SISTEM TRANSPORTASI DAN PERKEMBANGAN WILAYAH SURAKARTA BAGIAN UTARA

SISTEM TRANSPORTASI DAN PERKEMBANGAN WILAYAH SURAKARTA BAGIAN UTARA

Kompilasi data yang disusun dalam penelitian Peran Sistem Transportasi Dalam Mendorong Perkembangan Wilayah Surakarta Bagian Utara terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama berupa data sistem transportasi di wilayah Surakarta bagian Utara dari tahun 2001 hingga 2010 yang meliputi Sistem Organisasi, Prasarana serta Sarana Transportasi. Sedangkan untuk bagian kedua berupa data perkembangan wilayah Surakarta bagian Utara dari tahun 2001 hingga 2010 yang meliputi Penggunaan Tata Guna Lahan, Kondisi Ekonomi serta Kondisi Sosial Demografi.

4.1 Sistem Transportasi Wilayah Surakarta Bagian Utara

Transportasi sebagai sistem menurut Rober J Kodotie mencakup prasarana transportasi seperti jalan raya, jalan kereta api, terminal bus, bandar udara, pelabuhan dan lain sebagainya, kendaraan yang menggunakan prasarana tersebut (sarana transportasi) serta sistem organisasi yang menjamin kendaraan dan prasarana tersebut digunakan secara baik dan benar.

4.1.1 Prasarana Transportasi Kondisi prasarana jalan di wilayah Surakarta bagian Utara mengalami perubahan setelah direvisinya Rencana Tata Ruang Kota Surakarta Tahun 1993-2013 menjadi Rencana Tata Ruang Kota Surakarta Tahun 2006-2026.

Perubahan itu berkaitan dengan selesai dibangunnya jalan Ring Road Utara di kelurahan Mojosongo yang menghubungkan kota Surakarta dengan Kabupaten Sragen pada tahun 2003 dan baru disahkan dalam kebijakan tata ruang pada tahun 2006 (RUTRK 2006-2026). Sehingga jalan Kolektor Sekunder yang berada pada wilayah utara yang meliputi Jalan Letjend Suprapto, Jalan Ki Mangun Sarkoro, Jalan Sumpah Pemuda serta Jalan Brigjend Katamso berubah status menjadi Jalan Arteri Primer. Perubahan status jalan juga terjadi pada Adi Sumarmo dan Jaya Wijaya yaitu dari Jalan Lokal menjadi Jalan Kolektor Sekunder.

Selain perubahan status jalan, juga terjadi perubahan kondisi fisik jalan berupa lebar jalan, panjang jalan serta lebar bahu jalan. Pembangunan yang terjadi dalam rangka mengoptimalkan kemampuan jalan untuk menampung kendaraan yang melintas diatasnya.

Berikut adalah tabel kondisi fisik dari prasarana jalan di wilayah Surakarta bagian Utara yang dibedakan menjadi dua yaitu dari tahun 2001 hingga 2005 dan 2006 hingga

commit to user

(2001-2010).

Tabel 4.1 Jenis, Panjang, dan Lebar Jalan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2005

Nama Jalan

Jenis Jalan

Tipe Jalan

Lebar Jalan

(meter)

Panjang Jalan (meter)

Lebar Bahu Jalan (meter)

Letjend Suprapto

Kolektor Sekunder

Dua Lajur

9 1488 1,5 Ki Mangun Sarkoro

Kolektor Sekunder

Dua Lajur

7 1784 2 Sumpah Pemuda

Kolektor Sekunder

Dua Lajur

7 2442 1 Brigjen Katamso

Kolektor Sekunder

Dua Lajur

10 2632 2 Kolonel Sugiono

Kolektor Primer

Dua Lajur

7 2537 1 Kapten Tendean

Kolektor Primer

Dua Lajur

11 1294 1,5 Letjend Sutoyo

Kolektor Sekunder

Dua Lajur

7 2371 2,5 Adi Sumarmo

Lokal

Dua Lajur

8 2702 2 Tangkuban Perahu

Kolektor Sekunder

Dua Lajur

5 628 Jaya Wijaya

Lokal

Dua Lajur

Tabel 4.2 Jenis, Panjang, dan Lebar Jalan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2006 - 2010

Nama Jalan

Jenis Jalan

Tipe Jalan

Lebar Jalan

(meter)

Panjang Jalan (meter)

Lebar Bahu Jalan (meter)

Letjend Suprapto

Arteri Primer

Dua Lajur

9 1500 1,5 Ki Mangun Sarkoro

Arteri Primer

Dua Lajur

7 1780 1 Sumpah Pemuda

Arteri Primer

Dua Lajur

12 2800 1 Brigjen Katamso

Arteri Primer

Dua Lajur

10 2650 1 Kolonel Sugiono

Kolektor Primer

Dua Lajur

7 2600 1 Kapten Tendean

Kolektor Primer

Dua Lajur

9 1330 1,5 Letjend Sutoyo

Kolektor Sekunder

Dua Lajur

7 2755 1 Adi Sumarmo

Kolektor Sekunder

Dua Lajur

10 2740 0,5 Tangkuban Perahu

Kolektor Sekunder

Dua Lajur

6 680 0,5 Jaya Wijaya

Kolektor Sekunder

Dua Lajur

Sumber : Dinas PerhubunganKomunikasi dan Informatika Kota Surakarta

Gambar 4.1, dan 4.2 Jalan Arteri Primer di wilayah Surakarta bagian Utara

(Jalan Brigjen Katamso (kiri) dan Jalan Sumpah Pemuda (kanan))

commit to user

Gambar 4.3 dan 4.4 Jalan Kolektor Primer dan Kolektor Sekunder di wilayah Surakarta bagian Utara (Jalan Kolonel Sugiono (kiri) dan Jalan Adi Sumarmo (kanan))

Sumber : Survey Penulis

PETA JALAN 2001 - 2005

commit to user

PETA JALAN DI WILAYAH SURAKARTA BAGIAN UTARA TAHUN 2001 - 2005

42

Berikut adalah volume lalu lintas pada ruas jalan di Surakarta bagian Utara dari tahun 2001 hingga 2010.

Tabel 4.3

Volume Lalu Lintas di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010

Nama Jalan

Arus / Volume Lalu lintas (tiap lajur) (smp/jam)

Letjend Suprapto

1.076 1.188 1.210 Ki Mangun Sarkoro

1.346 1.486 1.513 Sumpah Pemuda

741 818 833 Brigjen Katamso

1.567 1.730 1.762 Kolonel Sugiono

2.472 2.730 2.780 Kapten Tendean

3.582 3.956 4.029 Letjend Sutoyo

2.488 2.748 2.798 Adi Sumarmo

1.181 1.304 1.328 Tangkuban Perahu

652 720 733 Jaya Wijaya

Sumber : Dinas PerhubunganKomunikasi dan Informatika Kota Surakarta

Volume lalu lintas kendaraan yang melewati jalan di wilayah Surakarta bagian Utara mengalami kenaikan tiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk dan kenaikan jumlah kendaraan bermotor.

Prasarana transportasi atau jalan di sebuah kota dapat dilihat tingkat pelayanannya berdasarkan Kapasitas Jalan, Level of Services Jalan, Kecepatan Perjalanan dan Kepadatan Jalan.

4.1.1.1 Kapasitas Jalan Kapasitas jalan merupakan arus maksimum yang dapat dipertahankan per satuan jam pada kondisi tertentu, atau dengan kata lain kapasitas jalan adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat ditampung pada suatu ruas jalan selama kondisi tertentu yang dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp/jam).

Cara perhitungan Kapasitas Jalan (MKJI 1997) :

1. Kapasitas Dasar

Tipe Jalan

Kapasitas dasar (smp/jam)

Catatan Empat jalur terbagi atau jalan satu arah

Per lajur

Empat jalur tak terbagi

Per lajur

commit to user

Dua lajur tak terbagi

Total dua arah

2. Penyesuaian Kapasitas untuk pengaruh lebar jalur lalu-lintas untuk jalan perkotaan (FCw)

Tipe jalan

Lebar jalur lalu-lintas (Wc) (m)

FCw

Empat jalur terbagi atau jalan

satu arah

Per Lajur

Empat jalur tak terbagi

Per Lajur

Dua lajur tak terbagi

Total dua arah

3. Faktor Penyesuaian kapasitas untuk pemisahan arah (FCsp)

Pemisahan arah SP %-%

Dua lajur 2/2

Empat lajur 4/2

4. Faktor Penyesuaian kapasitas untuk pengaruh hambatan samping dan lebar bahu jalan (FCsf)

Kelas Hambatan Samping

Kode

Jumlah Berbobot Kejadian Per 200 M

Per Jam (Dua Sisi)

Kondisi Khusus Sangat Rendah

VL

Daerah Permukiman : Jalan Samping Tersedia Rendah

100 - 299

Daerah Permukiman : Beberapa Angkutan Umum Sedang

300 - 499

Daerah Industri : Beberapa Toko Sisi Jalan Tinggi

H 500 - 899

Daerah Komersil : Aktivitas Sisi Jalan Tinggi Sangat Tinggi

VH > 900

Daerah Komersil : Aktivitas Pasar Sisi Jalan

commit to user

Tipe jalan

Hambatan Samping

Faktor Penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu FCsf Lebar bahu efektif Ws

0.92 0.95 0.98 1.00 H 0.88 0.92 0.95 0.98 VH 0.84 0.88 0.92 0.96

0.92 0.95 0.98 1.00 H 0.87 0.91 0.94 0.98 VH 0.80 0.86 0.90 0.95

0.89 0.92 0.95 0.98 H 0.82 0.86 0.90 0.95 VH 0.73 0.79 0.85 0.91

5. Faktor Penyesuaian kapasitas untuk ukuran kota (FCcs)

Ukuran kota (juta penduduk) Faktor penyesuaian untuk ukuran kota

C = Co x FCw x FCsp x FCsf x FCcs (smp/jam)

C : kapasitas (smp/jam) Co

: kapasitas dasar (smp/jam) Fcw : faktor koreksi kapasitas untuk lebar jalan Fcsp : faktor koreksi kapasitas akibat pembagian arah FCsf : faktor koreksi kapasitas akibat gangguan samping FCcs : faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota (jumlah penduduk)

Berikut ini adalah hasil perhitungan kapasitas seluruh ruas jalan arteri dan kolektor di wilayah Surakarta bagian Utara.

commit to user

Kapasitas Jalan (smp/jam) di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2005

Nama Jalan

Tipe Jalan

Co

Wc

FCw FCsp Kode Ws FCsf FCcs C

Letjend Suprapto

Dua Lajur tak terbagi

9 1.25 1 L

2 1 0.94 3408 Ki Mangun Sarkoro

Dua Lajur tak terbagi

1 0.94 0.94 2562 Sumpah Pemuda

Dua Lajur tak terbagi

1.5 0.97 0.94 2644 Brigjen Katamso

Dua Lajur tak terbagi

10 1.29 1 M

1 0.92 0.94 3235 Kolonel Sugiono

Dua Lajur tak terbagi

2 1 0.94 2726 Kapten Tendean

Dua Lajur tak terbagi

11 1.34 1 L

1.5 0.97 0.94 3543 Letjend Sutoyo

Dua Lajur tak terbagi

2 0.98 0.94 2671 Adi Sumarmo

Dua Lajur tak terbagi

8 1.14 1 L

0 0.92 0.94 2859 Tangkuban Perahu

Dua Lajur tak terbagi

5 0.56 1 L

2.5 1 0.94 1527 Jaya Wijaya

Dua Lajur tak terbagi

Tabel 4.5 Kapasitas Jalan (smp/jam) di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2006 – 2010

Nama Jalan

Tipe Jalan

Co

Wc

FCw FCsp Kode Ws FCsf FCcs C

Letjend Suprapto

Dua Lajur tak terbagi

9 1.25 1 M

1.5 0.95 0.94 3237 Ki Mangun Sarkoro

Dua Lajur tak terbagi

1 0.92 0.94 2508 Sumpah Pemuda

Dua Lajur tak terbagi

12 1.09 1 M

1 0.92 0.94 2734 Brigjen Katamso

Dua Lajur tak terbagi

10 1.29 1 H 1 0.86 0.94 3024 Kolonel Sugiono

Dua Lajur tak terbagi

1 0.92 0.94 2508 Kapten Tendean

Dua Lajur tak terbagi

9 1.25 1 M

1.5 0.95 0.94 3237 Letjend Sutoyo

Dua Lajur tak terbagi

1 0.94 0.94 2562 Adi Sumarmo

Dua Lajur tak terbagi

10 1.29 1 L

0.5 0.92 0.94 3235 Tangkuban Perahu

Dua Lajur tak terbagi

6 0.87 1 M

0.5 0.89 0.94 2111 Jaya Wijaya

Dua Lajur tak terbagi

Sumber : Analisis Penulis

Kondisi fisik jalan di wilayah Surakarta bagian Utara selama sepuluh tahun (2001- 2010) baru mengalami perubahan di tahun 2006. Perubahan kondisi fisik ini berpengaruh terhadap kapasitas jalannya yaitu tetap dari tahun 2001 hingga 2005 kemudian berubah di tahun 2006 dan kemudian kondisinya tetap hingga 2010.

Perubahan kapasitas jalan di wilayah Surakarta bagian Utara berupa peningkatan yang terjadi pada ruas jalan Sumpah Pemuda, Adi Sumarmo, Tangkuban Perahu serta Jaya Wijaya. Peningkatan ini disebabkan oleh lebar jalan yang semakin tinggi, meskipun hal ini berakibat pada lebar bahu jalan yang menurun.

Sedangkan penurunan kapasitas terjadi pada ruas jalan Letjend Suprapto, Ki Mangun Sarkoro, Brigjen Katamso, Kolonel Sugiono, Kapten Tendean serta Letjend Sutoyo. Penurunan ini disebabkan oleh berubahnya fungsi kondisi samping jalan berupa peningkatan dari kondisi rendah (L/daerah permukiman menjadi kondisi

commit to user commit to user

4.1.1.2 Level Of Services Jalan (V/C Ratio) Tingkat pelayanan atau Level Of Service atau disebut juga derajat kejenuhan adalah suatu ukuran yang menggambarkan kondisi operasi lalu lintas pada suatu potongan jalan. LOS dideskripsikan sebagai ukuran yang menyatakan kualitas pelayanan yang disediakan oleh suatu jalan dalam kondisi tertentu (Wohl, 1980). Dengan kata lain LOS diuraikan sebagai ukuran kualitas suatu jalan akibat adanya peningkatan volume kendaraan.

Tabel 4.6 Level of Services Jalan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010

Nama Jalan

Letjend Suprapto 0.30 0.30 0.30 0.30 0.31 0.33 0.33 0.33 0.37 0.37 Ki Mangun Sarkoro

0.50 0.51 0.51 0.51 0.51 0.52 0.53 0.54 0.59 0.60 Sumpah Pemuda

0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.27 0.30 0.30 Brigjen Katamso

0.46 0.47 0.47 0.47 0.47 0.65 0.66 0.67 0.74 0.75 Kolonel Sugiono

0.87 0.88 0.88 0.88 0.89 0.96 0.97 0.99 1.09 1.11 Kapten Tendean

0.97 0.98 0.98 0.98 0.99 1.08 1.09 1.11 1.22 1.24 Letjend Sutoyo

0.90 0.90 0.90 0.91 0.91 0.87 0.88 0.89 0.98 1.00 Adi Sumarmo

0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 0.36 0.36 0.36 0.40 0.41 Tangkuban Perahu

0.41 0.41 0.41 0.42 0.42 0.30 0.30 0.31 0.34 0.35 Jaya Wijaya

Sumber : Analisis Penulis

Meningkatnya volume lalu lintas ruas jalan di wilayah Surakarta bagian Utara yang terjadi pada setiap tahun akan tetapi tidak diimbangi dengan peningkatan kapasitas jalan akan menyebabkan angka LOS ruas jalan terus bertambah tinggi. Peningkatan angka LOS memiliki arti bahwa tingkat pelayanan jalan tersebut mengalami penurunan. Hal ini terjadi pada ruas jalan Letjend Suprapto, Ki Mangun Sarkoro, Sumpah Pemuda Brigjen Katamso, Kolonel Sugiono, Kapten Tendean, Letjend Sutoyo serta Adi Sumarmo.

Berbeda jika peningkatan volume lalu lintas juga diikuti dengan peningkatan kapasitas jalan maka angka LOS akan mengalami penurunan yang berarti tingkat pelayanan jalannya meningkat. Hal ini terjadi pada jalan Tangkuban Perahu dan Jaya Wijaya.

commit to user

Gambar 4.5

Grafik Level of Services Jalan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2006 – 2010

Sumber : Analisis Penulis

4.1.1.3 Kecepatan Perjalanan Kecepatan kendaraan dipengaruhi oleh kapasitas jalan, dimana kecepatan akan berkurang jika arus bertambah sedangkan kapasitas jalan tetap. Perhitungan Kecepatan Perjalanan berdasarkan (MKJI 1997) :

1. Kecepatan perjalanan dasar (FVo)

Tipe Jalan

Kapasitas dasar (smp/jam)

Empat jalur terbagi atau jalan satu arah

Empat jalur tak terbagi

Dua lajur tak terbagi

2. Faktor koreksi kecepatan untuk lebar jalan (FVw)

Tipe jalan

Lebar jalur lalu-lintas (Wc) (m)

FVw

Empat jalur terbagi atau jalan

satu arah

Per Lajur

3.00 -4 3.25 -2

Empat jalur tak terbagi

Per Lajur

3.00 -4 3.25 -2

Dua lajur tak terbagi

Total dua arah

Level of Services Jalan

Letjend Suprapto Ki Mangun Sarkoro Sumpah Pemuda Brigjen Katamso Kolonel Sugiono Kapten Tendean Letjend Sutoyo Adi Sumarmo

commit to user

6.00 -3 7.00 0 8.00 3 9.00 4 10.00 6 11.00 7

3. Faktor koreksi kecepatan akibat gangguan samping (FCsf)

Kelas Hambatan Samping

Kode

Jumlah Berbobot Kejadian Per 200 M

Per Jam (Dua Sisi)

Kondisi Khusus Sangat Rendah

VL

Daerah Permukiman : Jalan Samping Tersedia Rendah

100 - 299

Daerah Permukiman : Beberapa Angkutan Umum Sedang

300 - 499

Daerah Industri : Beberapa Toko Sisi Jalan Tinggi

H 500 - 899

Daerah Komersil : Aktivitas Sisi Jalan Tinggi Sangat Tinggi

VH > 900

Daerah Komersil : Aktivitas Pasar Sisi Jalan

Tipe jalan

Hambatan Samping

Faktor Penyesuaian untuk hambatan samping dan lebar bahu FCsf

Lebar bahu efektif Ws

4. Faktor koreksi kecepatan akibat ukuran kota (jumlah penduduk) (FFVcs)

Ukuran kota (juta penduduk)

Faktor penyesuaian untuk ukuran kota

commit to user

FV : kecepatan perjalanan (km/jam) Fvo : kecepatan perjalanan dasar (km/jam) Fvw : faktor koreksi kecepatan untuk lebar jalan FCsf : faktor koreksi kecepatan akibat gangguan samping FFVcs : faktor koreksi kecepatan akibat ukuran kota (jumlah penduduk)

Tabel 4.7

Kecepatan perjalanan (km/jam ) di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2005

Nama Jalan

FVo Wc FVw Kode Ws FCsf FFVcs FV

Letjend Suprapto

42 9 4 L

2 1 0.95 44 Ki Mangun Sarkoro

42 7 0 L

1 0.98 0.95 39 Sumpah Pemuda

42 7 0 L 1.5 0.99 0.95 40 Brigjen Katamso

42 10 6 M

1 0.93 0.95 42 Kolonel Sugiono

42 7 0 L

2 1 0.95 40 Kapten Tendean

42 11 7 L 1.5 0.99 0.95 46 Letjend Sutoyo

42 7 0 M

2 0.99 0.95 40 Adi Sumarmo

42 8 3 L

0 0.96 0.95 41 Tangkuban Perahu

42 5 -9.5

L 2.5 1 0.95 31 Jaya Wijaya

Kecepatan perjalanan (km/jam ) di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2006 – 2010

Nama Jalan

FVo Wc FVw Kode Ws FCsf FFVcs FV

Letjend Suprapto

42 9 4 M

1.5 0.96 0.95 42 Ki Mangun Sarkoro

42 7 0 M

1 0.93 0.95 37 Sumpah Pemuda

42 12 8 M

1 0.93 0.95 44 Brigjen Katamso

42 10 6 H 1 0.86 0.95 39 Kolonel Sugiono

42 7 0 M

1 0.93 0.95 37 Kapten Tendean

42 9 4 M

1.5 0.96 0.95 42 Letjend Sutoyo

42 7 0 L

1 0.98 0.95 39 Adi Sumarmo

42 10 6 L 0.5 0.96 0.95 44 Tangkuban Perahu

42 6 -3

0.5 0.91 0.95 34 Jaya Wijaya

42 8 3 L 0.5 0.96 0.95 41

Sumber : Analisis Penulis

Perhitungan kecepatan jalan pada ruas jalan dipengaruhi oleh kondisi-kondisi yang sama dengan perhitungan kapasitas pada ruas jalan tersebut, sehingga kecenderungan perubahan kecepatan perjalanan di wilayah Surakarta bagian Utara sama dengan perubahan kapasitas jalan yang terjadi.

commit to user

Sumarmo, Tangkuban Perahu serta Jaya Wijaya karena lebar jalan yang semakin tinggi. Penurunan kecepatan perjalanan terjadi pada ruas jalan Letjend Suprapto, Ki Mangun Sarkoro, Brigjen Katamso, Kolonel Sugiono, Kapten Tendean serta Letjend Sutoyo. Penurunan ini disebabkan oleh berubahnya fungsi kondisi samping jalan berupa peningkatan dari kondisi rendah (L/daerah permukiman menjadi kondisi sedang (M/daerah industri) atau dari kondisi sedang (M/daerah industri) menjadi kondisi tinggi (H/daerah komersil).

4.1.1.4 Kepadatan Jalan Kepadatan jalan merupakan banyaknya jumlah kendaraan yang terdapat pada satu kilometer ruas jalan. Kepadatan jalan (smp/km) dihitung berdasarkan volume lalu lintas (smp/jam) serta kecepatan perjalanan (km/jam) yang terjadi pada ruas jalan tersebut.

Berikut ini adalah kepadatan jalan di wilayah Surakarta bagian Utara dari tahun 2001 hingga 2010.

Tabel 4.9

Kepadatan Lalu Lintas pada Jalan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001-2010

Nama Jalan

Kepadatan Lalu Lintas (smp/km)

Letjend Suprapto 23 24 24 24 24 25 25 26 28 29 Ki Mangun Sarkoro

33 33 33 33 33 35 36 36 40 41 Sumpah Pemuda

18 18 18 18 18 16 17 17 19 19 Brigjen Katamso

35 36 36 36 36 39 39 40 44 45 Kolonel Sugiono

60 60 60 60 61 65 66 67 74 75 Kapten Tendean

75 76 76 76 76 84 84 85 94 96 Letjend Sutoyo

61 61 61 61 62 62 63 64 70 72 Adi Sumarmo

28 28 28 28 28 26 27 27 30 30 Tangkuban Perahu

20 21 21 21 21 19 19 19 21 22 Jaya Wijaya

Sumber : Analisis Penulis

Kepadatan jalan yang terjadi di wilayah Surakarta bagian Utara setiap tahunnya mengalami kenaikan jumlah kendaraan setiap kilometernya seiring dengan meningkatnya volume lalu lintas setiap tahunnya serta kecepatan perjalanan yang menurun.

commit to user

Gambar 4.6

Grafik Kepadatan Lalu Lintas Jalan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010

Sumber : Analisis Penulis

4.1.2 Sarana Transportasi Sarana transportasi pribadi berupa jumlah kendaraan bermotor yang terdapat di wilayah Surakarta bagian Utara. Sedangkan sarana transportasi umum seperti angkutan kota, bus kota, taksi, becak dan ojek yang terdapat di wilayah Surakarta bagian Utara. Angkutan kota dan bus kota mempunyai jalur atau trayek tersendiri yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota, sedangkan untuk taksi dan ojek tidak mempunyai trayek sehingga dapat digunakan untuk segala tujuan sesuai permintaan penumpang.

Untuk mengetahui perkembangan sarana transportasi umum pada suatu wilayah dapat dilihat melalui perkembangan jumlah armada serta perkembangan tarif yang harus dibayar oleh pengguna sarana transportasi umum tersebut.

4.1.2.1 Jumlah Kendaraan Bermotor

Tabel 4.10 Jumlah kendaraan bermotor di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2010

Jenis Kendaraan

Angkot Bis Truk Sepeda Becak

90 14.062 1.305 Sumber : Badan Pusat Statistik

4.1.2.2 Rute / Trayek Angkutan Umum Angkutan Umum di Kota Surakarta berupa angkutan kota dan bus kota beroperasi selama 12 jam dengan 24 hari operasional setiap bulannya. Rute trayek angkutan

Kepadatan Lalu Lintas

Letjend Suprapto Ki Mangun Sarkoro Sumpah Pemuda Brigjen Katamso Kolonel Sugiono Kapten Tendean Letjend Sutoyo Adi Sumarmo

commit to user

Tahun 2004 tentang Pola Angkutan Jalan di Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

1. Angkutan Kota

a. Jalur 02 Pasar Klewer-Term.Tirtonadi-Banyuanyar-Giriroto Ngemplak PP

b. Jalur 04 Wonorejo - Kadipiro - Silir PP

c. Jalur 05 Ngemplak Sutan - Baki PP

d. Jalur 06 Pasar Klewer - Kadipiro PP

e. Jalur 07 Perumnas Mojosongo - Gading PP

f. Jalur 08 Mojosongo -Term. Tirtonadi - Mangu

g. Jalur 09 Jati Teken - Mojo - Ngipang PP

2. Bus Kota

a. Jalur P Kartasura – Palur (via Banyuanyar)

b. Jalur N Gemolong – Solo Baru

c. Jalur O Mojosongo – Solo Baru

Gambar 4.7 dan 4.8

Angkutan Kota dan Bus Kota di wilayah Surakarta Bagian Utara

Sumber : Survey Penulis

PETA JALUR ANGKUTAN KOTA

commit to user

55

Perkembangan wilayah di Kota Surakarta yang sangat pesat menyebabkan tumbuhnya permukiman baru dan industri-industri di daerah hinterland Kota Surakarta. Dengan tumbuhnya pusat-pusat kegiatan baru tersebut akan mempengaruhi pola pelayanan angkutan umum yang ada.

Pelayanan angkutan umum Kota Surakarta bagian Utara dilakukan oleh sektor swasta (PO. Pujianti, PO Taqwa dan PO. Sriwedari) dengan kapasitas 26 tempat duduk (mikro bus), sedangkan untuk kendaraan dengan kapasitas 12 tempat duduk (angkutan kota) melayani daerah-daerah yang tidak dilayani oleh jenis angkutan berkapasitas besar.

1. Angkutan Kota Kendaraan yang digunakan untuk Angkutan Perkotaan adalah kendaraan yang mempunyai 12 seats (tempat duduk). Jarak tempuh berkisar 11,32 km sampai dengan 32 km.

Tabel 4.11 Jumlah armada angkutan kota berdasarkan jalur di wilayah Surakarta Bagian Utara

No Jalur

Jumlah Armada (kendaraan)

Sumber : Dinas PerhubunganKomunikasi dan Informatika Kota Surakarta

Jumlah angkutan kota yang terdapat di wilayah Surakarta bagian Utara selama sepuluh tahun (2001-2010) mengalami penurunan jumlah armada sebesar 8%. Hal ini disebabkan berkurangnya minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.

Meskipun demikian, kondisi angkutan kota yang terdapat di wilayah ini cukup baik dan stabil yaitu berupa mesin kendaraan yang layak jalan, cat kendaraan yang masih bagus, dan pencahayaan serta ventilasi udara dalam kendaraan yang lancar.

commit to user

Bus perkotaan yang ada di Surakarta bagian Utara adalah bus sedang dengan kapasitas 26 seats dan ditangani oleh sektor swasta (PO. Pujianti untuk jalur N, PO. Taqwa untuk jalur P dan PO. Sriwedari untuk jalur O). Jarak tempuh bus perkotaan berkisar 28 km sampai dengan 46 km.

Tabel 4.12 Jumlah armada bus kota kota berdasarkan jalur di wilayah Surakarta Bagian Utara

No Jalur

Jumlah Armada (kendaraan)

Sumber : Dinas PerhubunganKomunikasi dan Informatika Kota Surakarta

Jumlah bus kota yang terdapat di wilayah Surakarta bagian Utara selama sepuluh tahun (2001-2010) jumlah totalnya cukup stabil meskipun terdapat penambahan yang pesat untuk jalur P dan pengurangan di jalur N.

Jumlah armada meningkat mencapai 110% untuk jalur bus Kartasura – Palur via Banyuanyar yang melewati ruas jalan Letjend Suprapto-Ki Mangun Sarkoro- Sumpah Pemuda-Brigjend Katamso. Hal ini disebabkan naiknya fungsi jalan tersebut menjadi arteri primer yang memicu tumbuhnya daerah industri dan perdagangan sepanjang jalan sehingga meningkatkan pula arus pergerakan manusia yang membutuhkan sarana transportasi umum di sepanjang jalan tersebut.

Sebaliknya untuk jalur bus Gemolong-Solo Baru yang melewati ruas jalan Kolonel Sugiono-Kapten Tendean menurun sebesar 50%. Hal ini disebabkan oleh banyaknya sarana transportasi umum lintas Kota Purwodadi-Surakarta yang melewati jalan tersebut menuju Terminal Tipe A Tirtonadi.

Kondisi bus kota di wilayah Surakarta bagian Utara kurang baik. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi mesin kendaraan yang tua sehingga mengeluarkan asap hitam, cat kendaraan yang mulai mengelupas, dan udara di dalam kendaraan yang tidak lancar sehingga terasa pengap.

4.1.2.4 Tarif Angkutan Umum Tarif angkutan umum baik itu angkutan kota maupun bus kota di Kota Surakarta ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat dan mengalami kenaikan sebanyak dua

commit to user

Kenaikan tarif diakibatkan oleh kenaikan BBM yang terjadi pada negara ini. Meskipun demikian, kenaikan tarif sudah dipertimbangkan dengan baik mengingat kenaikan BBM terjadi lebih dari hanya dua kali dalam kurun waktu 2001 hingga 2010.

1. Angkutan Kota

Tabel 4.13

Tarif angkutan kota berdasarkan jalur di wilayah Surakarta Bagian Utara

No

Jalur

Tarif (rupiah)

Sumber : Dinas PerhubunganKomunikasi dan Informatika Kota Surakarta

2. Bus Kota

Tabel 4.14

Tarif bus kota kota berdasarkan jalur di wilayah Surakarta Bagian Utara

No

Jalur

Tarif (rupiah)

Sumber : Dinas PerhubunganKomunikasi dan Informatika Kota Surakarta

4.1.3 Sistem Organisasi Transportasi Sistem organisasi merupakan sub sistem pengendalian atau pengaturan yang memungkinkan pergerakan sarana transportasi di atas prasarana transportasi berjalan efisien, lancar, aman, dan teratur. Sistem organisasi meliputi organisasi atau kelembagaan transportasi dan kebijakan transportasi pada suatu wilayah atau kota.

4.1.3.1 Kelembagaan Sistem Transportasi di Kota Surakarta Kelembagaan yang mengurusi perihal sistem transportasi di Kota Surakarta meliputi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Dinas Pekerjaan Umum serta Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika.

commit to user

Tugas Pokok : Pengkoordinasian, pembinaan dan pelaksanaan tugas penyusunan perencanaan pembangunan daerah yang meliputi penelitian, pengembangan dan statistik, ekonomi, sosial budaya dan fisik prasarana serta kesekretariatan. BAPPEDA sebagai dinas yang mempunyai tugas pokok perencanaan dan pembangunan suatu daerah, mempunyai peran dalam sistem transportasi sebagai perumus kebijakan serta rencana pembangunan prasarana dan sarana yang tertuang dalam dokumen perencanaan kota.

2. Dinas Pekerjaan Umum Tugas Pokok : Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelaksanaan pelayanan umum serta Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum yang meliputi perencanaan dan bina teknik, bina marga, cipta karya, pengairan dan energi sumber daya mineral serta kesekretariatan. Dalam sistem transportasi suatu kota, Dinas Pekerjaan Umum khususnya bidang Bina Marga bertanggung jawab dalam pembangunan serta perawatan prasarana Jalan.

3. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Tugas Pokok : Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelaksanaan pelayanan umum serta pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang perhubungan, komunikasi dan informatika yang meliputi perhubungan, pengendalian operasional keselamatan jalan, komunikasi dan informatika serta kesekretariatan.

a. Bidang Lalu Lintas Tugas Pokok : Perumusan kebijakan teknis, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum, serta pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan lalu lintas.

b. Bidang Pengangkutan Tugas Pokok : Perumusan kebijakan teknis, penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum, serta pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pengelolaan angkutan jalan.

4.1.3.2 Kebijakan Sistem Transpotasi Wilayah Surakarta Bagian Utara Kebijakan sistem transportasi yang digunakan pada saat ini adalah Rencana Umum Tata Ruang Kota Surakarta Tahun 2006-2026 yang merupakan hasil revisi dari

commit to user

2006. Jangka waktu dari penelitian ini mulai dari tahun 2001 hingga tahun 2010 sehingga kebijakan transportasi dari kedua dokumen perencanaan transportasi tersebut diperlukan.

1. Rencana Umum Tata Ruang Kota Surakarta Tahun 1993 – 2013 Rencana pembangunan jalan arteri primer berupa jalan lingkar luar (outer ring road) di sebelah utara dan selatan kota Surakarta, guna mengalihkan kendaraan berat dari arah barat – timur dan utara – selatan yang semula memanfaatkan jalan kolektor primer dalam kota.

2. Rencana Umum Tata Ruang Kota Surakarta Tahun 2006 – 2026 Mendasarkan fungsi dan kategori masing-masing jaringan jalan yang ada di kota Surakarta bagian Utara, maka direncanakan sistem jaringan jalan yang menjadi 3jenis fungsi jalan yaitu jalan Arteri Primer, Kolektor Primer dan Kolektor Sekunder. Dasar yang dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan jaringan jalan adalah sebagai berikut :

a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 26 tahun 1985 tentang jalan yang menyebutkan :

1) Jalan Arteri Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 80 km/jam dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 M.

2) Jalan Kolektor Primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 km/jam dan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 M.

b. Berdasarkan standart Dirjen Bina Marga tentang lebar lajur jalan, yaitu: Jalan Arteri : antara 3,50-3,75 M Jalak Kolektor : antara 3,00-3,30 M Jalan Lokal : antara 2,75-3,00 M

Berdasarkan pertimbangan di atas serta dikaitkan dengan kemampuan pengembangan jalan yang ada, direncanakan jaringan jalan di kota Surakarta bagian Utara sebagai berikut:

a. Jalan Arteri Primer Sistem jaringan primer di Kota Surakarta bagian Utara tidak boleh terputus meskipun memasuki kawasan perkotaan yaitu Jl. Slamet Riyadi-Jl. Jend. A. Yani-Jl. Ki Mangun Sarkoro-Jl. Sumpah Pemuda-Jl. Brigjend Katamso- Ringroad.

commit to user

Surakarta harus dihindarkan dari persilangan dengan jalan lokal, yaitu dapat dilakukan dengan pendekatan mengembangkan pola jalan arteri primer baru ke arah pinggiran kota untuk menghindari arus lalu lintas lokal.

b. Jalan Kolektor Primer Jalan Kolektor Primer di Kota Surakarta bagian Utara yaitu Jl. Kol. Sugiono dan Jl. Kapt. Tendean yang menghubungkan dengan Kota Purwodadi. Dengan pemindahan pola jalan arteri primer, maka sebagian ruas jalan tersebut akan beralih menjadi jalan kolektor sekunder.

4.2 Perkembangan Wilayah Surakarta Bagian Utara

Perkembangan suatu wilayah dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu perkembangan fisik wilayah berupa perkembangan tata guna lahannya, perkembangan ekonomi wilayah serta perkembangan sosial demografi wilayah.

4.2.1 Perkembangan Tata Guna Lahan Wilayah Surakarta Bagian Utara Tata Guna Lahan di wilayah Surakarta bagian Utara meliputi lahan pertanian berupa sawah dan tegalan serta lahan non pertanian berupa permukiman, jasa, perusahaan, industri, lahan kosong, lapangan olahraga, kuburan, taman kota dan lain-lain. Berikut ini adalah data penggunaan lahan di wilayah Surakarta bagian Utara yang terdiri dari lima kelurahan mulai dari tahun 2001 hingga tahun 2010.

Tabel 4.15

Penggunaan Lahan Kota Surakarta Bagian Utara (Hektar) Tahun 2001 – 2010

Tahun Permukiman

Perdagangan

dan Jasa

Industri Kuburan Sawah Tegalan

Lain- lain

Luas Wilayah

Sumber : Badan Pertanahan Nasional (BPN)

Penggunaan lahan di wilayah Surakarta bagian Utara dari tahun 2001 hingga 2010 untuk lahan pertanian terus mengalami penurunan jumlah luasan khususnya lahan sawah

commit to user commit to user

Perubahan lahan pertanian menjadi fungsi permukiman dan industri disebabkan oleh jumlah penduduk di wilayah Surakarta bagian Utara yang terus meningkat akibat pertumbuhan penduduk alami maupun tingkat migrasi penduduk. Selain itu, wilayah utara Kota Surakarta memang diperuntukkan atau diarahkan sebagai kawasan industri sesuai dalam dokumen perencanaan RUTRK Surakarta tahun 2006-2026.

Gambar 4.9 Grafik Penggunaan Lahan di wilayah Surakarta Bagian Utara Tahun 2001 – 2010 Sumber : Analisis Penulis

Gambar 4.10 dan 4.1

Permukiman dan Perdagangan/Jasa di wilayah Surakarta Bagian Utara

Sumber : Survey Penulis