Perkembangan Infrastruktur di Sulawesi

4.2. Perkembangan Infrastruktur di Sulawesi

4.2.1. Infrastruktur Jalan

Jalan merupakan salah satu infrastruktur dasar yang paling penting untuk pulau Sulawesi mengingat dari segi karakteristik wilayah pulau Sulawesi sebagai daerah kepulauan. Olehnya itu jalan di Sulawesi memiliki fungsi strategis. Karena fungsi strategis yang dimilikinya, yaitu sebagai penghubung antar satu daerah dengan daerah lainya dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam, meningkatkan daya saing ekonomi wilayah, dan memperbaiki Jalan merupakan salah satu infrastruktur dasar yang paling penting untuk pulau Sulawesi mengingat dari segi karakteristik wilayah pulau Sulawesi sebagai daerah kepulauan. Olehnya itu jalan di Sulawesi memiliki fungsi strategis. Karena fungsi strategis yang dimilikinya, yaitu sebagai penghubung antar satu daerah dengan daerah lainya dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam, meningkatkan daya saing ekonomi wilayah, dan memperbaiki

Panjang jalan pulau Sulawesi dalam kondisi baik dan sedang dalam periode 2001-2011, mengalami kenaikan di setiap tahunya, hal ini ditunjukan dengan data panjang jalan yang ada untuk pulau Sulawesi. Tahun 2001 panjang jalan pulau Sulawesi sepanjang 1,55 kilometer (Km) naik menjadi 2,13 kilometer pada tahun 2011. Peningkatan panjang jalan pulau sulawesi di akibatkan meningkatnya panjang jalan di beberapa provinsi di pulau Sulawesi. berikut ini adalah tabel 4.3 mengambarkan perkembangan panjang jalan di enam provinsi di pulau Sulawesi dalam periode 2001-2011 :

Tabel 4.3

Perkembangan Panjang jalan (km/tahun) di Enam Provinsi di Pulau Sulawesi Tahun 2001-2011

Jalan (Km)

Tahun Sulut

Sultra Sulawesi 2001

284,44 2,138,38 Sumber: Badan Pusat Statistik (Diolah)

Catatan: *) Provinsi Sulawesi Barat Belum Mekar

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa panjang jalan di pulau Sulawesi dari tahun 2001 sampai tahun 2011 menunjukan peningkatan. Sementara untuk tiap provinsinya memiliki perkembangan panjang jalan yang fluktuatif. Tahun 2001 panjang jalan untuk provinsi Sulawesi Utara mencapai 80,94 kilometer naik menjadi 131,92 Km tahun 2011. semenara untuk provinsi gorontalo pada tahun 2001 memilki panjang jalan sepanjang 87,59 Km turun menjadi 60,67 Km pada tahun 2011, kondisi ini sekaligus menempatkan provinsi Gorontalo tersebut sebagai provinsi yang memiliki panjang jalan terendah dibandingkan dengan provinsi lainya di pulau Sulawesi.

Dari data tabel 4.3 juga memperlihatkan provinsi Sulawesi Tengah kondisi perkembangan panjang jalan mengalami fluktuatif ditiap tahunya, tahun 2001 terlihat sepanjang 363,06 Km turun menjadi 181,39 Km pada tahun 2007 dan naik kembali di tahun 2011 menjadi 218,19 Km. Tidak jauh berbeda dengan Sulawesi Tengah, untuk provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2001 memiliki panjang jalan sepanjang 355,44 Km, turun menjadi 258,96 Km pada tahun 2005, dan naik kembali pada tahun 2011 menjadi 1,061,79 Km, kondisi ini sekaligus menempatkan provinsi Sulawesi Selatan sebagai provinsi yang memiliki panjang jalan yang terpanjang di Sulawesi. Sementara untuk provinsi sulawesi Tenggara tahun 2001 memilki panjang jalan sepanjang 280,84 Km naik menjadi 497,63 Km pada tahun 2010 dan mengalami penurunan panjang jalan pada tahun 2011 yakni panjang jalan tinggal sepanjang 284,4 Km.

Untuk mempermudah melihat perkembangan total panjang jalan dan enam provinsi di pulau Sulawesi, perhatikan grafik 4.3 menyajikan perkembangan panjang jalan di enam provinsi di pulau Sulawesi dan total panjang jalan pulau Sulawesi selama periode 2001-2011 :

Grafik 4.3 Perkembangan Panjang Jalan di Enam Provinsi Pulau Sulawesi Dalam Periode 2001-2011

Sulut Gorontalo Sulteng Sulsel Sulbar Sultra Sulawesi

Sumber: Badan Pusat Statistik Pada grafik 4.3 menjelaskan perkembangan peningkatan panjang jalan untuk total

pulau Sulawesi mengalami peningkatan di setiap tahunya. Peningkatan panjang jalan untuk pulau Sulawesi dalam kurun waktu antara tahun 2001-2011 tertinggi terjadi pada tahun 2007 dan tahun 2008 yakni sepanjang 2,671,86 Km pada tahun 2007 dan 2,560,76 Km pada tahun 2008. Peningkatan total panjang jalan pulau Sulawesi tahun 2007 dan 2008 ini didorong oleh meningkatnya panjang jalan di provinsi Sulawesi selatan yakni pada tahun 2007 sepanjang 1,475,66 Km dan tahun 2008 1,244,73 Km.

Peningkatan panjang jalan di pulau Sulawesi tersebut memiliki makna bahwa pemerintah daerah di pulau Sulawesi cukup peduli dengan infrastruktur jalan karena letak wilayahnya berbentuk kepulauan. Disamping itu juga meningkatnya pertumbuhan ekonomi pulau Sulawesi dalam periode sepuluh tahun terakhir juga turut menjadi landasan utama pemerintah untuk terus melanjutkan perencanaan jalan-jalan baru, karena anggaran pemerintah yang bertambah setiap tahunya memungkinkan untuk mengangarkan proyek-proyek infrastruktur pemerintah terutama jalan.

Tetapi jika dilihat dari perbandingan panjang jalan di enam provinsi (sulawesi utara, gorontalo, sulawesi tengah, sulawesi selatan, sulawesi barat, dan sulawesi tenggara) relative berfluktuatif, hal ini menunjukan bahwa di masing-masing provinsi dipulau sulawesi masih memiliki kendala yang berbeda-beda dalam membangun jalan, salah satunya adalah berkaitan dengan anggaran untuk infrastruktur. Seperti provinsi Gorontalo yang merupakan provinsi terendah dalam hal urusan panjang jalan, hal ini karena meskipun Gorontalo memilki pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun untuk besaran ekonomi sangat kecil sehingga porsi anggaran untuk pembangunan jalan juga kecil juga.

Sementara itu provinsi Sulawesi Selatan adalah provinsi yang memiliki panjang jalan terpanjang sesulawesi, hal ini didorong oleh disamping pertumbuhan ekonomi yang tinggi disetiap tahunya juga Sulawesi Selatan merupakan provinsi yang memilki besaran PDRB yang tinggi untuk ukaran perekonomian pulau Sulawesi. Sehingga hal ini dimanfatkan oleh pemerintah Sulawesi Selatan untuk meningkatkan kapasitas infrastruktur terutama jalan.

4.2.2 Infrastruktur Pelabuhan

Sulawesi Sebagai salah satu wilayah kepulauan di Indonesia, olehnya itu peran infrasturktur pelabuhan sangat penting dalam ikut mengerakan roda perekonomian Sulawesi karena pelabuhan berperang besar dalam menciptakan konektivitas di enam provinsi di pulau Sulawesi dan provinsi lain di indonesia, dalam menunjan mobilitas perdagangan antara pulau dan antara Negara. Atau dengan kata lain dengan pemanfaatan pelabuhan yang baik maka akan tercipta yang namanya konektifitas secara nasional dan terintegrasi secara global.

Secara umum perkembangan volume bongkar muat pada pelabuhan pulau Sulawesi megalami kenaikan dalam periode 2001-2011. Pada tahun 2001 volume bongkar muat sebanyak 12,58 ton, dan pada tahun 2011 volume bongkar muat dipelabuhan pulau Sulawesi mengalami kenaikan sebesar 19,33 ton. Tetapi jika dilihat dari perkembangan disetiap provinsi di pulau

Sulawesi volume bongkar muat menunjukan tren yang fluktuatif, Berikut ini tabel perkembangan volume bongkar muat pelabuhan di wilayah Sulawesi dalam periode 2001-2011 :

Tabel 4.4 Perkembangan Volume Bongkar Muat (Ton/Tahun) di Enam Provinsi di Pulau Sulawesi Tahun 2001-2011

Bongkar muat (Ton)

Tahun Sulut

Sultra Sulawesi 2001 3,324,168 3,324,168 1,178,400 4,238,885

Sumber: Badan Pusat Statistik (Diolah) Catatan: *) Provinsi Sulawesi Barat Belum Mekar

Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa volume bongkar muat pada pelabuhan pulau Sulawesi bersifat fluktuatif di enam provinsi pulau Sulawesi. Dimulai pada provinsi Sulawesi Utara volume bongkar muat di pelabuhan bitung mengalami naik turun, tahun 2001 volume bongkar muat sebesar 3,32 Ton turun menjadi 2,59 Ton pada tahun 2004, namun penurunan tersebut hanya terjadi sampai tahun 2006, ini ditunjukan dengan meningkatnya kembali volume bongkar muat padat tahun 2009 yakni sebesar 4,51 Ton, kondisi ini bertahan hingga tahun 2011. Sementara untuk Gorontalo juga menunjukan hal yang sama yakni terjadi naik turun volume Dari tabel 4.4 diatas terlihat bahwa volume bongkar muat pada pelabuhan pulau Sulawesi bersifat fluktuatif di enam provinsi pulau Sulawesi. Dimulai pada provinsi Sulawesi Utara volume bongkar muat di pelabuhan bitung mengalami naik turun, tahun 2001 volume bongkar muat sebesar 3,32 Ton turun menjadi 2,59 Ton pada tahun 2004, namun penurunan tersebut hanya terjadi sampai tahun 2006, ini ditunjukan dengan meningkatnya kembali volume bongkar muat padat tahun 2009 yakni sebesar 4,51 Ton, kondisi ini bertahan hingga tahun 2011. Sementara untuk Gorontalo juga menunjukan hal yang sama yakni terjadi naik turun volume

Sulawesi Tengah perkembangan volume bongkar muat sifatnya relatif stabil dibandingkan dengan provinsi lainya, kenaikan hanya terlihat pada tahun 2002 kondisi ini ditunjukan dengan data yang ada, pada tahun 2001 volume bongkar muat pada pelabuhan Palu sebesar 1,17 Ton naik menjadi 2,33 Ton pada tahun 2002, namun kondisi ini turun kembali sebesar 1,52 Ton hingga tahun 2011. Sementara untuk Sulawesi Selatan perkembangan volume bongkar muat menunjukan perkembangan yang fluktuatif dimana hampir setiap tahunya volume bongkar muat mengalami penurunan yang besar dan juga kenaikan yang tinggi. Tahun 2001 volume bongkar muat sebesar 4,23 Ton naik menjadi sebesar 6,36 Ton pada tahun 2009, bahkan pada tahun 2011 sudah sebesar 7,10 ton. hal ini juga sekaligus menjadikan provinsi Sulawesi Selatan sebagai provinsi yang memilki aktifitas volume bongkar muat terbesar di Sulawesi.

Provinsi Sulawesi Tenggara juga menunjukan perkembangan volume bongkar muat yang relative berfluktuatif dari data yang ada tahun 2001 volume bongkar muat sebesar 523,09 ton naik menjadi 897,78 ton pada tahun 2007, dan turun kembali sebesar 483,17 ton tahun 2011, hal ini sekaligus menunjukan bahwa provisi Sulawesi Tenggara merupakan provinsi yang memilki volume bongkar muat terendah dalam periode 2001-2011. Sementara untuk provinsi Sulawesi Barat yang baru pada tahun 2004 menjadi daerah otonomi baru, juga menunjukan kondisi volume bongkar muat yang baik. Data menunjukan sekalipun sebagai provinsi baru tetapi lebih baik dibandingkan dengan provinsi Sulawesi Tenggara dalam hal bongkar muat pada pelabuhan mamuju.

Untuk lebih mudah dipahami perkembangan volume bongkar muat pada pelabuhan sulawesi perhatikan grafik 4.4 menunjukan perekembangan volume bongkar muat pada pelabuhan Sulawesi dalam periode 2001-2011 :

Grafik 4.4 Perkembangan Volume Bongkar Muat (Ton/Tahun) di Enam Provinsi di Pulau Sulawesi Tahun 2001-2011

Sulut Gorontalo Sulteng Sulsel Sulbar Sulawesi

Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari grafik 4.4 dapat dilihat bahwa perkembangan volume bongkar muat pada pelabuhan-pelabuah pulau Sulawesi dalam periode 2001-2011 mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Untuk total volume bongkar muat pada pulau Sulawesi kenaikan tertinggi terjadi dimulai pada tahun 2002, tahun 2006 hingga tahun 2010. Kenaikan tersebut lebih besar dibandingkan dengan kenaikan volume bongkar muat pada pelabuhan Sulawesi tahun 2002 ke tahun 2006.

Naik turunya volume bongkar muat pada pelabuhan di enam provinsi pulau Sulawesi didorong oleh beberapa hal diataraanya, untuk kenaikan tahun 2002 ke tahun 2006 lebih banyak disebabkan oleh kegiatan berdagangan di pulau Sulawesi yang berkembang pesat baik itu perdaganagn dalam negri maupun luar negri. Pada tahun tersebut seperti pada pelabuhan Sulawesi Selatan terjadi muat barang-barang ekspor seperti kakao, hasil perikanan, serta garam, semen. Sementara itu untuk pelabuhan lain juga melakukan muat barang-barang impor yang Naik turunya volume bongkar muat pada pelabuhan di enam provinsi pulau Sulawesi didorong oleh beberapa hal diataraanya, untuk kenaikan tahun 2002 ke tahun 2006 lebih banyak disebabkan oleh kegiatan berdagangan di pulau Sulawesi yang berkembang pesat baik itu perdaganagn dalam negri maupun luar negri. Pada tahun tersebut seperti pada pelabuhan Sulawesi Selatan terjadi muat barang-barang ekspor seperti kakao, hasil perikanan, serta garam, semen. Sementara itu untuk pelabuhan lain juga melakukan muat barang-barang impor yang

4.2.3. Infrastruktur Kelistrikan

Pertumbuhan ekonomi pulau Sulawesi setiap tahunya membutuhkan sistem kelistrikan yang memadai. mengingat listrik sebagai salah satu faktor produksi dalam melakukan kegiatan ekonomi, baik pemerintah, pelaku bisnis dan masyarakat. Beberapa tahun terakhir kelistrikan di Pulau Sulawesi seirama dengan pertumbuhan ekonomi, ini terbukti dengan listrik pulau Sulawesi mengalami kemajuan yang cukup berarti. Beberapa indikator perbaikan diantaranya: upaya yang berkesinambungan meningkatkan kapasitas pembangkit listrik serta pengembangan jaringan transmisi dan distribusi.

Tabel 4.5 dibawah ini menjelaskan pemakaian listrik di pulau Sulawesi dalam kurun waktu 2001 hingga tahun 2011 dimana dengan pertumbuhan PDRB setiap tahunya, juga meningkatkan kebutuhan pemakaian tenaga listrik, seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.5 Perkembangan Pemakaian Listrik (Kwh/Tahun) di Enam Provinsi \ di Pulau Sulawesi Tahun 2001-2011

Listrik (Kwh/Tahun)

Tahun Sulut

Sultra Sulawesi 2001

Gorontalo

Sulteng

Sulsel

Sulbar

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah) Catatan: *) Provinsi Sulawesi Barat Belum Mekar

Grafik 4.5 terlihat pemakian listrik pada pulau Sulawesi dalam periode 2001-2011 menunjukan peningkatan setiap tahunya. Hal ini ditunjukan dengan data tahun 2001 pemakain listrik pulau Sulawesi sebesar 2,317,49 Kwh, naik menjadi 6,382,46 Kwh pada tahun 2011. Kenaikan pemakain listrik yang terjadi dipulau Sulawesi antara tahun 2001-2011 didorong oleh peningkatan pemakain listrik di enam provinsi di pulau Sulawesi (Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Dan Sulawesi Tenggara).

Dari enam provinsi di pulau Sulawesi provinsi Sulawesi Utara untuk periode 2001- 2011 mengalami pemakaian listrik yang cukup stabil menunjukan kenaikan dari data yang ada pada penelitian ini tahun 2001 pemakaian sebesar 667,17 kwh, naik menjadi 1,563,55 Kwh pada tahun 2011. Sementara untuk provinsi Gorontalo memiliki pemakaian listrik yang fluktuatif, tahun 2001 sebesar 84,84 Kwh turun menjadi 10,621,918 Kwh pada tahun 2006 dan menaglami kenaikan yang cukup tinggi pada tahun 2011 sebesar 228,51 Kwh.

Provinsi Sulawesi Tengah tergolong daerah daerah yang cukup tinggi dalam pemakaian listrik jika dibandingkan dengan dua provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo, yang menunjukan kenaikan pada setiap tahunya dalam pemakian listrik. Tahun 2001 sebesar 213,31 Kwh pemakaian listrik, naik sebesar 345,23 Kwh pada tahun 2008, kondisi ini terus menunjukan Provinsi Sulawesi Tengah tergolong daerah daerah yang cukup tinggi dalam pemakaian listrik jika dibandingkan dengan dua provinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo, yang menunjukan kenaikan pada setiap tahunya dalam pemakian listrik. Tahun 2001 sebesar 213,31 Kwh pemakaian listrik, naik sebesar 345,23 Kwh pada tahun 2008, kondisi ini terus menunjukan

Provisni Sulawesi Barat meskipun baru pada tahun 2004 menjadi daerah baru di pulau Sulawesi namun kondisi pemakaian listrik dari data penelitian ini cukup besar dan menunjukan kenaikan pemakian disetiap tahunya, tahun 2004 tercatat pemakian sebesar 68,01 Kwh, naik menjadi 151,51 Kwh pada tahun 2001, kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan provinsi Sulawesi Tenggara yang menunjukan penurunan pemakian listrik dalam periode yang sama. Kemudian untuk provinsi Sulawesi Tenggara data yang ada menunjukan bahwa dari periode 2001-2011 pemakaian listrik mengalami fluktuatif yakni anatara tahun 2008-2011 mengalami penurunan setelah mengalami kenaikan tahun 2005-2007. Tahun 2001 pemakaian listrik Sulawesi Tenggara sebesar 165,29 Kwh, naik menjadi 438,87 Kwh tahun 2005 kondisi ini bertahan hingga tahun 2007, karena pada tahun 2008 mengalami penurunan yakni kembali sebesar 304,70 Kwh dan kondisi ini bertahan sampai tahun 2011 yakni pada posisi 390,48 Kwh.

Untuk mempermudah melihat perkemabang pemakaian listrik pada pulau Sulawesi, perhatikan grafik 4.5 dibawah ini, menjelaskan perkembangan pemakain listrik di enam provinsi pulau Sulawesi :

Grafik 4.5 Perkembangan Pemakaian Listrik (Kwh/Tahun) di Enam Provinsi \ di Pulau Sulawesi Tahun 2001-2011

Sulut Gorontalo

Sulteng Sulsel

Sulbar Sultra

Sulawesi

Sumber: Badan Pusat Statistik

Garfik 4.5 mengambarkan pemakaian listrik di enam provinsi dan total pemakaian listrik pulau Sulawesi dalam periode 2001-2011, terlihat bahwa dari grafik secara umum untuk pemakain listrik pulau Sulawesi mengalami kenaikan, hanya pada dalam periode 2001-2011, hanya pada tahun 2004 mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan oleh penurunan pemakaian dibeberapa provinsi yang ada.

Kanaikan pemakaian listrik pulau Sulawesi secara umum dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah, Pertama pertumbuahn ekonomi pulau Sulawesi yang sebagian besarnya di sumbang oleh sektor primer seperti pertambangan yang banyak membutuhkan listrik dalam proses produksinya, kedua pulau Sulawesi merupakan salah satu daerah kawasan wisata, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara, konsekuensi dari daerah wisata adalah semakin berkembangnya sektor tersier seperti jasa-jasa dimana jasa-jasa ini lebih Kanaikan pemakaian listrik pulau Sulawesi secara umum dipengaruhi oleh banyak faktor. Diantaranya adalah, Pertama pertumbuahn ekonomi pulau Sulawesi yang sebagian besarnya di sumbang oleh sektor primer seperti pertambangan yang banyak membutuhkan listrik dalam proses produksinya, kedua pulau Sulawesi merupakan salah satu daerah kawasan wisata, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara, konsekuensi dari daerah wisata adalah semakin berkembangnya sektor tersier seperti jasa-jasa dimana jasa-jasa ini lebih

Meskipun Kanaikan pemakaian listrik pulau Sulawesi selama periode 2001-2011, Listrik pulau Sulawesi masih tantangan diantaranya, rasio eletifikasi kelistrikan pulau Sulawesi masih dibawah dibawah pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Untuk lebih jelasnya garfik 4.6 menjelaskan perbandingan rasio elektifikasi dibeberapa pulau besar indonesia :

Grafik 4.6 Perbandingan Jumlah Sambungan Listrik di Enam Pulau besar di Indonesia Tahun 2011

sulawesi maluku + papua

jawa bali + nusa tenggara

Sumber: Statistik PLN 2011

Dari grafik 4.6 dengan mengunakan data tahun 2011, diatas terlihat bahwa untuk rasio elektifikasi secara nasional pulau Sulawesi masih rendah dibandingkan dengan pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, Hal mengindikasikan bahwa meskipun pertumbuahn ekonomi yang tinggi setiap tahunya dan pemakaian listrik pulau Sulawesi juga naik mengikuti pertumbuhan ekonomi tersebut namun secara nasional masih tergolong rendah. Bahkan juga pada umumnya peningkatan pemakaian listrik dipulau Sulawesi selama periode 2001-2011 hanya terkonsetrasi di kota-kata besar dan belum terkoneksi lintas provinsi, lintas kabupaten akibat jaringan Dari grafik 4.6 dengan mengunakan data tahun 2011, diatas terlihat bahwa untuk rasio elektifikasi secara nasional pulau Sulawesi masih rendah dibandingkan dengan pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, Hal mengindikasikan bahwa meskipun pertumbuahn ekonomi yang tinggi setiap tahunya dan pemakaian listrik pulau Sulawesi juga naik mengikuti pertumbuhan ekonomi tersebut namun secara nasional masih tergolong rendah. Bahkan juga pada umumnya peningkatan pemakaian listrik dipulau Sulawesi selama periode 2001-2011 hanya terkonsetrasi di kota-kata besar dan belum terkoneksi lintas provinsi, lintas kabupaten akibat jaringan