PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, TINGKAT BAGI HASIL, INFLASI, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH (Studi Empiris BPRS di DIY dan Jawa Tengah)

(1)

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, TINGKAT BAGI HASIL, INFLASI, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH

(Studi Empiris BPRS di DIY dan Jawa Tengah)

THE INFLUENCE OF INTEREST AND, PROFIT SHARING RATES, INFLATION, AND SIZE OF ORGANIZATIONS TO MUDHARABAH

DEPOSITS

(Empirical Study in some BPRS in DIY and Central Java)

SKRIPSI

Oleh :

ZYAHWAN ALFIAN 20120420244

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

MOTTO :

Sesuatu mungkin mendatangi mereka yang mau menunggu,

namun hanya didapatkan oleh mereka yang bersemangat

mengejarnya

Abraham Lincoln

Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan

bukanlah akhir yang gagal, namun keberanian untuk meneruskan kehidupan yang di perhatikan

Sir Winston Churchil

jika anda memiliki keberanian untuk memulai, anda juga memiliki keberanian untuk sukses

David Viscoot

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar

Khalifah ‘Umar

Yang Terbaik di antara kalian adalah mereka yang

berakhlak mulia

Nabi Muhannad SAW

Visi tanpa tindakan hanyalah sebuah mimpi. Tindakan

tanpa visi hanyalah membuang waktu. Visi dengan tindakan akan mengubah dunia!


(3)

THANKS TOO..

1. Allah SWT, karena hanya atas izin dan karuniaNyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT sang penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.

2. Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak tauladan kehidupan sehingga pada hari ini nikmat itu sungguh nyata saya rasakan atas ilmu pengetahuan yang bermanfaat berkat beliau yang telah membawa kita hijrah ke zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

3. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua. Ucapan terimakasih saja takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan orang tua, karena itu terimalah persembahan bakti dan cinta ku untuk kalian bapak dan ibuku.

4. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar saya menjadi lebih baik. Terimakasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu terpatri di hati.


(4)

5. Saudara kandung saya (Mba Ikha dan Mba Dian), yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat yang menggebu, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.

6. Buat keluarga besarku di Sumbawa Om Tuo, Om icceng, Tante totte, Tante Nia, tante Hawiyah, Iis naini, yuli, kak amir dll. Yang selalu memberi dukungan dari awal kuliah hingga dalam penyelsaian skripsi ini.

7. Buat keluarga besar “KOLONG LANGIT” Hamdan, Hendra, Rian, Elvan, Ali, Dio, Tami, Aska, Umo, Oyong terima kasih sudah menjadi keluarga baru di kehidupanku yang selalu mensupport, menyemangati dan memotivasi dalam penyelsaian skripsi ini sungguh kalian luar biasa, bangga bisa mengenal kalian semua, semoga Allah SWT memberikan jalan yang lurus buat kita yaitu kesuksesan.

8. Buat Sahabat-sahabatku Dean, Pringgo,Rico, Hefi, Heny, Dian, Dessy, Agil, kunto, Ipung, Phi tik, aldy kucing, monik, Dea dan banyak lagi, kalian selalu memotivasiku dan memberi semangat dalam penyelsaian skripsi ini.

9. Keluarga besar “MAMPIS RUNGAN UMY” Aka Irawan, AAN, BOY, AI, Astrid, Andika, Abi, Iqbal, Akim, Mita, eki Cepang, Dede,Dinda, Warda, dll. Terima kasih banyak sudah memberi semangat dan motivasi yang luar biasa dalam penyelsaian skripsi ini.


(5)

10.Temen-temen IMM, Temen BEM dan SMA terima kasih sudah banyak ilmu dan pengalaman yang kalian berikan serta semangat dan motivasi dalam penyelsaian skripsi ini.

11.Teruntuk kamu sang pujaan hati Nurull terimakasih sudah memberikan kasih dan sayang yang tulus, terimakasih do’a, support dan motivasi yang tiada henti sehingga bisa menyelsaikan karya kecil ini 

12.Semua pihak yang telah memberi dukungan, bantuan, kemudahan, semangat dalam proses penyelsaian skripsi ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang, Amin


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………...ii

HALAMAN PENGESAHAN………..iii

HALAMAN PERNYATAAN………..iv

HALAMAN MOTTO………...vi

HALAMAN PERSEMBAHAN………..vii

INTISARI……….ix

ABSTRAK……….x

KATA PENGANTAR………..xi

DAFTAR ISI………..xiii

DAFTAR TABEL………...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………...1

B. Batasan Masalah………8

C. Rumusan Masalah………...9

D. Tujuan Penelitian………...9

E. Manfaat Penelitian………...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori………...12

1. Teori Stakeholder………...12

2. Definisi Bank………...13

a. Bank Konvensional………..………13

b. Bank Syariah………14

3. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional………..17

4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)………...18

5. Tujuan Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)………18

6. Usaha Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)………...19

7. Produk Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)………19

8. Perbedaan BPR syariah dan BPR Konvensional………...27

9. Tingkat Suku Bunga………...29 )………


(7)

11.Inflasi……….30

12.Ukuran Perusahaan………...32

13.Deposito Mudharabah………...33

B. Penurunan Hipotesis………...41

C. Kerangka Pemikiran………...47

BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian………..48

B. Teknik Pengumpulan Data………..48

C. Jenis Data………...48

D. Teknik Pengambilan Sampel………...48

E. Defenisi Operasional Variabel………...49

F. Uji Kualitas Data……….52

G. Uji Analisis Regresi Linier Berganda………..55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian/Subyek penelitian………..59

B. Uji Validitas Data………62

C. Hasil Peneliti………...66

D. Pembahasan……….71

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN KETERBATASAN DAN SARAN PENELITIAN LANJUTAN A. Simpulan………..76

B. Implikasi………..76

C. Keterbatasan dan Saran Penelitian Lanjutan………...78 DAFTAR PUSTAKA


(8)

DAFTAR TABEL

2.1. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional………..16

4.1 Daftar BPRS DIY dan Jawa Tengah yang Menjadi Subjek Penelitian………..59

4.2 Statistik Deskriptif………..60

4.3 Hasil Pengujian Normalitas Residual pada BPRS………..62

4.4 Hasil Pengujian Multikolinieritas pada BPRS…..………..63

4.5 Hasil Pengujian Autokorelasi pada BPR………64

4.6 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas pada BPRS………65

4.7 Hasil Pengujian Statistik F pada BPRS………..66

4.8 Hasil Pengujian Regresi Linier pada BPRS………67


(9)

ABSTRAK

Penelitian ini untuk menguji pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Bagi Hasil, Inflasi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Deposito Mudharabah pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan publikasi triwulan BPRS periode Desember 2014 hingga Desember 2015 yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Dari hasil analisis yang dilakukan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa secara bersama-sama variabel independen (Tingkat suku bunga, Tingkat bagi hasil, Inflasi, dan Ukuran perusahaan) mampu mempengaruhi variabel dependen yaitu deposito mudharabah. Teknik analisis data menggunakan metode analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan : (1) Tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap deposito mudharabah. (2) Tingkat bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan terhadap deposito mudharabah. (3) Inflasi tidak berpengaruh dan signifikan terhadap deposito mudharabah. (4) Ukuran Perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap deposito mudharabah.

Kata Kunci : Deposito Mudharabah, Tingkat Suku Bunga, Tingkat Bagi Hasil, Inflasi, Ukuran Perusahaan.


(10)

ABSTRACK

This study aims to examine the influence of interest and, profit sharing rates, inflasion, and size of organizations to mudharabah deposits at Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). This study uses secondary data quarterly financial report that BPRS in December 2014 until December 2015 periode that published by the Bank Indonesia. From the analysis carried out by preparing the obtained result that are collectively the same independent variables (Interest rates, profit sharing, inflation, and size of organizations) was able to influence the dependent variable that is mudharabah deposits. The methodology used is a linier regression model.

The results showed : (1) Interest rates is a significant negative effect on mudharabah deposits. (2)Pprofit sharing is a significant positive effect on mudharabah deposits. (3) Inflation is a significant negative effect on mudharabah deposits. (4) Size of organizations is a significant positive effect on mudharabah deposits.

Keywords : Mudharabah deposits, interest rates, profit sharing, inflation, size of organizations.


(11)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Sebagaimana diketahui, kegiatan perbankan syariah di Indonesia baru di mulai sejak tahun 1992. Pengaturan mengenai perbankan syariah pada saat itu masih sangat terbatas. Adanya UU No.7 tahun 1992 tentang Perbankan, belum dapat mengatur secara tegas mengenai perbankan syariah. Pada tahun 1998, lahir UU No. 10 tahun 1998, tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa bank dapat beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Adanya perubahan regulasi tentang perbankan merupakan momen strategis bagi umat Islam Indonesia untuk mendirikan lembaga keuangan yang berbasis nilai-nilai syariah (Islam) selanjutnya dikenal dengan sebutan bank syariah. Melalui kelompok cendikiawan muslim yang memiliki komitmen untuk mengembangkan lembaga-lembaga keuangan Islam.

Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992, bank syariah diposisikan sebagai bank umum (commercial bank) atau Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) (rural bank). Dalam pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 dipertegas bahwa: pertama, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kedua, bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan


(12)

usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU No. 10/1998, 9-10). Dari tahun ke tahun perkembangan perbangkan syariah semakin meningkat, hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) maupun bank pembiayaan syariah (BPRS). Sejalan dengan berkembangnya BUS dan UUS, aset perbankan syariah mengalami lonjakan yang cukup signifikan. Tidak hanya pada aset saja mengalami lonjakan yang cukup signifikan, akan tetapi hal ini juga terjadi pada total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun, salah satunya deposito mudharabah.

Salah satu bukti perkembangan perbankan syariah di Indonesia yaitu dengan bertambahnya jaringan kantor bank syariah. Sedangkan menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK). OJK posisi Mei industri perbankan syariah terdiri atas 12 bank umum syariah, 22 unit usaha syariah, dan 162 BPR Syariah. Dari keseluruhan jumlah industri perbankan yang ada, total aset mencapai Rp272,389 triliun dengan pangsa pasar baru 4,67%. Selama ini aktivitas perbankan syariah menjadi tolok ukur utama dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi Islam di Indonesia. Keuangan syariah diperkirakan melebihi 3 triliun dolar AS pada 2018 dari 1,8 triliun di 2014. (www.ekbis.sindonews.com)

Peranan bank sangat penting dalam proses perekonomian di Indonesia selain memiliki peran penting dalam proses perekonomian, bank juga mempunyai peranan dalam hal stabilitas keuangan, pengendalian inflasi,


(13)

sistem pembayaran, serta otoritas moneter. Peran bank tersebut harus diimbangi dengan kebijakan-kebijakan yang bermanfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu pihak perbankan harus memberikan berbagai rangsangan dan kepercayaan sehingga minat masyarakat untuk menanamkan dananya menjadi semakin meningkat.

Perbankan merupakan suatu sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut terutama disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Perbankan syariah kini telah menunjukkan perkembangan yang pesat seiring dengan kemajuan pembangunan di Indonesia dan perkembangan perekonomin internasional serta sejalan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat akan jasa perbankan (Nur, 2012).

Perkembangan perbankan syariah saat ini telah menjadi tolak ukur keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Perbankan syariah merupakan suatu alternative sistem keuangan internasional yang memberikan peluang dalam upaya penyempurnaan system keuangan internasional yang belakangan dirasakan banyak sekali mengalami goncangan dan ketidakstabilan yang menyebabkan krisis perekonomian dunia. Sistem ekonomi syariah atau biasa disebut dengan ekonomi Islam, semakin popular bukan hanya di negara-negara Islam tetapi bahkan juga di negara-negara-negara-negara barat. Sebagian kalangan melihat, Islam dengan sistem nilai dan tatanan normatifnya sebagai faktor penghambat pembangunan. Penganut paham liberalism progmatisme menilai


(14)

bahwa kegiatan ekonomi dan keuangan akan semakin meningkat dan berkembang bila di bebaskan dari nilai-nilai normatif (Pratami, 2011).

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah berdampak pada terpuruknya fondasi perekonomian bangsa. Hampir semua sendi kehidupan ekonomi terkena imbas dari krisis tersebut. Salah satunya adalah sektor perbankan yang banyak disoroti di era krisis pada waktu itu (Adnan, 1999). Menghadapi gejolak moneter yang diwarnai dengan tingkat suku bunga tinggi,

eksistensi perbankan syari’ah tidak tergoyahkan, karena perbankan Islam tidak

berbasiskan pada bunga. Konsep Islam adalah menjaga keseimbangan antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga pertumbuhan pembiayaan tidak akan lepas dari pertumbuhan sektor riil yang dibiayainya (Arifin, 2000).

Oleh karena itulah, faktor pembiayaan yang diterapkan di perbankan

syari’ah memerankan posisi yang sangat penting untuk menjaga stabilitas

terhadap perkembangan sektor riil yang erat kaitannya dengan masyarakat kelas menengah ke bawah, dengan memberikan produk-produk pembiayaan

syari’ah yang terbagi ke dalam lima kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunannya yaitu: (a) Pembiayaan dengan prinsip buyu’

(Murabahah, Salam, dan Istisna); (b) Pembiayaan dengan prinsip sewa (Ijarah); (c) Pembiayaan dengan prinsip Syirkah (Musyarakah, Mudharabah,

Muzara’ah, dan Musaqah); (d) Fee based service atau jasa (Wakalah, Kafalah,

Hawalah, Rahn); dan (e) Produk Sosial (Qard al-Hasan)( Adnan, 2005).

Pada pasal 1 (butir 4) UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan, disebutkan bahwa BPRS


(15)

adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lintas pembayaran. Secara teknis BPR syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah terutama bagi hasil.

Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 21 tahun 2008 mengenai perbankan syariah, pada pasal ayat 12 disebutkan bahwa prinsip syariah adalah prinsip syariah Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa dibidang syariah. Aturan hukum mengenai BPRS mengacu pada Undang-undang RI Nomor 21 tahun 2008 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Karakteristik dan ciri khas yang menjadi keunggulan BPRS yaitu: Pertama skala usaha yang kecil memungkinkan untuk mengadaptasi dengan cepat dan responsive terhadap lingkungan bisnis. Kedua, lebih fleksibel sehingga memiliki peluang untuk berinovasi dan bereksperimen. Ketiga, meiliki banyak sumber keunikan yang berbasis budaya setempa. Keempat, dapat memanfaatkan peluang kecil yang ada. Kelima, mudah untuk bangkit kembali apabila menghadapi kondisi bisnis yang kurang menguntungkan.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) memiliki beberapa jenis penghimpunan dana salah satunya adalah deposito Mudharabah yakni jenis investasi pada bank syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo deposit, dilakukan dengan prinsip bagi hasil sebagai timbal baliknya. Pada deposito Mudharabah, pihak bank dan pihak nasabah membuat kesapakatan awal yang dibuat bukan berdasarkan prinsip bunga akan tetapi


(16)

menggunakan prinsip bagi hasil, Pihak bank akan memberikan deposito kepada masyarakat yang berlandaskan prinsip mudharabah dan akan membagi hasil sesuai dengan kesepakatan yang tlah disetujui.

Kegiatan pada BPRS meliputi penghimpunan dana dan penyaluran dana. Untuk dapat melangsungkan kegiatan pembiayaan, secara otomatis bank harus memproleh dana dari penghimpunan dana pihak ketiga dalam hal ini adalah deposito Mudharabah. Dalam melakukan penghimpunan dana pihak ketiga yang dilakukan oleh para nasabah pada bank syariah, bank syariah sebagai suatu unit bisnis harus memiliki ukuran perusahaan untuk mengukur aspek yang dapat mempengaruhi jumlah penghimpunan dana pihak ketiga dalam hal ini adalah deposito mudharabah yang dilakukan oleh (Andriyanti dan wasilah (2010). Adapun dasar hukum tentang deposito syariah.

.ََشْخَيْلَوََنيِذلاَْوَلاَوُكَرَ تَْنِمَْمِهِفْلَخَ ةيِرُذا فاَعِضاوُفاَخَْمِهْيَلَعاوُق تَيْلَ فََهللااوُلوُقَ يْلَوَ لْوَ قا ديِدَس

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S. an-Nisaa’:9).

َنِإََهللاَْمُكُرُمْأَيَْنَأاودَؤُ تَِتاَناَمَْْاَ ىَلِإاَهِلَْأاَذِإَوَْمُتْمَكَحََنْيَ بَِسانلاَْنَأاوُمُكْحَتَِلْدَعْلاِبَۚ َنِإََهللاامِعِنَْمُكُظِعَيَِهِبَۚ

َنِإََهللاََناَكا عيِمَسا ريِصَب “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di


(17)

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. an-Nisaa’ : 58 ).

Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, dimungkinkan pihak kreditor tertarik menanamkan dananya ke perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan dari besarnya total asset yang dimiliki perusahaan. Asset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan nasabah dilihat dari penjelasan tersebut bahwa perkembangan dana pihak ketiga pada bank syariah tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang mendasarinya. Salah satu bentuk dana pihak ketiga pada bank syariah adalah deposito mudharabah, perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi deposito mudharabah baik secara positif dan negatif. Terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap deposito mudharabah, yaitu tingkat suku bunga , dan tingkat bagi hasil, inflasi dan ukuran perusahaan.

Dalam penelitian ini penulis akan meneliti tentang deposito mudharabah pada perbankan syariah yaitu bank BPRS di DIY dan Jawa Tengah yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan periode 2014-2015. memungkinkan adanya faktor-faktor yang perlu diperhatikan terkait dengan perkembangan deposito mudharabah. Adapun faktor-fakor yang akan dijadikan sebagai variabel yang berpengaruh terhadap deposito mudharabah


(18)

yaitu tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil, tingkat inflasi dan ukuran perusahaan.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, TINGKAT BAGI HASIL, INFLASI DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH”. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Rilla (2013). Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yang dibuat mengikuti saran dan implikasi dari penelitian terdahulu. Penelitian ini menambahkan variabel independen yaitu Inflasi yang merujukpada penelitian Andriyanti dan Masilah (2010) dan Muttaqin (2014) sehingga penelitian ini merupakan kompilasi dari penelitian-penelitian tersebut diatas.

Penelitian ini tidak mengubah objek penelitian, dimana penelitian sebelumnya menggunakan objek bank syariah yaitu BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) yang ada di DIY dan Jawa Tengah periode 2011 hingga 2012. Pada penelitian ini hanya menambah sampel yang sebelumnya mengunakan sampel sebanyak 17 bank pada periode September 2011 hingga September 2012 ditambah menjadi 22 bank pada periode Desember 2014 hingga Desember 2015.

B. Batasan Masalah

Dari banyak faktor yang diukur secara kuantitatif yang mempengaruhi deposito mudharabah, maka dalam penelitian ini hanya membatasi variabel tingkat suku bunga, tingkt bagi hasil, inflasi, dan ukuran perusaan. Penelitian


(19)

ini menggunakan data laporan keuangan publikasi tahunan BPRS di DIY dan Jawa Tengah periode Desember 2014 hingga Desember 2015.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah?

2. Apakah tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah?

3. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah?

4. Apakah ukuran perusaan berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menguji apakah tingkat suku bunga berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah.

b. Untuk menguji apakah tingkat bagi hasil berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah.

c. Untuk menguji apakah inflasi berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah.


(20)

d. Untuk menguji apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap deposito mudharabah pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang penulis peroleh dari bangku kuliah pada program S1 Jurusan Akuntansi konsentrasi syariah. Penelitian ini juga memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang pengaruh tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil inflasi dan ukuran perusahaan terhadap deposito mudharabah khususnya pada BPRS di DIY dan Jawa Tengah.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang Akuntansi dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang perbankan syariah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi peneliti sendiri maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang perbankan syariah.

3. Bagi Perbankan Syariah

Pengaruh tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil, Inflasi dan ukuran perusahaan terhadap deposito mudharabah menjadi topik yang


(21)

dapat dibahas lebih lanjut. Kajian penelitian ini dapat bermanfaat untuk evaluasi perkembangan sistem perbankan syariah mengenai Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu deposito mudharabah.

4. Bagi Nasabah

Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang penting dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi nasabah bank syariah terutama terkait dengan produk deposito mudharabah.

5. Bagi Mahasiswa

Dengan adanya penelitian yang penulis lakukan terkait dengan akuntansi syariah. Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut (bagi yang berminat) di masa yang akan datang.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Penelitian

1. Teori Stakeholder

Teori Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Yang termasuk dalam stakeholder yaitu shareholder, kreditur, karyawan, pelanggan, supplier, pemerintah, masyarakat dan sebagainya. Stakeholder terbagi menjadi dua yaitu stakeholder primer dan sekunder (Brooks, 2004).

Stakeholder primer adalah individu atau kelompok yang tanpa keberadaannya perusahaan tidak mampu survive untuk going concern, meliputi shareholder dan investor, karyawan, konsumen dan pemasok, bersama dengan yang didefinisikan sebagai kelompok stakeholder publik, yaitu pemerintah dan komunitas. Stakeholder sekunder didefinisikan sebagai individu atau kelompok yang mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan, namun mereka tidak berhubungan dengan transaksi perusahaan dan tidak esensial kelangsungannya.

Bagi bank, deposan merupakan keberadaan yang vital, karena bank membutuhkan dana dari deposan sebagai salah satu fungsi operasional bank untuk going concern dalam bentuk tabungan, deposito dan giro. Hal tersebut mengakibatkan setiap bank (bank syariah ataupun bank


(23)

konvensional) untuk bersaing memperoleh pangsa pasar deposan, yaitu bank konvensional menggunakan suku bunga dan bank syariah dengan sistem bagi hasilnya untuk menarik deposan.

2. Definisi Bank

Menurut UU RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, menyangkut kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Menurut Muhammad (2005) dilihat dari pembayaran bunga atau bagi hasil, bank dibedakan menjadi dua jenis, yaitu bank yang melakukan usaha secara konvensional dan bank yang melakukan usaha secara syariah.

a. Bank Konvensional

Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kurniati (2011) menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya bank memiliki fungsi yaitu:


(24)

1) Menghimpun dana dari masyarakat maupun dari lembaga non bank dan dunia usaha lainnya.

2) Memberikan kredit.

3) Memperlancar lalu lintas pembayaran. 4) Sebagai media kebijakan moneter.

5) Sebagai penyedia informasi, pemberian konsultasi dan bantuan penyelenggaraan administrasi.

b. Bank Syariah

Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan, perbankan merupakan segala sesuatu yang menyangkut tentang bank. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kedit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut (Yaya dkk, 2009) bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Bus adalah bank syariah yang memberikan jasa dalam lalu lintas pmbayaran. Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja dari kantor atau unit kerja dikantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,


(25)

atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan diluar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu dan/ unit syariah.

Menurut khoiriyah (2011) bank syariyah harus menjalankan usahanya dengan:

a) Tidak mengandung riba,

b) Bisnis dan investasi dijalankan berdasarkan aktivitas yang halal, c) Zakat harus dibayar oleh bank untuk dimanfaatkan masyarakat, d) Semua aktivitas harus sejalan dengan prinsip-prinsip syariah

dengan Dewan Pengawas Syariah bertindak sebagai penyedia dan memberikan nasehat kepada bank syariah mengenai keputusan suatu transaksi.

Bank syariah dijalankan dengan keunggulan tanpa adanya unsur riba, hal tersebut menjadi daya Tarik bagi para nasabah untuk menggunakan jasa perbankan syariah. Muhammad (2005) dalam bukunya menyebutkan bahwa hakikat pelnggaran riba dalam Islam adalah suatu penolakan terhadap timbulnya risiko finansial tambahanyang ditetapkan dalam transaksi uang atau modal maupun jual beli yang dibebankan kepada satu pihak saja sedangkan pihak lainnya dijamin keuntungannya. Riba memiliki tiga unsur, yakni (1) kelebihan dari pokok pinjaman, (2) kelebihan


(26)

pembayaran sebagai imbalan tempo pembayaran, dan (3) jumlahan tambahan yang disyaratkan dalam transaksi.

Menurut novianti (2013) menyatakan bahwa pengharaman riba disebutkan dalam ayat-ayat dari beberapa surat dalam Al-Qur’an yang berbeda. Ayat pertama menegaskan bahwa riba menghilangkan sebagai sama dengan memberikan harta orang lain secara tidak sah. Ayat ketiga memerintahkan kaum muslimin untuk menjauhi riba demi kesejahtraan mereka sendiri. Ayat keempat menetapkan perbedaan yang jelas antara riba dengan perdagangan, yang, mendorong kaum muslimim mengambil jumlah modal pokoknya saja dan merelakannya jika si peminjam tidak mampu melunasi.

Menurut Widianingsih (2011) perbankan syariah dapat diartikan sebagai Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyerta modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa


(27)

(ijarah) dan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewakan dari bank oleh pihak lain.

3. Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

terdapat beberapa perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional yakni:

TABEL 2.1

Perbedaan bank syariah dan bank konvensonal

No Item Bank Syariah Bank Konvensional

1. Investasi Melakukan investasi yang halal saja

Melakukan segala bentuk investasi yang halal dan haram

2 Prinsip pembagian keuntungan

Berdasarkan prinsip bagi hasil

Berdasarkan prinsip tingkat suku bunga 3 Orientasi Profit dan falah

oriented

Profit oriented 4 Hubungan

dengan nasabah

Hubungan kemitraan Hubungan kreditor-debitor

5 Dewan pengawas

Penghimpunan dan penyaluran dana sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

Tidak terdapat dewan pengawas

Sumber: Haryanto (2010)

Perbedaan mendasar bank syariah dengan bank konvensional. Pertama, bank syariah berdasarkan bagi hasil dan margin keuntungan, sedangkan bank konvensional berdasarkan tingkat bunga. Kedua, pada bank syariah hubungan dengan bank syariah berbentuk kemitraan sedangkan pada bank konvensional hubungan dengan bank berbentuk debitur – kreditur. Ketiga, bank syariah melakukan investasi yang halal saja, sedangkan bank konvensional melakukan investasi apa saja. Keempat, bank syariah berorientasi keuntungan duniawi dan ukhrawi,


(28)

sedangkan orientasi bank konvensional semata hanya duniawi. Kelima, Bank syariah tidak memandang uang sebagai komoditi, sedangkan sedangkan bank konvensional cenderung berpandangan demikian.

4. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

BPRS berdiri berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Pada pasal 1 (butir 4) UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa BPRS adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (Sudarsono 2007:83).Secara teknis BPR syariah bisa diartikan sebagai lembaga keuangan sebagaimana BPR konvensional, yang operasinya menggunakan prinsip syariah terutama bagi hasil.

5. Tujuan Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

Terdapat beberapa tujuan yang dikehendaki dari berdirinya BPRS yaitu:

a. BPRS dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat terutama kelompok masyarakat ekonomi lemah yang pada umumnya berada didaerah pedesaan. Sasaran utama dari BPRS adalah masyarakat yang berada di pedesaan dan ditingkat kecamatan. Masyarakat yang berada dikawasan tersebut pada umumnya ternasuk pada masyarakat golongan ekonomi lemah.


(29)

b. Kehadiran BPRS bisa menjadi sumber permodalan bagi pengembangan usaha-usaha masyarakat golongan ekonomi lemah, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.

6. Usaha Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)

BPRS merupakan perbankan yang memiliki beberapa kegiatan usaha antara lain:

a. Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk:

1) Tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah atau mudharabah. 2) Deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah.

b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan berdasarkan:

1) Prinsip jual beli (murabahah, istishna’ dan salam) 2) Prinsip sewa menyewa (ijarah)

3) Prinsip bagi hasil (mudharabah, musyarakah) 4) Prinsip kebajikan (qardh)

c. Menempatkan dana dalam bentuk giro, tabungan, deposito pada bank syariah lain.

d. Melakukan kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan UU Perbankan dan prinsip syariah.

7. Produk Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) a. Penghimpunan Dana


(30)

Secara umum kegiatan penyimpanan dana ini dibagi menjadi kedalam tiga jenis, yaitu:

1) Deposito Mudharabah

Menurut Antonio dan Permataatmadja (2000:20) Deposito Mudharabah adalah Simpanan pihak ketiga (perorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu dengan mendapatkan imbalan bagi hasil berdasarkan kesepakatan bersama.

Deposito dengan prinsip mudharabah adalah adalah jenis investasi pada Bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo deposito (sesuai jangka waktunya). Deposito tersebut dapat diperpanjang secara otomatis. Deposito ini menggunakan prinsip mudharabah yakni suatu kesepakatan antara dua pihak dengan pihak pertama selaku pemilik dana (shahibul maal), dan pihak kedua selaku pengelola dana (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan dana.

2) Tabungan Mudharabah

Menurut Muhammad (2005) Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu.


(31)

Tabungan mudharabah adalah dana yang disimpan akan dikelola oleh pihak bank dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan,dan keuntungan tersebut akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan bersama. Tabungan tersebut dapat diambil setiap saat oleh penabung sesuai dengan perjanjian yang disepakati, namun tidak diperkenankan mngalami saldo negatif membagi hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

3) Giro Wadiah

Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya (Wiroso, 2005). Giro Wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah, yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya menghendaki. Sarana penyimpanan dana dengan pengelolaan berdasarkan prinsip Al-Wadiah Yad Dhamanah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan media cek atau bilyet giro. Dengan prinsip tersebut titipan akan dimanfaatkan dan diinvestasikan bank secara produktif dalam bentuk pembiayaan kepada berbagai jenis usaha dari usaha kecil dan menengah sampai pada tingkat korporat secara profesional tanpa melupakan prinsip syariah. Bank menjamin


(32)

keamanan dana secara utuh dan ketersediaan dana setiap saat guna membantu kelancaran transaksi.

b. Penyaluran Dana 1) Prinsip Jual Beli

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank untuk melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan. Adapun hadist mengenai jual beli antara lain sebagai berikut :

ا تكو اب ك نإو ،ا عيب يف ا ل روب انَيبو اقدص نإف ،اقَرفتي مل ام رايخلاب هناعّيبلا هيلع قفتم ؛((ا عيب ةكرب تقحم. Artinya: Jual-beli itu dengan memilih selagi keduanya (pembeli dan penjual) belum berpisah dalam transaksi tersebut, apabila si penjual berlaku jujur dan jelas maka keberkahan lah pada jual-beli mereka, dan apabila berdusta dan diam ( tidak menjelaskan) maka sirnalah keberkahan pada jual-beli mereka.

. نوب كيف نوثدحي م نكلو ، ىلب " : اق ؟ عيبلا ّ لحأ دق سيلأ ، ّ وسر اي : اولاق نو ثأيو نوفلحيو Artinya: aku mendengar Rasulullah SAW berkata: sesungguhnya para pedagang adalah orang-orang yang berbuat maksiat, maka para sahabat pun bertanya: Ya Rasulullah bukankah Allah telah


(33)

menghalalkan jual-beli, Rasulpun menjawab: benar, akan tetapi mereka berkata sambil berdusta dan bersumpah hingga berdosa. Dalam prinsip ini dikenal dengan 3 istilah,yaitu:

a) Pembiayaan Murabahah

Al-murabahah adalah bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaku usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan profit atau keuntungan (A Karim 2006).

b) Salam

Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan belum ada, oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayarannya dilakukan dengan tunai. Lembaga keuangan dalam pembiayaan salam bertindak sebagai pembeli produk dan memberikan uangnya lebih dulu sedangkan para nasabahnya menggunakan sebagai modal (Karim 2006).

c) Istishna

Istishna adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang berdasarkan persyaratan serta kriiteria tertentu, sedangkan pola pembayaran dapat dilakukan sesuai dengan kesepakatan. Produk Istishna’ menyerupai produk Salam, tapi dalam Isrishna’ pembayarannya dapat


(34)

dilakukan oleh bank dalam beberapa transaksi (termin) pembayaran (Karim, 2006).

2) Prinsip Sewa (Ijarah)

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan itu sendiri. Harga sewa disepakati pada awal perjanjian dan dalam transaksi ijarah tidak ada perpindahan kepemilikan barang sampai akhir periode sesuai dengan akadnya, maka barang yang disewa harus dikembalikan kepada pihak bank (Karim 2006).

Pensyari’atan Ijarah Allah Ta’ala berfirman:

ّنهروج ّنهوت ف ْمكل نْعضْر ْ إف

“…Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalak) itu sedang

hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka

bersalin…” [Ath-Talak: 6]

Allah Ta’ala juga berfirman:

ْلا ّيوقْلا تْرجْأتْسا نم رْيخ ّ إ ۖ هْرجْأتْسا تب اي ا هاد ْحإ ْتلاق نيم

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ‘Wahai bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat serta dapat dipercaya.” [Al-Qashash: 26]


(35)

Dan juga Allah berfirman:

ارْجأ ههْيلع ْ خَتَ تْ هش ْول اق ۖ هماقأف َضقني نأ ديهري ارادهج ا يهف ادجوف“ “Kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata, ‘Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah

untuk itu.” [Al-Kahfi: 77]

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhua (ia berkata),

هم َمث هلْيَدلا يهنب ْنهم اجر رْكب وبأو مَلسو ههْيلع َّ ىَلص ّيهبَنلا رجْأتْساو هنْب هدْبع يهنب ْن

هةياده ْلاهب رهها ْلا تْيّرهخْلا اتْيّرهخ ايه اه ّ هدع. “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta Abu Bakar menyewa (mengupah) seorang penunjuk jalan yang mahir dari Bani ad-Dail kemudian dari Bani ‘Abdu bin ‘Adi.”

3) Prinsip bagi hasil (Syirkah)

Syirkah secara bahasa adalah masdar dari كراشyaitu – كراش كراـــش

اكرش -

ةكرش yang berarti penyatuan dua dimensi atau lebih menjadi satu kesatuan. Taqiyudin nberpendapat bahwa syirkah menurut bahasa berarti Al-Ikhtilath ataukhalatha ahada minal malaini yang artinya adalah campur atau percampuran dua harta menjadi satu, yang dimaksud dengan percampuran di sini adalah seseorang mencampurkan hartanya dengan harta orang lain sehingga tidak mungkin untuk dibedakan.

Menurut istilah, yang dimaksud dengan syirkah, para fuqaha berpendapat, antara lain:


(36)

هحْبَرْلاو ه ا ْلا هسْأر ىهف هنْيك راشت ْلا نْيب دْقُ

“Akad antara dua orang berserikat pada pokok harta (modal) dan keuntungan”.

Menurut Muhamad Al-Syabini Al-Khatib, yang dimaksud dengan syirkah ialah:

Ketetapan hak pada sesuatu untuk dua orang atau lebih dengan cara yang masyhur (diketahui)”

Sistem ini adalah suatu sistem dalam pembagian hasil usaha antara pemilik dana dan pengelola dana. Produk-produk bank syariah yang berdasarkan prinsip ini adalah Musyarakah dan Mudharabah.

a) Musyarakah adalah Perjanjian diantara para pemilik modal untuk mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan diantara pemilik dana modal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumya (Muhammmad 2005).

b) Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib al- maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan kontribusi 100% modal kas dari sahib al-maal dan keahlian mudharib (Karim 2006). 4) Prinsip Jasa


(37)

Prinsip ini terdiri atas seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Produk yang ditawarkan berdasarkan prinsip ini adalah bank Garansi, kliring, inkaso, Jasa Transfer, dan lain-lain.

8. Perbedaan BPR Syariah dan BPR Konvensional

Kegiatan yang dilakukan oleh BPRS tidak jauh berbeda dengan kegiatan yang dilakukan BPR Konvensional. Perbedaannya adalah terletak pada prinsip yang digunakan yaitu BPRS menggunakan prinsip/ketentuan berdasarkan hukum Islam dalam pelaksanaan kegiatannya. Keuntungan yang ditawarkan pada BPRS menggunakan prinsip bagi hasil, sedangkan pada BPR Konvensional menggunakan suku bunga.

9. Tingkat Suku Bunga

Suku bunga merupakan suatu variabel yang paling banyak diamati dalam perekonomian. Hampir setiap hari pergerakannya dilaporkan di surat kabar. Suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai presentasi per tahun) (Mishkin, 2008:4).

Suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya atau surplus spending unit untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangan atau defisit spending units (Rimsky K. Judisseno, 2005:80-81).


(38)

Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas yang mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian yang mempengaruhi keputusan seseorang atau rumah tangga dalam hal mengosumsi, membeli rumah, membeli obligasi, atau menaruhnya dalam rekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah akan melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas (Sawaldjo Puspopranoto, 2004:69).

Menjadi sebuah hal baru yang menarik adalah dengan munculnya bank berbasis non-bunga atau yang lebih dikenal denga perbankan syariah. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan suatu industri keuangan yang memiliki sejumlah perbedaan mendasar dalam kegiatan utamanya dibandingkan dengan perbankan konvensional. Salah satu perbedaan utamanya terletak pada penentuan return yang akan diperoleh oleh para depositonya.

Menurut Akhmadi (2007) SBI mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Untuk pengendalian moneter.

b. Sebagai alternatif penanaman dana bagi lembaga keuangan dalam hal ini adalah bank.


(39)

Oleh karena itu, industri perbankan lebih memilih untuk mengalokasikan dananya kedalam SBI dikarenakan SBI merupakan instrumen surat berharga yang paling luas pasarnya dan tingkat suku bunga yang ditawarkan oleh SBI lebih menarik.

10. Tingkat Bagi Hasil (Profit Sharing)

prinsip perhitungan bagi hasil pendapat sangat penting untuk ditentukan diawal untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang kan melakukan kesepakatan kerjasama bisnis karena apabila hal ini tidak dilakukan, maka berarti telah menjadi gharar, sehingga transaksi menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah (Rizal Yaya dkk, 2009:370).

Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing dan profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dasar bagi hasil bank syariah dan yang dipraktekkan selama ini adalah pendapatan dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa dinamakan dengan gross profit (Rizal Yaya dkk).

Sistem perekonomian Islam merupakan masalah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan pada awal terjadinya kontrak kerja sama (akad), yang ditentukan adalah porsi masing-masing pihak, misalnya 20:80 yang berarti bahwa atas hasil usaha yang diperoleh akan didistribusikan sebesar 20% bagi pemilik dana (shahibul mal) dan 80% bagi pengelola dana (mudharib).

Bagi hasil adalah bentuk return (perolehan kembaliannya) dari kontrak investasi, dari waktu ke waktu, tidak pasti dan tidak tetap. Besar


(40)

kecilnya perolehan kembali itu tergantung pada hasil usaha yang benar-benar terjadi. Bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi pembagian hasil usaha antara pemodal dan pengelola dana pembagian hasil usaha. Nisbah bagi hasil merupakan nisbah dimana para nasabah mendapatkan hak atas laba yang disisihkan kepada deposito mereka karena deposito masing-masing dipergunakan oleh bank dengan menguntungkan. Jadi pengertian bagi hasil adalah suatu sistem yang digunakan dalam perbankan syariah dalam menentukan porsi yang didapat masing-masing pihak.

Tingkat margin dan bagi hasil bank syariah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat rata-rata tingkat bunga kredit bank konvensional. Rendahnya bagi hasil yang diberikan bank syariah menyebabkan turunnya minat nasabah untuk menyimpan dananya pada bank syariah lebih tinggi dari pada bank konvensional sehingga menyebabkan nasabah cendrung lebih tertarik untuk menyimpan dananya di bank syariah (Sudarsono, 2009).

11. Inflasi

Cahyono (2009) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya mata uang secara kontinyu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Inflasi


(41)

dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan kesediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Inflasi merupakan kenaikan di dalam tingkat harga umum. Inflasi dihitung dengan menggunakan indeks harga rata-rata tertimbang dari harga ribuan produk individual. Indeks harga konsumen (IHK) mengukur kenaikan rata-rata harga barang.

Menurut Bank Indonesia inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Dapat diambil kesimpulan secara umum inflasi adalah kecenderungan naiknya harga-harga barang dan jasa secara umum yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai uang dalam suatu periode tertentu.

Teori ini merupakan pandangan dari teori klasik. Menurut teori ini sebab naiknya harga barang secara umum yang cenderung akan mengarah pada inflasi ada tiga : sirkulasi uang atau kecepatan perpindahan uang dari satu tangan ke tangan yang lain begitu cepat (masyarakat terlalu komsumtif), terlalu banyak uang yang dicetak dan diedarkan ke masyarakat, dan turunnya jumlah produksi secara nasional.

Teori Kuantitas adalah teori yang membahas mengenai inflasi, tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh


(42)

para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal sebagai model kaum moneteris. Teori kuantitas ini menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya inflasi.

Inti dari teori kuantitas ini sebagai berikut :

a) Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang beredar, baik uang kartal maupun uang giral.

b) Laju inflasi juga ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh harapan (ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang.

12. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dilihat berdasarkan dari besarnya total asset yang dimiliki perusahaan. Asset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, dimungkinkan pihak kreditor tertarik menanamkan dananya ke perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Andriyanti dan Wasilah, (2010), yang menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan memiliki kecenderungan kuat dalam menghasilkan profit yang tinggi. semakin banyak atau tingginya total pembiayaan yang disalurkan oleh bank umum syariah maka masyarakat akan cenderung menyimpan dananya dibank syariah karena masyarakat berpikir akan


(43)

merasa dana yang dititipkan tidak akan sia-sia begitu saja, begitu pula sebaliknya apabila jumlah total pembiayaan yang disalurkan sedikit atau rendah maka masyarakat enggan atau sungkan menyimpan dananya pada bank syariah tersebut karena masyarakat merasa kurang yakin atas dana yang dititipkan akan tersalurkan dengan baik.Deposan pada umumnya menyimpan dananya di bank dengan motif profit maximitation. Semakin besar ukuran perusahaan, maka masyarakat akan cenderung menyimpan uangnya di bank tersebut karena masyarakat berpikir akan merasa aman menyimpan dananya di sana.

13. Deposito Mudharabah a) Pengertian Mudharabah

Mudharabah memiliki dua istilah yaitu Al Mudharabah dan Al Qiradh sesuai dengan penggunaannya di kalangan kaum muslimin. Penduduk Irak menggunakan istilah Al Mudharabah untuk mengungkapkan transaksi syarikat ini. Disebut sebagai mudharabah karena diambil dari kata dharb di muka bumi yang artinya melakukan perjalanan yang umumnya untuk berniaga dan berperang.

نورخآو هَّ هلْضف ْنهم نوغتْبي هضْر ْْا يهف نوبهرْضي نورخآو ىضْرم ْمكْنهم نوكيس ْنأ مهلع هْنهم رَسيت ام اوءرْقاف هَّ هليهبس يهف نولهتاقي “Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di


(44)

jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur’an.” (Qs. Al Muzammil: 20)

Mudharabah adalah akad dari kedua belah pihak atau lebih dimana satu pihak menyerahkan hartanya sebagai modal dan pihak lain menerima modal tersebut dan mengelolanya dengan keuntungan akan dibagi sesuai kesepakatan, jika rugi maka kerugiannya akan di tanggung pemilik modal selama kerugian tersebut tidak di sebabkan oleh pengelola.

b) Jenis-jenis Mudharabah 1) Mudharabah Muthlaqoh.

Mudharabah Muthlaqoh adalah akad dimana pemilik modal memberikan keleluasaan pada pengelola untuk mempergunakan dana tersebut dalam usaha yang di anggap baik dan menguntungkan.

2) Mudharabah Muqoyyadah

Mudharabah Muqoyyadah adalah akad dimana pemilik modal menentukan syarat dan pembatasan kepada pengelola dalam penggunan dana tersebut dengan jangka waktu, tempat, jenis usaha, dan jenis pengelolaan usaha.

3) Mudharabah Musytarakah

Mudharabah Musytarakah Adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal dalam kerjasama


(45)

investasi dan pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.

c) Pengertian Deposito dan Deposito syariah

Istilah deposito sangat berhubungan erat dengan dunia perbankan. Menurut Undang-Undang No. 10/1998, Pasal 1 ayat 7 (1998:7) yang memberikan pengertian deposito adalah sebagai berikut: Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Sedangkan yang dimaksud dengan deposito syariah dalam pasal 1 angka 22 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, deposito didefinisikan sebagai investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan bank syariah dan atau UUS.

Deposito pada bank konvensional menerima jaminan pembayaran kembali atas simpanan pokok dan hasil (bunga) yang telah ditetapkan sebelumnya. Pada bank dengan sistem bebas bunga, deposito diganti dengan simpanan yang memperoleh bagian dari laba atau rugi bank. Oleh karena itu, bank syariah menyebutnya sebagai rekening investasi atau simpanan investasi. Rekening-rekening itu dapat mempunyai tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda. Giro dan tabungan itu dikumpulkan (pooled) menjadi satu dengan rekening investasi oleh bank syariah sebagai sumber dana utama bagi kegiatan


(46)

pembiayaan (financing). Ada juga simpanan investasi khusus yang dipakai untuk membiayai proyek tertentu dan hasilnya tergantung pada keuntungan yang dihasilkan oleh proyek bersangkutan dan nisbah bagi hasil atau mudharabah fee disetujui bersama antara bank dan depositor. Dalam hal ini, Bank syariah bertindak sebagai mudharib ( pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul mal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, Bank syariah dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya, termasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga. Dengan demikian, Bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau bijaksana serta beriktikad baik serta bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelaliannya. Disamping itu, Bank syariah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai aturan syariah.

Bahwa dalam perbankan syariah mengenai instrument penghimpunan dana dari masyarakat secara langsung ini menggunakan tiga instrument simpanan, yaitu giro (demand deposit), tabungan (saving deposit), dan deposito (time deposit). Berbeda dengan bank konvensional yang menggunakan bunga sebagai kontraprestasi bagi nasabah, maka dalam perbankan syariah menggunakan dua prinsip perjanjian dalam Islam


(47)

yang didalamnya diyakini tidak mengandung unsur riba, maisyir, gharar, yaitu prinsip titpan (wadiah) dan prinsip bagi hasil (mudharabah). Adapun dasar hukum menurut Al-Qur’an dan Hadist :

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Q.S. an-Nisaa’:9).

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. an-Nisaa’ : 58 ).

“Abu hurairah meriwayatkan bahwa Rasulluh SAW. Bersabda, “sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang berhak menerimanya

dan jangan membalas khianat kepada orang yang telah

mengkhianatimu.”( HR Abu Dawud dan menurut Tirmidzi hadits ini hasan, sedangkan Imam Hakim mengategorikannya sahih).

Pada produk perbankan syariah berupa giro (demand deposit) sebagai produk simpanan yang bisa diambil sewaktu-waktu biasanya menggunakan akad wadiah yad dhamanah yaitu suatu titipan dimana bank selaku pihak yang dititipi berhak menggunakan dana tersebut dengan


(48)

ketentuan sewaktu-waktu nasabah mau mengambil bank dapat menyediakan dana sejumlah yang disimpan oleh nasabah. Sedangkan mekanisme penghimpunan dana oleh bank syariah melalui produk berupa tabungan dan deposito biasanya didasarkan pada akad mudharabah mutlaqah.

Sedangkan dana yang diperoleh akan dilempar atau disalurkan kepada masyarakat dengan mendasarkan pada akad mudharabah muqayyadah sehingga memudahkan bank dalam proses monitoring. Nasabah selaku deposan akan mendapatkan kontraprestasi berupa bagi hasil yang besarnya sesuai dengan nisbah yang telah ditentukan diawal akad. Dengan menggunakan akad mudharabah nasabah juga menanggung risiko tidak mendapatkan keuntungan, bahkan akan kehilangan sebagian uang yang disimpannya jika usaha yang didanai mengalami kerugian. 1. Masalah Deposito

Dalam keyakinan Islam, masa depan suatu usaha manusia tidak dapat diprediksi oleh manusia apakah usaha yang bersangkutan membawa keuntungan atau justru mengalami kebangkrutan (kerugian). Karena ketidakpastian masa depan usaha inilah sehingga dalam Islam mengajarkan mudharabah. Dengan sistem ini, maka kedua belah pihak yang berserikat berjalan berdasarkan pepatah berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Dalam kaitan usaha bisnis, bank Islam tidak bisa menerima simpanan dari orang-orang yang ingin mendapatkan keuntungan dari simpanannya tanpa menanggung resiko apapun. Ini


(49)

terjadi karena sesuai dengan syariah, berbagi keuntungan tidak dibenarkan tanpa berbagi resiko.

Dengan landasan operasional diatas, deposan yang berorientasi pada keuntungan yang tetap (tanpa mau menanggung kerugian) seperti ini lebih cenderung mendepositokan uangnya pada bank-bank yang berdasar bunga atau pada pasar modal (stock market). Lain halnya, jika nasabah benar-benar memahami hakekat keberuntungan dan kerugian dari usahanya ditentukan oleh faktor di luar dirinya. Dalam hal ini, menunjuk pada realitas kebanyakan orang Muslim di Negara-negara Islam kontemporer tidak terlibat bunga, tetapi mereka juga belum terbiasa dengan pengambilan resiko.

2. Kontrak Berlakunya Mudharabah

Kontrak mudharabah tidak memuat aturan khusus mengenai batas berlakunya kontrak. Pengikut mazhab Maliki dan Syafi’I berpendapat, adanya batasan masa berlakunya kontrak akan membuat kontrak batal. Namun pengikut mazhab Hanafi dan Hanbali tetap memperkenankan klausa tersebut. Para ulama yang berpegang pada pendapat yang pertama beranggapan bahwa batasan waktu yang terdapat pada kontrak mudharabah kemungkinan akan menyebabkan lepasnya kesempatan emas bagi pihak mudharib untuk dapat mengembangkan usahanya atau merusak rencana-rencananya, sebagai akibatnya mudharib tidak dapat merealisasikan tujuan utama dari kontrak tersebut, yaitu mendapatkan keuntungan (profit) dari usaha


(50)

yang dijalankannya. Kontrak mudharabah dapat diakhiri oleh salah satu pihak dengan jalan memberitahu pihak lain atas keputusan tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena mayoritas ulama menyatakan bahwa mudharabah bukanlah bentuk kontrak yang mengikat. Disini tidak terdapat perbedaan mengenai kapan berlangsungnya mengakhiri kontrak mudharabah, sekalipun mudharib belum mulai menjalankan aktivitas usaha yang berdasarkan pada kontrak tersebut. Imam Syafi’I dan Abu Hanifah berpendapat bahwa kontrak mudharabah dapat diakhiri kapan saja, sekalipun mudharib sudah mulai menjalankan usahanya. Meskipun demikian, Imam Malik tidak memperkenankan mengakhiri kontrak sebagaimana kasus di atas. Menurutnya, kalau itu dilakukan, maka mudharabah tidak sah. Apapun alasannya itu, menjadikan pihak mudharib akan mendapatkan keuntungan dari hasil kerjanya sendiri, tidak dari yang lain. Jika demikian, maka namanya tidak kontrak mudharabah tetapi kontrak kerja (ijarah). Apabila berdasarkan kontak kerja, maka semua keuntungan yang diperoleh akan menjadi miliknya sebagai kompensasi hasil dari pekerjaannya.

B. Penurunan Hipotesis

1. Tingkat suku Bunga dan Deposito Mudharabah

Untuk menjelaskan pengaruh tingkat suku bunga (BI Rate) terhadap deposito mudharabah teori yang digunakan adalah teori floating


(51)

market. Teori tentang segmentasi nasabah perbankan menurut Adiwarman dan Afifi ini menjelaskan bahwa ada sebagian nasabah yang menyimpan uangnya di bank lebih disebabkan alasan rasional ekonomi seperti tingkat keuntungan dan kualitas layanan yang ditawarkan. Salah satu bentuk keuntungan yang ditawarkan adalah bagi hasil (bank syariah) dan suku bunga (bank konvensional). Apabila tingkat suku bunga pada bank konvensional lebih tinggi(akibat kenaikan BI Rate) dibandingkan dengan tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah, maka tidak menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank syariah akan beralih menjadi nasabah bank konvensional. Begitupula sebaliknya, jika tingkat bagi hasil yang ditawarkan bank syariah lebih tinggi dibandingkan tingkat suku bunga di bank konvensional (akibat kenaikan BI Rate), maka tidak menutup kemungkinan nasabah yang semula merupakan nasabah bank konvensional akan beralih menjadi nasabah bank syariah.

Penelitian yang dilakukan oleh siffa dalam kusuma (2013) menyatakan bahwa menurut teori klasik, semakin tinggi tingkat suku bunga pada bank konvensional maka akan semakin tinggi pula keinginan masyarakat dalam menyimpan dananya di bank konvensonal. Bagi bank konvensional yang menjanjikan bunga tinggi, maka sudah pasti banyak orang tertarik untuk menginvestasikan dananya pada bank konvensional sehingga jumlah penghimpunan dana di bank syariah mengalami penurunan.


(52)

Hasil penelitian ini sesuai dengan Andriyanti dan Wasilah (2010) serta Kurniati (2010) yang menyatakan bahwa suku bunga bank konvensional berpengaruh negatif signifikan terhadap deposito mudharabah pada bank syariah. Demikian juga dengan penelitian Rilla (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif signifikan suku bunga SBI terhadap deposito mudharabah pada BPRS.

Penelitian Azmi (2009) menemukan temuan yang cukup menarik yaitu suku bunga bank konvensional berpengaruh positif terhadap tingkat bagi hasil bank syariah. Hal ini menunjukkan bahwa suku bunga bank konvensional masih digunakan sebagai tolak ukur dalam penentuan bagi hasil di bank syariah.

Dari uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

H1: Tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap Deposito

Mudharabah pada BPRS.

2. Tingkat Bagi Hasil dan Deposito Mudharabah

Aktivitas perbankan dalam menghimpun dana (funding) dari masyarakat luas dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Agar masyarakat terdorong menyimpan uangnya di bank, maka perbankan memberikan rangsangan balas jasa berupa bagi hasil pada bank syariah maupun bunga pada bank konvensional. Dengan tingkat bagi hasil yang tinggi pada bank syariah akan memberikan dampak bagi nasabah untuk meningkatkan simpanannya pada bank syariah. Artinya apabila bagi hasil yang diberikan


(53)

bank syariah tinggi maka jumlah deposito mudharabah semakin meningkat, sebaliknya apabila bagi hasil yang diberikan bank syariah turun atau rendah maka jumlah deposito mudharabah juga turun.

Menurut Aziz (2010) dalam Kusuma (2013), bagi hasil bank syariah merupakan pengganti bunga bank konvensional, sehingga dalam hal ini bagi hasil juga merupakan pertimbangan seorang menabung dibank syariah. Semakin tinggi bagi hasil yang ditawarkan bank syariah akan mendorong seseorang untuk menabung di bank syariah.

Gumelar, (2013) menyimpulkan bagi hasil deposito mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap deposito mudharabah dikarenakan para nasabah dalam menempatkan dananya di bank syariah masih dipengaruhi oleh motif untuk mencari profit sehingga jika tingkat bagi hasil bank semakin besar maka akan semakin besar pula dana pihak ketiga khususnya deposito yang disimpan bank.

Hasil penelitian Rilla (2013) hasil pengujian statistic dengan regresi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan bagi hasil terhadap deposito mudharabah pada BPRS. Dari uraian tersebut dapat ditarik hipotesis yaitu:

Dari uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

H2: Tingkat bagi hasil berpengaruh positif terhadap Deposito Mudharabah


(54)

3. Inflasi dan Deposito Mudharabah

Kebanyakan orang menabung akan melihat kondisi ekonomi, melihat dari kenaikan harga barang. Kenaikan harga barang secara terus-menerus dan berlangsung cukup lama disebut inflasi. Inflasi akan mempengaruhi kestabilan perekonomian, yang akan menyebabkan orang enggan untuk berspekulasi. Terjadinya inflasi akan mendorong masyarakat untuk lebih memilih memenuhi kebutuhannya, jadi bagaimana cara mereka mencukupi kebutuhan saat harga barang naik secara terus-menerus. Melihat kondisi perekonomian yang tidak stabil karena adanya inflasi, maka akan berpengaruh terhadap naik turunnya simpanan mudharabah di bank syariah.

Menurut penelitian Nurulhidayat, (2014) menemukan bahwa Inflasi tidak memiliki pengaruh terhadap deposito mudharabah karena apabila inflasi naik maka akan terjadi kenaikan pada harga nominal barang dan jasa. Hal ini akan menyebabkan daya beli masyarakat akan mengalami penurunan. Pendapatan yang semula dialokasikan sebagai simpanan akan digunakan sebagian atau seluruhnya untuk keperluan konsumsi sehingga otomatis pendapatan yang disisihkan untuk ditabung sekarang digunakan untuk konsumsi.

Gumelar, (2013) menemukan hal yang berbeda bahwa tingkat inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap deposito mudharabah inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena dapat melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat serta


(55)

menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan.

Dari uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

H3: inflasi berpengaruh negatif terhadap Deposito Mudharabah pada

BPRS.

4. Ukuran Perusahaan dan Tabungan Mudharabah

Ukuran Perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya suatu bank yang ditunjukkan oleh total aktiva. Jadi, ukuran perusahaan merupakan ukuran besarnya asset yang dimiliki oleh bank tersebut. Deposan pada umumnya menyimpan dananya di bank dengan motif profit maksimum. Semakin besar ukuran perusahaan, maka masyarakat akan cenderung menyimpan uangnya di bank tersebut karena masyarakat berpikir akan merasa aman menyimpan dananya di bank.

Menurut Andriyanti dan Wasilah (2010) semakin besar ukuran perusahaan maka ada kesempatan yang lebih luas juga untuk bank meningkatkan pendapatannya sehingga bank akan mampu memberikan bagi hasil yang lebih tinggi kepada para nasabah. (Setiyowati, 2011). Hal ini akan mengakibatkan nasabah memilih untuk menyimpan dananya di bank syariah sehingga deposito mudharabah akan mengalami peningkatan. Penelitian yang dilakukan oleh Andriyanti dan Wasilah (2010) yang menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan memiliki kecenderungan kuat dalam menghasilkan profit yang tinggi. Semakin


(56)

besar ukuran perusahaan, maka masyarakat akan cendrung menyimpan uangnnya di bank tersebut karena masyarakat berfikir akan merasa aman menyimpan dananya di bank. Menurut penelitian Rilla (2013) menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif signifikan ukuran perusahaan terhadap deposito mudharabah pada BPRS.

Dari uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah:

H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap Deposito


(57)

Karangka Berfikir

Indepenen (X) Dependen (Y)

Tingkat Suku Bunga (X1)

Tingkat Bagi Hasil (X2)

Inflasi (X3)

Deposito Mudharabah (Y)

Ukuran Perusahaan (X4)

H1(-)

H4(+) H2(+)


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian

Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di DIY dan Jawa Tengah yang mempublikasikan laporan keuangan triwulan periode Desember 2014 hingga Desember 2015.

B. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tehnik dokumentasi, yaitu tehnik yang mendokumentasikan data yang telah dipublikasikan. Data dokumentasi diperoleh dari otoritas jasa keuangan yaitu www.ojk.do.iddan Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id. C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder ini diperoleh dari laporan triwulan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di DIY dan Jawa Tengah yang diperoleh dari website otoritas jasa keuangan yaitu www.ojk.go.id dan Bank Indonesia yaitu www.bi.go.id.

D. Teknik pengambilan sampel

Teknik dalam penelitian ini menggunakan tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampling dengan ciri-ciri tertentu.


(59)

1. Sampel merupakan Bank Pembiayaan Syariah dengan menggunakan prinsip syariah.:

2. Sampel merupakan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di DIY dan Jawa Tengah.

3. Memiliki laporan keuangan (dalam triwulan) yang di publikasikan lengkap di website Bank Indonesia maupun pada wibsite Bank masing-masing.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel dependen dan variabel terkait (Y)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah deposito mudharabah merupakan variabel terikat atau dependent (Y). Mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik modal dengan pengelola dimana keuntungan dibagi berdasarkan akad. Deposito Mudharabah adalah simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jumlah keseluruhan deposito mudharabah dengan jangka waktu deposito 1 bulan baik berupa deposito mudharabah rupiah atau valas periode 2014 hingga 2015 yang diperoleh dari laporan neraca BPRS pada laporan keuangan publikasi bank di Bank Indonesia. Data dalam bentuk satuan jutaan Rupiah (Rp). 2. Variabel independen atau variabel bebas


(1)

dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi dalam bentuk deposito mudharabah.

c. Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjad salah satu tambahan referensi mengenai perbankan syariah bagi peneliti maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang topic sejenis yaitu dana pihak ketiga atau (DPK) deposito mudharabah pada perbankan syariah selain itu juga dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi kepustakaan pihak kampus.

5.3. Keterbatasan dan Saran Penelitian Lanjutan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

a. Periode penelitian ini relative singkat yaitu bulan Desember tahun 2014 hingga bulan Desember tahun 2015. Keterbatasan ini dikarenakan mayoritas Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang terdaftar pada Bank Indonesia baru memublikasikan laporan keuangannya pada pertengahan tahun 2014.

b. Penelitian ini hanya mengambil sampel 7 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di DIY dan 15 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Jawa Tengah karena terbatasnya data yang tersedia.

c. Peneliti ini hanya Menggunakan variabel Independen sebatas tingkat suku bunga, tingkat bagi hasil, inflasi dan Ukuran perusahaan untuk peneliti selanjutnya agar meneliti faktor-faktor lain seperti IHSG (Indek


(2)

d. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menggunakan data time series dengan periode tahun pengamatan yang lebih panjang agar dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya.

e. Penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti secara langsung apa saja yang mempengaruhi nasabah untuk menabungkan dananya ke dalam simpanan mudharabah diantaranya adalah kepatuhan bank terhadap prinsip-prinsip syariah dan dianjurkan untuk mengkombinasikan data primer dengan data sekunder agar memperkaya penelitian.


(3)

Daftar Pustaka Al-Qur’an

Al-Hadist

Abduh, Muhamad.dkk. “The Impact of Crisis and Macroeconomic Variables towards Islamic Banking Deposit”. American Journal of Applied Sciences8, Malaysia, 2011.

Adnan, M. Akhyar. (1999). “Tren Ekonomi Dunia dan Peluang Ekonomi Islam dalam Memasuki Milenium III”. Journal Sinergi: Kajian Bisnis dan Manajemen, PMM UII Yogyakarta, Vol. 2, No. 2.

Adnan, M. Akhyar. (2005). Kompilasi Materi Kuliah Lembaga Keuangan Islam di Magister Studi Islam UII, (unpublished) Yogyakarta.

Akhmadi, Bekti ., 2007, “Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Dana Pihak Ketiga, Pembiayaan dan Kinerja”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Andriyanti, A dan Wasilah, 2010, “faktor-faktor yang Memengaruhi Jumlah Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah 1 bulan) Bank Muamalat Indonesia (BMI)”, Makalah Simposium Nasional AkuntansiXIII.

Aziz, A. N.,2010,”Faktor-faktor yang mempengaruhi dana pihak ketiga (DPK) pada Bank Muamalat Indonesia (BMI)”, Skripsi, Universitas Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Bayu Ayom Gumelar. 2013. Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito,Dan Jumlah Bagi Hasil Deposito Terhadap jumlah Deposito Mudharabah. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Cahyono, Ari. 2009. Pengaruh Indikator Makroekonomi Terhadap Dana Pihak Ketiga Dan Pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Tesis. Universitas Indonesia.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”. 5th edition, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Ghozali, Imam. 2006. Structural Equation Medeling; Metode Alternatif dengan


(4)

Haron, Sudin dan Wan Nursofiza Wan. “Measuring Depositors’ of Malaysian Islamic Banking System: A Co-integration Approach.” Proceeding 6th International Conference On Islamic Economic and Finance Vol.2. (2005).

Haryanto, Eko. B., 2010, “Faktor-faktor yang memengaruhi Deposito Mudharabah pada Bank Umun syariah”, skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Ismail.” Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah”. Edisi pertama, cetakan ke-2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011.

Judisseno, Rimsky. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”. 2nd edition,

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.

Karim, Adiwarman A., Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006.

Khaidar, M., 2007, “analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga pada Bank Umum terhadap Tabungan, Deposito, Piutang, dan Pembiayaan pada Bank Syariah”, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.

Khoiriyah, Syafa’atun., 2011, “Pengaruh Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga, Return On Asset, Financing to Deposit Ratio dan Tingkat Inflasi Nasional Terhadap Pertumbuhan AsetBank Umum Syariah di Indonesia’, Skripsi,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Kurniati, S. P., 2011, “ Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Simpanan Mudharabah” Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Miskhin, Frederic. ”Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”. 8th edition, Salemba Empat, Jakarta, 2009.

Muhammad, 2005, Pengantar Akuntansi Syariah. Jakarta: Salemba Empat.

Muttaqin, Isnan, 2014, “Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Deposito Mudharabah”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Novianti, Nadia I., 2013, “Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Volume Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil pada Perbankan Syariah”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.


(5)

Nur, Hanifah, 2012, “Pengaruh Jumlah Bagi Hasil dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Syariah di Indonesia”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Pariyo. 2004. Variabel Makro Ekonomi Yang Mempengaruhi Penghimpunan Dana Pihak Ketiga. Tesis. Universitas Indonesia.

Pratami, W. A. N., 2011, “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), CapitalAdequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), dan Return on Asset (ROA) terhadap Pembiayaan pada Perbankan Syariah”, Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang.

Puspopranoto, Sawaldjo.” Keuangan perbankan dan pasar keuangan (konsep,teori dan realita)”. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2004. Rilla, R., 2013, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Deposito Mudharabah (Studi

BPRS DIY dan Jateng periode 2011-2012)”, Skripsi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Setyowati, Fahmi, dan Sjahesti., 2009, “Manajemen Liquiditas Perbankan Syariah”, Skripsi, Universitas Trisakti, Jakarta.

Setyowati, R., 2011, “Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Penghimpunan Dana Deposito Mudharabah”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta.

Siffa, W., 2006, “Pengaruh Total Bagi Hasil, Suku Bunga, dan FATWA MUI terhadap simpanan mudharabah pada bank Mualamat Indonesia periode 2001-2005”, Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Siti Nurulhidayat. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Deposito Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri. Skripsi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Lampung.

Sudarsono, H., 2009, “Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perbankan di Indonesia: Perbandingan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah”, Tesis, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2009.

Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS”. Andi, Yogyakarta, 2011.


(6)

Yaya, Rizal., dan Ahim., 2009, Akuntansi Perbankan Syariah, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Zainul Arifin. (2000). Memahami Bank Syari’ah: Lingkup, Peluangan, Tantangan dan Prospek. Jakarta: Alvabet. hal. IX-X.

UU Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. UU Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan.

UU Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

www.bi.go.id


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Minat Menabung Masyarakat di Kota Medan (Studi Kasus di Kecamatan Medan Petisah)

33 196 121

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Rasio Hutang Terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi Konvensional di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2010

2 40 117

Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Dan Suku Bunga Terhadap Jumlah Deposito Pada PT BPRS Puduarta Insani.

2 76 88

Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil Terhadap Deposito Mudharabah (Studi Kasus BPRS Puduarta Insani Medan)

8 140 95

Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito, dan Jumlah Bagi Hasil Deposito terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-2012)

0 13 130

Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan, dan Inflasi terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2007-2011)

0 16 136

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL, SUKU BUNGA DAN INFLASI TERHADAP TABUNGAN MUDHARABAH

0 4 89

ANALISIS PENGARUH INFLASI TINGKAT BUNGA NILAI TUKAR DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP JUMLAH Analisis Pengaruh Inflasi Tingkat Bunga Nilai Tukar Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Jumlah Penghimpunan Deposito Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah 1 Bulan) (Studi

1 16 15

ANALISIS PENGARUH INFLASI TINGKAT BUNGA NILAI TUKAR DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP JUMLAH Analisis Pengaruh Inflasi Tingkat Bunga Nilai Tukar Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Jumlah Penghimpunan Deposito Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah 1 Bulan) (Studi

0 2 15

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 2 16