Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Rasio Hutang Terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi Konvensional di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2010

(1)

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN RASIO HUTANG

TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI KORPORASI KONVENSIONAL DI BURSA

EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2009-2010

TESIS

Oleh

DITA EKA PERTIWI SIRAIT 097019021/ IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN RASIO HUTANG

TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI KORPORASI KONVENSIONAL DI BURSA

EFEK INDONESIA PERIODE TAHUN 2009-2010

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

DITA EKA PERTIWI SIRAIT 097019021 / IM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

Judul Tesis : PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, UKURAN PERUSAHAAN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN RASIO HUTANG TERHADAP YIELD TO

MATURITY OBLIGASI KORPORASI KONVENSIONAL DI BURSA EFEK INDONESIA

PERIODE TAHUN 2009-2010 Nama Mahasiswa : Dita Eka Pertiwi Sirait

Nomor Pokok : 097019021

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing:

(Dr. Khaira Amalia F, SE.Ak, MBA ) (Drs. Syahyunan, M.Si)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur Sekolah Pascasarjana

(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 11 Agustus 2011

__________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Khaira Amalia F., SE, Ak, MBA

Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si

2. Prof. Dr. Paham Ginting, MS

3. Dr. HB Tarmidzi, SU


(5)

PERNYATAAN

Saya dengan ini menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul :

”Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Rasio Hutang Terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi Konvensional di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2010” adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun juga pada waktu sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan secara jelas dan benar.

Medan, 11 Agustus 2011 Yang membuat pernyataan,


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberi berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara Medan. Pada penulisan tesis ini, penulis memilih judul: Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Ukuran perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Rasio Hutang Terhadap Yield to Maturity Obligasi Korporasi Konvensional di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-2010.

Penulis menyadari bahwa selama melakukan penelitian serta penulisan tesis ini penulis banyak memperoleh bimbingan, petunjuk serta dukungan baik secara moril dan materil dan berbagai pihak, Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(7)

4. Ibu Dr. Khaira Amalia F., SE.Ak, MBA selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA dan Bapak Dr. HB Tarmidzi, SU, selaku Komisi Pembanding yang banyak memberikan masukan dan pengarahan demi kesempurnaan tesis ini.

7. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara..

8. Seluruh Pegawai Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana USU. 9. Khususnya dan teristimewa kepada Ayahanda dan Ibundaku tercinta H. Drs. Adil

Sirait dan Hj. Rusmi, terima kasih atas dukungan dan do’anya yang begitu besar. 10. Kemal Idris Bayo Enggan, terima kasih atas do’a dan dukungan yang telah

diberikan selama ini.

11. Adik-adikku Diki, Putri, Riza, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

12. Seluruh rekan-rekan angkatan XVII di Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, khususnya untuk kak Eni dan buk Inun terima kasih atas bantuan, dan kerjasamanya yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan tesis ini.


(8)

Penulis menyadari tesis ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna tapi penulis yakin tesis ini dapat memberi manfaat kepada seluruh pembaca pada umumnya dan kepada penulis pada khususnya. Semoga Allah SWT memberi keberkahan dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.

Medan, 11 Agustus 2011

Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Dita Eka Pertiwi Sirait lahir di Medan pada tanggal 28 Januari 1986, anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Ayahanda H. Drs. Adil Sirait dan Ibunda Hj. Rusmi.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 167102 Tebing Tinggi, tamat dan lulus tahun 1997. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama di Madrasah Tsanawiyah Daarul Uluum Kisaran, tamat dan lulus tahun 2000. Selanjutnya meneruskan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Azhar Medan, tamat dan lulus tahun 2003. Melanjutkan ke jenjang pendidikan Strata 1 (S1) pada Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen Universitas Sumatera Utara, tamat dan lulus tahun 2007. Kemudian pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2) pada Program Studi Ilmu Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sejak tahun 2008 sampai saat ini bekerja sebagai staf pengajar di Sekolah Tinggi Manajemen Ilmu Komputer Potensi Utama.

Medan, 11 Agustus 2011 Penulis


(10)

ABSTRAK

Dita Eka Pertiwi Sirait, 2011, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Rasio Hutang Terhadap Yied To Maturity

Obligasi Korporasi Konvensional Periode Tahun 2009-2010, Dr. Khaira Amalia F, SE. Ak, MBA, Drs. Syahyunan, M.Si

Perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk menjalankan aktivitas operasinya, baik untuk pembiayaan modal kerja maupun untuk melakukan ekspansi. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi dengan menerbitkan saham maupun obligasi. Yield to Maturity merupakan tingkat keuntungan yang akan diterima investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga jatuh tempo. Jika yield to maturity suatu obligasi lebih tinggi dari yield to maturity yang dianggap tepat maka obligasi dikatakan underpriced (undervalued) dan merupakan satu kandidat untuk dibeli. Sebaliknya, jika yield to maturity lebih rendah dari yang dianggap tepat, maka obligasi dikatakan overpriced (overvalued) dan merupakan kandidat untuk dijual Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, perumbuhan perusahaan, dan rasio hutang terhadap yield to maturity obligasi korporasi konvensional.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan teori manajemen investasi dan portofolio terutama tentang penilaian obligasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh obligasi korporasi konvensional yang beredar dan diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama kurun waktu 2009-2010 yang berjumlah 90 obligasi. Target populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria. Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh 34 obligasi korporasi konvensional yang menjadi target populasi. Seluruh target populasi tersebut menjadi sampel dalam penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield to maturity obligasi, ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity obligasi, sedangkan pertumbuhan perusahaan dan rasio hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity. Kata Kunci: Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan


(11)

ABSTRACT

Dita Eka Pertiwi Sirait, 2011, The Effect of Interest Rates, Firm Size, Firm Growth, and Debt Ratio On Yield To Maturity of Conventional

Corporate Bond At Indonesia Stock Exchange Period 2009-2010 Dr. Khaira Amalia F, SE.Ak, MBA, Drs. Syahyunan, M.Si

The Company requires substantial funds to run its operations activities, both for financing working capital or for expansion. Funding needs can be fullfilled by issuing stocks and bonds. Yield to Maturity is the rate of return will be received by investor on a bond purchased at the current market price and held to maturity. If the yield to maturity of a bond is higher than the considered appropriate, the bond is called undervalue and is a candidate for purchase. Conversely, if the yield to maturity lower than what is considered appropriate, the bond is called overvalued and is a candidate for sale. Research was conducted to determine and analyze the influence of interest rates, firm size, growth, and the debt ratio to the yield to maturity of conventional corporate bonds.

Theories used in this research are the theories related to the theory of investment and portofolio management, primarily concerning bond valuation.

The population in this study is the conventional corporate bonds outstanding and issued by companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period 2009-2010, amounting to 90 bonds. Population target to be sample in this study are determined based on the criteria. Based on these criteria, then gained 34 of conventional corporate bonds which became the population target. The entire population target to be sampled in this study. Data analysis methods used multiple linear regression.

The results of this research showed that interest rates have a positive and significant effect on yield to maturity of bonds, firm size have a negative and significant effect on the yield to maturity of bonds, while the company's growth and debt ratios have not significant effect on yield to maturity.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ………... i

ABSTRACT ………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH……….. iii

RIWAYAT HIDUP………. vi

DAFTAR ISI ………... vii

DAFTAR TABEL ………... ix

DAFTAR GAMBAR ………... x

DAFTAR LAMPIRAN………... xi

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1. Latar Belakang ………... 1

1.2. Perumusan Masalah ……….. 7

1.3. Tujuan Penelitian ………... 8

1.4. Manfaat Penelitian ……… 8

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN ………. 10

2.1. Penelitian Terdahulu ………... 10

2.2. Landasan Teori ………... 12

2.2.1. Pengertian Obligasi………... 12

2.2.2. Yield Obligasi ………... 13

2.2.3. Risiko Obligasi……… 16

2.2.4. Tingkat Suku Bunga (Interest Rates)………... 18

2.2.5. Ukuran Perusahaan (Firm Size)………... 19

2.2.6. Pertumbuhan Perusahaan (Growth)……... 20

2.2.7. Rasio Hutang (Debt Ratio)…………... 21

2.3. Kerangka Konseptual ………..………... 23

2.4. Hipotesis ………... 26

BAB III METODE PENELITIAN ………..………… 27

3.1. Jenis dan Sifat Penelitian ………... 27

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 27

3.3. Populasi dan Sampel ………. 27

3.4. Teknik Pengumpulan Data ………... 29


(13)

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel …... 29

3.6.1. Identifikasi Variabel ………... 29

3.6.2. Definisi Operasional Variabel ………….……... 30

3.7. Metode Analisis Data ………... 32

3.7.1. Analisis Deskriptif ……….. 32

3.7.2. Analisis Inferensial …... 33

3.8. Uji Asumsi Klasik 36 3.8.1. Uji Normalitas………... 36

3.8.2. Uji Multikolinieritas………. 37

3.8.3. Uji Heteroskedastisitas………. 37

3.8.4. Uji Autokorelasi………... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 40

4.1. Hasil Penelitian ………. 40

4.1.1.Gambaran Umum Perusahaan (Emiten) Obligasi.. 40

4.1.2. Hasil Analisis Statistik Deskriptif……… 62

4.1.3. Analisis Inferensial ... 64

4.1.3.1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik………….. 64

4.1.3.1.1. Hasil Uji Normalitas……… 64

4.1.3.1.2. Hasil Uji Multikolinieritas…... 67

4.1.3.1.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas... 68

4.1.3.1.4. Hasil Uji Autokorelasi…………. 68

4.1.3.2. Hasil Analisis Regresi Berganda... 70

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ………….………... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 80

5.1. Kesimpulan ………... 80

5.2. Saran ………. 80

DAFTAR PUSTAKA ……… 83


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Perkembangan Emisi Obligasi Korporasi Tahun

2007-2010……...

2 I.2 Perkembangan Tingkat Suku Bunga dan Yield to Maturity

Tahun 2007-2010 ………

4 1.3 Perkembangan Total Asset dan Yield to Maturity Tahun

2007-2010……….

5

1.4 Perkembangan Harga Pasar Saham dan Yield to Maturity Tahun 2007-2010 ……… 6 1.5. Perkembangan Harga Pasar Saham dan Yield to Maturity Tahun 2007-2010 ……… 7 3.1. Daftar Sampel Penelitian. ………... 28

3.2. Operasionalisasi Variabel: Definisi Operasional, Indikator, dan Skala Ukur………. 32 4.1. Hasil Analisis Deskriptif ………. 62

4.2. Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorov Smirnov)…... 67

4.3. Hasil Uji Multikolinieritas………... 68

4.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji glejser………. 70

4.5. Koefisien Determinasi……… .…………... 71

4.6. Hasil Uji Hipotesis Secara Serempak (Uji F) ………. 72


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual.………... 26 4.1. Hasil Uji Normalitas (Histogram)………..……... 65 4.2. Hasil Uji Normalitas (P-P Plot) ……..……… 66 4.3. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Grafik Scatterplot)…………... 69


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Tabulasi Data Penelitian Triwulan I Tahun 2009……… 86

2 Tabulasi Data Penelitian Triwulan II Tahun 2009………... 87

3 Tabulasi Data Penelitian Triwulan III Tahun 2009……….. 88

4 Tabulasi Data Penelitian Triwulan IV Tahun 2009………. 89

5 Tabulasi Data Penelitian Triwulan I Tahun 2010……… 90

6 Tabulasi Data Penelitian Triwulan II Tahun 2010………... 91

7 Tabulasi Data Penelitian Triwulan III Tahun 2010………. 92

8 Tabulasi Data Penelitian Triwulan IV Tahun 2010……… 93


(17)

ABSTRAK

Dita Eka Pertiwi Sirait, 2011, Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Rasio Hutang Terhadap Yied To Maturity

Obligasi Korporasi Konvensional Periode Tahun 2009-2010, Dr. Khaira Amalia F, SE. Ak, MBA, Drs. Syahyunan, M.Si

Perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk menjalankan aktivitas operasinya, baik untuk pembiayaan modal kerja maupun untuk melakukan ekspansi. Kebutuhan dana tersebut dapat dipenuhi dengan menerbitkan saham maupun obligasi. Yield to Maturity merupakan tingkat keuntungan yang akan diterima investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga jatuh tempo. Jika yield to maturity suatu obligasi lebih tinggi dari yield to maturity yang dianggap tepat maka obligasi dikatakan underpriced (undervalued) dan merupakan satu kandidat untuk dibeli. Sebaliknya, jika yield to maturity lebih rendah dari yang dianggap tepat, maka obligasi dikatakan overpriced (overvalued) dan merupakan kandidat untuk dijual Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, perumbuhan perusahaan, dan rasio hutang terhadap yield to maturity obligasi korporasi konvensional.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan teori manajemen investasi dan portofolio terutama tentang penilaian obligasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh obligasi korporasi konvensional yang beredar dan diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama kurun waktu 2009-2010 yang berjumlah 90 obligasi. Target populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria. Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh 34 obligasi korporasi konvensional yang menjadi target populasi. Seluruh target populasi tersebut menjadi sampel dalam penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga berpengaruh positif dan signifikan terhadap yield to maturity obligasi, ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity obligasi, sedangkan pertumbuhan perusahaan dan rasio hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity. Kata Kunci: Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan


(18)

ABSTRACT

Dita Eka Pertiwi Sirait, 2011, The Effect of Interest Rates, Firm Size, Firm Growth, and Debt Ratio On Yield To Maturity of Conventional

Corporate Bond At Indonesia Stock Exchange Period 2009-2010 Dr. Khaira Amalia F, SE.Ak, MBA, Drs. Syahyunan, M.Si

The Company requires substantial funds to run its operations activities, both for financing working capital or for expansion. Funding needs can be fullfilled by issuing stocks and bonds. Yield to Maturity is the rate of return will be received by investor on a bond purchased at the current market price and held to maturity. If the yield to maturity of a bond is higher than the considered appropriate, the bond is called undervalue and is a candidate for purchase. Conversely, if the yield to maturity lower than what is considered appropriate, the bond is called overvalued and is a candidate for sale. Research was conducted to determine and analyze the influence of interest rates, firm size, growth, and the debt ratio to the yield to maturity of conventional corporate bonds.

Theories used in this research are the theories related to the theory of investment and portofolio management, primarily concerning bond valuation.

The population in this study is the conventional corporate bonds outstanding and issued by companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) during the period 2009-2010, amounting to 90 bonds. Population target to be sample in this study are determined based on the criteria. Based on these criteria, then gained 34 of conventional corporate bonds which became the population target. The entire population target to be sampled in this study. Data analysis methods used multiple linear regression.

The results of this research showed that interest rates have a positive and significant effect on yield to maturity of bonds, firm size have a negative and significant effect on the yield to maturity of bonds, while the company's growth and debt ratios have not significant effect on yield to maturity.


(19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perusahaan dalam menjalankan kegiatannya membutuhkan dana atau modal yang bisa diperoleh melalui pasar uang maupun pasar modal. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri (Husnan, 2003). Salah satu instrumen yang diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi.

Obligasi merupakan surat pengakuan hutang yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta kepada investor, dimana hutang ini akan dibayarkan pada masa yang ditentukan. Atas pinjaman tersebut investor diberi imbalan berupa bunga. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan disebut juga obligasi korporasi. Obligasi korporasi dapat dibedakan atas obligasi konvensional dan obligasi syariah. Obligasi korporasi konvensional adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dimana perusahaan yang menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban untuk membayar bunga secara reguler sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.

Perkembangan pasar obligasi dapat dilihat dari peningkatan jumlah emiten dan nilai emisi obligasi dari tahun 2007 sampai tahun 2010, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.1. berikut ini.


(20)

Tabel 1.1. Perkembangan Emisi Obligasi Korporasi Tahun 2007-2010

Tahun

Perusahaan (Emiten) Obligasi

Nilai Emisi (Rp. Milyar)

Perubahan Nilai Emisi (%)

2007 175 133.915,85 30,5 2008 178 148.115,85 10,6 2009 183 175.330,85 18,4 2010 189 208.427,85 18,9 Sumber: Bapepam-LK, 2010

Berdasarkan Tabel 1.1. dapat dilihat bahwa perkembangan nilai emisi obligasi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama pada tahun 2007 peningkatan nilai emisi obligasi mencapai 30,5% dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2008, peningkatan emisi obligasi tidak sebesar tahun sebelumnya dimana pada tahun tersebut nilai emisi obligasi hanya meningkat 10,6%. Kemudian pada tahun 2009 nilai obligasi kembali mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa obligasi menjadi tren bagi emiten untuk mendapatkan dana segar yang dapat digunakan untuk pembiayaan investasi jangka panjang, modal kerja, penambahan modal perusahaan atau untuk pelunasan hutang perusahaan.

Sebagai suatu instrumen investasi, obligasi menawarkan yield (tingkat keuntungan) bagi investor. Yield yang digunakan dalam penelitian ini adalah yield to maturity (YTM). YTM merupakan tingkat keuntungan yang akan diterima investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga jatuh tempo (Raharjo, 2003).


(21)

Seorang investor yang membeli suatu obligasi dan memilikinya sampai obligasi itu jatuh tempo akan menerima YTM yang terdapat pada tanggal pembelian, tetapi YTM obligasi yang diperhitungkan akan sering mengalami perubahan diantara tanggal pembelian dan tanggal jatuh temponya (Brigham dan Houston, 2006). Oleh karena itu, baik investor ataupun emiten seyogyanya untuk selalu memperhatikan fluktuasi YTM obligasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan salah satu faktor yang perlu diperhatikan yaitu faktor makroekonomi.

Faktor makroekonomi adalah faktor dari luar perusahaan seperti tingkat suku bunga. Peramalan suku bunga secara langsung mempengaruhi peramalan yield dalam fixed income market. Meningkatnya suku bunga merupakan berita buruk untuk pasar modal karena investor akan tertarik untuk menanamkan dananya pada pasar uang. Hal ini menyebabkan menurunnya permintaan obligasi dan sekuritas-sekuritas lain dalam pasar modal (Bodie, et al., 2006).

Suku bunga yang dapat dijadikan benchmark oleh investor terdiri dari berbagai jenis, salah satunya adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pemilihan suku bunga tersebut dalam penelitian ini adalah karena SBI didukung dan dijamin penuh oleh pemerintah (Bank Indonesia) sebagai otoritas moneter sehingga partisipan pasar surat berharga memandang SBI sebagai surat berharga bebas resiko. Perkembangan tingkat suku bunga SBI dan yield dari beberapa obligasi korporasi dapat dilihat pada Tabel 1.2. berikut ini.


(22)

Tabel 1.2. Perkembangan Tingkat Suku Bunga dan Yield to Maturity Tahun 2007-2010

Yield to Maturity (%)

Tahun

Rata-Rata Tingkat Suku Bunga SBI 3 bulan (%) Obligasi BNI I Tahun 2003 Obligasi Bumi Serpong Damai II Tahun 2006 Obligasi Indosat IV Seri A Tahun 2005

2007 8,04 12,85 13,19 10,08 2008 11,08 12,27 15,91 11,30 2009 6,59 10,30 13,17 9,78 2010 7,21 10,74 13,40 10,21 Sumber: Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, 2010 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.2. dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 terjadi kenaikan pada tingkat suku bunga SBI, YTM obligasi Bumi Serpong Damai II Tahun 2006 dan obligasi Indosat IV Seri A Tahun 2005, namun YTM obligasi BNI I Tahun 2003 justru mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Selanjutnya, pada tahun 2009 dan 2010 fluktuasi tingkat suku bunga SBI dan YTM seluruh obligasi bergerak searah, dimana pada tahun-tahun tersebut ketika tingkat suku bunga SBI mengalami penurunan, YTM juga turun dan sebaliknya.

Selain faktor tingkat suku bunga, investor dan kreditor juga perlu mempertimbangkan karakteristik keuangan setiap perusahaan. Karakteristik keuangan yang berbeda-beda antar perusahaan menyebabkan relevansi angka-angka akuntansi yang tidak sama pada semua perusahaan. Ukuran (size) perusahaan dapat digunakan untuk mewakili karakteristik keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara,


(23)

antara lain: total asset, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain (Machfoedz, 1994). Perkembangan total asset perusahaan dapat dilihat dalam Tabel 1.3. berikut ini:

Tabel 1.3.Perkembangan Total Asset dan Yield to Maturity Tahun 2007-2010

Total Asset (Dalam Rp. Milyar)

Yield to Maturity

(%) Tahun BNI I Tahun 2003 Bumi Serpong Damai II Tahun 2006 Indosat IV Seri A Tahun 2005 BNI I Tahun 2003 Bumi Sepong Damai II Tahun 2006 Indosat IV Seri A Tahun 2005

2007 183.341 3.601 45.305 12,85 13,19 10,08

2008 201.741 4.381 51.693 12,27 15,91 11,30

2009 227.496 9.334 55.041 10,30 13,17 9,78

2010 248.580 11.694 52.818 10,74 13,40 10,21

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010 (data diolah)

Berdasarkan Tabel 1.3. dapat dilihat bahwa total asset perusahaan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, hanya total asset Indosat yang mengalami penurunan pada tahun 2010. Namun fluktuasi total asset perusahaan tidak selalu searah dengan fluktuasi yield to maturity obligasi, dimana pada tahun 2008 dan tahun 2010 kenaikan total asset diikuti dengan kenaikan pada yield to maturity, sedangkan pada tahun 2009 terjadi hal yang sebaliknya.

Selain ukuran perusahaan, karakterisktik perusahaan juga dapat dilihat dari pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size (Kallapur dan Trombley, 1999). Perusahaan yang bertumbuh akan menggunakan aliran kasnya untuk investasi, penguasaan teknologi dan mengembangkan produk sehingga ada kemungkinan perusahaan tidak bisa membayar bunga dan pokok obligasi sehingga risikonya tinggi yang berakibat


(24)

pada rendahnya peringkat obligasi sehingga perusahaan akan membayarkan yield yang tinggi (Immacullata dan Restuti, 2005).

Penelitian ini melihat growth berdasarkan kesempatan bertumbuh (growth opportunities) perusahaan yaitu menggunakan market to book value of equity ratio (Wydia, 2004). Penggunaan proksi ini ditujukan agar bisa menangkap fenomena yang sesungguhnya terhadap nilai pasar perusahaan. Perkembangan harga pasar saham dan yield to maturity obligasi dapat dilihat dari Tabel 1.4. berikut ini:

Tabel 1.4. Perkembangan Harga Pasar Saham dan Yield to Maturity Tahun 2007-2010

Harga Pasar Saham (Rupiah)

Yield to Maturity

(%) Tahun BNI I Tahun 2003 Bumi Serpong Damai II Tahun 2006 Indosat IV Seri A Tahun 2005 BNI I Tahun 2003 Bumi Serpong Damai II Tahun 2006 Indosat IV Seri A Tahun 2005

2007 1.970 100 5.800 12,85 13,19 10,08

2008 680 95 5.750 12,27 15,91 11,30

2009 1.940 873 5.896 10,30 13,17 9,78

2010 3.875 900 5.400 10,74 13,40 10,21

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010

Berdasarkan Tabel 1.4. dapat dilihat bahwa harga pasar saham mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 dan 2009 harga pasar saham dan yield to maturity menunjukkan hubungan yang tidak searah, dimana pada saat harga pasar saham naik, yield obligasi mengalami penurunan dan sebaliknya. Namun hal tersebut tidak terjadi pada tahun 2010 dimana harga pasar saham dan yield to maturity bergerak searah, dimana pada saat harga pasar saham naik, yield to maturity juga mengalami kenaikan.


(25)

Investor perlu mengetahui kesehatan perusahaan melalui rasio hutangnya. Rasio hutang adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang (Van Horne dan Wachowicz, 2000). Rasio hutang yang digunakan dalam penelitian ini adalah debt to equity ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan indikator struktur modal dan risiko finansial, yang merupakan perbandingan antara hutang dan modal sendiri. Bertambah besarnya debt to equity ratio suatu perusahaan menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban perusahaan (Purwanto dan Haryanto, 2004). Perkembangan total hutang beberapa perusahaan dan yield to maturity yang diterbitkannya dapat dilihat dalam Tabel 1.5. berikut ini:

Tabel 1.5. Perkembangan Total Hutang dan Yield to Maturity Tahun 2007-2010

Total Hutang (Dalam Rp. Milyar)

Yield to Maturity

(%) Tahun BNI I Tahun 2003 Bumi Serpong Damai II Tahun 2006 Indosat IV Seri A Tahun 2005 BNI I Tahun 2003 Bumi Sepong Damai II Tahun 2006 Insosat IV Seri A Tahun 2005

2007 166.094 3.601 2.399 12,85 13,19 10,08

2008 186.279 4.381 2.400 12,27 15,91 11,30

2009 208.322 9.334 3.867 10,30 13,17 9,78

2010 215.341 11.694 4.279 10,74 13,40 10,21

Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2010

Berdasarkan Tabel 1.5. dapat dilihat bahwa total hutang perusahaan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan bahwa resiko perusahaan semakin tinggi. Pada tahun 2008 dan 2010 peningkatan total hutang perusahaan diikuti dengan meningkatnya yield to maturity seluruh obligasi, tetapi


(26)

pada tahun 2009 yield to maturity mengalami penurunan meskipun total hutang mengalami peningkatan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan rasio hutang terhadap yield to maturity obligasi korporasi konvensional di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2010?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan rasio hutang terhadap yield to maturity obligasi korporasi konvensional di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2009-2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Emiten

Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijaksanaan pendanaan perusahaan dengan menggunakan obligasi, dimana perusahaan emiten dapat mengetahui pengaruh tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan


(27)

rasio hutang dalam kaitannya dengan yield to maturity obligasi yang diterbitkannya.

2. Bagi Investor

Sebagai bahan masukan dalam melakukan analisis terhadap obligasi yang diperjualbelikan di pasar modal melalui tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan rasio hutang untuk mengetahui pengaruhnya terhadap yield to maturity obligasi, sehingga calon investor dapat melakukan portofolio investasinya secara bijaksana.

3. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis tentang tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan rasio hutang serta kaitannya terhadap yield to maturity obligasi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai dasar perluasan penelitian terutama yang berhubungan dengan pengaruh tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan rasio hutang yang dikaitkan dengan yield to maturity obligasi.


(28)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Penelitian Terdahulu

Thompson dan Vaz (1990) melakukan penelitian terhadap 426 obligasi perusahaan industri dengan periode waktu antara Januari 1977 sampai dengan Desember 1983. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat suku bunga tidak

berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi, sedangkan peringkat obligasi, sinking

fund dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield

obligasi.

Selanjutnya Sengupta (1998) melakukan penelitian terhadap 114 obligasi perusahaan industri dengan periode waktu antara tahun 1987 sampai dengan tahun 1991. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap yield obligasi, sedangkan total asset tidak

berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi.

Lebih lanjut Bhojraj dan Sengupta (2003) melakukan penelitian mengenai

Pengaruh corporate governance terhadap bond rating dan yield bond. Sampel yang

digunakan adalah 1005 obligasi perusahaan industri yang diterbitkan dalam kurun waktu tahun 1991 sampai dengan tahun 1997. Dengan menggunakan analisis regresi berganda, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peringkat obligasi berpengaruh


(29)

negatif dan signifikan terhadap yield obligasi. Selanjutnya total asset berpengaruh

negatif terhadap yield obligasi dan DER berpengaruh positif terhadap yield obligasi.

Nurfauziah dan Setyarini (2004) melakukan penelitian mengenai

faktor-faktor yang mempengaruhi yield obligasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini sebanyak 19 perusahaan yang terdiri dari 12 perusahaan perbankan dengan 17 emisi dan 7 perusahaan finansial dengan 24 emisi dari rentang waktu tahun 1996-2003 yang tercatat di Bursa Efek Surabaya dan diperingkat oleh Pefindo. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, inflasi, likuiditas, peringkat, sinking

fund, secure, tingkat suku bunga, durasi dan buyback berpengaruh signifikan terhadap

yield obligasi. Secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel likuiditas saja yang

berpengaruh terhadap yield obligasi, sedangkan inflasi, peringkat, sinking fund,

secure, tingkat suku bunga, durasi dan buyback tidak berpengaruh terhadap yield

obligasi.

Setyapurnama (2005) melakukan penelitian terhadap 26 perusahaan dengan periode waktu antara 1 Januari 2001 sampai dengan 31 Desember. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa total asset berpengaruh positif dan signifikan

terhadap yield obligasi, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan


(30)

Selanjutnya Immacullata dan Restuti (2005) melakukan penelitian mengenai

pengaruh pertumbuhan perusahaan terdahap peringkat dan yield obligasi. Penelitian

ini menggunakan variabel kontrol yang terdiri dari: rasio leverage, rasio profitabilitas, ukuran perusahaan dan peringkat obligasi. Dengan mengambil sampel sebanyak 115 obligasi korporasi yang tercatat di Bursa Efek Surabaya. Dalam penelitian ini digunakan dua metode analisis, yaitu analisis regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat obligasi dan analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan

terhadap yield obligasi. Hasil penelitiannya menemukan bahwa pertumbuhan

perusahaan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi dan berpengaruh positif

terhadap peringkat obligasi.

Ibrahim (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat suku bunga,

peringkat obligasi, ukuran perusahaan dan debt to equity ratio terhadap yield to

maturiry. Sampel yang digunakan dalam penelitiannya berjumlah 22 obligasi korporasi dengan periode 2004-2006. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitiannya menemukan bahwa

tingkat suku bunga dan debt to equity ratio berpengaruh positif dan signifikan

terhadap yield obligasi, sedangkan ukuran perusahaan dan peringkat obligasi


(31)

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Obligasi

Obligasi adalah surat hutang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Bursa Efek Indonesia).

Obligasi menjadi salah satu sumber pendanaan (financing) bagi pemerintah dan

perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederhana, obligasi

merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) kepada

investor (bondholder), dimana penerbit akan memberikan suatu imbal hasil (return)

berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai pokok (principal) ketika

obligasi tersebut mengalami jatuh tempo (Manurung et.al, 2009).

Fabozzi (2000) mendefinisikan obligasi sebagai suatu instrumen hutang yang

ditawarkan oleh penerbit (issuer) yang juga disebut debitur atau peminjam

(borrower) untuk membayar kembali kepada investor (lender) sejumlah yang dipinjam ditambah bunga selama tahun yang ditentukan. Obligasi berisi kontrak

antara pemberi pinjaman (investor) dengan yang diberi pinjaman (issuer) atau pihak


(32)

2.2.2. Yield Obligasi

Yield obligasi merupakan faktor terpenting sebagai pertimbangan investor

dalam melakukan pembelian obligasi sebagai instrumen investasinya. Yield obligasi

merupakan ukuran pendapatan obligasi yang akan diterima oleh investor, yang cenderung bersifat tidak tetap (Tandelilin, 2007). Selanjutnya, Samsul (2006)

menyatakan bahwa yield adalah keuntungan atas investasi obligasi yang dinyatakan

dalam persentase.

Menurut Tandelilin (2007) ada 5 (lima) ukuran yield obligasi yang dapat

digunakan oleh investor, yaitu: 1. Nominal Yield

Nominal yield adalah tingkat kupon yang diberikan oleh obligasi. Misalnya ada obligasi yang memberikan kupon 18% per tahun, maka obligasi tersebut

dikatakan mempunyai yield nominal sebesar 18%. Yield nominal adalah cara mudah

untuk menunjukkan karakteristik kupon dari suatu obligasi. 2. Current Yield

Current yield adalah rasio tingkat bunga obligasi terhadap harga pasar dari

obligasi tersebut. Informasi current yield akan lebih berguna bagi investor dibanding

informasi yang hanya berupa kupon obligasi biasa, karena current yield sudah

memberikan gambaran perbandingan kupon obligasi terhadap harga pasar obligasi.

Meskipun demikian, current yield tidak bisa dianggap sebagai return yang

sesungguhnya dari obligasi karena tidak bisa menggambarkan perbedaan antara harga


(33)

3. Yield to Call (YTC)

YTC adalah yield yang diperoleh pada obligasi yang bisa dibeli kembali

(callable). Obligasi yang callable berarti bahwa emiten bisa melunasi atau membeli kembali obligasi yang telah diterbitkannya dari tangan investor yang memegang obligasi tersebut sebelum jatuh tempo.

4. Realized (horizon) yield

Realized (horizon) yield adalah tingkat return yang diharapkan investor dari sebuah obligasi, jika obligasi tersebut dijual kembali oleh investor sebelum jatuh

temponya. Di samping itu, realized (horizon) yield dapat juga digunakan untuk

mengestimasi tingkat return yang diperoleh investor dengan menggunakan strategi

perdagangan tertentu. 5. Yield to Maturity

Yieldto maturity (YTM) bisa diartikan sebagai tingkat return majemuk yang akan diterima investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan

obligasi tersebut hingga jatuh tempo. YTM merupakan ukuran yield yang banyak

digunakan karena yield tersebut mencerminkan return dengan tingkat bunga majemuk

(compound rate of return) yang diharapkan investor, jika dua asumsi yang

disyaratkan bisa terpenuhi. Jika kedua asumsi tersebut terpenuhi maka yield to

maturity yang diharapkan akan sama dengan realized yield. Asumsi pertama adalah bahwa investor akan mempertahankan obligasi tersebut sampai dengan waktu jatuh


(34)

to maturity (YTM). Asumsi kedua adalah investor menginvestasikan kembali pendapatan yang diperoleh dari obligasi pada tingkat YTM yang dihasilkan.

Secara khusus semakin tinggi tingkat hasil hingga jatuh tempo (yield to

maturity), semakin rendah tingkat perubahan harga. Untuk besar perubahan yield

yang sama, pada tingkat hasil yang rendah menyebabkan perubahan harga yang lebih

besar dibandingkan pada tingkat hasil yang tinggi. Dengan kata lain untuk perubahan

hasil tertentu, perubahan tingkat harga akan lebih besar pada yield yang rendah

dibanding pada yield yang tinggi (Kusuma dan Asrori, 2005).

Jika yield to maturity-nya lebih tinggi dari yield to maturity yang dianggap

tepat maka obligasi dikatakan underpriced (undervalued) dan merupakan satu

kandidat untuk dibeli. Sebaliknya, jika yield to maturity lebih rendah dari yang

dianggap tepat, maka obligasi dikatakan overpriced (overvalued) dan merupakan

kandidat untuk dijual (Sharpe et al., 2005).

2.2.3. Risiko Obligasi

Berikut ini beberapa risiko yang dihadapi oleh investor dalam investasi obligasi (Brigham dan Houston, 2006):

1. Risiko Tingkat Suku Bunga (Interest Rates Risk)

Tingkat suku bunga akan naik dan turun seiring dengan berjalannya waktu, dan adanya peningkatan pada tingkat suku bunga akan menyebabkan terjadinya penurunan pada nilai obligasi yang beredar. Risiko penurunan nilai obligasi akibat


(35)

2. Risiko Tingkat Investasi Kembali (Reinvestment Rate Risk)

Risiko tingkat investasi kembali adalah risiko terjadinya penurunan pendapatan akibat turunnya tingkat suku bunga. Risiko tingkat investasi kembali sudah dapat dipastikan akan lebih tinggi pada obligasi yang dapat ditebus. Risiko ini juga akan lebih tinggi pada obligasi dengan masa jatuh tempo yang singkat, karena semakin singkat jatuh tempo suatu obligasi, maka akan semakin sedikit jumlah tahun ketika tingkat suku bunga lama yang relatif tinggi akan diterima, dan semakin cepat dana tersebut harus diinvestasikan kembali pada tingkat suku bunga baru yang lebih rendah.

3. Risiko Gagal Bayar (Default Risk)

Satu risiko penting lainnya yang dihubungkan dengan obligasi adalah risiko gagal bayar. Risiko gagal bayar biasanya diukur dengan peringkat obligasi. Jika obligasi tersebut memiliki risiko gagal bayar yang tinggi, maka peringkat obligasinya rendah dan sebaliknya. Jika emiten mengalami gagal bayar, investor akan menerima jumlah yang lebih kecil daripada pengembalian obligasi yang sebelumnya dijanjikan. Oleh karena itu investor perlu menilai risiko gagal bayar terlebih dahulu sebelum melakukan pembelian. Semakin besar risiko gagal bayar maka akan semakin tinggi nilai imbal hasil obligasi pada saat jatuh tempo (yieldto maturity).

Seandainya dua obligasi memiliki arus kas yang dijanjikan, suku bunga kupon, waktu jatuh tempo, likuiditas dan eksposur inflasi yang sama, tetapi satu obligasi memiliki risiko gagal bayar yang lebih tinggi daripada obligasi yang lain, investor tentu akan membayar lebih murah untuk obligasi yang memiliki


(36)

kemungkinan gagal bayar lebih besar. Sebagai akibatnya, obligasi dengan risiko gagal bayar yang lebih tinggi akan memiliki tingkat suku bunga yang lebih tinggi. Jika risiko gagal bayar berubah, hal ini akan mempengaruhi harga dari suatu obligasi dimana jika risiko gagal bayar dari suatu obligasi meningkat, harga obligasi akan turun dan yield to maturity akan naik.

2.2.4. Tingkat Suku Bunga (Interest Rates)

Suku bunga adalah harga yang dibayar peminjam (debitur) kepada pihak yang meminjamkan (kreditur) untuk pemakaian sumber daya selama interval waktu tertentu. Suku bunga terbagi atas dua jenis yaitu suku bunga rill dan suku bunga nominal. Suku bunga rill adalah pertumbuhan daya konsumsi selama usia pinjaman. Suku bunga nominal adalah sebaliknya, merupakan jumlah unit moneter yang harus dibayar per unit yang dipinjam, dan sebenarnya suku buga pasar dari pinjaman. Jika tidak ada inflasi, suku bunga nominal sama dengan suku bunga rill (Fabozzi, Modigliani, dan Ferri, 1999).

Investor dapat menentukan suku bunga yang dapat dijadikan patokan sebelum

membeli obligasi. Suku bunga yang dapat dijadikan benchmark terdiri atas berbagai

jenis, salah satunya adalah suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pergerakan tingkat suku bunga SBI sangat berpengaruh terhadap efek pendapatan tetap.

Investasi dalam deposito atau SBI, akan menghasilkan bunga bebas risiko tanpa memikirkan pengelolaannya. Sementara investasi dalam obligasi mengandung risiko seperti kegagalan penerimaan kupon atau gagal pelunasan dan kerugian karena


(37)

kehilangan kesempatan untuk melakukan investasi di tempat lain (opportunity cost).

Oleh karena itu, yield obligasi yang diperoleh harus lebih tinggi daripada tingkat

deposito atau SBI (Samsul, 2006).

Menurut Van Horne dan Wachowicz (2000) bahwa jika tingkat bunga meningkat sehingga tingkat pengembalian yang diharapkan pasar juga meningkat, maka harga obligasi akan menurun. Jika tingkat bunga menurun, harga obligasi meningkat. Sehingga tingkat bunga dan harga obligasi bergerak dalam arah yang berlawanan. Dari pernyataan diatas, tampak jelas bahwa keberagaman tingkat bunga dapat menyebabkan keberagaman harga obligasi.Variasi ini pada harga sekuritas yang disebabkan oleh perubahan pada tingkat bunga disebut dengan risiko tingkat bunga.

2.2.5. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Pada dasarnya ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3

kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan menengah (medium-size)

dan perusahaan kecil (small firm). Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan

kepada total asset perusahaan (Machfoedz, 1994).

Perusahaan yang memiliki total aktiva besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut telah mencapai tahap kedewasaan dimana dalam tahap ini arus kas perusahaan sudah positif dan dianggap memiliki prospek yang baik dalam jangka


(38)

waktu yang relatif lama, selain itu juga mencerminkan bahwa perusahaan relatif lebih

stabil dan lebih mampu menghasilkan laba dibanding perusahaan dengan total asset

yang kecil (Daniati dan Suhairi, 2006).

Aktiva merupakan tolok ukur besaran atau skala suatu perusahaan. Biasanya perusahaan besar mempunyai aktiva yang besar pula nilainya. Secara teoritis

perusahaan yang lebih besar mempunyai kepastian (certainty) yang lebih besar

daripada perusahaan kecil sehingga akan mengurangi tingkat ketidakpastian mengenai prospek perusahaan ke depan. Hal tersebut dapat membantu investor memprediksi risiko yang mungkin terjadi jika ia berinvestasi pada perusahaan itu (Yolana dan Martani, 2005).

2.2.6. Pertumbuhan Perusahaan (Growth)

Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan size (Kallapur dan Trombley, 1999). Berdasarkan teori siklus hidup

perusahaan bahwa perusahaan akan mengalami evolusi. Evolusi ini melalui beberapa

tahap. Tahapan tersebut terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu growth, mature dan stagnant

(Anthony dan Ramesh, 1992 dalam Immacullata dan Restuti, 2005). Dalam setiap tahap hidup perusahaan ada aktivitas yang berbeda yang berpengaruh pada kegiatan

pendanaan aktivitas perusahaan. Risiko obligasi pada tahap growth memperhatikan

aliran kas yang terjadi di dalam perusahaan. Perusahaan banyak menggunakan dananya untuk investasi dalam mengembangkan dan mempertahankan pangsa pasar


(39)

dikawatirkan perusahaan tidak bisa membayar pokok dan bunganya dengan tepat

waktu karena aliran kas yang ada digunakan untuk investasi. Risiko default ini

tercermin dalam peringkat obligasi. Risiko yang tinggi menyebabkan peringkat obligasi menjadi rendah sehingga perusahaan yang menerbitkan obligasi ketika

perusahaan berada pada tahap growth akan memberikan yield yang tinggi.

Risiko obligasi perusahaan yang berada pada tahap mature lebih rendah

dibandingkan pada tahap growth karena perusahaan sudah bisa menghasilkan laba,

investasi sudah mulai turun sehingga perusahaan mempunyai aliran kas yang

digunakan untuk membayar pokok dan bunga obligasi dengan lancar. Risiko default

ditunjukkan dengan peringkat obligasi. Pada tahap ini peringkat obligasi lebih tinggi

dibandingkan pada tahap growth sehingga perusahaan yang menerbitkan obligasi

ketika perusahaan berada pada tahap mature akan memberikan yield yang lebih

rendah dibandingkan tahap growth.

Risiko obligasi perusahaan yang berada pada tahap stagnant adalah rendah

karena perusahaan ada dalam kondisi memanen hasil usahanya. Investasi yang

dilakukan tidak sebesar di tahap growth dan mature sehingga perusahaan mempunyai

aliran kas yang digunakan untuk membayar pokok dan bunga obligasi dengan lancar.

Risiko default yang rendah memberikan peringkat yang tinggi pada obligasi yang

diterbitkan perusahaan sehingga perusahaan yang menerbitkan obligasi ketika


(40)

2.2.7. Rasio Hutang (Debt Ratio)

Rasio hutang atau leverage atau solvabilitas merupakan istilah yang sering

digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi seluruh kewajiban finansialnya. Menurut Van Horne dan Wachowicz (2000) rasio hutang menunujukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang. Rasio hutang terdiri atas dua jenis, yaitu :

1. Rasio Hutang terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio)

Debt to equity ratio merupakan rasio yang membandingkan total hutang

dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, debt to equity ratio

juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang

(Suharli, 2005). Bertambah besarnya debt to equity ratio suatu perusahaan

menunjukkan risiko distribusi laba usaha perusahaan akan semakin besar terserap untuk melunasi kewajiban perusahaan (Purwanto dan Haryanto, 2004).

2. Rasio Hutang terhadap Total Aktiva (Debt to Total Asset Ratio)

Rasio total hutang terhadap total aktiva didapat dengan membagi total hutang perusahaan dengan total aktivanya. Rasio ini berfungsi dengan tujuan yang hampir

sama dengan debt to equity ratio. Rasio ini menekankan pada peran penting

pendanaan hutang bagi perusahaan dengan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung dengan pendaaan hutang (Van Horne dan Wachowicz, 2000).


(41)

Para kreditor lebih menyukai rasio hutang yang moderat, oleh karena semakin rendah rasio ini, akan ada semacam perisai sehingga kerugian yang diderita kreditor semakin kecil jika terjadi likuidasi. Sebaliknya, pemilik lebih menyukai rasio hutang

yang tinggi, oleh karena leverage yang tinggi akan memperbesar laba bagi pemegang

saham atau oleh karena menerbitkan saham baru berarti melepaskan sejumlah kendali perusahaan (Weston dan Copeland, 1999).

2.3. Kerangka Konseptual

Pada saat tingkat bunga umum turun, kurs obligasi naik dan begitu sebaliknya. Besar kecilnya perubahan kurs obligasi tergantung pada besar kecilnya perubahan bunga. Semakin besar penurunan bunga, semakin tinggi kurs obligasi. Semakin besar kenaikan bunga, semakin rendah kurs obligasi. Hubungan antara tingkat bunga umum dan kurs obligasi bersifat negatif (Samsul, 2006).

Ciri dasar obligasi adalah bahwa perubahan harga terjadi dengan arah yang berlawanan dari perubahan hasil yang diinginkan. Penyebabnya adalah karena harga obligasi merupakan nilai sekarang dari arus kas. Seiring dengan meningkatnya hasil yang diinginkan, nilai sekarang dari arus kas akan menurun, sehingga harga juga turun, demikian juga sebaliknya (Fabozzi, 2000).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka harga obligasi di pasar akan mengalami penurunan,

dan apabila harga obligasi mengalami penurunan maka akan mengakibatkan yield


(42)

kenaikan maka tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor atau yield obligasi juga akan mengalami kenaikan (Ibrahim, 2008).

Hasil Penelitian Thompson dan Vaz (1990) serta Nurfauziah dan Setyarini (2004) menunujukkan bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan

terhadap yield to maturity obligasi. Selanjutnya, Setyapurnama (2005) dan Ibrahim

(2008) yang menunjukkan hasil bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara

tingkat suku bunga terhadap yield to maturity.

Miswanto dan Husnan (1999) dalam penelitiannya mengenai pengaruh ukuran perusahaan pada risiko bisnis menemukan bahwa besar kecilnya perusahaan mempengaruhi risiko bisnis. Dari penelitiannya diperoleh bukti empiris bahwa

perusahaan kecil memiliki risiko dan return yang lebih tinggi dibanding perusahaan

besar. Bhojraj dan Sengupta (2003) menyatakan bahwa semakin besar perusahaan akan mempunyai peringkat obligasi yang lebih tinggi karena risiko gagal bayarnya

rendah sehingga akan menurunkan yield.

Penelitian yang dilakukan oleh Thompson dan Vaz (1990), Bhojraj dan

Sengupta (2003), serta Ibrahim (2008) menunjukkan hasil bahwa total asset

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap yield to maturity obligasi. Sedangkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Sengupta (1998) menunjukkan bahwa total asset

tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity obligasi dan hasil penelitian

Setyapurnama (2005) yang menemukan bahwa total asset berpengaruh positif dan


(43)

Pertumbuhan diduga mempunyai pengaruh terhadap yield obligasi karena berdasarkan teori siklus hidup perusahaan, aktivitas pendanaan akan berbeda dalam setiap tahapan hidup perusahaan. Perbedaan aktivitas pendanaan dalam siklus hidup perusahaan ini akan mempengaruhi risiko perusahaan yang akan mempengaruhi

peringkat dan yield obligasi. Perusahaan yang bertumbuh akan menggunakan aliran

kasnya untuk investasi, penguasaan teknologi dan mengembangkan produk sehingga ada kemungkinan perusahaan tidak bisa membayar bunga dan pokok obligasi sehingga risikonya tinggi yang berakibat pada rendahnya peringkat obligasi sehingga

perusahaan akan membayarkan yield yang tinggi. Sedangkan perusahaan pada tahap

mature investasi sudah berkurang dan mempunyai aliran kas yang lancar sehingga bisa membayar bunga dan pokok dengan lancar sehingga risikonya rendah yang

menyebabkan peringkat obligasi menjadi tinggi dan obligasi ditawarkan dengan yield

yang rendah (Immacullata dan Restuti, 2005).

Rasio hutang yang terlalu tinggi menunjukkan hutang yang berlebihan, dan menandakan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tidak akan mampu menciptakan

laba yang cukup untuk membayar kewajiban obligasinya (Bodie, et.al., 2006). Debt

to equity ratio yang semakin besar akan mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang (Indra, 2006). Semakin besar tingkat risiko maka semakin besar keuntungan yang diisyaratkan (Sartono, 2001). Dengan demikian

semakin besar hutang (DER), maka yield yang diisyaratkan juga semakin besar.

Penelitian yang dilakukan oleh Bhojraj dan Sengupta (2003) serta Ibrahim (2008) menemukan hal yang sama bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan


(44)

DER terhadap yield to maturity obligasi. Selanjutnya, Setyapurnama (2005)

menemukan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to

maturity obligasi.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka kerangka konseptual penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tingkat suku bunga

Ukuran Perusahaan

Pertumbuhan Perusahaan

Yield to maturity

Rasio hutang

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: Tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan rasio

hutang berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity obligasi korporasi


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menguraikan atau menggambarkan tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaan atau objek penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta pengujian statistik. Sifat penelitian ini

adalah eksplanatory (penjelasan) yaitu suatu penelitian yang bermaksud menjelaskan

kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan yang lain (Sugiyono, 2003).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Bursa Efek Indonesia dengan mengakses website (www.idx.co.id), sedangkan waktu penelitian ini dilakukan mulai dari bulan April sampai Juli 2011.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua obligasi korporasi konvensional yang diperdagangkan dan diterbitkan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama kurun waktu 2009-2010 yang berjumlah 90 obligasi korporasi konvensional. Target populasi yang dijadikan sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria berikut:


(46)

1. Obligasi korporasi yang pembayaran kuponnya dalam jumlah tetap, untuk

meyakinkan bahwa tidak adanya pengaruh floating rate terhadap yield obligasi.

2. Obligasi korporasi yang diperdagangkan sejak triwulan I tahun 2009 sampai triwulan IV tahun 2010. Dengan kata lain, obligasi tersebut belum jatuh tempo sampai dengan akhir triwulan IV tahun 2010

Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh 34 obligasi korporasi yang menjadi target populasi. Seluruh target populasi tersebut akan menjadi sampel penelitian ini.

Tabel 3.1. Daftar Sampel Penelitian

No. Nama Obligasi Listing Date Maturity Date

1 Adhi Karya IV Tahun 2007 09 Juli 2007 06 Juli 2012 2 Adira Dinamika Multifinance II Seri C Tahun 2006 09 Juni 2006 08 Juni 2011 3 Bank Negara Indonesia I Tahun 2003 14 Juli 2003 10 Juli 2011 4 Bank Danamon I Seri B Tahun 2007 30 Oktober 2006 20 Oktober 2011 5 Berlian Laju Tanker III Tahun 2007 20 April 2007 19 April 2012 6 Bumi Serpong Damai II Tahun 2006 30 Oktober 2006 20 Oktober 2011 7 Bakrie Telecom I Tahun 2007 05 September 2007 04 September 2012 8 Bank Victoria Internasional II Seri A Tahun 2007 22 Maret 2007 21 Maret 2012 9 Duta Pertiwi V Tahun 2007 12 Juli 2007 11 Juli 2012 10 Bakrieland Development I Seri A Tahun 2008 12 Maret 2008 11 Maret 2011 11 Bakrieland Development I Seri B Tahun 2008 12 Maret 2008 11 Maret 2013 12 Excelcomindo Pratama II Tahun 2007 27 April 2007 26 April 2012 13 Indofood Sukses Makmur IV Tahun 2007 16 May 2007 15 May 2012 14 Indosat IV Seri A Tahun 2005 22 Juni 2005 21 Juni 2011 15 Indosat V Seri A Tahun 2007 30 May 2007 29 May 2014 16 Indosat VI Seri A Tahun 2008 22 Juni 2005 21 Juni 2011 17 Japfa Comfeed Indonesia I Tahun 2007 12 Juli 2007 11 Juli 2012 18 Jasa Marga XII Seri Q Tahun 2006 07 Juli 2006 06 Juli 2016 19 Jasa Marga XIII Seri R Tahun 2007 22 Juni 2007 21 Juni 2017 20 Lautan Luas III Tahun 2008 27 Maret 2008 26 Maret 2013 21 Malindo Feed Mill I Tahun 2008 10 Maret 2008 06 Maret 2013 22 Bank Mayapada Internasional II Seri B Tahun 2007 30 May 2007 29 May 2012 23 Matahari Putra Prima III Seri A Tahun 2009 15 April 2009 14 April 2012 24 Matahari Putra Prima III Seri B Tahun 2009 15 April 2009 14 April 2014 25 Mayora Indah III Tahun 2008 06 Juni 2008 05 Juni 2013 26 Panin Sekuritas III Tahun 2007 18 Juni 2007 15 Juni 2012 27 Pembangunan Jaya Ancol I Seri B Tahun 2007 28 Juni 2007 27 Juni 2012 28 Bank Pan Indonesia II Seri B Tahun 2007 20 Juni 2007 19 Juni 2012 29 Bank Pan Indonesia II Seri C Tahun 2007 20 Juni 2007 19 Juni 2014 30 Bentoel International Investama I Tahun 2007 28 November 2007 27 November 2012 31 Radiant Utama Interinsco I Tahun 2007 13 Juli 2007 12 Juli 2011 32 Summarecon Agung II Tahun 2008 26 Juni 2008 25 Juni 2013 33 Wahana Ottomitra Multiartha IV Seri B Tahun 2007 30 May 2007 29 May 2011 34 Wahana Ottomitra Multiartha IV Seri C Tahun 2007 30 May 2007 29 November 2011 Sumber: Indonesia Bond Market Directory, 2010


(47)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi yang dilakukan dengan cara mengakses situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), serta situs-situs lain yang mendukung penelitian.

3.5. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data laporan keuangan triwulanan perusahaan yang terdaftar di BEI dalam kurun waktu 2009-2010, tingkat suku bunga SBI berjangka waktu 3 bulan, suku bunga

kupon, waktu jatuh tempo (maturity date), harga obligasi dan harga penutupan

saham. Sedangkan sumber datanya diperoleh dari Indonesia Stock Exchange (IDX),

website Bank Indonesia, dan dari situs-situs lain yang mendukung penelitian. Data

yang digunakan adalah gabungan data antar perusahaan (cross section) dan antar

waktu (time series), yang disebut pooling data.

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel 3.6.1. Identifikasi Variabel

Variabel-variabel yang akan diuji dalam penelitian ini adalah: a. Variabel terikat (Y)


(48)

b. Variabel bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu: tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan rasio hutang.

3.6.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian sebagai berikut: 1. Yield to Maturity (YTM)

Yield to maturity merupakan tingkat keuntungan yang akan diterima investor jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi tersebut hingga

jatuh tempo. Perhitungan Yield to maturity (YTM) dihitung dengan rumus

sebagai berikut (Raharjo, 2003):

100%

x

2

P

F

n

P

F

C

YTM

bond bond

Dimana:

C = Coupon/ Kupon

F = Face Value / Nilai Nominal = Harga Pasar Obligasi n = Sisa Waktu Jatuh Tempo 2. Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga yang digunakan adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan jangka waktu 3 bulan.


(49)

3. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total asset, jumlah penjualan atau ekuitas. Jika jumlah asset, penjualan dan ekuitas tersebut besar, maka logaritma terhadap jumlah tersebut

digunakan untuk tujuan penelitian (Miswanto dan Husnan, 1999). Dalam

penelitian ini ukuran perusahaan diukur dengan logaritma dari total asset.

4. Pertumbuhan Perusahaan

Penelitian ini melihat pertumbuhan perusahaan berdasarkan kesempatan

bertumbuh (growth opportunities) perusahaan yaitu dengan menggunakan rasio

market to book value of equity, karena menurut Kallapur dan Trombley (1999) rasio ini paling mendekati realisasi pertumbuhan. Rumus yang digunakan, yaitu:

Ekuitas Total Saham Penutupan Harga x Beredar Saham Jumlah  Equity of Value Book to Market

5. Rasio Hutang

Rasio hutang dalam penelitian ini diukur dengan debt to equity ratio (DER).

DER adalah perbandingan antara jumlah total hutang terhadap total modal

pemegang saham (ekuitas). Rumus untuk menghitung Debt to Equity Ratio

(DER) sebagai berikut (Samsul, 2006):

Ekuitas Total Hutang Total  Ratio Equity to Debt


(50)

Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel: Definisi Operasional, Indikator, dan Skala Ukur

Variabel Definisi Operasional Indikator

Skala Ukur Tingkat Suku Bunga ) X ( 1 Menunjukkan tingkat suku bunga sertifikat surat berharga yang diterbitkan oleh Bank Indonesia

Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan jangka waktu 3 bulan

Rasio Ukuran Perusahaan ) X ( 2 Menggambarkan besar kecilnya perusahaan berdasarkan total asset

Ln Total Asset Rasio

Pertum-buhan Perusahaan ) X ( 3 Kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size

Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham Total Ekuitas Rasio Rasio Hutang ) X ( 4 Mengukur perbandingan antara total hutang dan ekuitas. Total Hutang Total Ekuitas Rasio Yield to maturity (Y) Tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor pada obligasi jika disimpan hingga jatuh tempo 2 P P n P P C p p i    Rasio

3.7. Metode Analisis Data 3.7.1. Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi(Sugiyono, 2003). Pada umumnya objek yang dideskripsikan


(51)

analisisstatistik sedrehana seperti ukuran tendensi sentral (mean, median, mode),

ukuran sebaran (range, variance, standard deviation), dan lain-lain dari

variabel-variabel yang diobservasi dalam objek tersebut.

3.7.2. Analisis Inferensial

Analisis inferensial dilakukan dengan pengambilan keputusan berdasarkan analisa data, yaitu: dengan melakukan pengujian hipotesis dan melakukan estimasi masa mendatang melalui model analisis data. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Y ab1X1bzX2 b3X3 b4X4 e

Dimana:

Y = Yield to Maturity

a = Konstanta 4 3 2 1,b ,b ,b

b = Koefisien Regresi Variabel Independen

1

X = Tingkat Suku Bunga

2

X = Ukuran Perusahaan

3

X = Pertumbuhan Perusahaan

4

X = Rasio Hutang


(52)

Ketepatan fungsi regresi dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari

Goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dengan metode berikut :

1. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( 2

R ) ada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien p

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai (R2) yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

2. Uji F

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama dapat berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

o

H : = 0 (Tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan dan rasio hutang secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap

yield to maturity obligasi korporasi konvensional di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2010).

4 3 2 1,b ,b ,b


(53)

1

H : minimal satu dari bi≠ 0 (Tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan

perusahaan dan rasio hutang secara simultan berpengaruh signifikan terhadap yield to

maturity obligasi korporasi konvensional di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2010).

Pada penelitian ini nilai F akan dibandingkan dengan F pada tingkat

signifikan ( α ) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-F ini adalah:

hitung tabel

o

H ditolak jika : Fhitung Ftabel 0

H diterima jika : Fhitung<Ftabel

3. Uji t

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. Adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut:

o

H : bi= 0 (Tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan

rasio hutang secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity

obligasi korporasi konvensional di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009). 1

H : (Tingkat suku bunga, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan

rasio hutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap yield to maturity obligasi

korporasi konvensional di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009).

0 bi

Pada penelitian ini nilai t akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat

signifikan ( α )= 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah:


(54)

o

H tidak ditolak jika : ttabel thitung ttabel 0

H ditolak jika : >

atau - < -

hitung

t ttabel thitung ttabel

3.8. Uji Asumsi Klasik 3.8.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Untuk menguji apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara analisis grafik dan uji statistik.

a. Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Selain melihat grafik histogram, uji normalitas dapat

dilakukan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi

kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus

diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika

distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau

grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.


(55)

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Analisis Statistik

Selain menggunakan analisis grafik, uji normalitas dapat dilakukan dengan

analisis statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan

dengan membuat hipotesis:

H0 : Data residual berdistribusi normal Hi: Data residual tidak berdistribusi normal

1. Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol ditolak yang berarti data residual terdistribusi tidak normal. 2. Jika hasil Uji K-S menunjukkan nilai probabilitas tidak signifikan pada 0,05 maka hipotesis nol diterima yang berarti data residual terdistribusi normal.

3.8.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian

multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai VIF dan tolerace diantara variabel

independen. Jika nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance > 0,1, hal ini menunjukkan


(56)

3.8.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu

pada grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan

residualnya (SRESID). Dasar analisis sebagai berikut:

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gejala heteroskedastisitas juga dapat diuji dengan menggunakan uji glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen (Ghojali, 2005). Heteroskedastisitas dengan uji glejser ini tidak terjadi apabila tidak satupun variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai Ut (AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikannya diatas 5%.


(57)

3.8.4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan diri sendiri adalah bahwa nilai dari variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai periode sesudahnya. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi digunakan uji Durbin Watson (DW). Uji ini

menghasilkan nilai DW hitung (d) dan nilai DW tabel ( dan ). Aturan

pengujiannya adalah sebagai berikut (Santosa dan Ashari, 2005): L

d du

d<dL : Terjadi masalah autokorelasi yang positif dan perlu perbaikan

L

d < d<du : Ada masalah autokorelasi positif tetapi lemah, dimana perbaikan akan lebih baik

u

d <d<4-du : Tidak ada masalah autokorelasi

4-du<d<4-dL : Masalah autkorelasi lemah, dimana dengan perbaikan akan lebih baik


(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Perusahaan Penerbit Obligasi

Obligasi yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 34 obligasi korporasi konvensional yang diterbitkan oleh 27 perusahaan. Gambaran umum perusahaan penerbit obligasi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. PT Adhi Karya (Persero), Tbk

PT Adhi Karya (Persero),Tbk didirikan pada tahun 1974. Adhi Karya 100%

dimiliki oleh Negara Republik Indonesia sampai pada akhir tahun 2003 saat Negara Republik Indonesia melalui Menteri Negara BUMN, selaku kuasa pemegang saham, melepas 49% kepemilikannya atas saham ADHI untuk ditawarkan kepada masyarakat

melalui Initial Public Offering (IPO). Keputusan tersebut diikuti oleh pendaftaran

saham ADHI di Bursa Efek Jakarta (sekarang BEI) yang sekaligus menjadikan ADHI

sebagai BUMN konstruksi pertama yang terdaftar pada bursa. Ruang lingkup bidang

usaha perusahaan meliputi: konstruksi, konsultasi manajemen dan rekayasa industri

(Engineering Procurement and Construction/EPC) serta perdagangan umum, jasa pengadaan barang, industri pabrikasi, jasa dalam bidang teknologi informasi, real estat dan agro industri.

Pada tanggal 27 Juni 2007 perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari ketua Bapepam-LK berdasarkan Surat Keputusan No. S-318/BL/2007 untuk


(59)

melakukan penawaran umum Obligasi IV ADHI Tahun 2007 dengan jumlah pokok sebesar Rp.375.000.000.000, tingkat bunga tetap 11% per tahun dan berjangka waktu 5 tahun.

2. PT Adira Dinamika Multifinance, Tbk

PT Adira Dinamika Multifinance, Tbk didirikan pada tanggal 13 November 1990. Ruang lingkup kegiatan perseroan dalam bidang perusahaan pembiayaan meliputi sewa guna usaha, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan usaha kartu kredit. Pada saat ini, perusahaan terutama bergerak dalam bidang pembiayaan konsumen.

Pada bulan Juni 2006, perseroan menerbitkan obligasi Adira Dinamika Multifinance II Tahun 2006 (obligasi II) dengan nilai nominal seluruhnya sebesar Rp.750.0000. Obligasi II ini terbagi menjadi tiga seri, yaitu Seri A sebesar Rp.570.000 yang telah jatuh tempo dan dilunasi pada tanggal 8 Juni 2009 dengan tingkat suku bunga tetap 14,40% per tahun., Seri B sebesar Rp.90.000 yang telah jatuh tempo dan dilunasi pada tanggal 8 Juni 2010 dengan tingkat suku bunga tetap 14,50% per tahun dan Seri C sebesar Rp.90.000 yang akan jatuh tempo pada tanggal 8 Juni 2011 dengan tingkat suku bunga tetap sebesar 14,60% per tahun.

3. PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk

PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk pada awalnya didirikan di Indonesia sebagai bank sentral dengan nama “Bank Negara Indonesia” berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946. Selanjutnya, berdasarkan Undang-undang No. 17 tahun 1968, BNI ditetapkan


(60)

menjadi “Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi bank umum milik negara. Berdasarkan pasal 3 Anggaran Dasar BNI, ruang lingkup kegiatan BNI adalah melakukan usaha di bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah.

Pada tanggal 14 Juli 2003, BNI menerbitkan obligasi dengan nilai nominal sebesar Rp.1 triliun dan tercatat di Bursa Efek Surabaya. Obligasi tersebut bersifat tidak dijamin dan akan jatuh tempo pada tanggal 10 Juli 2011. Obligasi tersebut memiliki tingkat bunga tetap sebesar 13,125% per tahun dan dibayarkan setiap Wali amanat untuk penerbitan obligasi ini adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

4. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk berkedudukan di Jakarta, didirikan pada

tanggal 16 Juli 1956. Ruang lingkup kegiatan bank adalah menjalankan kegiatan

usaha di bidang perbankan sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan melakukan kegiatan perbankan lainnya berdasarkan prinsip Syariah. Bank mulai melakukan kegiatan berdasarkan prinsip Syariah tersebut sejak tahun 2002.

Pada tanggal 20 April 2007, bank menerbitkan dan mencatatkan Obligasi Bank Danamon I tahun 2007 dengan tingkat bunga tetap dengan nilai nominal sebesar Rp.1.500.000 di Bursa Efek Indonesia. Obligasi ini terbagi menjadi 2 (dua) seri, yaitu seri A dan seri B yang masing-masing akan jatuh tempo pada tanggal 19 April 2010 dan 19 April 2012, dan memiliki suku bunga tetap masing-masing sebesar 9,40% dan 10,60% per tahun. Bunga dibayar setiap tiga bulan dengan pembayaran pertama dilakukan pada tanggal 19 Juli 2007 dan terakhir dilakukan bersamaan


(61)

dengan pelunasan pokok masing-masing seri obligasi. Wali amanat untuk Obligasi Bank Danamon I adalah PT Bank Mega Tbk.

5. PT Berlian Laju Tanker, Tbk

PT Berlian Laju Tanker, Tbk didirikan pada tanggal 12 Maret 1981 dengan

nama P.T. Bhaita Laju Tanker, yang kemudian dengan akta No. 4 tanggal 5 September 1988 diubah namanya menjadi P.T. Berlian Laju Tanker. Perusahaan berkedudukan di Jakarta, mempunyai dua kantor cabang di Merak, Dumai dan kantor perwakilan di Cina, India, Brazil, Uni Emirat Arab dan Taiwan. Kantor pusat beralamat di Wisma Bina Surya Group (BSG) Lt.10 Jl. Abdul Muis No. 40 Jakarta.

Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi usaha dalam bidang perkapalan dalam dan luar negeri dengan menggunakan kapal, termasuk tetapi tidak terbatas

pada kapal tanker, tongkang dan kapal tunda (tugboat). Perusahaan bergerak dalam

bidang jasa seperti pelayaran/angkutan laut dengan konsentrasi pada angkutan muatan bahan cair baik dalam kawasan Indonesia maupun Asia, Eropa dan Amerika. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1981.

Pada tanggal 25 Juni 2007, perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Bapepam-LK dengan suratnya No. S-3117/BL/2007 untuk melakukan Penawaran Umum Obligasi Berlian Laju Tanker III tahun 2007 sejumlah Rp 700.000 juta dengan tingkat bunga tetap.


(62)

6. PT. Bumi Serpong Damai, Tbk

PT Bumi Serpong Damai, Tbk didirikan pada tanggal 16 Januari 1984 di Jakarta. Ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan adalah dalam bidang pembangunan real estat. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perusahaan merencanakan dan melaksanakan pembangunan kota baru sebagai wilayah pemukiman yang terencana dan terpadu yang dilengkapi dengan prasarana-prasarana, fasilitas lingkungan dan penghijauan sehingga menjadi kota yang mandiri dengan nama BSD City.

Pada bulan Oktober 2006, Perusahaan menerbitkan obligasi Bumi Serpong Damai II tahun 2006 (BSD II) dengan nilai nominal obligasi sebesar Rp.600.000.000 ribu dan tingkat bunga tetap sebesar 15% per tahun, yang dibayar secara triwulan. Obligasi ini berjangka waktu 5 tahun sampai dengan tahun 2011. Seluruh obligasi dijual pada nilai nominal dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan CIMB Niaga sebagai Wali amanat.

7. PT. Bakrie Telecom, Tbk

PT Bakrie Telecom, Tbk (dahulu PT Radio Telepon Indonesia) didirikan di Jakarta. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi penyediaan jaringan dan penyelenggaraan jasa telekomunikasi nasional dengan daerah operasi mencakup Jakarta, beberapa wilayah di Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusat berlokasi di Wisma Bakrie, Lantai 3, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. B-1, Jakarta Selatan dan memulai beroperasi secara komersial pada tanggal 1 November 1995.


(1)

Lampiran 9. Output SPSS

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 Rasio Hutang, Tingkat Suku Bunga, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaana

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Change Statistics

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

Durbin-Watson

1 .273a .075 .061 .19006 .075 5.383 4 267 .000 1.910 a. Predictors: (Constant), Rasio Hutang, Tingkat Suku bunga, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan

Perusahaan

b. Dependent Variable: Yield to Maturity

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .778 4 .194 5.383 .000a

Residual 9.644 267 .036

1

Total 10.422 271

a. Predictors: (Constant), Rasio Hutang, Tingkat Suku bunga, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan


(2)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression .778 4 .194 5.383 .000a

Residual 9.644 267 .036

1

Total 10.422 271

a. Predictors: (Constant), Rasio Hutang, Tingkat Suku bunga, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan

b. Dependent Variable: Yield to Maturity

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) 19.019 3.618 5.257 .000

Tingkat Suku Bunga .487 .215 .139 2.265 .024 .936 1.069

Ukuran Perusahaan -.771 .252 -.189 -3.056 .002 .929 1.076

Pertumbuhan Perusahaan .029 .174 .011 .167 .868 .861 1.161 1

Lnx3 .087 .228 .024 .381 .703 .869 1.151


(3)

(4)

(5)

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 272

Mean .0000000

Normal Parametersa,,b

Std. Deviation 2.46577495

Absolute .071

Positive .071

Most Extreme Differences

Negative -.057

Kolmogorov-Smirnov Z 1.170

Asymp. Sig. (2-tailed) .129

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Regression-Uji Glesjer

Coefficientsa

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

(Constant) .089 .216 .413 .680

Tingkat Suku Bunga -.067 .076 -.055 -.881 .379

Ukuran Perusahaan .014 .012 .075 1.194 .234

Pertumbuhan Perusahaan -.006 .011 -.038 -.584 .560

1

Rasio Hutang .001 .008 .011 .173 .863


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

5 27 97

PENGARUH PERINGKAT OBLIGASI , MATURITY, LIKUIDITAS DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 4 105

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

0 0 10

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

0 0 2

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

0 0 9

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

0 0 31

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

0 0 3

Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Peringkat Obligasi, Ukuran Perusahaan, dan Debt To Equity Ratio, Terhadap Yield To Maturity Obligasi Koorporasi di Bursa Efek Indoneisa Periode 2011-2014

0 0 8

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, DEBT TO EQUITY RATIO DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI KORPORASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 1 13

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, DEBT TO EQUITY RATIO DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP YIELD TO MATURITY OBLIGASI KORPORASI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 2 13