Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Dan Suku Bunga Terhadap Jumlah Deposito Pada PT BPRS Puduarta Insani.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DAN SUKU

BUNGA TERHADAP JUMLAH DEPOSITO PADA PT.

BPR SYARIAH PUDUARTA INSANI TEMBUNG, DELI

SERDANG

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

HERA INDRIANI

040501051

Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2008


(2)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga terhadap jumlah deposito pada PT BPRS Puduarta Insani. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dalam kurun waktu 2003 sampai dengan tahun 2007 yang menggunakan model ekonometrik. Dan cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistik yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil.

Regresi Interpretasi model menghasilkan bahwa tingkat bagi hasil mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah deposito, dan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah deposito. Hasil analisis menghasilkan bahwa masing-masing variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah deposito


(3)

ABSTRACT

The main objectives of this research is to influence of profit sharing, rate of interest and sum up deposit. The data used in this research is time series data during 2003 until 2007 which employ econometric model and using statistical analyze tools. The method used is Ordinary Least of Square (OLS).

The result shows that profit sharing positive influence on reservesum up deposit, rate of interest positive influence on sum up deposit. The result shows that all independent variables have influenced on the sum up deposit significantly.


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Hipotesis ... 7

1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II URAIAN TEORITIS ... 9

2.1 Bagi Hasil ... 9

2.1.1 Metode Pendistribusian Bagi Hasil ... 10

2.1.2 Perbandingan Metode Revenue Sharing dan Metode Profit Pharing ... 13


(5)

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil ... 15

2.2 Suku Bunga ... 16

2.2.1 Pengertian Suku Bunga ... 16

2.2.2 Jenis Suku Bunga Bank ... 17

2.2.3 Teori Suku Bunga ... 20

2.3 Deposito Syariah ... 27

2.3.1 Deposito Mudaharabah ... 28

2.3.2 Jenis-jenis Mudharabah ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Lokasi Penelitian . ... 35

3.2 Jenis Dan Sumber Data ... 35

3.3 Pengolahan Data ... 35

3.4 Model Analisis Data ... 35

3.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 37

3.5.1 Determinasi (R-Square) ... 37

3.5.2 Uji F Statistik ... 37

3.5.3 Uji t Statistik ... 38

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 39

3.6.1 Multikolinearity ... 39 3.6.2 Autokorelasi ... 39


(6)

3.7 Definisi Operasional ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1 Bank Syariah ... 43

4.2 Sejarah Singkat PT. BPR Syariah Puduarta Insani ... 47

4.3 Visi dan Misi ... 49

4.4 Produk-produk PT. BPR Syariah Puduarta Insani ... 50

4.5 Struktur Organisasi ... 52

4.6 Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan ... 55

4.7 Prinsip dan Cara Pembagian Bagi Hasil ... 60

4.8 Perkembangan Tingkat Bagi Hasil PT. BPRS Puduarta Insani ... 62

4.9 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Bank Umum ... 62

4.10 Perkembangan Jumlah Deposito BPRS Puduarta Insani ... 63

4.11 Hasil Penelitian ... 63

4.11.1 Interpretasi Model ... 65

4.11.2 Uji Kesesuaian (Test Of Goodness of Fit) ... 66

4.11.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA


(7)

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

3.1 Kurva Durbin Watson 39

4.1 Struktur Organisasi PT. BPRS Puduarta Insani 52

4.2 Uji-t variabel Tingkat Bagi Hasil 65

4.3 Uji-t variabel Tingkat Suku Bunga 66

4.4 Uji-t variabel Jumlah Deposito Sebelumnya 66 4.5

4.6

Uji-F Statistik Uji Durbin Watson

67 70


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. LAMPIRAN

1 : Data Tingkat Bagi Hasil Deposito PT. BPR Syariah Puduarta Insani

2 : Data Tingkat Suku Bunga Deposito Menurut Kelompok Bank 3 : Data Jumlah Deposito PT. BPR Syariah Puduarta Insani 4 : Hasil Regresi Variabel Bagi Hasil (X1) terhadap Suku Bunga

(X2) dan Jumlah Deposito sebelumnya (X3)

5 : Hasil Regresi Variabel Suku Bunga (X2) terhadap Bagi Hasil

(X1 ) dan Jumlah Deposito Sebelumnya (X3)

6 : Hasil Regresi Variabel Jumlah Deposito Sebelumnya (X3)


(11)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga terhadap jumlah deposito pada PT BPRS Puduarta Insani. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dalam kurun waktu 2003 sampai dengan tahun 2007 yang menggunakan model ekonometrik. Dan cara menganalisisnya dengan menggunakan analisis statistik yang dinamakan regresi variabel dengan persamaan kuadrat terkecil.

Regresi Interpretasi model menghasilkan bahwa tingkat bagi hasil mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah deposito, dan tingkat suku bunga mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah deposito. Hasil analisis menghasilkan bahwa masing-masing variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap jumlah deposito


(12)

ABSTRACT

The main objectives of this research is to influence of profit sharing, rate of interest and sum up deposit. The data used in this research is time series data during 2003 until 2007 which employ econometric model and using statistical analyze tools. The method used is Ordinary Least of Square (OLS).

The result shows that profit sharing positive influence on reservesum up deposit, rate of interest positive influence on sum up deposit. The result shows that all independent variables have influenced on the sum up deposit significantly.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengonversi bank konvensional menjadi bank yang syariah kini seperti trend saja. Lihatlah, seperti Bank Mandiri Syariah, Unit BNI syariah, dan Unit Bank BRI Syariah telah menyusul.

Dalam waktu-waktu yang akan datang, pelan tapi hampir pasti masih akan banyak lagi bank yang alih rupa menjadi bank berprinsip syariah. Ini tentu memberi angin sejuk di tengah kemelut stagnannya perbankan di Tanah Air.

Perbankan Islam sekarang telah dikenal secara luas dibelahan dunia Muslim dan Non Muslim. Perbankan islam merupakan bentuk perbankan dan pembiayaan yang berusaha memberi pelayanan kepada nasabah dengan bebas bunga (interest). Para perintis perbankan Islam beragumentasi bahwa bunga (interest) termasuk riba, dan jelas-jelas dilarang dalam hukum Islam. Alasan tersebut mendorong beberapa sarjana muslim dan para penanam modal untuk menemukan alternatif lain cara pengembangan sistem perbankan yang sesuai dengan aturan hukum Islam, khususnya yang berkaitan dengan larangan riba.

Sejak pertengahan tahun 1970-an, bank-bank Islam berkembang sangat pesat. Bank-bank ini tidak hanya didirikan di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim seperti Mesir, Yordania, Sudan, Bahrain, Kuwait, Uni Emirat Arab, Tunisia, Mauritania, dan Malaysia, tetapi juga berdiri di negara seperti Inggris, Denmark, dan


(14)

Philipina yang pemeluk Islamnya minoritas (Saeed, 2004 : 1). Pada Bank Islam Internasional dan Bank Pembangunan Islam pemegang sahamnya adalah beberapa negara OKI, yang sekaligus bertindak sebagai sponsor perbankan Islam dan pembiayaan lebih luas di dunia Islam. Pada tahun 1980-an negara-negara OKI turut mendukung Pakistan dan Iran untuk mentransformasikan system keuangan mereka denga system bebas bunga (interst).

Proses perkembangan teori perbankan Islam telah dimulai sejak tahun 1950-an (ibid). Teori ini berusaha menegakk1950-an sistem perb1950-ank1950-an y1950-ang bebas bunga (interest-free banking) dengan menggunakan prinsip Mudharabah dan Musyarakah yang dijalankan melalui sistem bagi hasil (profit and loss sharing). Dalam artikel Agusrianto (sekertaris Jendral Perbankan Syariah Sedunia) mengatakan para teoritisi perbankan Islam dan para cendikiawan Muslim memahami bahwa bunga dan modal yang hasilnya telah ditentukan terlebih dahulu (pre-determinaned return) adalah termasuk riba, khususnya dalam pembiayaan modal. Dan sejak tahun 2001 sampai 2007, perbankan syariah di Indonesia mengalami high growth yang menggembirakan. Di tahun 2007 pertumbuhan perbankan syariah diperkirakan akan menikmati pertumbuhan tinggi tersebut, apalagi iklim kondusif berupa kondisi makroekonomi Indonesia cukup baik. Industri perbankan syariah Indonesia sebagai bagian dari sistem perbankan nasional, diharapkan terus tumbuh untuk mendorong aktifitas perekonomian produktif masyarakat. Pertumbuhan itu meliputi pertumbuhan DPK (dana pihak ketiga), jumlah pembiayaan, pertambahan jumlah rekening nasabah, serta jumlah sektor pereknomian yang dibiayai.


(15)

Salah satu perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional dari segi falsafah adalah bank syariah tidak berdasarkan bunga, spekulasi, dan gharar (ketidakjelasan), sementara Bank Konvensional berdasarkan bunga. Islam mendorong praktik bagi hasil serta mengharamkan bunga (riba). Keduanya sama-sama memberi keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya mempunyai perbedaan yang sangat nyata. Perbedaan tersebut seperti :

1. Pada bunga penentuan harga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung. Sedangkan pada bagi hasil penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

2. Pada bunga besarnya presentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. Sedangkan pada bagi hasil besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperolehnya.

3. Pada bunga, eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam, sedangakan pada bagi hasil tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Dalam hal ini prinsip bagi hasil memiliki kelebihan. Pihak yang mengelola dana akan dipaksa untuk melakukan kalkulasi yang matang dalam memilih kegiatan ekonomi untuk dibiayai. Inilah yang menjadi alasan mengapa bank-bank syariah umumnya relative lebih aman dan sehat. Saat krisis ekonomi menyebabkan kolapsnya sejumlah bank konvensional, bank-bank syariah tidak ikut kolaps, bahkan menjamur setelahnya.


(16)

Tapi, ada tiga hal yang bisa dkritisi dari konsep ini. Pertama, harus diingat bahwa praktek perbankan yang sehat seperti ini akan bisa terjadi jika skala uang yang berputar relatif kecil. Artinya, untuk tetap sehat dan aman, perbankan syariah memang tidak bisa menjadi besar. Konsekuensinya, jika perbankan syariah akan tetap kecil, kemampuannya menjadi penggerak ekonomi juga tidak akan signifikan. Sebaliknya jika aset dan dana yang dikelola bank syariah jauh lebih besar dari yang ada sekarang maka kapasitas yang ada sekarang akan terbatas. Bank syariah pun akan dihadapkan pada problem yang sama dengan yang dihadapi perbankan konvensional.

Kedua, seberapa konsisten perbankan syariah menjalankan praktek bagi hasil dan bagi resiko tanpa adanya resiko bagi hasil yang ditetapkan sebelumnya?jika hal ini dijalankan konsisten, harusnya bank akan memiliki kontrak individual yang berbeda-beda untuk tiap nasabah. Ini bisa dijalankan jika jumlah nasabah yang dikelola relatif sedikit. Jika jumlah nasabahnya banyak, biaya transaksi untuk memberlakukan kontrak spesifik akan makin membengkak, sehingga mungkin sekali tidak efisien bagi pihak bank.

Faktanya, semua bank syariah di Indonesia sekarang ini menetapkan nisbah bagi hasil secara exante, baik untuk simpanan maupun pinjaman. Artinya dalam praktek, bank syariah sebenarnya menerapkan mekanisme yang tidak jauh berbeda dengan bank konvensional yang berdasarkan bunga.

Ketiga, pertanyaan lain adalah kemana bank syariah memutarkan dana nasabah. Secara prinsip dana yang dihimpun oleh bank syariah hanya dibenarkan untuk membiayai kegiatan produktif yang halal. Artinya, bank syariah tidak


(17)

dibenarkan memutar kembali uangnya di kegiatan-kegiatan spekulatif atau menanamkan dananya di investasi berbasiskan bunga.

Seberapa konsisten bank syariah dalam menjalankan usahanya bisa dilihat dari besaran nisbah bagi hasil yang ditawarkan dari waktu ke waktu. Jika bank syariah benar-benar memutar dana nasabah ke kegiatan produktif, kita akan melihat pergerakan nisbah bagi hasil antar waktu yang lebih fluktuaktif dari pergerakan bunga konvensional.

Selain itu, tugas bank-bank syariah juga sama dengan bank-bank konvensional yaitu, sebagai penghimpun dana berupa : deposito yang merupakan dana pihak ketiga (DPK) harus benar-benar dimaksimalkan untuk menunjang pembiayaan yang diberikan. Karena itu bank-bank mempunyai strategi yang bereda untuk meningkatkan deposito sesuai dengan tugas bank sebagai penghimpun dana. Jadi, jika jumlah deposito itu meningkat, maka bank berkemungkinan akan dapat menyalurkan dana yang lebih besar jumlahnya. Sebagaimana yang kita ketahui pembiayaan yang diberikan bank jumlahnya. Sebagaimana yang kita ketahui pembiayaan yang diberikan bank berupa mudharaah, murabahah baik itu modal kerja, investasi, maupun konsumsi atau pembiayaan lainnya dengan itu maka pihak bank akan memperoleh keuntungan yang berupa bagi hasil artinya semakin tinggi pembiayaan yang diberikan maka semakin besar peluang bank memperoleh laba yang tinggi.

Salah satu fungsi bank syariah yang sangat penting adalah sebagai manager investasi ataupun dana investasi. Dana investasi merupakan salah satu produk bank


(18)

syariah yang berbeda dengan produk perbankan konvensional. Produk ini dirancang untuk masyarakat yang tertarik dengan sistem investasi bagi hasil. Dana investasi mempunyai karakteristik yaitu (Zulkifli, 2004 : 105) :

1. Motif utama nasabah adalah investasi

2. pengembalian dana investasi dilakukan sesuai dengan kesepakatan investasi seperti 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.

Dengan karakternya yang sedemikian, maka produk ini dapat menggunakan prinsip mudharabah. Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerjasama, dimana pihak pertama (sahibul maal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha (Ibid). Dalam perbankan konvensional produk ini dikenal dengan deposito (dana pihak ketiga). Konsekuensi dari penggunaan prinsip ini adalah sistem bagi hasil dari bank untuk investor. Dalam sistem ini bank bertindak sebagai mudharib, sedangkan investor bertindak sebagai sahibul maal. Dalam bank syariah imbalan yang diberikan kepada para deposan (penghimpun dana) sangat tergantung pada pendapatan yang diperoleh atas pengelolaan atau penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah. Besarnya penyaluran dana atau investasi yang dilakukan oleh bank syariah bukanlah suatu indikasi besarnya pendapatan bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun, tetapi kualitas dari pernyaluran dana atau investasi yang dilakukan oleh bank syariah itulah yang mempunyai pengaruh langsung terhadap hasil yang diterima oleh pemilik dana yang dihimpun.


(19)

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba untuk menganalisa bagaimana perbandingan pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga terhadap jumlah deposito pada PT. BPRS Puduarta Insani. Untuk itu penulis mengetengahkan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Suku Bunga Terhadap Jumlah Deposito pada PT. BPRS Puduarta Insani Tembung, Deli Serdang”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengambil rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Berapa besarkah pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito terhadap Jumlah Deposito?

2. Berapa besarkah pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito terhadap Jumlah Deposito?

3. Berapa besarkah pengaruh Jumlah Deposito Bulan Sebelumnya terhadap Jumlah Deposito?

1.3 Hipotesa

Dari perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :


(20)

2. Tingkat Suku Bunga berpengaruh positif terhadap Jumlah Deposito.

3. Jumlah Deposito Bulan Sebelumnya berpengaruh positif terhadap Jumlah Deposito.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat bagi hasil dan suku bunga terhadap jumlah deposito pada PT. BPRS Puduarta Insani Tembung, Deli Serdang.

2. Untuk menambah wawasan penulis, serta sebagai salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan perkuliahan.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan penulis dalam melakukan penelitian di masa yang akan datang.

2. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi PT. BPRS Puduarta Insani Tembung, deli Serdang berkaitan dengan kebijakan yang dapat diambil dari pengelolaan dana pihak ketiga.

3. Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi kalangan akademisi dan peneliti untuk dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Bagi Hasil

Menjalankan prinsip syariah tidak hanya mendatangkan berkah. Lebih dari itu, mengoperasikan prinsip syariah juga membuka peluang menangguk untung pada kondisi-kondisi yang tidak normal. Itulah yang diperlihatkan bank-bank yang beroperasi secara syariah. Ketika di Indonesia terjadi krisis moneter, disaat perbankan nasional tengah dijangkiti “virus” negative spread (kerugian akibat bunga simpanan lebih tinggi dari bunga kredit) bank-bank yang menerapkan prinsip bagi hasil melenggang tanpa beban.

Ini bukan kebetulan, melainkan bukti. Di awa krisis pertengahan tahun 1997, bank-bank konvensional bertumbangan. Waktu itu, Bank Indonesia menerapkan tight money policy (kebijakan uang ketat) dengan menetapkan bunga simpanan mencapai 70 persen. Satu sisi, otoritas moneter berharap dengan meningkatkan bunga hingga setinggi itu, dana masyarakat akan tersedot ke sistem perbankan.

Dengan cara ini pula, mereka berharap masyarakat tidak membeli dolar AS yang tengah menekan rupiah. Namun, di sisi lain, kebijakan ini menjadi beban berat yang harus dipikul dunia perbankan (konvensional). Banyak di antara bank-bank itu yang kelimpungan tercekik oleh tingginya bunga. Mereka harus membayar bunga simpanan masyarakat dengan bunga yang selangit, sementara bank tidak bisa menarik kredit sebesar itu dari para nasabah. Seperti yang telah diketahui, fragmen itu


(22)

berlanjut dengan tumbangnya satu persatu bank-bank konvensional karena kesulitan likuiditas.

Azas utama bank Syariah adalah prinsip bagi hasil. Prinsip bagi hasil adalah suatu sistem pembagian keuntungan dari kerugian bersama, atau disebut juga prinsip koperasi Mudharabah. Bagi hasil adalah sistem pembagian keuntungan dan kerugian diantara pemilik modal (shahibul al-maal) dengan pengelola (mudharib) (Saparuddin, 2004 : 21).

Pada operasional bank secara umum, kedudukan sebagai pemilik modal ataupun sebagai pengelola dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu :

1. Dari sudut bank sebagai suatu perusahaan (entity), maka pemilik modal bank (pemegang saham) berkedudukan sebagai mudharib.

2. Dari sudut bank sebagai lembaga keuangan perantara (intermediary) yang menerima dana dari deposan/penaung berkedudukan sebagai shahibul al-maal, sedangkan bank sebagai mudharib.

2.1.1 Metode Pendistribusian Bagi Hasil

Terdapat dua metode pendistribusian bagi hasil yang dapat diterapkan pada bank syariah, yaitu (Ibid) :

1. Metode Revenue Sharing 2. Metode Profit Sharing Ad.1 Metode Revenue Sharing


(23)

Metode Revenue Sahring adalah metode pendistribusian bagi hasil yang mendasarkan perhitungan bagi hasil dari jumlah pendapatan kotor (gross profit). Pada revenue sharing pembagian hanya dilakukan terhadap jumlah pendapatan, sedangkan biaya-biaya sepenuhnya ditanggung oleh pengelola (mudharib). Metode revenue sharing dapat disebut juga metode gross profit sharing, karena antara shahibul maal dengan mudharib hanya berbagu dari jumlah pendapatan katar atau revenue yang di peroleh bank. Segala biaya-biaya yang timbul dalam pengelolaan uasaha untuk menghasilkan laba kotor dimaksud akan menjadi beban bank selaku mudharib.

Bank sebagai shahibul al-maal

Proses perhitungannya adalah sebagai berikut :

1. Bank melakukan perhitungan besarnya kontribusi dana bank dalam menghasilkan peningkatan penjualan bersih perusahaan.

2. Penjualan bersih yang merupakan kontribusi dari pembiayaan bank dikurangkan dengan harga pokok penjualan, untuk mendapatkan laba kotor.

3. Laba kotor didistribusikan sesuai nisbah bagi hasil antara bank dengan debitur.

4. Debitur menerima porsi keuntungan sesuai nisbah dari laba kotor.

5. Debitur memperhitngkan seluruh biaya yang menjadi beban usahanya kedalam Porsi keuntungan yang diterima.


(24)

Bank sebagai mudharib

Pada kedudukan bank sebagai mudharib, maka bank akan menghitung seluruh pendapatan pembiayaan maupun yang bersumber dari simpanan di bank lain (investasi).

Revenue yang diperoleh oleh bank ini akan dibagikan kepada Shahibul al-maal, yaitu para penabung dan deposan.

Proses perhitungannya adalah sebagai berikut :

1. Bank menerima dana mudharabah dalam bentuk tabungan maupun deposito.

2. Bank memproduktifkan dana yang diterima dengan menyalurkan pinjaman maupun menyimpan sebagian pada bank lain dalam bentuk tabungan atau rekening giro yang menghasilkan profit pula.

3. Terhadap seluruh pendapatan bagi hasil yang diterima, diterapkan nisbah nasabah, sehingga sebagian dari keuntungan kotor itu menjadi hak nasabah dan sebagian lagi menjadi hak bank.

4. Dari sisa pendapatan kemudian diperhiyumgkan seluruh biaya operasi dan administrasi, sehingga menghasilkan pendapata bersih sebelum zakat dan pajak.

Ad.2 Metode Profit Sharing

Metode profit sharing adalah metode pendistribusian bagi hasi yang mendasarkan perhitungan bagi hasil dari jumlah pendapatan bersih. Pembagian


(25)

(sharing) dilakukan baik terhadap jumlah pandaatan maupun biaya-biaya yang timbul dalam pengelolaan usaha untuk menghasilkan laba dimaksud akan menjadi beban bersama shahibul al-maal dan mudharib.

Bank sebagai shahibul al-maal

Metode perhitungan pendistribusian bagi hasilnya adalah sebagai berikut ; 1. Bank melakukan perhitungan besarnya laba bersih yang merupakan kontribusi

dana dalam menghasilkan peningkatan penjualan bersih usaha debitur.

2. Terhadap laba bersih diterapkan nisbag bagi hasil antara bank dengan debitur. 3. Bank dan debitur menerima porsi keuntungan sesuai nisbah dari laba bersih. 4. Debitur menerima porsi keuntungan sesuai nisbah dari laba bersih.

5. Debitur memperoleh laba bersih setelah pembayaran nisbah kepada bank. Bank sebagai mudharib

Pada kedudukan bank sebagai mudharib maka bank akan melakukan bagi hasil dengan pemegang dana pihak ketiga setelah terlebih dahulu memperhitungkan biaya-biaya pengelolaan bank.

2.1.2 Perbandingan Metode Revenue Sharing dan Metode Profit Sharing

1. Sharing Pendapatan

Pada metode revenue sharing yang menjadi objek bagi hasil adalah pendapatan kotor, yakni pendapatan dari sumber pembiayaan, pendapatan dana pada bank lain dan komisi dari pembiayaan. Dengan menggunakan metode revenue sharing, maka dana investasi nasabah tidak akan berkurang atau minimal tidak akan


(26)

mendapatkan bagi hasil. Pada metode profit shaing pendapatan yang menjadi objek bagi hasil adalah profit yang diterima oleh bank. Dengan menggunakan metode profit sharing dapat menyebabkan berkurangnya nilai dana investasi akibat kemungkinan kerugian yang diderita bank syariah.

2. Sharing Biaya

Pada revenue sharing dilakukan pembagian beban biaya kepada shahibul al-maal, tetapi seluruh biaya menjadi beban mudhrib. Berbeda dengan metode profit sharing seluruh biaya sehubungan untuk menghasilkan pendapatan pembiayaan dan pendapatan dari bank lain dilakukan pembagian diantara shahibul al-maal dengan mudharib.

3. Pembagian Kerugian

Pada metode revenue sharing objek bagi hasil adalah pendapatan kotor. Dengan demikian apabila pendapatan kotor menurun maka profit yang diterima nasabah juga menurun. Apabila pendapatan bank menurun sampai titik terendah, misalnya nol, maka penerimaan nasabah adalah nol, maka yang menanggung kerugian adalah bank modal sendiri. Kecuali modal bank telah habis, maka barulah timbul kemungkinan mengurangi jumlah pokok dana yang disimpan pada bank.

Berbeda dengan metode revenue sharing, karena deposan turut menerima pembagian biaya-biaya, maka apabila terjadi biaya lebih besar dari pendapatan, maka segera nasabah turut menanggung kerugian.


(27)

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Bagi Hasil

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bagi hasil. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung (Antonio, 2001 : 139).

1. Faktor Langsung

Diantara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil adalah sebagai berikut :

a. Invesment Rate merupakan persentase actual dana yang diinvestasikan dari total dana. Jika bank menentukan investment rate sebesar 80 persen, hal ini berarti 20 persen dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.

b. Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode yaitu antara rata-rata saldo minimum bulanan atau rata-rata saldo minimum harian. Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana actual yang digunakan.

c. Nisbah (profit sharing ratio)

Salah satu ciri al-mudharabah adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara satu bank dengan bank lainnya dapat berbeda. Nisbah juga dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank, misalnya deposito 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan. Nisbah juga dapat berbeda dengan besarnya dana jatuh temponya.


(28)

2. Faktor Tidak Langsung

a. Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah

Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang “dibagihasilkan” merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya. Jika semua ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing.

b. Kebijakan akunting (prinsip dan metode akunting)

Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya.

2.2 Suku Bunga

2.2.1 Pengertian suku Bunga

Bunga merupakan hal penting bagi bank dalam penarikan tabungan dan penyaluran kreditnya. Penarikan tabungan dan penyaluran kredit selalu dihubungkan dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank bisa menjadi biaya (cost of fund) yang harus dibayarkan kepada penabung, tetapi dilain pihak, bunga dapat juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikan bank.

Beberapa definisi mengenai pengertian bunga :

- Menurut Malayu S.P Hasibuan (1997 : 125) bunga adalah balas jasa atas pinjaman uang atau barang yang dibayar oleg debitur kepada kreditur.


(29)

- Menurut Boediono (1992 : 2) rate of interest adalah harga dari penggunaan uang atau bisa juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.

- Menurut Kasmir (2000 : 106) suku bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Suku bunga juga dapat dikatakan sebagai biaya yang dikeluarkan sebagai balas jasa karena telah menggunakan uang orang lain.

Bagi dunia perbankan suku bunga dapat dinyatakan sebagai harga yang harus dikeluarkan bank kepada nasabah yang menyimpan dananya atau uangnya di bank (yang memiliki simpanan), dan di sisi lain dapat dikatakan sebagai harga yang dibayar nasabah kepada bank atas dana yang telah dipinjamkan (nasabah yang memperoleh pinjaman).

2.2.2 Jenis Suku Bunga Bank

Dalam realitas sehari-hari terdapat beragam jenis suku bunga. Jenis-jenis suku bunga ini dapat dikelompokkan menjadi empat jenis suku bunga, yaitu :

a. Suku Bunga Dasar (Bank Rate)

Suku Bunga Dasar (bank rate) adalah tingkat suku bunga yang ditentukan oleh bank sentral atas kredit yang diberikan oleh perbankan, dan tingkat suku bunga yang ditetapkan bank sentral untuk mendiskonto surat-surat berharga yang ditarik atau diambil oleh bank sentral. Dasar perhitungan tingkat suku bunga ini juga dipakai


(30)

oleh bank komersial untuk menghitung suku bunga kredit yang dikenakan kepada nasabahnya.

b. Suku Bunga Efektif (Effective Rate)

Suku Bunga Efektif (effective rate) adalah tingkat suku bunga yang dibayar atas harga beli suatu obligasi (BOND). Semakin rendah harga pembelian harga obligasi dengan harga tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin rendah harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin tinggi tingkat bunga efektifnya, dan semakin tingi harga pembelian obligasi dengan tingkat bunga nominal tertentu, maka semakin rendah tingkat bunga efektifnya. Jadi ada hubungan terbalik antara harga yang dibayarkan unuk obligasi dengan tingkat bunga efektifnya.

c. Suku Bunga Nominal (Nominal Rate)

Suku Bunga Efektif (effective rate) adalah tingkat suku bunga yang dibayarkan tanpa dilakukan penyesuaian terhadap akibat-akibat inflasi.

d. Suku Bunga Padanan (Equivalent Rate)

Suku Bunga Padanan (equivalent rate) adalah suku bunga besarnya dihitung setiap hari (bunga harian), setiap minggu (bunga mingguan), setiap bulan (bunga bulanan) dan setiap tahun (bunga tahunan, untuk sejumlah pinjaman atau investasi selama jangka waktu tertentu, yang apabila dihitung secara anuitas (bunga berbunga) akan memberikan penghasilan bunga dalam jumlah yang sama.


(31)

Berdasarkan kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat (dan hubungannya dengan nasabah), maka suku bunga yang dikelompokkan dalam 2 (dua) jenis yaitu :

a. Bunga Simpanan

Bunga Simpanan adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atas balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uangnya di bank yang merupakan harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya.

Contohnya : bunga tabungan dan bunga deposito b. Bunga Pinjaman

Jika menurut sejarah falsafanya, perkreditan berasal dari ungkapan jiwa tolong menolong tanpa pamrih, akhirnya perkembangan ekonomi modern menjuruskan orang untuk berfikir pada penghargaan uang, waktu dan jasa. Timbullah perhitungan sewa modal berupa bunga yang tinggi rendahnya mengikuti dalil ekonomi, yaitu penawaran dan permintaan.

Perkreditan dijadikan objek pencarian keuntungan dengan jalan memutarkan uang atau dana sebagai potensi yang dimiliki oleh pihak yang dibutuhkan oleh pihak lain karena bersedia memberi jasa modal berupa bunga menurut ukuran jangka waktu pemakaian.

Batas tinggi rendahnya suku bunga bergantung pada sumber pemberi kredit, kredit swasta atau liar menghitung suku bunga menurut dasar penawaran dan kesanggupan masing-masing pihak. Suku Bunga untuk perkreditan dari sumber tersebut dipengaruhi oleh iklim peredaran uang dalam masyrakat.


(32)

Jadi dapat diartikan bunga pinjaman adalah bunga atau harga yang diberikan oleh nasabah (peminjam) kepada bank atas dana atau pinjaman yang diperolehnya.

Contohnya : bunga kredit

2.2.3 Teori Suku Bunga A. Teori Klasik

Bunga adalah “harga” dari penggunaan loanable funds. Terjemahan langsung dari istilah tersebut adalah “dana yang tersedia untuk dipinjamkan”, atau dapat disebut “dana investasi”, sebab menurut teori klasik bunga adalah harga yang terjadi di “pasar” dana investasi. Dalam suatu periode ada anggota masyarakat yang menerima pendapatan melebihi apa yang mereka perlukan untuk konsumsinya selama periode tersebut. Mereka ini adalah kelompok “penabung”. Bersama-sama jumlah “tabungan” mereka membentuk supply atau penawaran akan loanable funds.

Di lain pihak dalam periode yang sama ada anggota masyarakat yang membutuhkan dana, mungkin mereka ingin berkonsumsi lebih dari pendapatan yang diterima selama periode tersebut atau pengusaha yang membutuhkan dana untuk operasi atau perluasan usahanya. Mereka ini adalah investor. Jumlah dari seluruh kebutuhan mereka akan dapat membentuk permintaan akan loanable funds. Selanjutnya para penabung dan para investor ini akan bertemu di pasar loanable funds, dan dari proses tawar-menawar antara mereka akhirnya akan dihasilkan tingkat bunga kesepakatan atau keseimbangan.


(33)

1. Penawaran tabungan oleh rumah tangga 2. Permintaan dana tabungan oleh investor

Semakin besar bagian pendapatan yang akan ditabung akan mengakibatkan turunnya tingkat bunga dan sebaliknya tingkat bunga akan naik bila penawaran tabungan semakin berkurang. Bila dilihat dari sudut permintaan dana tabungan, kenaikan permintaan dana oleh investor akan mengakibatkan naiknya tingkat bunga dan bila permintaan dana menurun, maka suku bunga juga bergerak turun. Jadi dapat dikatakan ada kepentingan yang berbeda antara pemilik dana dan investor terhadap tingkat bunga yang berlaku, dimana pemilik dana menginginkan tingkat bunga yang tinggi sedangkan investor sebaliknya mengharapkan bunga yang rendah.

B. Teori Keynes

Menurut Keynes tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter, yang artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP) sepanjang uang itu akan mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempenagruhi keinginan untuk mengadakan investasi, dan demikian akan mempengaruhi sumber timbulnya “permintaan akan uang”.

 Motif transaksi

Keynes tetap menerima pendapatan golongan Cambridge, bahwa orang yang memgang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksi-transaksi yang dilakukan dan permintaan masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan dan


(34)

tingkat bunga. Semakin tinggi pendapatan nasional semakin besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk memenuhi transaksi.

 Motif berjaga-jaga

Keynes membedakan permintaan akan uang untuk tujuan pembayaran-pembayaran tidak regular, atau yang di luar rencana transaksi normal, misalnya untuk pembayaran keadaan-keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit serta pembayaran tidak terduga lainnya. Orang memanfaatkan uang untuk keadaan yang tidak terduga tersebut, karena sifat uang yang liquid, atau nidah ditukarkan dengan barang atau jasa lain.

 Motif spekulasi

Sesuai dengan namanya motif dari memegang uang adalah untuk tujuan memperoleh keuntungan yang dapat diperoleh jika pemegang uang dapat memprediksi keadaan yang akan terjadi dengan benar. Teori Keynes khususnya menekankan adanya hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsure permintaan uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan akan uang yang menururt Keynes disebut dengan “liquidity freference” (preferensi likuiditas) tergantung dari tingkat bunga. Preferensi likuiditas berdasarkan motif ini sangat peka terhadap perubahan tingkat bunga. Semakin rendah tingkat bunga (i) maka preferensi likuiditas akan semakin besar. Permintaan uang dengan motif spekulasi adalah disebabkan ketidakpastian suku bunga di masa yang akan datang.

Motif spekulasi ini dikaitkan dengan jual beli obligasi dimana perubahan harganya ditentukan oleh perubahan tingkat bunga yang akan terjadi di masa yang akan datang. Bila masyarakat menganggap tingkat bunga saat ini lebih tinggi dari tingkat bunga


(35)

normal maka dalam masyarakat akan timbul ekspektasi tingkat bunga cenderung turun di masa yang akan datang.

Turunnya tingkat bunga mengakibatkan harga obligasi naik dan pemegang obligasi memperoleh keuntungan. Dengan demikian pemegang obligasi lebih suka tetap memegang obligasinya disbanding dengan memegang uang. Jadi bila tingkat bunga naik, permintaan terhadap uang akan rendah dan sebaliknya bila tingkat bunga saat ini lebih rendah dari tingkat bunga normal, maka dalam masyarakat timbul ekspektasi bahwa tingkat bunga akan naik dimasa yang akan datang. Harga obligasi turun dan terjadi kerugian pada pemegang saham sehingga orang lebih suka memegang uang dari pada obligasi.

Jadi menurut Keynes kenaikan permintaan uang baik untuk transaksi, berjaga-jaga maupun spekulasi akan menyebabkan naiknya tingkat bunga dan sebaliknya bila permintaan uang turun maka tingkat bunga akan bergerak turun.

Permintaan uang akan mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah tingkat normal, maka masyarakat yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat normal (yakin bunga akan naik di waktu yang akan datang). Jika mereka memegang surat berharga di waktu suku bunga naik (harganya turun). Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga yang normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah tingkat bunga normal, makin banyak orang yakin bahwa tingkat bunga akan kembali ke tingkat yang normal (yakin bahwa bunga akan naik di waktu yang akan datang). Jika mereka memegang surat berharga di waktu suku bunga naik


(36)

(harganya turun). Mereka akan menderita kerugian (capital loss). Mereka akan menghindari kerugian ini dengan mengurangi surat berharga yang dipegangnya, dengan sendirinya akan menamah uang kas yang dipegang, pada waktu tingkat bunga naik.

Hubungan permintaan negatif dengan tingkat bunga juga berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity costof holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas (dalam bentuk tingkat bunga yang tidak diperoleh karena kekayaan diwujudkan dalam bentuk uang kas), sehingga, keinginan memegang uang kas juga turun. Sebaliknya, jika tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas akan naik.

C. Teori Paritas Tingkat Bunga

Sampai saat ini tidak ada negara yang benar-benar tertutup, artinya hubungan dengan luar negeri dianggap tidak ada. Selalu ada perbedaan-perbedaan dalam derajat “keterbukaan” suatu negara. Namun kiranya jelas bahwa adanya hubungan dengan luar negeri mempunyai pengaruh terhadap perkembangan tingkat bunga di dalam negeri.

Teori paritas tingkat bunga adalah teori mengenai penentuan tingkat bunga dalam sisten devisa bebas, yaitu apabila penduduk masing-masing negara bebas memperjualbelikan devisa.

Teori ini pada pokoknya menyatakan bahwa “dalam sistem devisa bebas tingkat bunga di negara satu akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara


(37)

lain. Setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu dengan negara yang lain.

Secara aljabar Rn = Rf + E*

Di mana : Rn = tingkat bunga (nominal) di dalam negeri Rf = tingkat bunga (nominal) di luar negeri

E* = laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing Yang diperkirakan akan terjadi.

Karena beberapa alasan tingkat bunga berbeda di seluruh dunia. Ketika diasumsikan tingkat bunga dalam perekonomian terbuka kecil ditentukan oleh tingkat bunga dunia, masyarakat luar negeri akan memberi pinjaman kepada negara itu, yang membuat tingkat bunga domestik turun. Dan jika bunga tingkat domestik berada di bawah tingkat bunga dunia, penduduk domestik akan memberi pinjaman ke luar negeri untuk mendapatkan pengembalian yang lebih tinggi, yang mendorong tingkat buga domestik naik. Akhirnya tingkat bunga domestik akan sama dengan tingkat bunga dunia.

Perlu dicatat bahwa dalam praktek ada ‘biaya transaksi’ untuk memindahkan dana dari dalam negeri. Oleh sebab itu teori paritas bunga ini lebih tepat jika berbunyi bahwa tingkat bunga antara dua negara cenderung sama, setelah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan dari mata uang yang satu terhadap mata uang negara lain dan biaya transaksi (biaya memindahkan dana). Dalam sistem devisa bebas biaya transaksi tersebut rendah, tetapi dalam sistem devisa yang kurang bebas,


(38)

biaya tersebut bisa tinggi. Oleh karena itu dalam sistem devisa yang tidak bebas, ada kemungkinan tingkat bunga di dalam negeri sangat berbeda dengan tingkat bunga di luar negeri, meskipun telah dikoreksi dengan laju depresiasi yang diperkirakan. D. Teori Nilai

Teori ini didasarkan pada anggapan bahwa nilai sekarang (present value) lebih besar dari pada nilai yang akan datang (future value). Perbedaan nilai ini harus mendapat penggantian dari peminjam atau debitur. Penggantian nilai inilah yang dimaksudkan dengan bunga. Jadi menurut teori, bunga merupakan pengganti atas perbedaan nilai tersebut. Jadi bunga adalah besarnya penggantian perbedaan antara nilai yang sekarang dengan nilai yang akan datang.

E. Teori Pengorbanan

Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa pengorbanan yang diberikan seharusnya mendapat balas jasa berupa pembayaran. Teori ini mengemukakan bahwa jika pemilik uang meminjamkan uangnya kepada debitur selama uangnya belum dikembalikan debitur atau bank, kreditur tidak dapat menggunakan uang tersebut. Pengorbanan kreditur inilah yang harus dibayar oleh debitur. Pembayaran inilah yang disebut dengan bunga.

F. Teori laba

Teori ini mengemukakan bahwa bunga ada karena adanya motif laba (spread profit) yang ingin dicapai. Bank dan para pelaku ekonomi mau dan bersedia membayar bunga didasarkan atas laba yang akan diperolehnya. Misalnya bank akan menerima deposito dan tabungan jenis lainnya dan akan membayar bunga atas


(39)

deposito dan tabungan jenis lainnya dan akan membayar bunga atas deposito dan tabungan lainnya tersebut karena bank itu akan memperoleh laba dari pemberian kredit. Spread profit bank sama dengan price credit dikurangi dengan cost of moneynya. Masyarakat Surplus Spending Unit (SSU) yang cara menabungnya bersifat non produktif atau hoarding (idle money) menjadi efektif produktif apabila salah satu motifnya untuk memperoleh laba dari tabungan yang dilakukannya. Jadi laba merupakan pendorong bagi terciptanya bunga, baik bagi pengusaha maupun bagi masyarakat SSU untuk menabungkan uangnya secara efektif dan produktif (Drs. H. Malayu S.P Hasibuan-1998)

G. Teori Kelompok Pasar

Teori kelompok pasar (The Perfect Habitat Theory) mengemukakan bahwa jika permintaan pasar kelompok dana besar untuk jangka waktu satu bulan, tingkat bunga satu bulan akan lebih besar dari pada tingkat bunga tiga bulan. Alasannya adalah peranan harapan masuk sulit dan hubungan kelompok sangat menentukan.

2.3 Deposito Syariah

Yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasrkan prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatua yang menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Bank syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana) sedangkan deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bak syariah dapat melakukan berbagai macam usaha


(40)

yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengemangkannya, ternasuk melakukan akad mudharabah dengan pihak ketiga.

Dengan demikian bank syariah dalam kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai wali amanah (trustee), yakni harus berhati-hati atau bijaksana atau beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Disamping itu, bank syariah sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin.

Dari hasil pengelolaan dana mudharabah, bank syariah akan membagi hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituankan dalam akad pembukuan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab atas kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaianya. Namur apabila terjadi adalah mis management(salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut.

2.3.1 Deposito Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya (Antonio, 2001 : 94).

Secara teknis, mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul al-maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Keutungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugu akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat


(41)

kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola itu harus bertanggung jawab atas kerugia tersebut. Mudharabah dalam sistem perbankan islam

Kontrak mudharabah umumnya telah dioperasionalkan dalam sistem perbankan islam di Timur Tengah dewasa ini (Antonio, 2001 :102). Kontrak ini dalam bank Islam kebanyakan digunakan untuk tujuan perdagangan jangka pendek (short-term commercial) danjenis usaha tertentu (specific venture). Kontrak tersebut memberikan wewenang terhadap segala macam yang menyangkut pembelian (buying) dan penjualan (selling) barang, yang indikasinya untuk merealisasikan tujuan utama dari perdagangan yang didasarkan pada kontrak. Dalam hal ini, posisi mudharib ertindak sebagai nasabah bank Islam untuk meminta pembiayaan usaha berdasarkan kontrak mudharabah. Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan (profit). Sebelum pembiayaan usaha tersebut disetujui, mudharib memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada pihak bank mengenai seluk beluk usaha yang berkaitan dengan barang, sumber pembelanjaan, maupun seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut. Mudharib mengajukan sejumlah persyaratan financial yang memuat beberapa hal yang menyangkut ketentuan harga penjualan, arus pembayaran, dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Persyaratan tersebut akan dipelajari oleh bank sebelum memutuskan menyetujui pembiayaan usaha tersebut. Bank umumnya akan


(42)

menyetujui membiayai usaha tersebut jika tingkat keuntungan yang diharapkan cukup menjanjikan .

Prinsip Bagi Hasil

Bank Islam dalam melaksanakan kontrak mudharabah membuat kesepakatan dengan nasabah (mudharib) mengenai tingkat perbandingan keuntungan (profit-ratio) yang ditentukan dalam kontrak. Perbandingan keuntungan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : kesepakatan dari nasabah (mudharib), prediksi keuntungan yang akan diperoleh, respon pasar,kemampuan memasarkan barang, dan juga masa berlakunya kontrak. Jika kontrak mudharabah ternyata tidak menghasilkan keuntungan, maka mudharib selaku pengelola usaha tersebut tidak menyelewengkan atau terjadi kesalahan manajemen dari dana mudharabah berdasarkan atas persyaratan kontrak yang telah disepakati dengan investor. Namun juka terbukti akibat kecerobohan dari pihak mudharib, maka dia yang berhak menanggung kerugian tersebut. Dalam kasus tersebut, barang jaminan (garansi) yang dijadikan sarana pertanggungjawaban harus diberikan kepada bank.

Di sini jelas kelihatan bahwa bank dapat tururt menanggung setiap terjadinya keruguan, meskipun demikian tidak harus diterima begitu saja. Melalui berbagai macam pertimbangan, bank Islam hampir menghilangkan karakter ketidaktentuan hasil usaha yang diperoleh melalui kontrak mudharabah. Pertimbangan resiko dalam bidang usaha ini sebagaimana yang diambil oleh bank dapat diperkirakan dan diperhitungkan sebelumnya. Berdasarkan alas an bahwa kontrak mudharabah yang


(43)

dipraktekan dalam bank Islam memiliki sedikit perbedaan dengan operasional bisnis beresiko rendah atau bisnis yang tidak beresiko.

Membicarakan kontrak mudharabah sebagaimana yang diprektekkan dalam bank Islam mengindikasikan bahwa kontrak tersebut digunakan untuk tujuan jenis perdagangan jangka waktu pendek (short term commercial) dimana hasil yang akan diperoleh dapat diprediksi kepastiannya. Di sini sebenarnya tidak terdapat keseimbangan perpindahan modak kepada mudharib untuk menjalankan bisnis secara bebas. Pihak bank meminta keterangan secara mendetail mengenai seluk beluk yang berkaitan dengan penjualan barang. Setiap terjadi kekeliruan dari persyaratan kontrak akan membuat mudharib bertanggungjawab untuk menanggung kerugian yang dialaminya. Pihak bank menentukan masa berlakunay kontrak, juga meminta jaminan untuk memastikan pengembalian modal sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, walaupun pihak bank tidak mengungkapkannya secara eksplisit. Dalam melaksanakan sistem bagi hasil, secara teoritis pihak bank bertanggung jawab menanggung seluruh kerugian, tetapi tidak demikian dalam prakteknya, karena sering kali pihak bank tidak mudah percaya atas kerugian yang dialami pihak mudharib. Dari penjelasan di atas dapat digambarkan bagaimana kontrak mudharabah sebagaiman umumnya yang terdapat dalam hokum Islam, atau yang digambarkan oleh para teoritikus perbankan Islam yang didambakan sebagai bentuk pembiayaan modal usaha atau sebagai pengembangan pembiayaan industri.

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada :


(44)

a. Tabunga berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan kurban, dan sebagainya.

b. Deposito spesial (special investment), di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu.

Adapun pada sisi pembiayaan,mudharabah diterapkan pada : a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa.

b. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang teah ditetapkan oleh shahibul maal.

2.3.2 Jenis-jenis Mudharabah a. Mudharabah Mutlaqah

Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke nudharib yang memberi kekuasaan sangat besar (Antonio 2001 : 97).

Pada produk dana jenis ini, bank syariah akan melakukan investasi atas dana yang dipercayakan oleh investor ke dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh bank tanpa harus terikat oleh ketentuan dan persyaratan yang ditentukan investor. Pada prakteknya, bank syariah akan menetapkan nisbah bagi hasil tertentu yang akan disepakati dimuka.


(45)

Produk dana investasi ini sangat cocok untuk para investor yang memiliki dana berlebih, namun tidak mengetahui bagaimana melakukan investasi yang benar. Namun demikian, investor harus meyakini terlebih dahulu lembaga bank syariah yang akan dituju, terkait pada masalah resiko investasi.

b. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari Mudharabah Muthlaqah. Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecendrungan umum shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.

Pada produk jenis ini, bank syariah akan melakukan investasi atas dana yang dipercayakan oleh investor ke dalam usaha-usaha yang dilakukan oleh bank, tetapi terikat oleh ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan okeh investor. Batasan yang ditentukan oleh investor antara lain : jenis usaha, waktu dan/atau tempat usaha. Pada prakteknya, bank syariah akan menetapkan nisbah bagi hasil tertentu yang akan disepakati dimuka.

Produk ini sangat cocok untuk para investor yang memiliki pengetahuan dan wawasan luas tentang sektor usaha yang prospektif, tetapi membutuhkan perantara bank sebagai lembaga profesional dan terpercaya. Dengan demikian, investor jenis ini telah meyakini terlebih dahulu resiko usaha yang dituju dan lembaga bank syariah yang akan dituju, terkait pada masalah resiko investasi. Pada produk ini. Posisi bank


(46)

lebih mirip dengan Agen Investasi, dimana bank bertindak mempertemukan antara dunia usaha dengan investor.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa penelitian. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut :

3.1 Lokasi Penelitian

Untuk kepentingan penulisan ini, maka penulis mengadakan penelitian di PT. BPRS Puduarta Insani yang berlokasi di jalan Pekan Raya No.22, Tembung, Deli Serdang.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari PT. BPRS Puduarta Insani. Data yang dipergunakan adalah tingkat bagi hasil, tingkat suku bunga, dan jumlah deposito pada tahun 2003-2007 (60 bulan). 3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program E-Views 4.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini. Data diolah dalam bulanan.

3.4 Model Analisis

Model analisis data yang digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh tingkat bagi hasil, suku bunga dan jumlah deposito bulan sebelumnya terhadap


(48)

jumlah deposito adalah model ekonometrik dengan teknik analisis menggunakan model kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square/OLS).

Model persamaanya adalah sebagai berikut :

Y = f (X1, X2,Y(t-1))( ... 1)

Dengan spesifikasi model sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3Y(t-1) + µ ... (2)

Dimana:

Y = Jumlah Deposito (Rp)

α = Intercept

β1,β2 = Koefisien Regresi

X1 = Tingkat Bagi Hasil Deposito (Ratio)

X2 = Tingkat Suku Bunga Deposito (%)

Y(t-1) = Jumlah Deposito Bulan Sebelumnya (Rp)

µ = Kesalahan Pengganggu/Error Term

Bentuk hipotesisnya adalah sebagai berikut : 0

1

 X

Y

Artinya jika X1 (Tingkat Bagi Hasil) meningkat maka Y ( Jumlah

depoito) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus. 0

2

 X

Y

Artinya jika X2 (Tingkat Suku Bunga) meningkat maka Y ( Jumlah


(49)

0 ) 1 (

 Yt

Y

Artinya jika Y(t-1) (Jumlah Deposito Bulan Sebelumnya) meningkat

maka Y (Jumlah Deposito) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.5 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.5.1 Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi ini dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen memberi penjelasan terhadap variabel dependen.

3.5.2 Uji F-Statistik (Uji Keseluruhan)

Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

H0 : b1 = b2 = bn ... bk = 0 (tidak ada pengaruh)

Ha : b1 ≠ 0 ... i = 0 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka h0 ditolak yang berarti variabel independen secara

bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus : k) -)/(n R -(1 b) -/(bi R hitung -F 2 2 


(50)

Keterangan :

R2 = Koefisien Determinasi

k = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan n = Jumlah sampel

Dengan kriteria pengujian pada tingkat kepercayaan (1-α) 100% sebagai berikut: H0 diterima, jika F-hitung < F-tabel

H0 ditolak, jika F-hitung > F-tabel

3.5.3 Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : bi = b

Ha : b i ≠ b

Dimana b1 adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter

hipotesis, biasanya b dianggap sama dengan 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0

ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang di uji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :


(51)

Sbi b) -(bi hitung

-t 

Dimana :

bi = koefisien variabel ke-i

b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

3.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.6.1 Multikolinerity

Multikolinerity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen di antara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinerity dapat dilihat dari nilai R-Square, F-hitung, t-hitung, serta standard error. Adanya multikolinerity ditandai dengan :

a) Standard erroer tidak terhingga.

b) Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 5%, α = 10%, α = 1%.

c) Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori. d) R2 sangat tinggi.

3.6.2 Autokorelasi

Autokorelasi terjadi bila error term (µ) dari waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa error term berkorelasi atau mengalami korelasi serial apabila:


(52)

Variabel (εi.εj) ≠ 0; untuk i ≠ j, dalam hal ini dikatakan memiliki masalah autokorelasi.

Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi yaitu : a) Dengan memplot garfik.

b) Dengan Durbin-Watson (Uji D-Wtest).

t e

) e -(e hitung

-D 2

2 1 -t t

Dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durban-Watson untuk nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah :


(53)

Gambar 3.1 Kurva Durbin watson Dimana :

H0 : tidak ada autokorelasi

Dw < du : tolak H0 (ada korelasi positif)

Dw > 4du : tolak H0 (ada korelasi negatif)

Du < Dw < 4-du : tolak H0 (tidak ada korelasi)

dl ≤ Dw ≥ du : tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4-du) ≤ Dw ≤ (4-dl) : tidak bisa disimpulkan (inconclusive) Definisi Operasional

1. Jumlah deposito (Y) adalah dana simpanan masyarakat yang dititipkan dan disimpan oleh bank dalm bentuk deposito dan dinyatakan dalam rupiah.

2. Tingkat Bagi Hasil (X1) adalah pendapatan atau hasil dari investasi yang dibagikan kepada nasabah dan dinyatakan dalam ratio (angka).


(54)

3. Tingak Suku Bunga (X2) adalah rata- rata bunga deposito pada bank umum pemerintah di Sumatera Utara yang dinyatakan dalam persen.


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Bank Syariah

Pengertian perbankan menurut pasal 1 butir 1 undang-undang Nomor 7 tahun 1992 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Wiroso, 2005 : 1).

Jenis-jenis bank menurut Pasal 5 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 adalah sebagai berikut :

1. Bank umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalamlalu lintas pembayaran (pasal 1 Undang-undang Nomor 7/1992 tentang Perbankan). 2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yan menerima simpanan hanya dalam

bentuk lain yang dipersamakan dengan hal itu (Pasal 1 Undang-undang Nomor 7/1992 tentang perbankan).

Apabila hanya melihat pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, memang tidak ada aturan tentang Bank Syariah (khususnya bank umum syariah), karena dalam undang-undang tersebut secara umum hanya menjelaskan tentang perbankan konvensional, kecuali dalam Pasal 13.c yang mengatur tentang Usaha Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip bagi hasil. Bank Syariah pertama berdiri di Indonesia sekitar tahun 1992 didasarkan pada Undang-undang Nomoor 7 tahun 1992 sebagai landasan hukum bank dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun


(56)

1992 tentang bank umum berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai landasan hukum Bank Umum Syariah dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 tentang Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip bagi hasil sebagai landasan hukum Bank Perkreditan Rakyat Syariah.

Sesuai dengan perkembangan perbankan, maka undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan disempurnakan dengan undang-undang nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan dan juga tercakup hal-hal yang berkaitang dengan Perbankan Syariah.

Dalam Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Pasal 1 pengertian bank, bank umum, dan Bank Perkreditan Rakyat disempurnakan menjadi sebagai berikut.

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, sedangkan pengertian Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau “berdasarkan prinsip usaha syariah” yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Serta pengertian Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPR Syariah) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Selain itu yang dimaksud dengan prinsip syariah dijelaskan pada Pasal 1 butir 13 Undang-undang tersebut, yakni sebagai berikut :


(57)

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembayaran kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 maka Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1992 dicabut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1998 tersebut. Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan mengeluarkan beberapa ketentuan berkaitan dengan perbankan syariah, yaitu Bank Umum Syariah, BPR Syariah, dan Bank Konvensional.

1. Bank Umum Syariah

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tertanggal 14 Oktober 2004 tentang Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

Ketentuan ini merupakan penyempurnaan ketentuan lama yang telah dicabut, yaitu meliputi :

a. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 32/2/UPPB tertanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, dan


(58)

b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR tertanggal 12 Mei 1999 tentang bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah. 2. Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/17/PBI/2004 tanggal 1 Juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

Ketentuan ini merupakan penyempurnaan ketentuan lama yang telah dicabut, yaitu meliputi :

a. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 32/UPPB tertanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, dan

b. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/36/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah.

3. Bank Konvensional yang membuka Usaha Syariah (Cabang Syariah)

Peraturan Bank Indonesia Nomor 4/1/PB/2002 tanggal 27 Maret 2002 tentang perubahan kegiatan Isaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah dan Pembukaan Kantor Bank Berdasarkan Prinsip Syariah oleh Bank Umum Konvensional

Ketentuan ini merupakan penyempurnaan ketentuan lama yang telah dicabut, yaitu peraturan Bank Indonesia Nomor 2/27/PBI/2000 tanggal 15 desember 2000 tentang Bank Umum Konvensional yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.


(59)

Dalam ketentuan tersebut diatur tata cara pendirian bank, perizinan kegiatan usaha, kepemilikan, Dewan Pengawas Syaria, Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Pemimpin Kantor Cabang, kegiatan Usaha Bank, Pembukaan Kantor Bank, Peningkatan dan Penurunan status kantor Bank, Pemindahan Alamat kantor, Perubahan Nama dan Bentuk Hukum, Penutupan Kantor dan sebagainya.

4.2 Sejarah Singkat PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah

Bank pertama kali beroperasi di Mesir, beberapa abad sebelum masehi. Menururt Columbia Electronic Encyclopedia, bentuk sederhana perbankan dipraktekkan oleh masyarakat kuno di Mesir, Babylonia, dan Yunani. Kuil-kuil di masa itu memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi (Hilman dkk, 2003 : 115). Adapun bank swasta pertma kali ada sejak 600 tahun sebelum masehi yang dikelola oleh bangsa Yunani, Romawi, dan Byzantium. Yang menarik, di abad pertengahan, perbankan didominasi oleh kalangan Yahudi dan Levantines. Hal ini dikarenakan aturan geraja masa itu yang sangat anti terhadap praktik riba (bunga). Bank modern sendiri diketahui pertama kali berdiri di abad ke-11. bank-bank ini mempunyai beberapa tujuan khusus, seperti Bank of Venice (1171) dan Bank of England (1694) memberi pinjaman kepada pemerintah. Adapun Bank of Amsterdam (1609) khusus menerima deposit emas dan perak. Dunia perbankan maju pesat di abad ke-18 dan 19, seiring dengan ekspansi industri dan perdagangan.

Dalam komunitas Islam, aktivitas perbankan yang sederhana, seperti menerima titipan, sudah ada ketika Nabi Muhammad SAW masih hidup. Pada waktu


(60)

itu, orang-orang menitipkan uang kepada Nabi atau kepada Rasulullah. Bank Islam modern berdiri tahun 1957, Nasser Social Bank di Mesir. Tahun 1973, diadakan pertemuan pertama Islamic Organization Conference (IOC) di Jeddah, Saudi Arabia. Pertemuan ini didasari keinginan untuk menghilangkan pola ria yang ada pada perbankan konvensional dan juga semangat untuk islamisasi sistem keuangan di negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam. Semenjak itu, banyak bermunculan bank Islam yang beroperasi dengan model sistem bagi hasil (Profit and loss sharing system). Dari tahun 1976 sampai 1980 dikenal dengan era ekspansi bank Islam. Inilah awal penyebaran sistem perbankan syariah, mulai dari gurun Arab sampai Malaysia, mulai Tepi Barat sampai Lebanon.

Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam berpengaruh ke Indonesia. Timbulnya gagasan dari Prof. Dr. Muhammad Yasir Nasution tentang konsep “ Ekonomi Dan Perbankan Islam”, yang tentu saja gagasan ini menjadi kontrovesi dikalangan akademisi. Pemikiran itu bukan saja sebagai hal baru, namun belum pernah terpikir sebelumnya. Dan gagasan itu dinilai berada di luar otoritas atau kajian keilmuan yang dikembangkan IAIN selama ini. Dari 4 fakultas di IAIN SU (Syariah, Tarbiyah, Ushuluddin, dan Dakwah) tak satupun yang langsung bersentuhan dengan gagasan tersebut. Prof. Dr. Muhammad Yasir Nasution semula ragu menyampaikan gagasannya. Namun keraguannya hilang tatkala para sahabatnya seperti Prof. Bahauddin Darus dan Prof. Abdullah Yakub mendorong dirinya memprakarsai munculnya lembaga kajian ekonomi Islam. Juga dimana banyak pakar ekonomi mengakui merindukan suatu wadah kajian ekonomi dalam perspektif Islam.


(61)

Dan menurut mereka lembaga yang kompeten dan bisa mendapatkan kepercayaan dari masyarakat adalah IAIN.

Atas prakarsa IAIN SU (Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara), PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Puduarta Insani didirikan berdasarkan akte Notaris Ny. Chairani Bustami, SH No. 3 tanggal 4 Juli 1994.

BPRS secara resmi mulai beroperasi sejak tanggal 18 Juni 1996, yang pada ketika itu diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara yang diwakili oleh Sekretaris wilayah daerah Sumatera Utara H. Abdul Wahab Dalimunte, SH.

Pada saat pendirian, modal awal BPRS berjumlah Rp 178.500.000,- dan pada akhir Desember 2005 modal saham telah berjumlah Rp 1.000.000.000,-. Pemegang saham utama terdiri dari IAIN SU (38 %), BAZDA (28%) dan selebihnya masyarakat (34%).

4.3 Visi dan Misi

BPRS Puduarta mempunyai visi dan misi sebagai berikut : Visi : Menjadi BPRS terbaik di Sumatera Utara

Dengan semakin berkembangnya perbankan syariah di Sumatera Utara, BPRS Puduarta Insani akan berusaha untuk menjadi Bank Syariah yang terbaik dan dapat dipercayai oleh masyarakat. Misi : - Menerapkan prinsip syariah secara murni

BPRS telah benar-benar menerapkan prinsip syariah sehingga masyarakat tidak perlu takut untuk mengalihkan dananya dari bank konvensional ke bank syariah


(62)

- Melayani secara profesional

Membuat karyawan BPRS mampu sejajar dan bermitra dengan orang-orang atau nasabahnya dan organisasi-organisasi terbaik di seluruh Indonesia.

- Memanfaatkan teknologi untuk efisiensi dan kualitas. BPRS berusaha menjadi lebih baik dengan memanfaatkan teknologi yang ada sehingga menjadi bank yang berkualitas 4.4 Produk-produk BPRS

Beberapa produk perbankan yang ditawarkan kepada masyarakat adalah : Penghimpunan Dana

1. Tabungan Wadi’ah Insani

Yaitu dana yang ditipkan oleh masyarakat kepada BPRS dalam bentuk tabungan. Tabungan ini dapat ditarik setiap saat. Bank dapat memberikan bonus kepada penabung dari pemanfaatan dana titipan ini.

2. Tabungan Mudharabah Insani

Tabungan mudharabah insani adalah dana yang disimpan oleh nasabah yang dapat ditarik setiap saat yang akan dikelola oleh Bank Syariah untuk memperoleh keuntungan. Bank Syariah akan membagi keuntungan kepada nasabah sesuai dengan nisbah atau bagi hasil yang telah disetujui bersama. Pembagian keuntungan dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo rata-rata yang mengendap selama periode tersebut. Setoran awal Tabungan Mudharabah Insani adalah sebesar Rp. 10.000,- dan selanjutnya tidak dibatasi.


(63)

3. Deposito Investasi Mudharabah Insani (DIMI)

Merupakan investasi berjangka (perorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai jangka waktu yang ditetapkan (sesuai jatuh tempo). Nasabah yang menginvestasikan akan memperoleh bagi hasil sesuai yang disepakati. Setoran awal untuk tabungan ini minimum p. 500.000,- untuk perorangan dan Rp. 1000.000,- untuk badan hukum. Jangka waktu deposito adalah 1, 6, dan 12 bulan.

Penyaluran Dana Kepada Masyarakat 1. Pembiayaan Mudharabah

Pembiayaan Mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati bersama antara Bank Syariah dengan nasabah (pengusaha). Bank Syariah menyediakan modal investasi dan modal bekerja, sedangkan pihak pengusaha menyediakan proyek atau usaha beserta profesionalis managernya. Penerima pembiayaan mudharabah diwajibkan mengembalikan modal bank setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati beserta bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh.

2. Penjualan Murabahah

Penjualan murabahah adalah suatu transaksi jual beli antara Bank Syariah selaku penjual dengan nasabah selaku pembeli. Bank mengambil keuntungan sejumlah yang disepakati dari harga pokok barang yang diperjual belikan. Nasabah dapat melakukan pencicilan atas nilai jual barang sesuai jadwal pembayaran.


(64)

Pembiayaan musyarakah, Bank dan Nasabah membiayai suatu proyek dimana keuntungan dibagi dalam suatu persentase (kesepakatan).

4.5 Struktur Organisasi

Sebagaimana bentuk hukum PT BPRS Puduarta Insani adalah perseroan terbatas (PT), maka kepengurusannya tunduk kepada Undang-undang No. 1 tahun 1995 tentang perseroan terbatas.

Susunan Pengurus PT BPRS Puduarta Insani sebagai berikut: Dewan Komisaris

Komisaris utama : Prof. Dr. H.M. Yasir Nasution Komisaris : Dr. H. Maratua Simanjuntak

Drs. A Samad Zaino Ms

Dewan Pengawas Syariah

Ketua : Prof. Dr. H. Haidar P. Daulay Anggota : H. Mahmud Azis Siregar MA Dr. H. Amiur Nuruddin MA

Dewan Direksi

Direktur Utama : H. Saparuddin Siregar SE. Ak, MAg Direktur Operasi : Drs. H. Bakhtiar Effendy

Supervisor : Mailiswarti SE Seminarhati


(65)

Staff Marketing : Zuchri Affan

Rahman Qorib

Ilham Arbi Rangkuti Akhyar

Staff Operasional : Sarminawati Joni Yendra, MA

Yunita

Ir. Anita Febriana

Hari Susanto


(66)

Dewan Komisaris

Komisaris Utama : Prof. Dr. H.M. Yasir Nasution Komisaris : Dr. H. Maratua Simanjuntak Komisaris : Drs A. Samad Zaino MS

Direktur Utama

Direktur Utama : H. Saparuddin Siregar SE.Ak, MAg

Direktur Operasional

Drs. H. Bakhtiar Effendy

Supervisor Marketing

Mailiswarti SE

Audit

Lunasari S

Kantor Kas

Supervisor : Seminarhati

Teller Ir. Anita F

Teller Yunita

Akuntansi

Joni Y., MA

Adm. Pembiayaan

Sarminawati

Staff Pembiayaan

1.Zuchri Affan 2.Rahman Qorib

Remedial

1. Ilham Arbi 2. Akhyar

Umum Personalia

1.Hari S 2.Nining

Dewan Pengawas Syariah

Ketua : Prof. Dr. H. Haidar P Daulay Anggota : H. Mahmud Azis Siregar MA


(67)

fungsi seseorang didalam organisasi. Uraian pekerjaan merupakan pedoman pembagian kerja dan tanggungjawab didalam organisasi. PT BPRS Puduarta Insani menuangkan Job Description itu pada satu bentuk formulir yang mencantumkan tugas pokok maupun tugas tambahan yang diemban masing-masing personal yang ada didalam organisasi PT BPRS Puduarta Insani.

Adapun uraian tugas dari masing-masing jabatan pada struktur organisasi diatas adalah sebagai berikut:

a. Komisaris

1) Komisaris diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)

2) Sesuai Undang-Undang No.1 Tahun 1995 komisaris bertugas mengawasi pelaksanaan tugas direksi.

3) Memberi pertimbangan (persetujuan/menolak) terhadap usulan-usulan yang diajukan direksi menyangkut permohonan pembiayaan yang melampaui wewenang direksi, pengeluaran biaya dan pengambilan kebijakan-kebijakan. 4) Menyampaikan laporan-laporan pengawasan yang dilakukan komisaris ke Bank

Indonesia secara berkala ( Setiap 6 bulan )

5) Memberi nasihat kepada direksi dalam pelaksanaan kegiatan usaha BPRS. 6) Bertanggungjawab kepada RUPS atas pelaksanaan tugas pengawasan yang


(68)

1) Menyusuan pedoman-pedoman menyangkut prinsip syariah bagi kegiatan operasional BPRS

2) Mengawasi operasional BPRS agar tidak melanggar prinsip syariah

3) Memberikan pendapat hukum syariah atas pertanyaan-pertanyaan maupun permasalahan syariah yang disampaikan oleh BPRS

4) Sebagai perpanjangan tangan dari DSN (Dewan Syariah Nasional), mengawasi penerapan prinsip syariah pada BPRS

5) Mengkonsultasikan kepada DSN terhadap permasalahan-permasalahan yang belum diatur didalam fatwa DSN.

c. Direksi

1) Direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS

2) Direksi bertanggungjawab kepada komisaris terhadap kegiatan operasional BPRS.

3) Direksi menyusun rencana strategis perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

4) Direksi mengarahkan seluruh Sumber Daya yang ada didalam BPRS untuk mencapai tujuan perusahaan sebagaimana tertuang didalam rencana kerja yang telah disetujui dan disahkan oleh RUPS.

5) Direksi menjalin hubungan dengan pihak eksternal baik Bank Indonesia selaku pengawas perbankan, pemerintah setempat maupun instansi lain yang terkait dengan operasional bank.


(69)

d. Supervisor Marketing

1) Mengevaluasi Usulan-usulan pembiayaan yang diajukan oleh staff pembiayaan apakah telah memenuhi persyaratan administrasi maupun kelayakan sesuai ketentuan internal BPRS maupun ketentuan Bank Indonesia.

2) Memberi pertimbangan (persetujuan / penolakan ) terhadap usulan-usulan pembiayaan yang diajukan oleh staff pembiayaan

3) Melakukan monitoring terhadap performance seluruh nasabah yang memperoleh pembiayaan, sehingga terhindar dari pembiayaan yang bermasalah 4) Membina hubungan baik dengan nasabah BPRS

5) Menghimpun dana dan menggali potensi-potensi sumber dana dalam bentuk tabungan maupun deposito.

6) Mengorganisir, Mengarahkan dan menggerakkan seluruh staff marketing agar bekerja sesuai prosedur dan senantiasa meningkatkan kemampuan / keterampilannya dna mengawasi kualitas pembiayaan agar bank terhindar dari potensi kerugian.

e. Supervisor Kantor Kas

1) Mengorganisir seluruh Sumber Daya untuk operasional Kantor Kas IAIN SU, agar dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada Nasabah

2) Menghimpun dan menggali potensi dana dalam bentuk tabungan dan deposito 3) Membina hubungan baik dengan segala pihak di IAIN SU


(70)

f. Staff Teller

1) Melayani setoran dan penarikan tunai menyangkut transaksi tabungan, deposito, pembiayaan maupun pembayaran dan penerimaan lainnya terkait dengan bank. 2) Mengelola kecukupa saldo kas di Bank agar tidak kekurangan dan tidak

melebihi limit dan menghindari segala potensi kerugian kas yang dapat timbul. 3) Melaporkan kepada perusahaan asuransi sesuai dengan ketentuan.

4) Melakukan perhitungan saldo dan rekapitulasi mutasi kas pada akhir hari dan mencocokkan dengan pembukuan General Ledger.

g. Staff Akuntansi

1) Melayani pembukaan tabungan maupun deposito

2) Membukukan transaksi yang terkait dengan General Ledger 3) Menerbitkan nerca dan Laba-Rugi pada setiap akhir hari

4) Menyusun berbagai laporan tabungan, deposito dan akuntansi untuk keperluan Internal maupun Bank Indonesia

5) Menginformasikan bagi hasil kepada deposan-deposan utama 6) Menghitung distribusi bagi hasil pada setiap akhir bulan.

h. Staff Administrasi pembiayaan

1) Melakukan update data pembiayaan kedalam individual ledger maupun data pada aplikasi software pembiayaan.


(71)

3) Menghitung PPAPWD ( Penyisihan penghapusan Aktiva Produktif Wajid Dibentuk)

4) Menempatkan kolektibilitas masing-masing nasabah sesuai ketentuan bank Indonesia.

5) Memeriksa kelengkapan administrasi dalam rangkan pencairan pinjaman 6) Memelihara File Safekeeping dan Financing Documentation

7) Membuat tanda terima maupun penyerahan pembiayaan

8) Membuat surat-surat keterangan yang diperlukan oleh nasabahpembiayaan.

i. Staf Pembiayaan

1) Melakukan evaluasi terhadap permohonan pembiayaan yang diajukan nasabah 2) Memeriksa kelengkapan administrasi permohonan permbiayaan

3) Melakukan cheking atas kelayakan pemberian pembiayaan kepada nasabah, meliputi (Cheking usaha nasabah, jaminan, relasi bisnis, verifikasi laporan keuangan, taksasi jaminan).

4) Membuat usulan pembiayaan kepada komite pembiayaan terhadap nasabah yang dipandang layak untuk dibiayai.

5) Melakukan pengawasan terhadap ketertiban pembayaran nasabah.


(72)

lancar, diragukan dan Macet

2) Membuat laporan kunjungan dalam rangka penagihan. 3) Melakukan penagihan secara intensif

4) Mengusulkan langkah-langkah perbaikan kolektibilitas nasabah.

k. Staf Umum / Personalia

1) Mensupervisi petugas kebersihan dan penyedia minuman karyawan. 2) Memonitor kebersihan dan keindahan kantor

3) Memonitor kelancaran penggunaan peralatan kerja, alat-alat listrik, computer, genset dan sebagainya.

4) Mempersiapkan dan melakukan pembayaran gaji

5) Menghitung, menyetorkan dan melaporkan kewajiban pembayaran pajak. 6) Memonitor kecukupan alat tulis kantor dan barang cetakan.

7) Mengusulkan secara tertulis pengadaan barang-barang sesuai kebutuhan.

4.7 Prinsip dan Cara Pembagian Bagi Hasil

Prinsip bagi hasil yang diterapkan oleh BPR Syariah Puduarta Insani adalah : 1. Berkeadilan

2. Tidak berlipat ganda 3. Tidak mengundang riba


(1)

X2 = α + β1X1 + β3LY(t-1) + μ ...(3) Diperoleh R2 sebesar 0.207016

LY(t-1) = α + β1X1 + β2X2 + μ ... (4) Diperoleh R2 sebesar 0.821011

Dari hasil regresi antara variabel dependen terlihat bahwa koefisien determinasi atau R2 dari masing-masing persamaan (2),(3), dan (4) masih lebih kecil dari koefisien determinasi hasil regeresi antara variabel dependen (LY) dengan variabel independen, yaitu sebesar 0.981073. Hal ini berarti bahwa diantara variabel independen tidak terdapat multikolinearitas.

b) UjiDurbin Watson (D-W Test)

Uji D-W digunakan untuk mengetahui apakah didalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

 Hipotesis H0 : Dw = 0 Ha : Dw 0

 α = 5 %, k = 3, n = 60, maka; dl = 1.48 4 – dl = 2.52 du = 1.69 4 – du = 2.31

 Statistik penguji: D-W = 2.102190


(2)

0 dl=1.48 du=1.69 2 4-du=2.31 4-dl=2.52 Positif

autokorelasi Negatif

autokorelasi

= 2.31 dan D-W = 2.102190, maka posisinya berada pada 2 < dw < 4-du, maka hasilnya 2 < 2.102190 < 2.31.

H0 diterima

2.102190 Gambar 4.6 Uji durbin-watson

Tabel 4.1 Durbin-watson Test Dengan Dw

berdasarkan estimasi model regresi

Kesimpulan

(4-dl) < dw < 4 Ha diterima, artinya terdapat gejala autokorelasi yang negatif diantara disturbance term

(4-du) < Dw < (4-dl) Tidak ada kesimpulan 2 < Dw < (4-du) Ho diterima

Du < Dw < 2 Ho diterima

Dl < Dw < du Tidak ada kesimpulan

0 < Dw < dl Ha diterima, artinya terdapat gejala autokorelasi yang positif di antara disturbance term

Kesimpulan:

2 < D-W < (4-du), maka hasilnya 2 < 2.102190 < 2.31, dengan demikian H0 diterima.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Berdasarkan uji t-statistik untuk Tingkat Bagi Hasil (X1) diatas, dapat diketahui bahwa t-tabel > t-hitung, artinya H0 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Tingkat Bagi Hasil berpengaruh tidak nyata (tidak signifikan) terhadap Jumlah Deposito pada tingkat kepercayaan 90% (α = 10%).

2. Berdasarkan uji t-statistik Tingkat Suku Bunga (X2) diatas, dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel, artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Tingkat Suku Bunga berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Jumlah Deposito pada tingkat kepercayaan 90% ( α = 10%).

3. Berdasarkan uji t-statistik untuk Jumlah Deposito Bulan Sebelumnya (Yt-1) diatas, dapat diketahui bahwa t-tabel > t-hitung, artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Jumlah Deposito Bulan Sebelumnya berpengaruh nyata (signifikan) terhadap Jumlah Deposito pada tingkat kepercayaan 99% ( α = 1%). 4.Berdasarkan uji F-statistik di atas, dapat diketahui bahwa F-hitung > F-tabel,

artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama variabel tingkat bagi hasil, tingkat suku bunga dan jumlah deposito bulan sebelumnya berpengaruh nyata terhadap jumlah deposito pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).


(4)

determinasi R-square sebesar 0.98. Hal ini menggambarkan bahwa variabel bebas yang secara bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 98% sedangkan sisanya 2% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam estimasi model atau disebabkan oleh disturbance error.

6. Nilai Test Durbin Watson (D-W) = 2.102190 berada pada 2 < D-W < (4-du), maka hasilnya 2 < 2.102190 < 2.31, dengan demikian H0 diterima.

5.2 SARAN

1. BPRS Puduarta Insani sebaga bank syariah diharapkan dapat terus menjadi contoh yang baik terhadap perkembangan perbankan syariah yang semakin pesat di Indonesia melalui peningkatan kualitas terutama menjaga kemurnian syariah. 2. PT. BPRS Puduarta Insani diharapkan selalu menciptakan sebuah inovasi baru

untuk menarik minat masyarakat yang ingin menyimpan depositonya pada bank tersebut, karena semakin berkembangnya sistem perbankan di Indonesia saat ini tentunya meningkatkan iklim persaingan di antara semua bank yang ada di Indonesia.

3. Bagi hasil sangat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas investasi yang dilakukan oleh BPRS Puduarta Insani. Oleh karena itu, peningkatan kuantitas dan kualitas investasi diperlukan untuk mencapai tingkat bagi hasil yang optimum sebagai rangsangan kepada masyarakat untuk mendepositokan uangnya pada BPRS Puduarta Insani


(5)

4. Bagi peneliti-peneliti yang ingin melakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini agar memasukkan variabel-variabel lain dalam penelitiannya agar diperoleh hasil yang lebih signifikan. Disamping itu juga penelitian yang sama juga agar memperhatikan periode waktu yang digunakan, akan lebih baik jika periode waktu yang digunakan dalam penelitian selanjutnya lebih banyak dan lebih aktual dari penelitian ini.


(6)

Antonio, Syafi’i, 2001. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press. Arifin, Zainul, 1999. Memahami Bank Syariah , Jakarta: Alvabet.

Ali, A. Hasymi, 1995. Manajemen Bank , Jakarta: Bumi Aksara.

Antonio, M. Syafi’i, 2000. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum , Jakarta: Tazkia Institute.

Hilman, dkk, 2003. Perbankan Syariah Masa Depan , Jakarta: Senayan Abadi Publishing.

Manaan, M.A, 1997, teori dan Praktek Ekonomi Islam,Yogyakarta:PT. Dana Bhakti Wakaf.

Murni, Asfia, 1998. Metode Penelitian, Jakarta: Pustaka Pelajar.

Saeed, Abdullah, 2004. Bank Islam dan Bunga ,Yogyakarta:Pustaka Pelajar. Saeed, Abdullah, 2004. Menyoal Bank Syariah, Jakarta:Paramadina.

Supranto, J, 2004. Ekonometri, Buku Kedua, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sumitro, Warkum, 1997. Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga – Lembaga Terkait , Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institute Bankir Indonesia, 2003. Konsep, produk dan Impementasi Operasional Bank Syariah , Jakarta : Djambatan

Zuhri, Muhammad, 1996. Riba dalam Al-Quran dan Masalah Perbankan (Sebuah Tilikan Antisipatif), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Tingkat Bagi Hasil dan Inflasi Terhadap Besarnya Jumlah Tabungan Pada PT. BPR Syariah Puduarta Insani Medan

7 116 73

Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil Terhadap Deposito Mudharabah (Studi Kasus BPRS Puduarta Insani Medan)

8 140 95

Analisa Hubungan Jumlah Tabungan Terhadap Jumlah Kredit di BPRS Puduarta Insani

0 27 75

Analisa Pengaruh Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Jumlah Deposito Pada PT. Bank Sumut Medan

2 24 89

Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito, dan Jumlah Bagi Hasil Deposito terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-2012)

0 13 130

Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Mudharabah, Tingkat Imbalan SBIS, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1 Bulan, dan Inflasi terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT. Bank Syariah Mandiri tahun 2007-2011)

0 16 136

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, TINGKAT BAGI HASIL, INFLASI, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH (Studi Empiris BPRS di DIY dan Jawa Tengah)

5 26 133

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM TERHADAP JUMLAH Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syar

0 1 13

PENGARUH TINGKAT BAGI HASIL DEPOSITO BANK SYARIAH DAN SUKU BUNGA DEPOSITO BANK UMUM Pengaruh Tingkat Bagi Hasil Deposito Bank Syariah Dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Mudharabah(Studi Pada Bank Umum Syariah di Indonesia

0 2 16

ANALISIS PENGARUH SUKU BUNGA DEPOSITO IN

0 0 1