Pengaruh Pembangunan Infrastruktur terhadap Terha

SKRIPSI PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PULAU SULAWESI OLEH : SABARUDIN

NIM. B1A1 09 015

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2014

SKRIPSI PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PULAU SULAWESI OLEH : SABARUDIN

NIM. B1A1 09 015

JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2014

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI INI TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI PADA TANGGAL ……………………………… OLEH SABARUDIN

NIM. B1A1 09 015

PEMBIMBING I, PEMBIMBING II,

ULFA MATOKA, SE., Msi SYAMSUL ANAM, SE.,M.Ec.Dev

NIP. 1958092 198810 2 001 NIP. 19760417 200604 1 001

Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan

Dr. Rosnawintang, SE., M.Si Nip. 19680808 199403 2 002

HALAMAN PENETAPAN PENGUJI SKRIPSI

Telah diuji pada Tanggal 7 Oktober 2014

: B1A1 09 055

Jurusan

: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Dr. Muh. Yani Balaka, SE., M.Si ( ………………………)

Sekretaris : Wali Aya Rumbia, SE., M.Si (………………………)

Anggota : 1. Ulfa Matoka, SE.,Msi (……………………....)

2. Dr. Muh Nur Afiat, SE.,M.Si (………………………)

3. Syamsul Anam, SE., M.Ec.Dev (………………………)

Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan

Dr. Rosnawintang, SE., M.Si

Nip. 19680808 199403 2 002 HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama

: SABARUDIN

Stambuk

: B1A1 09 015

Fakultas

: Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari

Jurusan

: Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Alamat : Perumahan Dosen UHO Kendari Blok V. No 12. Kec. Kambu Kota Kendari

Telp/HP

Judul Skripsi

: Pengaruh

Pembangunan

Infrastruktur Terhadap

PertumbuhanEkonomi Pulau Sulawesi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi ini benar -benar hasil karya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini hasil duplikasi atau hasil karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Kendari, Yang membuat pernyataan

SABARUDIN (B1A1 09 015)

ABSTRAKSI

SABARUDIN, Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sulawesi. dibimbing: Ulfa Matoka, dan Syamsul Anam.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembangunan infrastruktur dalam hal ini panjang jalan, pemakaian listrik dan volume bongkar muat pelabuhan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam hal ini PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) di pulau sulawesi (Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara) dalam periode 2001-2011. Penelitian ini di latarbelakangi oleh kenyataan bahwa PDRB pulau Sulawesi dalam periode 2001-2011 menunjukan peningkatan disetiap tahunya sementara infrastruktur yang tersedia kurang memadai.

Model analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif (deskriptif) dan metode analisis regresi berganda, dengan model ini diharapkan dapat menjelaskan hubungan pengaruh infrastruktur (jalan, pelabuhan dan listrik) terhadap pertumbuhan ekonomi pulau sulawesi. Hasil analisi deskriptif menunjukan bahwa secara bersama-sama berpengaruh positif antara infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi pulau sulawesi, dalam hal ini panjang jalan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, konsumsi listrik berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, dan volume bongkar pelabuhan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci : Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayahnya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan hasil penelitian ini

menjadi sebuah skripsi yang utuh yang berjudul “Pengaruh Pembangunan Infrastruktur

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sulawesi”. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wasallam beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Setelah lebih kurang 12 semester menimba Ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo Kendari, dengan segala keterbatasan yang ada, Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, arahan, serta saran-saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati yang paling dalam penulis menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Untuk Ayahanda tercinta La Tangka yang telah mendidik dan membesarkan dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang yang begitu besar dan nyata, Bapak seorang lelaki yang terbaik sepanjang masa, yang memberikan banyak sekali pelajaran hidup yang sangat berarti. Semoga Allah Swt senantiasa memberi kesehatan, menjaga dan memberikan kemuliaan atas semua tanggung jawab dan semua hal yang begitu sangat berarti yang telah dilakukan oleh beliau.

2. Untuk Ibunda tercinta Wa Dame yang telah mendidik dan membesarkan dengan penuh keikhlasan dan kasih sayang yang begitu besar dan nyata, seorang Ibu yang terbaik, Ibu yang tiada duanya, selalu sabar dan tak pernah berhenti memberikan semangat dan doa.

3. Bapak Prof. DR. Ir. Usman Rianse, M.Si, selaku Rektor Universitas Haluoleo

4. Bapak Prof. Dr. H. Muhamad Syarif, SE.,MSi selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnsi Universitas Halu Oleo.

5. Ibu Dr. Rosnawintang, SE.,MSi selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Halu Oleo.

6. Ibu Ulfa Matoka, SE.,Msi, sebagai Pembimbing I yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Syamsul Anam, SE., M.Ec.Dev, selaku Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran telah membimbing, mengarahkan dan memberikan saran kepada Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak Dr. Muh. Yani Balaka, SE., M.Si; Ibu Wali Aya Rumbia, SE., M.Si, dan Bapak Dr. Muh Nur Afiat, SE.,M.Si, selaku tim penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberi penilaian pada tugas akhir ini.

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat besar kepada penulis selama perkuliahan.

10. Bapak dan Ibu Kantor Badan Pusat dan Statistik Provinsi Sulawesi Tenggara, Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuannya dalam pelayanan dan penyediaan data dalam penyusunan skripsi ini.

11. Seluruh staf jurusan Ilmu Ekonomi; Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas segala informasi dan bantuannya kepada penulis.

12. Buat teman2ku yang lebih dulu mendapat gelar sarjananya Yusdin Tangkesi, SE; Muataqim, SE; Randi Yudha, SE; La Ode Ndimani, SE; Adzan Dewangga, SE; Dian

Angraha sultra, SE; Silvery SE; Lita Aprianti, SE; Sitti Nurjanan, SE; Hizarudin, SE; Nurwai, SE; semoga sukses selalu and cepat dapat kerja. Amin............... Buat teman-teman seperjuangan Amal Salham, SE., Filsafat, Mardamin, La ode Kadar, Ajal Saputra, Ardi Wijaya, Adrian, SH., Ardin, Prawindi, Eko Sudrajat, Tamsil ,

“Perjuangan Belum Berakhir Kawan”.

13. Kepada rekan-rekan pergerakan di HMI, PMII, LMD, makasih atas semua dorongan dan spirit perjuangan selama ini.

14. Kepada rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis terutama adik-adik yang masih berproses di “HMJ IESP, BEM FEKON UHO, DPM FEKON UHO” teruslah berkarya, jangan patah semangat, jaga dan junjung tinggilah Almamater kita Universitas Halu Oleo. “Idealisme Diatas Segalanya”.

15. Kepada keluarga besar ISMEI dan IMEPI, semoga ISMEI dan IMEPI kedepan tambah maju dan berkembang, amin. Jangan pernah berhenti untuk melakukan perubahan, karena perubahan itu naluri alamiyah yang ada dimuka bumi ini, percayalah jika kita tidak pernah berbuat sesuatu niscaya tiada orang pun yang tau siapa kita.

16. Dan kepada semua pihak lainya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis yakin dan percaya bahwa tanpa dukungan dan bantuannya, maka proses ini tidak akan pernah sampai disini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat.

Kendari, 7 Oktober 2014

Penyusun

Sabarudin B1A1 09 015

DAFTAR TABEL

Table 1. Perkembangan Nilai PDRB ADHK Enam Provinsi Di Pulau Sulwesi Dalam Periode 2001-201 ……………………...…………………………………. 37 Table 2. Perkembangan Kontribusi PDRB lima provinsi di Pulau Sulawesi Menurut Kelompok Sektor Ekonomi Periode 2001-2011 ………………...…...39 Table 3. Perkembangan Panjang jalan Pulau Sulawesi Tahun 2001-2011 …………....…. 43

Table 4. Perkembangan Volume Bongkar Muat Pulau Sulawesi Tahun 2001-2011 ………………….…………………………….……………… 47 Table 5. Perkembangan Pemakaian Listrik pulau Sulawesi Tahun 2001-2011 ……………….………………………………………………. 49 Table 6. Hasil Estimasi Pengaruh Jalan, Pelabuhan Dan Listrik Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sulawe si ………………………………………………… 57 Table 7. Uji multikolinearlitas ………………………………...………………………….. 60

Table 8. Uji autokorelasi ………………………………………...………………………...

61

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Infastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi ……………………………………... 21 Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian …………………………………………………….. 28

Gambar 3. Uji Heterokedastisatas ………………………………………………………... 29

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Kontribusi PDRB Pulau Sulawesi Menurut Kelompok Sektor (persen ........... 38 Grafik 2. Perbandingan Trasformasi Struktur Ekonomi di Pulau Besar Di Indonesia ….. 40 Grafik 3. Perkembangan panjang jalan di enam provinsi pulau sulawesi dalam

periode 2001-2011 ………………………………………………………………42 Grafik 4. Perkembangan volume bongkar muat (ton/tahun) di enam provinsi pulau Sulawesi dalam periode 2001-2011 …………………………………………......45 Grafik 5. Perkembangan pemakaian listrik (Kwh/Tahun) di enamprovinsi pulau sulawesi dalam periode 2001-2011 ……............................................................. 47 Grafik 6. Perbandingan Jumlah Sambungan Listrik Pulau Di Indonesia, Nasional Tahun 2011 ………………………………………………………………………50 Grafik 7. Uji Heterokedastisitas …………………...…………………………………….....56

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai negara berkembang Indonesia terus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya, salah satunya dengan melalui pembangunan bidang ekonomi. Secara umum tujuan negara dalam ekonomi makro adalah untuk mencapai stabilitas ekonomi yang baik, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kemiskinan yang menurun serta penganguran yang sedikit. Pemerintah dalam rangka mencapai kondisi tersebut telah mendesain kebijakan-kebijakan baik itu dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Kebijakan tersebut menunjukkan hasil pembangunan yang terus membaik disetiap tahunnya baik secara nasional maupun daerah, kondisi perbaikan ekonomi secara nasional misalnya membaiknya kondisi indikator-indikator ekonomi makro indonesia, pertumbuhan ekonomi yang terus positif dari tahun ke tahun, kemiskinan yang menurun dan penganguran juga terus menurun. Bersaman dengan itu terdapat ketimpangan-ketimpangan dari pembangunan ekonomi tersebut hal ini tercermin dari pembangunan antara satu daerah dengan daerah lainya, diantara ketimpangan tersebut tersaji antara kawasan barat indonesia (KBI) (Sumatera, Jawa, Dan Bali) dengan kawasan timur indonesia (KTI) (Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua). Salah satu ketimpangan tersebut terdapat pada pembangunan bidang infrastruktur terutama jalan, listrik, dan pelabuhan.

Pulau Sulawesi dalam periode 2001-2011 mengalami kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang tinggi (PDRB) dibandingkan dengan pulau lainya di Indonesia bahkan kenaikan

PDRB tersebut diatas kenaikan rata-rata PDB nasional. secara rata-rata untuk kenaikan PDRB pulau Sulawesi dalam periode 2001-2011 sebesar 7.17 persen pertahun.

Dilihat dari skala provinsi kenaikan PDRB di Sulawesi terlihat pada provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 10,41 persen, Sulawesi Tengah Sebesar 9,27 persen, Sulawesi Barat 8,90 persen, Sulawesi Selatan 8,33 persen, Sulawesi Utara 7,90 persen, Gorontalo 7,71 persen. Hal ini jauh berbeda dengan kondisi pertumbuhan ekonomi pulau Jawa dimana dalam periode yang sama pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 5,95 persen pertahunya.

Untuk wilayah Sulawesi kondisi ini relative ideal dalam rangka memperbesar ukuran ekonominya mengingat meskipun pulau Sulawesi mengalami pertumbuhan PDRB diatas nasional tetapi ukuran ekonomi pulau Sulawesi masih dibawah pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Hal ini ditunjukan dengan kontribusi PDRB terhadap pembentukan PDB nasional tahun 2012 pulau Sulawesi hanya mampu menyumbang 4.98 persen terhadap PDB nasional sementara dalam periode yang sama pulau Jawa menyumbang sebesar 61.36 persen terhadap pembentukan PDB nasional.

Pada sisi lain pembangunan infrastruktur seperti jalan, listrik dan pelabuhan dalam periode pertumbuhan ekonomi tinggi pulau Sulawesi dianggap masih menjadi problem utama terutama ketika infrastruktur berfungsi dalam membuka isolasi antar wilayah dan menghubungkan pulau dengan kawasan lainnya di Indonesia bahkan dunia.

Sebagai ilustrasi ketimpangan dibidang pembangunan infrastrukur jalan, pelabuhan dan kelistrikan di pulau Sulawesi, ditunjukan dari data tahun 2012 panjang jalan pulau Sulawesi hanya sebesar 16,53 persen dari panjang jalan nasional, sementara untuk pulau Jawa pada periode yang sama sebesar 23,61 persen dari panjang jalan nasional dan sumatera sebesar 34,15 persen dari panjang jalan nasional. Kondisi panjang jalan pada pulau Sulawesi makin timpang Sebagai ilustrasi ketimpangan dibidang pembangunan infrastrukur jalan, pelabuhan dan kelistrikan di pulau Sulawesi, ditunjukan dari data tahun 2012 panjang jalan pulau Sulawesi hanya sebesar 16,53 persen dari panjang jalan nasional, sementara untuk pulau Jawa pada periode yang sama sebesar 23,61 persen dari panjang jalan nasional dan sumatera sebesar 34,15 persen dari panjang jalan nasional. Kondisi panjang jalan pada pulau Sulawesi makin timpang

Pada infrastruktur pelabuhan, umunya pelabuhan-pelabuhan di pulau Sulawesi masih tertinggal dibandingkan dengan kapasitas pelabuhan-pelabuhan KBI. Secara umum, ketersediaan sarana dan prasarana pelabuhan pada masing-masing provinsi di Pulau Sulawesi masih terbatas. Pada Pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan, pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara, dan pelabuhan di Sulawesi Barat, pelabuhan Nusantara Kendari Sulawesi Tenggara, dan pelabuhan Gorontalo, masing-masing berhadapan dengan kondisi dermaga yang pendek, lapangan penumpukan yang sempit, peralatan bongkar muat yang terbatas, dan kolam pelabuhan yang dangkal. Hal ini membuat kondisi umum pelabuhan di pulau Sulawesi tidak efisien untuk mendukung perekonomian pulau Sulawesi. Kondisi ini sangat berbeda dengan pelabuhan- pelabuhan yang ada di pulau Jawa dan Sumatera, pelabuhan-pelabuhan pulau Jawa umumnya sudah memilki sebagian besar fasilitas yang mendukung pelayanan pelabuhan yang cepat, tepat dan murah.

Sementara untuk infrastruktur listrik dibandingkan dengan pulau Jawa dan pulau Sumatera, pulau Sulawesi memiliki tantangan yang cukup besar, permasalahan kelistrikan pulau Sulawesi antara lain jaringan kelistrikan di Pulau Sulawesi belum terkoneksi lintas provinsi bahkan lintas kabupaten dan kota, dan juga kapasitas energy listrik pulau Sulawesi yang terbatas.

Melihat permasalah infrastruktur yang dihadapi oleh pulau Sulawesi dan pulau-pulau yang ada dalam di indonesia, pemerintah terus mendorong program pembangunan infrastruktur hal ini ditunjukan dengan naiknya anggaran infrastruktur yang dialokasikan dalam APBN. Tahun

2009 sampai tahun 2013 angka belanja untuk sektor infrasturktur terus mengalami kenaikan tahun 2009 belanja infrasturktur pemerintah pusat sebesar 91,3 triliun rupiah dari APBN kondisi ini terus ditingkatkan oleh pemerintah hingga tahun 2012 total belanja infrasturktur sudah sebesar 174,9 triliun rupiah dari APBN.

Meningkatnya anggaran infrastruktur ini berimplikasi baik untuk pembangunan infrastruktur indonesia. Diantaranya dimanfaatkan oleh pemerintah dalam hal memaksimalkan penyedian infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan serta persedian pasokan listrik. Tetapi kenaikan anggaran tersebut banyak alokasikan diwilayah-wilayah yang umunya sudah memilki kondisi infrastruktur yang baik seperti KBI (Sumatera, Jawa, Dan Bali), sementara untuk KTI (Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua) mendapatkan porsi yang sedikit. Akibatnya peningkatan anggaran belanja infrastruktur tersebut tidak mampu mengurangi ketimpangan ketersedian infrasturktur dimasing-masing daerah terutama pulau Sulawesi.

Penelitian dan kajian tentang peran infrasturktur bagi perekonomian sudah banyak dilakukan baik itu dalam skala nasional maupun lokal, terutama penelitian tentang hubungan antara pertumbuhan ekonomi.

Berangkat dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti sejauh mana pengaruh infrasturktur jalan, lisrik, dan ketersedian pelabuhan pada pertumbuhan ekonomi di

pulau sulawesi. Untuk itu penulis kemudian mengambil judul “Pengaruh Pembangunan Infraksturktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pulau Sulawesi ”.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh infrastruktur jalan, listrik, pelabuhan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi ?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh infrastruktur jalan, listrik, pelabuhan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sulawesi.

1.3 Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan masukan bagi pemerintah daerah wilayah Sulawesi dalam menetapkan kebijakan terkait dengan bidang infrasturktur.

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang melakukan studi terkait.

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah dan tujuan maka agar penelitian ini lebih tearah maka ruang lingkup pembahasan penelitian ini adalah infrasktutur jalan, infasktutur listrik, infrasktutur pelabuhan di pulau Sulawesi yang mencakup (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat) dengan periode pengamatan tahun 2001-2011.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Tentang Infrastruktur

Infrastruktur merupakan keseluruhan elemen yang berguna untuk berfungsinya perekonomian dengan menfasilitasi sirkulasi barang dan ide. Setiap usaha untuk meningkatkan dan mendivervikasi produksi, memperluas perdagangan, menyebarkan penduduk, mengurangi kemiskinan, serta memperbaiki kondisi lingkungan membutuhkan prasarana infrastruktur. Dalam kamus bahasa Indonesia infrastruktur dapat diartikan sebagai sarana dan prasarana umum. Sarana secara umum dikenal juga sebagai fasilitas publik, seperti jalan, listrik, jembatan, rumah sakit, pelabuhan.

MacMillan Dictionary Of Modern Economics (1996) menyebutkan infrastruktur merupakan elemen struktural ekonomi yang memfasilitasi arus barang dan jasa antara pembeli dan penjual. Sementara itu The Routledge Of Economics (1995) memberikan penegertian yang lebih luas yaitu infrastruktur merupakan pelayanan utama dari suatu negara yang membantu kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat sehingga dapat berlangsung yaitu dengan menyediakan trasnportasi dan juga fasilitas pendukung lainya.

Fox dalam Rachel Shally (1997) mendefinisikan Infrastruktur sebagai, “those services derived from the set public work tradisionally supported by the public sector to enchance private

sector production and to allow for household consumption”. Selanjutnya Vaughn and Pollard (2003) menyatakan infrastruktur secara umum meliputi jalan, jembatan, air dan sistem pembuangan, bandar udara, pelabuhan, bangunan umum, dan juga termasuk sekolah-sekolah, fasilitas kesehatan, penjara, tempat rekreasi, pembangkit listrik, keamanan, dan telekomunikasi.

Todaro (2007) juga mendefinisikan infrastruktur sebagai salah satu faktor penting yang menentukan pembangunan ekonomi. “the underlying amount of physical and financial capital embodied in roads, railways, water ways, air ways, and other forms of transportation and communication plus water supplies, finacila instituons, electricity, and public services such a s health and education. The level of infrastructural development in a country is a crucial factor

determing the pace and diversity of economic development.” Kodoatie (2003) mendefinisikan infrastruktur sebagai fasilitas-fasilitas fisik yang

dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan lainnya untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ekonomi dan sosial.

Selanjutnya dalam World Bank Report (1994) infrastruktur dibagi dalam tiga golongan yaitu:

1. Infrastruktur ekonomi yang merupakan aset fisik dalam menyediakkan jasa dan digunakan dalam produksi dan konsumsi final meliputi public utility (telekomunikasi, air minum, sanitasi, dan gas), public works (jalan, bendungan, saluran irigasi, dan lapangan terbang).

2. Infrastruktur sosial yang merupakan aset yang mendukung kesehatan dan keahlian masyarakat meliputi pendidikan (sekolah dan perpustakan), kesehatan (rumah sakit, pusat kesehatan), serta untuk rekreasi (taman, museum, dan lain-lain).

3. Infrastruktur administrasi/institusi yang meliputi penegakan hukum, kontrol administrasi dan kordinasi, serta kebudayaan.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Percepatan Penyediaan infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis infrastruktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan, Pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2005 tentang Komite Percepatan Penyediaan infrastruktur, menjelaskan beberapa jenis infrastruktur yang penyediaannya diatur pemerintah, yaitu: infrastruktur transportasi, infrastruktur jalan,

Dalam banyak pembahasan infrastruktur dapat dikatakan memiliki sifat sebagai barang publik, hal ini sejalan dengan penjelasan Stiglizt (2000: 104), yang menyatakan bahwa beberapa infrastruktur seperti jalan, pendidikan merupakan salah satu barang publik yang disediakan oleh pemerintah meskipun infrastruktur ini bukanlah barang publik murni .

Barang publik mempunyai dua ciri utama dari sisi pengunaanya (konsumsi barang publik), yaitu non-rivalry dan non-excludable . merupakan sifat rivalitas (persaingan) dalam mengkonsumsi atau menggunakan suatu barang, maknanya adalah jika suatu barang digunakan oleh seseorang, barang tersebut tidak dapat digunakan orang lain. Jika seseorang mengkonsumsi atau menggunakan suatu barang dan orang lain mengkonsumsi barang tersebut, dengan kata lain, jika kondisi sebaliknya yaitu ketika seseorang mampu untuk menahan orang lain untuk bersama- sama mengonsumsi barang tersebut, barang itu dapat dikatakan sebagai barang publik. Dengan memahami sifat infraskruktur sebagai barang publik, maka berdasarkan teori infraskruktur memilki karakter eksternalitas. Hal ini sesuai dengan sifatnya, yaitu dimana infraskruktur disediakan oleh pemerintah dan bagi setiap pihak yang mengunakan infraskruktur tidak memberikan bayaran secara langsung atas penguna infraskruktur.

Canning dan Pedroni (2004: 11) menyatakan bahwa infraskruktur memiliki sifat eksternalitas. Berbagai infraskruktur seperti jalan, pendidikan, kesehatan dsb memiliki eksternalitas positif. Memberikan dukungan bahwa fasilitas yang diberikan oleh berbagai infraskruktur merupakan eksternalitas positif dan dapat meningkatkan produktifitas semua input daalam proses produksi. Eksternalitas positif pada infraskruktur yaitu berupa efek limpahan (spillover effect) dalam bentuk peningkatan produksi perusahaan-perusahaan dan sektor Canning dan Pedroni (2004: 11) menyatakan bahwa infraskruktur memiliki sifat eksternalitas. Berbagai infraskruktur seperti jalan, pendidikan, kesehatan dsb memiliki eksternalitas positif. Memberikan dukungan bahwa fasilitas yang diberikan oleh berbagai infraskruktur merupakan eksternalitas positif dan dapat meningkatkan produktifitas semua input daalam proses produksi. Eksternalitas positif pada infraskruktur yaitu berupa efek limpahan (spillover effect) dalam bentuk peningkatan produksi perusahaan-perusahaan dan sektor

2.2 Pertumbuhan Ekonomi dan Infraskruktur

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi suatu daerah. Perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah tertentu di pengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu adalah pembangunan sektor infrastruktur dimana faktor ini dapat menjadi urat nadi perekonomian daerah. Penelitian mengenai keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dengan infraskruktur telah banyak dilakukan.

Todaro (2000: 143) “menjelaskan bahwa tingkat ketersediaan infrastruktur di suatu Negara dan daerah tertentu adalah faktor penting dan menentukan bagi tingkat kecepatan dan

perluasan pembangunan ekonomi”. Hal senada juga dikemukakan Mankiw (2003) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, diantara adalah modal fisik, modal manusia, sumber daya alam, dan pengetahuan teknologis. Capital meliputi investasi sektor publik dan privat dalam perekonomian, misalnya saja sektor privat melakakukan pembangunan pabrik, pembelian mesin-mesin produksi baru Sedangkan sektor publik dengan membangun infrasktutur seperti jalan, jembatan, pelabuhan laut, jaringan telekomunikasi, dan jaringan listrik yang disebut juga sebagai public ca pital.

Lebih lanjut Mankiw (2004:57). “ Pekerja akan lebih produktif jika mereka mempunyai alat-alat untuk bekerja. Peralatan dan infrastruktur yang di gunakan untuk menghasilkan

barang dan jasa di sebut modal fisik yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi pada suatu negara ”

Marwan Ja‟far (2007) dalam penelitian yang peranan infraskturtur terhadap pertumbuhan ekonomi menyimpulkan bahwa infraskturtur memilki peranan positif terhadap pertumbuhan

ekonomi bahwa dalam jangka pendek infraskturtur dapat menciptakan lapangan kerja, dan dalam jangka menegah dan panjang infraskturtur akan mendukung peningkatan efisiensi dan produktifitas sektor-sektor ekonomi terkait.

Tanjung hapsari (2011) penelitian dengan judul pengaruh infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia mendapatkan kesimpulan bahwa infrastruktur jalan, listrik menujukan pengaruh yang signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sementara dua infrastruktur yakni infrastruktur telepon dan air tidak berpengaruh atas pertumbuhan ekonomi.

Permana dan Alla (2010: 16) menu jukan bahwa “ variabel infrastruktur termasuk panjang jalan beraspal berpengaruh terhadap investasi dan pertumbuhan ekonomi ”. Dengan baiknya infrastruktur, yang dalam penelitian ini dilihat dari panjang jalan yang dalam keadaan baik, maka proses produksi sampai distribusi kepada konsumen akan lebih singkat sehingga kegiatannya menjadi efisien. Sejalan dengan hal tersebut, Firdaus 2008 dalam (Permana dan Alla 2010:18) mengemukakan bahwa “suplai tenaga listrik dan infrastruktur sosial berpengaruh signifikan terhadap daya tarik investasi dan pert umbuhan ekonomi pada suatu wilayah.” Robert E. Looney dan David Winterford (1972-1991) menunjukan adanya hubungan yang sangat erat di Pakistan antara keberadaan infrastruktur regional dan tingkat pembangunan sosial ekonomi secara luas. Selain itu, penelitian ini juga menekankan pentingnya perbedaan jenis infraskruktur dalam trasnportasi untuk membangun regional. Penelitain ini di akhiri dengan rekomendasi kebijakan mengenai tingkat daan kombinasi infrastruktur keras (Hard Infrastructure) yang dapat digunakan para pengambil kebijakan untuk mengurangi disparitas pendapatan antar daerah yang ada dipakistan.

Munnell (1990), dengan melakukan penelitian dampak infrasturktur publik terhadap pertumbuhan produktifitas di 48 negara bagian amerika selama tahun 1970-1986, dengan mengunakan variable jalan, sekolah, rumah sakit, faasilitas air minum, gas, listrik dan infrasturktur non militer lainya, menyimpulkan bahwa infrasturktur tersebut memberikan dampak postif terhadap produktifitas yang selanjutnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di 48 negara bagian amerika.

Kemudian Sylvie Bertrand (1999) melakukan penelitian untuk mengetahui peran infrasturktur publik pada pertumbuhan ekonomi regional prancis pada periode 1982-1983, dalam penelitian ini didapat bahwa infrasturktur publik seperti jalan, jembatan, listrik, pelabuhan, sekolah, dan sanitasi berpengaruh dalam merangsang pertumbhan ekonomi regional prancis.

Hasil studi Bank Dunia dalam Infrastructure for Development (1994) menyatakan bahwa faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia pada abad ke-20 menjadi relatif cepat dibandingkan dengan beberapa abad sebelumnya adalah karena kemajuan teknologi dan pertumbuhan Infrastruktur. Berdasarkan kajian empris, dapat dibuktikan bahwa semakin maju atau semakin modern tingkat perekonomian suatu Negara, maka semakin besar pula tingkat kebutuhan akan infrasturktur.

Menurut Wylie (1996: 37) dalam penelitian peran infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di kanada, infrasturktur jalan merupakan yang paling berpengaruh dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di kanada. Ini didasari atas dengan ketersedian infrasturktur jalan maka akan membuka akses yang baik di suatu wilayah, sehingga menyebabkan kelancaran produksi.

2.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan

Menurut Arsyad (1999) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan PDRB dan PDB tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang

terjadi suatu negara. Pertumbuhan (growth) tidak identik dengan ”pembangunan (development) pertumbuhan ekonomi adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan. Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedangkan pembangunan ekonomi berdimensi lebih luas.

Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan pertumbuhan PDRB menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita

dalam jangka panjang. Penekanan pada „proses‟, karena mengandung unsur dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan

dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya.

2.3.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut ekonom klasik, Adam Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (lihat Arsyad,1999). Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga :

1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah, sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.

2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.

3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output. Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sector-sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik.

Menurut teori pertumbuhan ekonomi klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 1994). Persamaannya adalah :

Δ Y = f (ΔK, ΔL, ΔT) Δ Y = tingkat pertumbuhan ekonomi Δ K = tingkat pertambahan barang modal Δ L = tingkat pertambahan tenaga kerja Δ T = tingkat pertambahan teknologi

2.3.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Teori pertumbuhan Neo Klasik, permintaan masyarakat tidak menentukan laju pertumbuhan sebaliknya tergantung dalam pertumbuhan ekonomi tergantung kepada pertambahan penawaran faktor-faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan pada asumsi perekonomian akan tetap mengalami tingkat kesempatan kerja penuh dan kapasitas barang-barang modal akan tetap sepenuhnya digunakan dari masa ke masa. Pertambahan faktor- faktor produksi dan tingkat kemajuan teknologi akan menjadi penentu sampai dimana perekonomian berkembang (Sukirno,2000:263-264).

Dalam teori Neo Klasik rasio modal produksi dengan mudah mengalami perubahan. Kombinasi jumlah antara modal yang diperlukan dan tenaga kerja yang diperlukan dapat berubah sesuai dengan kuantitas produksi yang diinginkan. Apabila modal yang tersedia sedikit, maka tenaga kerja yang digunakan banyak sebaliknya apabila modal yang digunakan banyak, maka tenaga kerja yang digunakan sedikit.

Dengan kata lain terdapat fleksibilitas yang menjamin kebebasan perekonomian dalam menentukan alokasi modal dan tenaga kerja (Rahardja dan Manurung, 2005:148-150). Teori pertumbuhan neoklasik mempunyai suatu persamaan yang umum untuk menjelaskan teorinya yaitu suatu persamaan yang dikembangkan oleh Charles Cobb dan Paul Douglas, yang secara lazim disebut fungsi produksi Cobb douglas. Fungsi tersebut dapat dituliskan secara berikut :

Yt = TtKα tL β t ………………………………………………………………..(1) dimana: Yt = tingkat produksi tahun t Tt = tingkat teknologi tahun t Kt = jumlah modal kapital pada tahun t

Lt = jumlah tenaga kerja pada tahun t α = pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu modal β = pertambahan produksi yang diciptakan oleh pertambahan satu unit tenaga Kerja.

Dari persamaan diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa merujuk teori pertumbuhan klasik, laju pertumbuhan ekonomi negara tergantung kepada tingkat perkembangan teknologi, peranan modal dalam menciptakan pendapatan nasional (produksi marginal modal) dikalikan dengan tingkat perkembangan stok modal dan peranan tenaga kerja dalam menciptakan pendapatan nasional (produktivitas tenaga kerja) dikalikan dengan tingkat pertambahan tenaga kerja (Arsyad, 2004:60).

2.3.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumberdaya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pekembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Lincoln Arsyad,1999). Pada saat ini tidak ada satupun teori yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif, namun beberapa teori secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah.

Ada beberapa variabel yang dapat dipilih sebagai indikator atau pengukur pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu peningkatan dalam kemakmuran suatu kawasan. Peningkatan ini meliputi baik kepada kapasitas produksi ataupun volume ril produksi (Adisasmita, 2010). Pertumbuhan ekonomi juga dapat dinyatakan sebagai peningkatan dalam sejumlah komoditas yang dapat digunakan atau diperoleh di suatu daerah. Konsep ini Ada beberapa variabel yang dapat dipilih sebagai indikator atau pengukur pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu peningkatan dalam kemakmuran suatu kawasan. Peningkatan ini meliputi baik kepada kapasitas produksi ataupun volume ril produksi (Adisasmita, 2010). Pertumbuhan ekonomi juga dapat dinyatakan sebagai peningkatan dalam sejumlah komoditas yang dapat digunakan atau diperoleh di suatu daerah. Konsep ini

Dalam konteks kewilayahan, setiap wilayah juga menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai target ekonomi makro. Pertumbuhan ekonomi wilayah menjadi faktor yang paling penting dalam keberhasilan perekonomian suatu wilayah untuk jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan dianggap sebagai sumber peningkatan standar hidup (standard of living) penduduk yang jumlahnya terus meningkat, dimana proses pertumbuhan ekonomi wilayah secara garis besarnya dipengaruhi oleh dua macam faktor, yakni faktor ekonomi dan non ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah sangat tergantung pada sumberdaya alamnya, sumberdaya manusia, kapital, usaha, teknologi dan sebagainya.

Semua itu merupakan faktor-faktor ekonomi, tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin bisa terjadi selama lembaga sosial dan budaya, kondisi politik dan keamanan serta nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak menunjang. Dengan kata lain tanpa adanya dukungan faktor- faktor non ekonomi semacam itu secara baik, maka pertumbuhan ekonomi kemungkinan tidak terwujud. Menghitung laju pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah berdasarkan konsep pendapatan regional atau PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).

Dalam konsep makro ekonomi, pengeluaran pemerintah (government expenditure) untuk pembelian barang dan jasa merupakan injeksi terhadap perekonomian yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran eksogen yang besarnya ditentukan oleh sejauh mana ketersediaan anggaran pemerintah yang diperoleh dari pajak (fiscal policy). Suatu injeksi pegeluaran pemerintah dalam hal ini pembangunan infrastruktur disuatu daerah tidak hanya menaikkan pendapatan di daerah yang bersangkutan, tetapi juga menyebarkan kekuatan pendorong kepada daerah-daerah sekitarnya yang saling berhubungan Dalam konsep makro ekonomi, pengeluaran pemerintah (government expenditure) untuk pembelian barang dan jasa merupakan injeksi terhadap perekonomian yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran eksogen yang besarnya ditentukan oleh sejauh mana ketersediaan anggaran pemerintah yang diperoleh dari pajak (fiscal policy). Suatu injeksi pegeluaran pemerintah dalam hal ini pembangunan infrastruktur disuatu daerah tidak hanya menaikkan pendapatan di daerah yang bersangkutan, tetapi juga menyebarkan kekuatan pendorong kepada daerah-daerah sekitarnya yang saling berhubungan

2.4 Infrastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Garmendia dkk (2004:04), hubungan antara jasa infrastruktur, pertumbuhan ekonomi dan hasil-hasil sosial seperti bekerjanya Millennium Development Goals melalui saluran-saluran yang ganda seperti yang dilukiskan di dalam gambar 2.1. Kontribusi dari jasa seperti air, sanitasi transportasi dan energi secara langsung rumah tangga menerima manfaat dan dapat memperbaiki kesejahteraan mereka. Banyak dari manfaat infrastruktur kepada perusahaan di Prancis, sebagai contoh, bahwa diagram input output mengungkapkan perusahaan perusahaan mengkonsumsi dua pertiga dari semua jasa prasarana (Prud'homme dalam Garmendia, et al., 2004:04). Jadi, dengan demikian saluran perusahaan akan menurunkan biaya-biaya dan, yang paling penting, peluang pasar diperluas (terutama melalui telekomunikasi-telekomunikasi dan pengangkutan). Laba yang hasilnya di dalam daya saing dan produksi adalah apa yang dihasilkan di dalam pertumbuhan ekonomi dan pada akhirnya kesejahteraan.

Gambar 2.1 menunjukan adanya keterkaitan antara persediaan infrastruktur dengan pertumbuhan ekonomi. infrastruktur secara tidak langsung akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui jalur rumah tangga (melalui peningkatan kesejahteraan) dan perusahaan (melalui penurunan biaya dan perluasan pasar) yang nantinya akan berpengaruh secara bersama- sama terhadap pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur mempunyai manfaat menggerakan berbagai sektor perkenonomian karena dianggap sebagai social overhead capital (Hirchman dalam Yanuar dalam Permana (2009:11)

Gambar 2.1 Infastruktur dan Pertumbuhan Ekonomi

INFRASTRUKTUR

Keuntungan Rumah Tangga Keuntungan

Perusahaan

Peningkatan

Perluasan Pasar

Kesejahteraan Penurunan Biaya

Pertumbuhan Ekonomi

2.5 Infrasturktur dan Pertumbuhan Ekonomi Regional

Kajian teori ekonomi pembangunan menurut Sjafrizal (2008) dikatakan bahwa untuk menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukana sarana Infrastruktur yang memadai. Ilustrasi sederhana, seandainya semula tidak ada akses jalan lalu dibuat jalan maka dengan akses tersebut akan meningkatakan aktivitas perekonomian. Contoh lain disuatu Kajian teori ekonomi pembangunan menurut Sjafrizal (2008) dikatakan bahwa untuk menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukana sarana Infrastruktur yang memadai. Ilustrasi sederhana, seandainya semula tidak ada akses jalan lalu dibuat jalan maka dengan akses tersebut akan meningkatakan aktivitas perekonomian. Contoh lain disuatu

Infrastruktur fisik, terutama jaringan jalan sebagai pembentuk struktur ruang nasional memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah maupun sosial budaya kehidupan masyrakat. Dalam konteks ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan tempat bertumpu perkembangan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi sulit dicapai tanpa ketersedian jalan memadai.

Tambunan (2005) dikutip oleh arman (2008) menegaskan bahwa manfaat ekonomi infrastruktur jalan sangat tinggi apabila infrastruktur tersebut dibangun tepat untuk melayani kebutuhan masyarakat dan dunia usaha yang berkembang. Tambunan menunjukan manfaat variabel infrastruktur (diukur dengan panjang jalan aspal) terhadap peningkatan beragam tanaman pangan dipulau Jawa jauh lebih signifikan berpengaruh terhadap produksi tanaman pangan dibandingkan dengan pembangunan pengairan. Lebih lanjut menyatakan bahwa infrastruktur merupakan roda pengerak pertumbuhan ekonomi.

Secara ekonomi makro ketersedian dari jasa pelayanan infraskturtur mempengaruhi marginal productivity of private capital , sedangkan dalam konteks ekonomi makro, ketersedian jasa pelayanan infrastruktur berpengaruh terhadap pengurangan biaya produksi.

Secara langsung atau tidak langsung masing-masing infrastruktur fisik memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Seperti keberadaan Infrastruktur jalan memiliki peran vital dalam mendukung berlangsungnya aktivitas sector-sektor lain, dan berpengaruh sebagai prasarana penggerak angkutan bahan mentah untuk produksi, maupun prasarana penggerak distribusi pemasaran dan jasa yang dihasilkan.

2.5 Infraskturtur dan Stabilitas Ekonomi

Perekonomian suatu Negara dikatakan stabil apabila kondisi output (pertumbuhan) dan kenaikan harga umum (inflasi) tidak fluktuatif. Karena output (PDRB riil) dan harga umum merupakan hasil interaksi permintaan dan penawaran agregat, maka stabilitas output dan harga menunjukan stabilitas dan keseimbangan pergerakan sisi permintaan dan sisi penawaran agregat.

Gejala pertumbuhan ekonomi yang disertai dengan inflasi misalnya, dapat menyebabkan pertumbuhan permintaan agregat yang tidak diimbangi oleh pertumbuhan penawaran agregat. Karena inflasi di indonesia murni merupakan gejala moneter.

Maka penangananya tidak dapat dilakukan dengan hanya mengandalkan kebijakan moneter. Kebijakan di sektor ril sangat dibutuhkan untuk mengimbangi pertumbuhan permintaan agregat yang lebih cepat dari tingkat pertumbuhan penawaran agregat. Untuk barang-arang tradeable, seperti bahan makanan, kendaraan bermotor, maupun barang-barang industry, peningkatan pasokan dapat dilakukan dengan impor. Namun untuk barang-barang non-tradeable, penambahan pasokan harus diusahakan oleh perekonomian domestik dengan dukungan oleh peningkatan efisiensi.

Lemahnya sisi penawaran agregat ini bukanlah masalah yang baru bagi bangsa indonesia. Krisis yang dialami pada pertengahan 1960-an juga juga disebabkan lemahnya sisi penawaran agregat. Bukan berarti selama ini pembangunan jangka panjang Indonesia sisi penawarannya tidak berkembang. Melainkan pertumbuhan penawaran agregat kalah cepat dibandingkan permintaan agregat. Salah satu faktor yang penting adalah kekurangan Infrastruktur, ternyata sekalipun banyak kemajuan dalam hal pembangunan Infrastruktur, kemajuan tersebut belum mamadai dibandingkan dengan kebutuhan. Dalam hal yang lebih luas dan dapat ditunjukan bahwa faktor infrastruktur mempunyai pengaruh yang besar terhadap masalah pertumbuhan ekonomi dan inflasi.

Beberapa studi empiris yang dilakukan di Indonesia juga membawa kesimpulan tentang pentingnya Infrastruktur bagi stabilitas perekonomian khususnya stabilitas pertumbuhan ekonomi dan terkendalinya inflasi. Studi yang dilakukan Simorangkir (2004:48) tentang faktor- faktor penentu inflasi regional, membawa pada suatu kesimpulan yakni ketersediaan infrastruktur yang makin baik disuatu daerah akan mempengaruhi tingkat penurunan inflasi di daerah yang bersangkutan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian lain yang berkaitan dengan infrastruktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi (PDRB) pernah dilakukan di jepang oleh Yohosida (1990), dengan melihat perkembangan perekonomian jepang pada tahun 1990, sehingga didapatkan suatu informasi yang cukup penting terhadap pertumbuhan ekonomi dan perekembangan Infrastruktur. Dalam penelitian Yohosida menyakini bahwa investasi infrastruktur sangatlah diperlukan dalam tahapan awal industrialisasi. Hasil penlitian ini bahwa jepang memiliki perjalanan panjang dalam perencanan infrastruktur meliputi trasportasi, kelistrikan dan telekomunikasi.

Munnell (1990) dengan funggsi produksi Cobb Douglas, mendukung dampak yang kuat dan signifikan dari infrasktutr publik pada pertumbuhan produkstifitas di 48 negara bagian USA selama tahun 1970-1986. Variabel yang digunakan meliputi jalan, sekolah, rumah sakit, fasilitas air minum, gas, litrik, dan infrastruktur non militer lainya serta mesin-mesin. Kesimpulan modal publik mempunyai dampak yang sangat positif pada produkstifitas output dengan elastisitas sebesar 0,15% sedangkan modal swasta 0,31% atau elastisitas modal publik setengah dari modal swasta.

Sylvie Chart dan Bertrand Schmitt pada tahun 1999. Dengan fungsi produksi yang mengunakan tiga input (public capital, private capital, employment) , kedua peneliti tersebut melakukan penelitian untuk mengetahui peran infrastruktur publik pada pertumbuhan ekonomi regional di Prancis. Estimasi dilakukan dengan metode ekonometrik data-panel dari 22 regional di Prancis pada periode 1982-1993. Dalam penelitian ini di dapat bahwa capital public berpengaruh dalam merangsang pertumbuhan ekonomi regional, namun tidak bepengaruh dalam mengurangi disparitas antar regional.