Pertukaran Sosial Dalam Perkawinan

2.5. Pertukaran Sosial Dalam Perkawinan

Pada dasarnya perkawinan berlangsung seperti sistem pasar dalam ekonomi (Goode, 2007). Ini berarti di dalam proses perkawinan terdapat sumber- Pada dasarnya perkawinan berlangsung seperti sistem pasar dalam ekonomi (Goode, 2007). Ini berarti di dalam proses perkawinan terdapat sumber-

Untuk memahami perkawinan sebagai sebuah proses pertukaran yang terjadi dalam pasar perkawinan (marriage market) dapat didekati dengan perspektif teori pertukaran (exchange theory) dari Homans, meskipun dalam ilmu sosiologi Blau juga termasuk dalam pengembangan teori ini . Secara umum teori pertukaran mempunyai asumsi bahwa interaksi sosial mirip dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi para ahli teori pertukaran mengakui bahwa pertukaran sosial tidak selalu dapat diukur dengan nilai uang, sebab dalam berbagai transaksi sosial dipertukarkan juga hal-hal yang nyata dan tidak nyata (Poloma, 2000). Ini sejalan dengan pandangan Skidmore (1979), bahwa pertukaran (exchange) tidak selalu dimaksudkan untuk menukarkan sesuatu yang nyata, tetapi pertukaran juga meliputi sesuatu yang tidak nyata seperti harga diri atau penghargaan, saling keterkaitan, bantuan dan dalam bentuk persetujuan. Pertukaran juga dimaksudkan untuk menghindari sesuatu seperti penderitaan, biaya keadaan yang memalukan lainnya dan pertukaran juga meliputi kesempatan, keuntungan dan aspek-aspek

komparatif dari hubungan kemanusiaan (human relation). 3 Dari pernyataan Skidmore tersebut, maka jelaslah bahwa gagasan pertukaran (exchange)

mempunyai pengertian yang sangat luas dan tidak terbatas pada pemberi dan penerima yang bersifat konkrit. Pandangan yang sama, juga dikemukakan Malinowski bahwa pertukaran tidak hanya dalam bentuk materil tetapi juga dalam bentuk non materil (Turner, 1998; Anderson, 1995).

Secara spesifik teori pertukaran yang dikembangkan oleh Homans, melihat semua perilaku sosial—tidak hanya perilaku ekonomis, tetapi menyediakan ganjaran ekstrinsik dan intrinsik. Lebih jauh Homans menjelaskan, di mana aktor dalam berperilaku mempertimbangkan keuntungan dan memperkecil biaya yang

3 Lebih jauh lihat William Skidmore. 1979. “Theoritical Thinking in Sociology”. Cambrige University Press. London. J.H. Anderson. 1995: 80-98. “Retorical Objectivity in Malinowsky’s

Argonnaouts”, University of Illinois Press. Urbana and Chicago.

dikeluarkan (cost benefit) dan individu-individu yang terlibat dalam proses pertukaran barang berwujud materi dan non materi (Turner (1998; Poloma, 2000).

Teori pertukaran Homans terletak pada sekumpulan proposisi yang erat kaitannya dengan ganjaran (reward) dan hukuman (punishman). Semua proposisi itu saling berhubungan. Adapun proposisi Homans itu menurut Turner, 1998; Ritzer & Goodman, 2004 sebagai berikut:

1. Proposisi sukses (Success Proposition), di mana dalam setiap tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka semakin sering ia akan melakukan tindakan itu.

2. Proposisi stimulus (Stimulus Proposition), jika dimasa lalu terjadi stimulus yang khusus atau seperangkat stimuli, merupakan peristiwa di mana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin memungkinkan seseorang melakukan tindak serupa.

3. Proposisi nilai (Value Proposition), di mana semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka semakin sering seseorang melakukan tindakan itu.

4. Proposisi kejenuhan (Saturation Proposition), di mana semakin sering dimasa lalu seseorang menerima suatu ganjaran, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran itu.

5. Proposisi persetujuan (Approval Proposition), bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkan atau menerima hukuman yang tidak diinginkan, maka dia akan marah; dia menjadi cenderung menunjukan prilaku agresif dan hasil prilaku demikian menjadi lebih bernilai baginya.

6. Proposisi rasionalitas (Rationality Proposition), dalam memilih antara tindakan alternatif, seseorang akan memilih sesuatu itu seperti dirasakannya ketika nilai dari hasil dikalikan dengan kemungkinan hasil tersebut adalah lebih besar. Dari keenam proposisi yang diajukankan, Homans menekankan pada

proposisi ketiga dari exchange theory-nya. Lebih jauh dikatakan bahwa makin bernilai bagi seseorang tingkahlaku orang lain yang ditujukan kepadanya, makin besar kemungkinan atau makin sering ia akan mengulangi tingkahlakunya dan akhirnya pertukaran kembali akan terjadi. Namun reward yang diberikan kepada proposisi ketiga dari exchange theory-nya. Lebih jauh dikatakan bahwa makin bernilai bagi seseorang tingkahlaku orang lain yang ditujukan kepadanya, makin besar kemungkinan atau makin sering ia akan mengulangi tingkahlakunya dan akhirnya pertukaran kembali akan terjadi. Namun reward yang diberikan kepada

Pertukaran (exchange) tidak akan terjadi kalau nilai sesuatu yang ditukarkan itu sama, karena itu exchange hanya terjadi bila cost yang diberikan akan menghasilkan benefit yang lebih besar dan kedua belah pihak sama-sama mendapat untung, dan keuntungan itu mengandung unsur psikilogis (Turner, 1998; Ritzer, 1985). Artinya pertukaran di sini termasuk pada pertukaran yang melebihi pertimbangan ekonomi.

Mengacu pada persoalan perkawinan maka yang dipertukarkan menurut Lamanna dan Riedmann (1991), meliputi latar belakang dan keahlian individu yang dimiliki, seperti; posisi ekonomi (status sosial), pendidikan, umur, kecantikan dan sebagainya. Lebih jauh Lamanna dan Riedmann menjelaskan, pertukaran itu akan berbeda antara masyarakat tradisional dengan masyarakat modern. Pada masyarakat tradisional pertukaran berkaitan dengan peranan seks. Artinya wanita menukar dengan kemampuannya untuk melahirkan dan membesarkan anak sebagai bentuk tugas domestik. Pada masyarakat modern, lebih di dasarkan pada sumber-sumber ekonomi, expresiv, efektif, seksual dan pengenalan kedua pasangan. Seorang wanita mempunyai ekonomi dan pekerjaan yang sama dengan laki-laki, maka pertukarannya menjadi simetris (seruang/sepadan) dan perkawinan yang didasarkan pada kedua pasangan mempunyai status sosial yang sama dan menjadikan lebih sederajat dan ditambah dengan perubahan peranan gender menjadi pertukaran saling melengkapi. Meskipun demikian, walaupun wanita sudah maju dan sama dengan pria, tetapi wanita masih tidak diuntung dalam pasar perkawinan (Lamanna dan Riedmann (1991).

Sementara itu proses pertukaran itu berbeda dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya dan tergantung pada siapa yang mengatur transaksinya. Dalam masyarakat tradisional, pengaturan transaksi sepenuhnya dilakukan oleh keluarga dan juga keluarga besar. Berbeda halnya dengan masyarakat modern, pengaturan transaksi masih didominasi oleh keluarga inti (nuclear family), walaupun secara Sementara itu proses pertukaran itu berbeda dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya dan tergantung pada siapa yang mengatur transaksinya. Dalam masyarakat tradisional, pengaturan transaksi sepenuhnya dilakukan oleh keluarga dan juga keluarga besar. Berbeda halnya dengan masyarakat modern, pengaturan transaksi masih didominasi oleh keluarga inti (nuclear family), walaupun secara

Kemudian, untuk nilai tukar yang dipertukarkan menurut Goode (2007), tergantung kepada; 1) kearah mana nilai yang lebih tinggi itu dicurahkan menunjukan evaluatif yang diberikan masyarakat terhadap kedua mempelai baru itu; 2) tidak menjadi soal kearah mana kekayaan yang terbesar itu dicurahkan, semua macam nilai tukar itu tetap akan merata di antara keluarga-keluarga atau garis-garis keluarga. Karena kebanyakan perkawinan terjadi antar strata ekonomi yang sama, sehingga strata itu sebagai suatu kesatuan tidak untung maupun rugi.

Artinya adanya keseimbangan kedua belah pihak 5 ; 3) keluarga yang menerima lebih banyak kekayaan selalu membalasnya dengan pemberian-pemberian lain,

dan biasanya menjadi suatu kebanggaan untuk membuat pemberian kembali hampir senilai dengan apa yang diterimanya. Pertukaran semacam itu biasanya diketahui umum dan menggambarkan baik kedudukan sosial keluarga dan kegembiraan mereka dalam peristiwa itu; 4) meskipun ada sistem mas kawin, namun tetap ada kesempatan kompromi dalam peraturan perkawinan.

Kesemua bentuk kriteria pilihan sebagaimana yang disebut di atas merupakan refleksi dari pertukaran dalam perkawinan yang pada hakikatnya menekankan pada perkawinan yang homogami. Menurut Lamanna dan Riedmann, (1991), ada sejumlah alasan orang melakukan perkawinan yang homogami antara lain:

1. Kedekatan (propinquity) Orang-orang yang berasal dari tingkat ekonomi yang sama mempunyai kedekatan hubungan dalam dalam berbagai hal.

2. Tekanan sosial (social pressure) Nilai-nilai budaya yang menganjurkan warga masyarakatnya untuk kawin dengan adanya persamaan sosial di antara mereka dan sebaliknya, tidak menganjurkan untuk kawin dengan orang yang mempunyai perbedaan di antara mereka.

3. Kebetahan di rumah (feeling at home)

4 Lihat juga Lamanna, 1981. Marriage and Families, hal 10. 5 Karena perkawinan yang terjadi cendrung homogami yakni mencari pasangan berdasarkan adanya kesamaan dan karakteristik kelompok, Lihat Goode, 2007; Lamanna, 1991.

Orang-orang akan merasa lebih betah dengan adanya persamaan latar belakang di antara keduanya, sehingga komunikasi menjadi lancar dan nyaman.

4. Pertukaran yang seimbang (fair exchange) Dalam teori pertukaran (theory exchange), mendorong orang untuk kawin dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri seperti: kelas sosial, pendidikan, kecantikan fisik.

Dengan adanya kesamaan tersebut maka dapat diassumsikan kehidupan perkawinan akan menjadi lebih kokoh dan stabil.