapan Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang – Undang Nomor 33 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, telah mendorong munculnya aspirasi masyarakat di daerah untuk membentuk Kabupaten/Kota baru yang bersifat otonom. Sebab dengan status daerah otonom baru, mereka berharap akan memperoleh peluang untuk mengurus daerahnya sendiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Salah satu Kabupaten yang menjadi agenda pemekaran Kabupaten Toba Samosir adalah membentuk Kabupaten Samosir, yang berada di tengah – tengah Propinsi Sumatera Utara. Untuk itu kajian peningkatan pemekaran Kabupaten Samosir dengan melahirkan calon Kabupaten Toba Samosir dengan melahirkan calon Kabupaten Samosir perlu segera dilakukan mengingat sudah waktunya pelaksanaan Undang – Undang Nomor 22 Tahun 1999.

Aspirasi masyarakat untuk memekarkan Kabupaten Toba Samosir menjadi dua kabupaten, didasarkan pada desakan masyarakat wilayah Samosir dan DPRD Kabupaten Toba Samosir, maka kabupaten toba samosir diusulkan dan direncanakan pemekarannya yaitu:

1. Kabupaten Toba Samosir (Induk) terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan


(40)

2. Kabupaten Samosir terdiri dari 9 (sembilan) kecamatan.

Sesuai dengan aspirasi dan argumentasi masyarakat yang disampaikan kepada DPRD Kabupaten Toba Samosir dan Pemkab Toba Samosir serta Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah ditindaklanjuti aspirasi masyarakat tersebut dengan:

1. Keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir tanggal 20 Juni 2002 2. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 1101/Pem/2002 tanggal 24 Juni

2002 yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara

3. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 135/1187/Pem/2002 tanggal 3 Juli 2002 perihal laporan tentang aspirasi masyarakat Samosir untuk membentuk Kabupaten Samosir, yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara

4. Terakhir, dari setiap argumen dan usulan DPRD dan Bupati Toba Samosir, usulan ini diakomodir denngan keluarnya Undang – Undang No 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai tanggal 18 Desember 2003

Terbentuknya Samosir sebagai kabupaten baru merupakan langkah awal untuk memulai percepatan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Tujuan pembentukannya adalah untuk menegakkan kedaulatan rakyat dalam rangka perwujudan social, mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan untuk merespon serta menstrukturisasi jajaran pemerintahan daerah dalam rangka mempercepat proses pembangunan sehingga dalam waktu yang cukup singkat


(41)

dapat sejajar dengan kabupaten lainnya sehingga secara langsung akan mengangkat harkat hidup masyarakat yang ada di kabupaten Samosir pada khususnya, Provinsi Sumatera Utara pada umumnya.

3.1.2 Kondisi Geografis Wilayah a. Batas Administrasi Daerah

Secara administrasi Kabupaten Samosir memiliki batas – batas, sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kasbupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

b. Luas Wilayah

Kabupaten Samosir mempunyai luas wilayah 2.069,05 Km²,yang terdiri dari luas daratan 1.444,25 Km² dan luas danau 624,80 Km² (sesuai dengan UU NO. 36 Tahun 2003) yang secara administrative terdiri dari 9 kecamatan, 111 desa dan 6 kelurahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut:


(42)

Tabel 1. Luas Daratan menurut Kecamatan No Kecamatan Jumlah

Desa

Jumlah Kelurahan

Luas Wilayah

(Km²)

% Luas

1 Sianjur Mula - mula

11 - 140,24 9,71

2 Harian 11 - 560,45 38,81

3 Sitio - tio 6 - 50,76 3,51

4 Onan Runggu 12 - 60,89 4,22

5 Nainggolan 10 2 87,86 6,08

6 Palipi 13 - 129,55 8,97

7 Pangururan 25 3 121,43 8,41

8 Ronggur Ni Huta

8 - 94,87 6,57

9 Simanindo 15 1 198,20 13,72

jumlah 111 6 1444,25 100,00

c. Topografi

Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi dengan ketinggian antara 904 – 2157 m di atas permukaan laut dengan topografi dan kontur tanah yang beraneka ragam yaitu datar (± 10%), landai (± 20%), miring (± 55%) dan terjal (± 15%) wsruktur tanahnya labil dan berada pada wilayah gempa tektonik dan vulkanik.


(43)

3.1.3 Kondisi Demografis a. Jumlah Penduduk

Tabel. 2 Jumlah Penduduk

No Kecamatan Luas

Wilayah (Km²)

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk (jiwa/Km²) 1 Sianjur Mula -

mula

140,24 2.598 11.098 79,14

2 Harian 560,45 1.965 6.835 12,20

3 Sitio - tio 50,76 2.062 8.749 172,36

4 Onan Runggu 60,89 2.941 12.722 208,93

5 Nainggolan 87,86 3.366 13.302 151,40

6 Palipi 129,55 4.089 18.895 145,85

7 Ronggur Ni Huta 94,87 2.070 9.967 105,06

8 Pangururan 121,43 6.964 30.069 247,62

9 Simanindo 198,20 5.219 19.912 100,46

Tahun 2008 1.444,25 31.274 131.549 91,08 Tahun 2007 1.444,25 29.744 131.205 90,85 Tahun 2006 1.444,25 27.215 131.116 90,41


(44)

3.2 Visi dan Misi Kabupaten Samosir 3.2.1 Visi

Visi akan memberikan arah kemana pembangunan diselenggarakan, sedangkan misi merupakan kegiatan pokok yang harus dilaksanakan untuk terlaksananya Visi yang ditetapkan.

Visi Kabupaten Samosir adalah:

“Samosir Kabupaten Pariwisata 2010 yang Indah, Damai dan Berbudaya dengan Agrobisnis Berwawasan Lingkungan Menuju Masyarakat yang Lebih Sejahtera”

3.2.2 Misi

Untuk mewujudkan visi Kabupaten Samosir yang telah ditetapkan harus mempunyai misi yang jelas juga. Misi merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi Pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai. Misi adalah suatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh organisasi Pemerintahan sesuai visi yang ditetapkan agar tujuan dapat terlaksana dan berhasil dengan baik

Misi dalam rangka mewujudkan visi Kabupaten Samosir dirumuskan dan ditetapkan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Aparatur Pemerintah untuk mewujudkan prinsip Good Governance.

2. Meningkatkan kualitas Pendidikan dan Kesehatan serta memberdayakan masyarakat dalam Pembangunan.

3. Mengembangkan Industri Pariwisata.


(45)

5. Memantapkan Penataan Ruang Lingkup Wilayah dan mengembangkan Infrastruktur.

6. Meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan dan konservasi Sumber Daya Alam.

7. Meningkatkan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan. 8. Menggali dan melestarikan Budaya Batak.

9. Membangun jejaring dengan berbagai pihak.

10.Meningkatkan kesadaran Hukum, Politik, Ketertiban dan Keamanan Masyarakat.

3.3 Gambaran Umum Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir 3.3.1 Visi, Misi Inspektorat Daerah

Keberhasilan suatu instansi sangat ditentukan adanya Visi dan Misi yang dapat menyesuaikan dengan perubahan dari lingkungan internal dan eskternal suatu instansi, dengan hal ini lah Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir menetapkan Visi dan Misi yaitu:

“PENGAWASAN PROFESIONAL MEWUJUDKAN PENINGKATAN KINERJA APARATUR”

Untuk mewujudkan Visi tersebut diatas maka dirumuskan suatu Misi, yaitu:

1. Meningkatkan profesinalisme aparat pengawas

2. Menciptakan hasil pemeriksaan dan instansi pemerintah Kabupaten Samosir yang berkua litas


(46)

3. Proaktif menyelesaikan kasus – kasus pengaduan masyarakat secara tepat waktu dan tepat sasaran

4. Meningkatkan manajemen pengawasan

3.3.2 Kedudukan Tugas dan Fungsi

Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah, dimana tugas dari inspektorat daerah ini adalah melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan desa.

Inspektorat dalam melaksanakan tugasnya, menyelenggarakan fungsi: a. Pernecaan program pengawasan

b. Perumusan kebijakan dan fasilitas pengawasan

c. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan.

3.3.3 Struktur Organisasi

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Samosir, Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir adalah perangkat daerah dijajaran pemerintah daerah Kabupaten Samosir yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada bupati dan secara teknis mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah.

Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir dipimpin oleh seorang Inspektur dibantu oleh Sekretaris Inspektur, Inspektur Pembantu Wilayah I,II dan III serta Kelompok Jabatan Fungsional.


(47)

a. Sub Bagian Perencanaan

b. Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan c. Sub Bagian Administrasi dan Umum Inspektur Wilayah terdiri dari:

a. Seksi Pengawasan Pemerintah Bidang Pembangunan b. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan c. Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan


(48)

(49)

3.4 Gambaran Umum Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Samosir

3.4.1 Visi, Misi Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah

Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah sebagai bagian dari pemerintah daerah merupakan posisi sentral yang berfungsi untuk membantu pimpinan dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan lebih menitikberatkan visi dan misinya dalam rangka pengkoordinasian dan pelayanan administrasi keuangan dan asset daerah.

Oleh karena itu, maka Visi Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Samosir adalah:

“TERWUJUDNYA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH YANG HANDAL DAN PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH YANG MAMPU MENJADI SUMBER PENDANAAN PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN, PEMBANGUNAN DAN PELAYANAN

KEMASYARAKATAN.”

Misi Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Samosir adalah:

1. Meningkatkan pendapatan daerah untuk membiayai pemerintah, pembangunan dan kesejahteraan masyarakat didukung oleh efektivitas kebijakan Kabupaten Samosir

2. Meningkatkan penagihan pajak dan retribusi daerah

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pajak dan retribusi daerah 4. Peningkatan penatausahaan keuangan daerah sesuai peraturan yang


(50)

5. Meningkatkan sistem pengelolaan kekayaan pemerintah daerah

3.4.1 Kedudukan Tugas dan Fungsi

Dina Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah mempunyai tugas membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan peningkatan pendapatan pemerintahan daerah, pelaksanaan dan pembinaan administrasi keuangan serta pengelolaan asset daerah.

Untuk melaksanakan tugasnya, Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Samosir mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Melaksanakan pendataan, penetapan dan penerbitan SKP/RD dan penagihan pajak/retribusi daerah serta monitoring penyetoran

2. Menyelengarakan koordinasi pelaksanaan penganggaran, pelaporan dan pembinaan administrasi keuangan pemerintahan Kabupaten Samosir

3. Melaksanakan pengelolaan barang daerah

4. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah

3.4.2 Struktur Organisasi

Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Samosir dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 22 Tahun 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Samosir, yang terdiri dari:

1. Kepala Badan 2. Bagian Tata Usaha:


(51)

b) Sub Bagian Keuangan dan Kepegawaian

3. Bidang Pendataan dan Penetapan Pajak dan Retribusi Daerah: a) Sub Bidang Pendataan dan Penetapan

b) Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan

c) Sub Bidang Pengaduan Legalisasi dan Surat – surat Berharga 4. Bidang Penagihan:

a) Sub Bidang Pajak dan Retribusi Daerah

b) Sub Bidang Dana Perimbangan dan Bagi Hasil Penerimaan Lainnya c) Sub Bidang Restitusi

5. Bidang Pengelolaan Belanja: a) Sub Bidang Anggaran

b) Sub Bidang Perbendaharaan dan Gaji c) Pembukuan dan Verifikasi

6. Bidang Pengelolaan Aset:

a) Sub Bidang Kebutuhan Barang Daerah b) Sub Bidang Pendistribusian Barang Daerah c) Sub Bidang Pencatatan dan Pelaporan


(52)

(53)

3.5 Tugas Pokok dan Fungsi

3.5.1 Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir A. Inspektur

Inspektur mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan desa.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Inspektur mempunyai fungsi: a. Memberi petunjuk serta arahan kepada bawahan dengan mengadakan

pertemuan, rapat staf maupun dengan instruksi melalui disposisi

b. Mengatur rencana/program kerja serta jadwal kegiatan yang diajukan oleh para bawahan dengan meneliti dan menyesuaiakan ketentuan yang ada untuk kelancaran pelaksanaan tugas

c. Mengkoordinasikan perumusan perundang – undangan yang menyangkut tugas pokok Pemerintah Daerah serta menetapkan kebijakan – kebijakan untuk pedoman dalam melaksanakan pengawasan/pemeriksaan

d. Melakukan pemeriksaan terhadap penyelenggaraan urusan – urusan pemerintahan umum, pemerintah daerah dan pemerintah desa/kelurahan yang ditugaskan oleh Bupati untuk menyeleksi keseluruhan laporan pemeriksaan oleh para bawahan

e. Menyelenggarakan pemeriksaan terhadap pembinaan sosial politik, perekonomian, kesejahteraan sosial, pembinaan aparatur, pendapatan daerah serta kekayaan Negara dan Daerah yang ditugaskan oleh Bupati untuk dapat menentukan langkah selanjutnya


(54)

f. Melakukan pengujian dan penilaian atas hasil laporan terhadap objek/instansi/satuan kerja/unit kerja yang diperiksa di lingkungan pemerintah daerah Kabupaten Samosir dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan yang berlaku dan petunjuk Bupati

g. Melakukan pengusutanterhadap kasus- kasus yang timbul atas kebenaran laporan atau pengaduan dengan meneliti data dan hasil pemeriksaan untuk menghindarkan terjadinya penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang di bidang pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, pembinaan sosial politik, perekonomian, kesejahteraan sosial, pembinaan aparatur, pendapatan dan kekayaan Negara/ Daerah

h. Mengkoordinir pelaksanaan tugas pada bidang kepegawaian yang meliputi administrasi kepegawaian dan pengembangan karier, bidang keuangan yang meliputi administrasi keuangan dan perhitungan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, bidang administrasi lainnya yang meliputi pengolahan administrasi perlengkapan dan rumah tangga

i. Memberikan saran atau pertimbangan kepada Bupati j. Mengikuti rapat koordinasi dengan instansi terkait

k. Mengadakan kontrol terhadap aktivitas para bawahan agar pelaksanaan tugas sesuai dengan yang dilaporkan

l. Memberikan penilaian dan menandatangani DP3 para bawahan

m. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sebagai laporan pertanggungjawaban kepada Bupati

n. Menilai hasil tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan o. Mengkaji kinerja pengawasan


(55)

p. Mengkoordinasi, memberi arahan, pembinaan, pengawasan, evaluasi dan petunjuk kepada bawahan baik lisan maupun tertulis

q. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah

r. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh pimpinan

B. Sekretaris

Sekretaris mempunyai tugas pokok membantu Inspektur dalam melaksanakan tugas di bidang ketatausahaan.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Sekretaris mempunyai fungsi: a. Menerima dan menindak lanjuti petunjuk/arahan dari atasan

b. Mengkoordinasikan pembuatan rencana kerja tahunan Sekretariat Inspektorat tentang pedoman dan petunjuk teknis pembinaan dan pengawasan serta pengendalian administrasi Sekretariat Inspektorat dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan yang berlaku

c. Memberi petunjuk, mengarahkan dan mengkoordinasikan para Kepala Sub Bagian/bawahan di Sekretariat Inspektorat sesuai dengan bidang tugasnya untuk kelancaran tugas pelayanan teknis administrasi

d. Memeriksa, mengoreksi hasil kerja bawahan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan cara mengamatinya, sebagai bahan penilaian dan evaluasi

e. Melakukan kerjasama yang bersifat koordinatif dengan para Inspektur Pembantu melalui rapat – rapat pertemuan untuk kelancaran tugas penyusunan program kerja pengawasan/pemeriksaan


(56)

f. Meneliti dan menilai serta memaraf laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk disampaikan kepada Inspektur g. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada

Bupati melalui Sekretaris Daerah

h. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan

C. Kepala Sub Bagian Perencanaan

Kepala Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas pokok membantu Sekretaris dalam melaksanakan tugas di bidang perencanaan

Dalam menyelenggarakan tuga pokok tersebut, Kepala Sub Bagian Perencaan mempunyai fungsi:

a. Membuat rencana kerja/jadwal kegiatan pada Sub Bagian Perencanaan berdasarkan rencana kerja tahun lalu agar penyusunan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

b. Menyiapkan bahan penyusunan dan pengendalian rencana/program kerja pengawasan agar pemeriksaan di lapangan berjalan lancar

c. Membagi tugas kepada bawahan dengan cara lisan atau tertulis agar tugas terlaksana sesuai dengan ketentuan

d. Memberi petunjuk/mengarahkan bawahan agar tugas terlaksana sesuai dengan ketentuan

e. Melaksanakan koordinasi dengan seksi pengawas untuk menyusun rencana pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penelitian serta pengusutan dan kasus- kasus, agar tugas di lapangan berjalan lancar


(57)

f. Membuat rencana anggaran kegiatan tugas – tugas Inspektorat untuk pengusulan ke dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah/ Rancangan Perubahan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

g. Menghimpun semua bahan program kerja yang sudah ada untuk bahan penyusunan program kerja tahun berikutnya, agar program kerja berikutnya lebih baik

h. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan

D. Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan

Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok membantu Sekretaris dalam melaksanakan tugas di bidang evaluasi dan pelaporan.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Kepala Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai fungsi:

a. Membuat program kerja Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan berdasarkan rencana kerja tahun lalu

b. Melakukan kerja sama yang bersifat koordinatif dengan para seksi pengawas agar penilaian dan evaluasi hasil pemeriksaan dapat dipertanggung jawabkan kepada atasan

c. Memeriksa dan mengolah data yang dikumpulkan dari hasil pemeriksaan di lapangan, agar penilaian dan evaluasi yang baik dan benar dapat terlaksana


(58)

d. Memberi saran kepada atasan tentang langkah – langkah yang harus diambil dalam membuat laporan bulanan, triwulan tahunan sebagai bahan evaluasi

e. Menghimpun laporan hasil pemeriksaan berdasarkan petunjuk atasan dan data yang ada dengan mencatatnya ke dalam buku bukti laporan untuk memudahkan pencarian bila suatu waktu diperlukan

f. Membuat dan menyampaiakan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah

g. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan.

E.Kepala Sub Bagian Administrasi Umum

Kepala Sub Bagian Administrasi Umum mempunyai tugas pokok membantu Sekretaris dalam melaksanakan tugas di bidang urusan administrasi umum.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Kepala Sub Bagian Administrasi Umum mempunyai fungsi:

a. Membuat rencana/program kerja Sub Bagian Administrasi dan Umum berdasarkan rencana/program kerja tahun lalu

b. Membaca, meneliti, mencatat dan mengagendakan surat masuk dan surat keluar

c. Menata kearsipan surat masuk dan surat keluar

d. Membuat blanko daftar hadir pegawai/tenaga honorer/tenaga harian lepas sesuai dengan data yang ada


(59)

e. Membuat konsep surat teguran kepada pegawai/personil yang tidak mematuhi ketentuan disiplin yang berlaku sesuai dengan petunjuk atasan f. Mempersiapkan surat usulan kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala

pegawai dan urusan administrasi lainnya menyangkut hal kepegawaian berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku

g. Mempersiapkan surat permintaan kebutuhan peralatan/barang yang dibutuhkan satuan kerja sesuai petunjuk dari atasan

h. Menyelenggarakan inventarisasi barang – barang kekayaan daerah dan pelaksanaan pengawasannya pada satuan kerja Inspektorat

i. Membuat dan menyampaiakan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah

j. Melaksanakan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan

F. Inspektur Pembantu Wilayah

Inspektur Pembantu Wilayah mempunyai tugas pokok membantu Inspektur, terdiri dari Inspektur Pembantu Wilayah I, II dan III, yang berada di bawah yang bertanggung jawab kepada Inspektur.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Inspektur Pembantu Wilayah mempunyai fungsi:

a. Merencanakan, mengumpulkan dan menyusun bahan rencana dan Program Kerja Pengawasan/Pemeriksaan (PKP), untuk memudahkan sistem dan teknis pemeriksaan di lapangan/objek pemeriksaan


(60)

b. Menyusun Program Pemeriksaan Tim (P2T) untuk melaksanakan pemeriksaan pada objek pemeriksaan/di lapangan, agar timdapat melaksanakan tugasnya dengan baik

c. Mengawasi pelaksanaan tugas Kepla Seksi dan staf yang menjadi tanggung jawabnya, agar tidak terjadi kesalahan dalam pemeriksaan

d. Melaksanakan pemeriksaan langsung pada objek pemeriksaan sekaligus untuk memonitoring pelaksanaan tugas anggota tim

e. Menyusun dan merumuskan data – data temuan hasil pemeriksaan bersama dengan tim pemeriksaan berdasarkan kriteria/ketentuan peraturan yang berlaku, agar temuan hasil pemeriksaan dapat disajikan secara baik dan benar

f. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah

g. Melaksanakan tugas- tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan

G. Kepala Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan

Kepala Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan mempunyai tugas pokok membantu Inspektur Pembantu Wilayah di bidang pembangunan.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Kepala Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pembangunan mempunyai fungsi:

a. Menerima Surat Tugas dari Inspektur untuk pelaksanaan tugas pemeriksaan ke objek pemeriksaan yang ditetapkan

b. Melaksanakan pemeriksaan, pengujian dan penilaian terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh objek yang diperiksa di bidang


(61)

pembangunan fisik dan non fisik serta pengusutan terhadap permasalahan yang menyangkut bidang pembangunan

c. Mencatat data – data hasil pemeriksaan menurut langkah kerja yang ditetapkan pada Program Kerja Pemeriksaan (PKP) dan/atau pada Program Pemeriksaan Tim (P2T) ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)

d. Meminta pejabat yang berwenang pada objek pemeriksaan bersama dengan tim pemeriksa untuk membahas temuan hasil pemeriksaan serta untuk memberikan tanggapan/komentar atas temuan hasil pemeriksaan untuk menhhindari terjadinya kesalah pahaman

e. Membuat LHP bersama – sama dengan tim pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku untuk disampaiakn kepada Bupati melalui Inspektur

f. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Inspektur Pembantu Wilayah

g. Melaksanakan tugas – tugas lainnya yang diberikan oleh Pimpinan

H. Kepala Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan

Kepala Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan mempunyai tugas pokok membantu Inspektur Pembantu Wilayah di bidang pemerintahan.

Dalam melaksanakan tugas pokok, Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Pemerintahan mempunyai fungsi:

a. Menerima Surat Tugas dari Inspektur untuk pelaksanaan tugas pemeriksaan ke objek pemeriksaan yang ditetapkan


(62)

b. Melaksanakan pemeriksaan, pengujian dan penilaian terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh objek yang diperiksa di bidang pemerintahan umum, pemerintahan daerah, kecamatan dan desa/kelurahan serta pengusutan terhadap permasalahan/kasus yang ada di bidang pemerintahan

c. Mencatat data – data hasil pemeriksaan menurut langkah kerja yang ditetapkan pada Program Kerja Pemeriksaan (PKP) dan/atau pada Program Pemeriksaan Tim (P2T) ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)

d. Meminta pejabat yang berwenang pada objek pemeriksaan bersama dengan tim pemeriksa untuk membahas temuan hasil pemeriksaan serta untuk memberikan tanggapan/komentar atas temuan hasil pemeriksaan untuk menhhindari terjadinya kesalah pahaman

e. Membuat LHP bersama – sama dengan tim pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku untuk disampaikan kepada Bupati melalui Inspektur

f. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Inspektur Pembantu Wilayah

g. Melaksanakan tugas – tugas lainnya yang diberikan oleh Pimpinan

I. Kepala Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan

Kepala Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan mempunyai tugas pokok membantu Inspektur Pembantu Wilayah di bidang Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan.


(63)

Dalam melaksanakan tugas pokok, Kepala Seksi Pengawas Pemerintah Bidang Kemasyarakatan mempunyai fungsi:

a. Menerima Surat Tugas dari Inspektur untuk pelaksanaan tugas pemeriksaan ke objek pemeriksaan yang ditetapkan

b. Melaksanakan pemeriksaan, pengujian dan penilaian terhadap program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh objek yang diperiksa di bidang kemasyarakatan serta pengusutan terhadap permasalahan/kasus yang ada di bidang masyarakat

c. Mencatat data – data hasil pemeriksaan menurut langkah kerja yang ditetapkan pada Program Kerja Pemeriksaan (PKP) dan/atau pada Program Pemeriksaan Tim (P2T) ke dalam Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)

d. Meminta pejabat yang berwenang pada objek pemeriksaan bersama dengan tim pemeriksa untuk membahas temuan hasil pemeriksaan serta untuk memberikan tanggapan/komentar atas temuan hasil pemeriksaan untuk menhhindari terjadinya kesalah pahaman

e. Membuat LHP bersama – sama dengan tim pemeriksaan sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku untuk disampaikan kepada Bupati melalui Inspektur

f. Membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan tugas kepada Inspektur Pembantu Wilayah


(64)

J. Jabatan Fungsional

Jabatan Fungsional mempunyai tugas memberikan masukan yang bermanfaat untuk mendukung program Inspektorat Kabupaten, melaksanakan sebagian tugas untuk jangka pendek maupun menengah dan jangka panjang.

3.5.2 Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Samosir A. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan di bidang pengelolaan keuangan daerah meliputi pendapatan, aggaran, akuntansi dan asset daerah.

Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Kepala Dinas mempunyai fungsi: a. Mengkoordinasikan pengelolaan administrasi umum meliputi

ketatalaksanaan, perencanaan, keuangan, kepegawaian dan urusan rumah tangga di lingkungan Dinas

b. Mengkoordinasikan pengelolaan keuangan dan asset daerah

c. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah

d. Menyelenggarakan penetapan pajak dan retribusi serta pendapatan daerah lainnya

e. Mengkoordinasikanpelaksanaan penagihan dan perhitungan

f. Mengkoordinasikan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD

g. Mengkoordinasikan penyusunan RAPBD dan P- APBD h. Menyelenggarakan fungsi BUD


(1)

Kabupaten Samosir oleh karena itu laporan pengawasan tersebut akan diserahkan kepada Bupati.

Selain kepada Bupati, Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir juga menyampiakan laporan hasil pengawasan kepada SKPD yang diawasi. Dalam hal ini kepada Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah dengan tujuan supaya dinas tersebut mengetahui sejauh mana pelaksanaan aspek – aspek yang diawasi.


(2)

BAB VI PENUTUP

Setelah menguraikan berbagai aspek yang berkaitan dengan pembahasan dari permasalahan, maka pada bab ini merupakan bab penutup. Dalam bab penutup dibuat kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dari skripsi ini.

Selain berisi kesimpulan, dalam bab ini juga penulis mengajukan beberapa saran yang berhubungan dengan masalah yang ditemukan di lapangan dan tentunya harapan penulis saran ini bermanfaat untuk kemudian dipertimbangkan.

A. Kesimpulan

1. Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah dalam melakukan pengawasan kepada Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah terkait dengan pengelolaan pajak daerah telah memiliki standar pengawasan, yaitu:

a. Ruang lingkup pengawasan yaitu aspek kepegawaian, aspek pemerintahan dan aspek pengelolaan keuangan (PAD dari sektor pajak)

b. Prosedur pengawasan, yaitu Pembuatan surat penugasan, melakukan pengawasan, mengekspos temuan hasil pemeriksaan, menyusun laporan pemeriksaan, membuat surat tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan

2. Pengawasan pengelolaan pajak daerah yang dilakukan oleh Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah secara umum belum terlaksana secara baik, karena Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah belum melakukan pengawasan


(3)

Kabupaten Samosir dan juga kepada Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah.Hal ini disebabkan karena kurangnya kuantitas serta kualiatas SDM yang ada di Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir. 3. Metode atau cara pengawasan yang dilakukan Badan Pengawas

Daerah/Inspektorat Daerah Kabupaten Samosir dalam melaksanakan pengawasan pengelolaan pajak daerah dilakukan sesuai dengan dasar pemeriksaan PKPT (Program Kerja Pengawas Tahunan) yaitu secara regular dan insidentil

4. Untuk mengatasi masalah yang ditemukan dalam melakukan pengawasan pengelolaan pajak daerah, Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah melakukan tindakan korektif. Laporan hasil pengawasan disampaikan kepada Bupati dan Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah.

B. SARAN

Saran – saran yang diajukan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah dalam melakukan

pengawasan tidak hanya terfokus pada hal pemungutan dan pengelolaan, tetapi target dan realisasinya juga perlu diawasi dengan baik supaya pengelolaan pajak daerah dapat lebih efektif dan efisien.

2. Untuk dapat terus meningkatkan kualitas pengawasan Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah perlu mengadakan perekrutan untuk menambah jumlah aparatur pengawas serta mengadakan pelatihan dan pendidikan di bidang pengawasan supaya aparatur pengawas tersebut memiliki kualitas SDM yang baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Wilson. 2008. Intisari Manajemen. Bandung: PT Refika Aditama Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana

Harahap, Syafri, Sofyan. 2001. Sistem Pengawasan Manajemen. Jakarta: PT Pustaka Quantum

Harahap, Syafri, Sofyan. 1987. Manajemen Konterporer. Jakarta: Grafindo Persada

Hasibuan, Malayu. Manajemen- Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara

Herujito, Yayat, M. 2001. Dasar – Dasar Manajemen. Jakarta: PT Grasindo Kurniawan, Panca. Purwanto, Agus. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah di

Indonesia. Malang: Babumedia Publishing

Manullang, M. 2002. Dasar – Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Mardiasmo. 2002. Perpajakan. Yogyakarta: ANDI OFFSET

Mustaqiem, H. 2008. Pajak Daerah Dalam Transisi Otonomi Daerah. Yogyakarta: FH UII Press

Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Prakosa, Kesit, Bambang. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. Yogyakarta: UII Press

Reksohadiprodjo, Sukanto. 2000. Manajemen. Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta Simbolon, Maringan, Masry. 2004. Dasar – Dasar Administrasi dan Manajemen.

Jakarta: Ghallia Indonesia

Siswanto, H,B. 2006. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara Sutedi, Adrian. 2008. Hukum Pajak dan Retribusi Daerah. Bogor: Ghalia


(5)

Sumber – sumber lain : Media Indonesia 28 Maret 2008

Undang – Undang Republik Indonesia No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang – Undang Republik Indonesia No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang – Undang Republik Indonesia No. 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah Peraturan Pemerintah No 84 Tahun 2000 Tentang Organisasi Perangkat Daerah


(6)

Lampiran :

Pedoman Wawancara I. Badan Pengawas Daerah/Inspektorat Daerah

1. Apa yang menjadi ruang lingkup pengawasan yang dilakukan oleh Bawasda?

2. Bagaimana prosedur pengawasan yang ditetapkan oleh Bawasda? 3. Bagaimana penetapan format laporan pengawasan?

4. Bagaimana koordinasi antara Bawasda dan Dispenda dalam menjalankan fungsi masing – masing?

- Apakah Dispenda melaporkan / menyerahkan laporan hasil kerja dinas kepada Bawasda?

5. Selain mengawasi, apakah Bawasda juga mengevaluasi laporan hasil pengawasan dan laporan hasil kerja Dispenda?

-Jika ya, apakah Bawasda menemukan penyimpangan?

6. Apakah saran – saran Bawasda ( tindakan korektif ) untuk meminimalisir kemungkinan penyimpangan?

7. Bagaimana penilaian kinerja Bawasda terhadap Dispenda?

8. Tolak ukur : target pajak daerah dan Perda dalam menilai pelaksanaan kerja Dispenda dalam pengelolaan pajak daerah.

9. Metode pengawasan yang dilakukan oleh Bawasda.

II. Dinas Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah 1. Bagaimana koordinasi antara Bawasda untuk Dispenda? 2. Bagaimana penyusunan laporan hasil kerja?