1. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen

Tabel 3.1. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen

Kuadran I

Kuadran II

Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat

(developed sector)

Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector)

si > s dan ski > sk

si < s dan ski > sk

Kuadran III

Kuadran IV

Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector)

Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector)

si > s dan ski < sk

si < s dan ski < sk

Sumber: Sjafrizal, 2008:180

2. Analisis Location Quotient (LQ) Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah adalah LQ (Location Quotient). LQ Dalam penelitian ini, digunakan untuk menentukan sektor-sektor ekonomi yang dominan yang dapat dikategorikan sebagai sektor basis pada kabupaten yang merupakan pusat pertumbuhan yang ada di Provinsi Jawa Tengah dengan membandingkan besarnya peranan suatu sektor di Kabupaten Klaten terhadap besarnya peranan suatu sektor yang sama pada Provinsi Jawa Tengah. Metode LQ (Location Quotient) adalah suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Besarnya LQ tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus: (Budiharsono (1995) dalam Ropingi, 2003)

Dimana : LQ

= Indeks Location Quotient = Pendapatan (PDRB) sektor/sub sektor i pada wilayah Kabupaten

Klaten = Pendapatan (PDRB) total pada wilayah Kabupaten Klaten

V i = Pendapatan (PDRB) sektor/sub sektor i pada wilayah Propinsi Jawa Tengah

V t = Pendapatan (PDRB) total pada Propinsi Jawa Tengah Jika indeks LQ menunjukkan angka lebih besar atau sama dengan 1 maka dapat dikatakan bahwa sektor i di wilayah Kabupaten Klaten sebagai sektor basis. Jika LQ lebih kecil 1, sektor itu sektor non basis. Dengan mengetahui sektor basis, maka sektor ini akan lebih mendapat prioritas untuk dikembangkan sebagai potensi daerah Kabupaten Klaten.

3. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Metode LQ bersifat statis yang hanya memberikan gambaran pada waktu tertentu, sehingga untuk mengatasi kelemahan metode ini digunakan metode Dynamic Location Quotient (DLQ) dengan rumus sebagai berikut : (Ma’ruf, 2009)

Keterangan: DLQ

= Indeks Dynamic Location Quotient

gij = Rata-rata laju pertumbuhan PDRB sektor i di Kab. Klaten gj

= Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Kab. Klaten

Gi = Rata-rata laju pertumbuhan sektor i Propinsi Jawa Tengah Gj

= Rata-rata laju pertumbuhan PDRB seluruh sektor Propinsi Jawa Tengah

= Jumlah tahun teknis

Kriteria :

a. DLQ lebih besar atau sama dengan 1, sektor i masih dapat diharapkan untuk unggul dimasa yang akan datang.

b. DLQ lebih kecil 1, sektor i tidak dapat diharapkan untuk unggul di masa yang akan datang.

Adapula diantara dua metode tersebut DLQ dianggap lebih mendekati realitas, karena kelemahan LQ adalah bahwa kriteria sektor basis bersifat statis yang hanya memberikan gambaran pada satu titik waktu. Artinya sektor basis tahun ini belum tentu akan terjadi sektor basis diwaktu yang akan datang, sebaliknya sektor yang belum basis pada saat ini mungkin akan menjadi sektor basis dimasa yang akan datang. Untuk mengatasi kelemahan LQ sehingga dapat diketahui reposisi atau

Location Quotient (DLQ), yaitu dengan mengintroduksi laju pertumbuhan dengan asumsi bahwa setiap nilai tambah sektor apapun PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan pertahun sendiri-sendiri selama kurun waktu tahun awal dan berjarak.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Klaten

1. Aspek Geografis

Secara geografis, Kabupaten Klaten terletak diantara 7 0 32’19”-

7 0 48’33” lintang selatan dan 110 0 26’14”-110 0 47’51” bujur timur. Disebelah utara berbatasan dengan kabupaten Boyolali, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Kabupaten Sukoharjo disebelah timur dan Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta disebelah barat.

Jika dilihat dari ketingian air laut, maka terdapat 3,72% terletak di antara ketinggian 0 – 100 meter diatas permukaan air laut, 83,52% terletak di antara ketinggian 100 – 500 meter diatas permukaan air laut dan 12,76% terletak diantara ketinggian 500 – 2500 meter diatas permukaan air laut.

Curah hujan di Kabupaten klaten selama tahun 2010 sebesar 91.979,00 mm dengan hari hujan sebanyak 4.740 hari hujan. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan desember 2010 sebesar 12.568 mm dan yang terendah terjadi pada bulan agustus 2010 sebesar 3.176 mm.

Adapun Kabupaten Klaten sendiri terbagi menjadi tiga dataran, dimana disebelah utara adalah dataran lereng Gunung Merapi, yang meliputi wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung. Disebelah timur membujur dataran rendah, yang meliputi seluruh wilayah Adapun Kabupaten Klaten sendiri terbagi menjadi tiga dataran, dimana disebelah utara adalah dataran lereng Gunung Merapi, yang meliputi wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom dan Tulung. Disebelah timur membujur dataran rendah, yang meliputi seluruh wilayah

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Klaten

Sumber : KPDE Kabupaten Klaten Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah

dan didukung dengan banyaknya sumber air maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial disamping penghasil kapur, batu kali dan pasir yang berasal dari GunungMerapi. Klasifikasi Tanah di Kabupaten Klaten

a. Litosol : Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat di daerah kecamatan Bayat.

b. Regosol Kelabu : Bahan induk abu dan pasir vulkanik termedier terdapat di Kecamatan Cawas, Trucuk, Klaten Tengah, Kalikotes, Kebonarum, Klaten Selatan, Karangnongko, Ngawen, Klaten Utara, Ceper, Pedan,

Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Karanganom, Tulung dan Jatinom.

c. Grumusol Kelau Tua : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Bayat, Cawas sebelah selatan.

d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua : Bahan induk berupa batuk apurnapal terdapat di daerah Kecamatan Klaten Tengah dan Kalikotes sebelah selatan.

e. Regosol Coklat Kekelabuan : Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno dan Wedi.

Luas wilayah Kabupaten Klaten seluas 65.556 Ha, terdiri dari lahan pertanian seluas 39.781 Ha, turun sebesar 0,04% bila dibandingkan terhadap tahun 2009, dan lahan pertanian seluas 25.775 Ha, naik sebesar 0,06% bila dibandingkan dengan tahun 2009. Untuk sawah seluas 39.781 Ha dan lahan bukan sawah seluas 6.383 Ha. Selama yahun 2010, terjadi perubahan lahan dari sawah dan tegalan menjadi bangunan untuk perumahan, industri, perusahaan dan jasa seluas 14,5405 Ha. Naik sebesar 1,31% bla dibandingkan terhadap tahun 2009. Perubahan terbesar terjadi dari sawah menjadi perumahan yaitu sebesar 100,90% bila dibandingkan dengan tahun 2009.

Secara Administrasi, Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 (dua puluh enam) Kecamatan, 391 (tiga ratus Sembilan puluh satu) desa dan 10 (sepuluh) Kelurahan. Jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak 9.559 RT,

Warga (RW) sebanyak 3.663 RW turun sebesar 0,70% bila dibandingkan terhadap tahun 2009.

Daerah Kabupaten Klaten terbentang diantara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Surakarta yang dilewati jalan raya Yogya – Solo mempunyai peranan sangat penting dalam memperlancar segala kegiatan ekonomi.

Disamping daerah mediterania antara Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kota Surakarta masih terdapat pula beberapa obyek wisata antara lain :

Candi : Candi Bubrah, Candi Sewu, Candi Plaosan dan Candi Merak.

Makam : Makam Sunan Bayat ( Ki Ageng Pandanaran), makam Pujangga R. Ngabei Ronggo Warsito dan makam Ki Ageng Perwito.

Lainnya : Rowo Jombor, Deles Indah, Museum Gula dan Monumen Juang 1945 serta Pemancingan Janti.

2. Aspek Demografi

Penduduk merupakan komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Terutama jika jumlah penduduk yang besar, itu mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi dari penduduk rendah, maka jumlah penduduk yang banyak akan menjadi beban bagi masyarakat.

Penduduk Kabupaten Klaten pada tahun 2010 sebesar 1.307.562 jiwa, naik sebesar 3.652 jiwa atau 0,28% bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Kenaikkan penduduk ini, menyebabkan kepadatan penduduk di Kabupaten Klaten sebesar 1.995 per Kilo meter persegi. Apabila dilihat dari jenis kelamin, penduduk laki – laki sebesar 640.187 jiwa, naik sebesar 0,35%, perempuan sebesar 667.375 jiwa, naik sebesar 0,21 bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Data pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, seperti tabel berikut :

Tabel 4.2 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2006 – 2010

Tahun

Jumlah Penduduk

Pertumbuhan Penduduk

Laki-laki Perempuan

3.652 0,28 Sumber : BPS Kab. Klaten

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten dari tahun 2006 – 2010 mengalami penurunan. Hanya pada tahun 2009 – 2010 naik sebesar 0,28%. Sedangkan penduduk Kabupaten Klaten sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 menurut kelompok umur dapat dilihat tabel berikut :

Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Klaten Tahun 2006 – 2010

Rentang

Usia (Tahun)

1.293.242 1.296.987 1.300.494 1.303.910 1.307.562 Sumber : BPS Kab. Klaten

Pengelompokkan penduduk berdasarkan kelompok umur sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan utamanya dalam penataan jumlah angkatan kerja penduduk yang umumnya adalah usia di atas 15 tahun sampai dengan dibawah 64 tahun atau yang dikenal dengan usia produktif. Usia produktif tersebut akan dikurangi perkembangannya tiap tahun pada jumlah yang melanjutkan sekolah dan jumlah penduduk yang terserap pada lapangan kerja maka selisihnya dikenal dengan angka pengangguran. Apabila dilihat dari kelompok umur, maka kelompok umur 15 - 19 sebesar 134.644 jiwa pada tahun 2010 mendominasi penduduk Kabupaten Klaten, sedangkan kelompok usia 60 – 64 berjumlah paling rendah yaitu hanya sebesar 52.967 jiwa.

3. Aspek Ekonomi

Dalam mengukur perekonomian suatu daerah yang sering menjadi indikator adalah Produk Domestik Regional Bruto daerah yang bersangkutan. Produk Domestik Regional Bruto juga digunakan untuk mengukur kinerja daerah dalam melaksanakan pembangunan.

Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Klaten Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010 (Dalam Miliar Rupiah)

Sumber : BPS Kab. Klaten

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari sembilan sektor semua mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, kecuali pada sektor pertanian pada tahun 2010 mengalami penurunan dari 1.045,72 miliar pada tahun 2009 menjadi sebesar 949,98 miliar pada tahun 2010. Dari semua sektor yang mempunyai nilai terbesar adalah sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yang selalu bernilai di atas satu trilliun, lalu disusul oleh sektor pertanian dan yang terendah adalah dari sektor listrik dan air bersih.

Lapangan Usaha

65,30 69,77 Industri Pengolahan

920,43 978,87 Listrik dan Air Bersih

34,37 37,08 Bangunan/Konstruksi

393,59 353,54 Perdagangan, Hotel dan Restoran

1.191,77

1.230,41

1.273,34 1.322,03 1.399,42 Angkutan dan Komunikasi

137,50 144,86 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

148,96

156,90

166,93

178,23 191,23 Jasa-jasa

567,32

576,44

614,08

663,82 718,43

PDRB

4.253,78

4.394,68

4.567,20 4.761,01 4.843,24

B. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah

1. Aspek Geografis dan Luas Wilayah

Jawa Tengah adalah sebuah Provinsi Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Timur di sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat dengan perbatasan Jawa Barat), serta Kepulauan Karimun Jawa di Laut Jawa.

Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 kabupaten dan 6 kota. Luas wilayah Jawa Tengah pada tahun 2010 tercatat sebesar 32.548

. Luas yang ada, terdiri dari 991.524 hektar (30,47 persen) lahan sawah dan 2.262.888 hektar (69,53 persen) bukan lahan

sawah. Menurut penggunaannya, persentase lahan sawah yang berpengairan teknis adalah 39,02 persen, tadah hujan 27,47 persen dan lainnya berpengairan setengah teknis , sederhana, dan lain-lain.

Gambar 4.5 Peta Provinsi Jawa Tengah

Sumber : Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah

2. Aspek Pemerintahan

Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan 6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas 545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan. Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 4 kota administratif, yaitu Purwokerto, Purbalingga, Cilacap, dan Klaten. Namun sejak diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota administratif tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten.

Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari Kota

Magelang ke Mungkid), Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen).

3. Aspek Demografi

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 32.282.657 jiwa atau sekitar 13,58 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Ini menempatkan Jawa Tengah sebagai provinsi ketiga di Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Jawa Barat dan Jawa Timur.

Tabel 4.6 Penduduk Jawa Tengah Menurut Jenis Kelamin dan

Sex Rasio Tahun 2006-2010

Sex rasio

98,77 Sumber : Survei Penduduk Tahun 2010, BPS Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui pada tahun 2006, jumlah penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 32.177.730 jiwa. Dengan jumlah penduduk perempuan lebih besar yaitu 16.123.257 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebesar 16.054.473 jiwa. Jumlah penduduk Jawa Tengah terus meningkat dari tahun 2006 hingga tahun 2009, yaitu sebesar 32.864.563 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Jawa Tengah mengalami Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui pada tahun 2006, jumlah penduduk Jawa Tengah tercatat sebesar 32.177.730 jiwa. Dengan jumlah penduduk perempuan lebih besar yaitu 16.123.257 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebesar 16.054.473 jiwa. Jumlah penduduk Jawa Tengah terus meningkat dari tahun 2006 hingga tahun 2009, yaitu sebesar 32.864.563 jiwa. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Jawa Tengah mengalami

4. Aspek Ekonomi

Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, dimana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan kerja terserap. Kawasan hutan meliputi 20% wilayah provinsi, terutama di bagian utara dan selatan. Daerah Blora-Grobogan merupakan penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga terdapat sejumlah industri besar dan menengah. Daerah Semarang-Ungaran-Demak-Kudus merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok. Cilacap terdapat industri semen. Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan, dan kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah tambang minyak.

Pada Tabel 4.7 dapat dilihat kondisi/gambaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah yang merupakan indikator ekonomi utama untuk mengukur sejauh mana Provinsi Jawa Tengah melakukan kegiatan pembangunan.

Tabel 4.7 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (juta rupiah)

Sektor/Lapangan Usaha

34.101.148,13 34.955.957,64 Pertambangan dan

1.952.866,7 2.091.257,42 Industri Pengolahan

57.444.175,45 61.390.101,24 Listrik, Gas dan Air

1.489.552,65 1.614.857,68 Bangunan/Konstruksi

37.766.356,61 40.055.356,39 Pengangkutan dan

Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Tengah, data diolah

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa PDRB atas dasar harga konstan Provinsi Jawa Tengah di dominasi oleh 3 (tiga) sektor/lapangan usaha yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan dan sektor pertanian. Sektor industri pengolahan Pada tahun 2006 sebesar Rp 48.189.134,86 juta terus meningkat hingga tahun 2010 menjadi sebesar Rp 61.390.101,24 juta. Sektor perdagangan pada tahun 2006 sebesar Rp 31.816.441,85 juta terus meningkat hingga tahun 2010 menjadi sebesar Rp 40.055.356,39 juta. Sedangkan sektor pertanian pada tahun 2006 sebesar Rp 31.002.199,11 juga terus meningkat hingga tahun 2010 menjadi sebesar Rp 34.955.957,64.

C. Analisis Data dan Pembahasan

1. Analisis Tipologi Klassen

Pendekatan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan pertumbuhan ekonomi tiap-tiap daerah (Bank Indonesia, 2006 dalam Wardana, 2007). Pendekatan Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.

Pada tabel dibawah ini dapat dilihat kontribusi dan pertumbuhan sektor PDRB Kabupaten Klaten dan Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi terbesar di Kabupaten Klaten disumbangkan oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 28,11% kemudian sektor Pertanian sebesar 21,48%, lalu sektor Industri Pengolahan sebesar 19,73% dan sektor Jasa- jasa dengan nilai sebesar 13,74%, sedangkan sumbangan terendah berasal dari sektor listrik dan air bersih yang sebesar 0,71%. Dilihat dari rata-rata pertumbuhan yang mengalami pertumbuhan terbesar yaitu sektor Penggalian dengan nilai sebesar 8,94%, lalu sektor Listrik dan Air bersih sebesar 6,76%, kemudian sektor Jasa-jasa dengan nilai 5,85%, dan sektor Angkutan dan Komunikasi dengan nilai pertumbuhan sebesar 5,83%, sedangkan yang mengalami pertumbuhan terendah adalah sektor pertanian, yaitu hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,76%. Dilihat dari rata-rata pertumbuhan dan rata-rata kontribusi sektor PDRB Kabupaten Klaten tahun 2006-2010 tersebut bahwa sektor Pertanian dan sektor Listrik dan Air Bersih selalu berbanding terbalik antara rata-rata pertumbuhan dengan rata-

Tabel 4.8 Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Klaten dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010 (dalam

persen)

Lapangan Usaha

Jateng

Klaten

Rata-rata pertumbuhan (S)

Rata-rata kontribusi(Sk)

Rata-rata pertumbuha n (Si)

Rata-rata kontribusi (Ski)

8,94 1,33 Industri Pengolahan

1,86 19,73 Listrik dan Air

6,76 0,71 Bangunan/Konstru

2,52 8,42 Perdagangan, Hotel

dan Restoran

4,19 28,11 Angkutan dan

Persewaan dan Jasa Perusahaan

5,85 13,74 Sumber : Lampiran, diolah

Dilihat dari provinsi sektor-sektor yang menyumbangkan kontribusi terbesar adalah sektor Industri Pengolahan dengan nilai 32,45%, sektor Perdagangan, hotel dan restoran sebesar 21,24%, sektor Pertanian sebesar 19,63% dan sektor jasa-jasa sebesar 10,17%. Dilihat dari sisi pertumbuhannya yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah sektor penggalian dengan nilai pertumbuhan sebesar 7,03%, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan sebesar 6,75%, lalu sektor Angkutan dan komunikasi sebesar 6,62% dan sektor Bangunan dengan nilai 6,24%. Sektor yang mengalami pertumbuhan paling kecil di Provinsi Jawa Tengah adalah sektor Pertanian, dengan nilai 3,21%.

Tabel 4.9 Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Klaten Tahun 2006-2010

Berdasarkan Tipologi Klassen

Kuadran I

Kuadran II

Sektor yang maju dan tumbuh dengan

pesat (developed sector)

Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector)

si > s dan ski > sk

si < s dan ski > sk

 Sektor Penggalian  Sektor Pertanian  Sektor Jasa-jasa

 Sektor Bangunan  Sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran

Kuadran III

Kuadran IV

Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector)

Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector)

si > s dan ski < sk

si < s dan ski < sk

 Sektor Litrik dan Air Bersih

 Sektor Pengangkutan dan komunikasi

 Sektor Industri pengolahan

 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber : Lampiran, diolah Keterangan :

si

: Rata-rata pertumbuhan sektor PDRB Klaten

: Rata-rata pertumbuhan sektor PDRB Jawa Tengah

ski

: Rata-rata kontribusi sektor terhadap PDRB Klaten

sk

: Rata-rata kontribusi sektor terhadap PDRB Jawa Tengah Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di Kabupaten Klaten sektor

perekonomian yang masuk dalam kuadran I atau kategori sektor yang maju dan tumbuh dengan cepat adalah Sektor Penggalian dan Sektor Jasa-jasa.

Restoran masuk dalam kuadran II yaitu sektor maju tapi tertekan, sedangkan untuk kuadran III, kategori sektor potensial atau masih dapat berkambang terdapat Sektor Listrik dan Air Bersih. Kuadran IV atau sektor relatif tertinggal ditempati Sektor Industri Pengolahan, Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Perusahaan.

2. Analisis Location Quation (LQ)

Location Quation merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis sektor potensial atau basis dalam perekonomian suatu daerah (Prishardoyo, 2008). Hasil dari analisis Location Quotient (LQ) Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah tahun 2006-2010 dapat dilihat dalam Tabel

4.10.

Tabel 4.10 Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010

Lapangan Usaha

rata- rata

Industri Pengolahan

0,62 0,62 0,59 0,59 0,62 0,61

Listrik dan Air Bersih

0,78 0,82 0,83 0,86 0,89 0,84

Bangunan/Konstruksi

1,53 1,59 1,54 1,42 1,24 1,47

Perdagangan, Hotel dan Restoran

1,33 1,31 1,33 1,30 1,35 1,32

Angkutan dan Komunikasi

0,54 0,54 0,54 0,56 0,57 0,55

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

0,98 0,98 0,99 0,99 1,05 1,00

Jasa-jasa

1,30 1,27 1,34 1,47 1,46 1,37 Sumber : Lampiran, diolah

Berdasarkan hasil analisis Location Quation (LQ) terhadap sembilan sektor perekonomian di Kabupaten Klaten atas dasar harga konstan tahun 2006-2010, dapat dilihat bahwa enam dari sembilan sektor di Kabupaten Klaten merupakan sektor unggulan, hal itu ditunjukkan dengan hasil LQ

masing-masing sektor, dimana keenam sektor tersebut memiliki nilai LQ diatas satu. Sektor perekonomian di Kabupaten Klaten yang tergolong sektor unggulan adalah Sektor Pertanian, Sektor Penggalian, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan dan Sektor Jasa-jasa. Keenam sektor tersebut memiliki nilai rata-rata LQ>1 yang berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor-sektor perekonomian tersebut di tingkat Kabupaten Klaten lebih besar dari sektor yang sama pada perekonomian tingkat Provinsi Jawa Tengah sehingga sektor-sektor perekonomian tersebut dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan wilayahnya dan mampu mengekspor keluar wilayah. Sedangkan tiga sektor lainnya adalah Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik dan Air Bersih dan Sektor Angkutan dan Komunikasi. Ketiga sektor tersebut memiliki nilai rata-rata LQ<1 yang artinya bahwa tingkat spesialisasi sektor-sektor perekonomian tersebut di Kabupaten Klaten lebih kecil dari sektor yang sama pada perekonomian tingkat Provinsi Jawa Tengah sehingga hanya mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya dan belum mampu mengekspor produksinya keluar wilayah.

3. Analisis Dynamic Location Quation (DLQ)

Dynamic Location Quotient (DLQ) adalah modifikasi dari SLQ, dengan mengakomodasi faktor laju pertumbuhan keluaran sektor ekonomi dari waktu ke waktu (Ma’ruf, 2009). Hasil dari analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah tahun 2006-2010 dapat dilihat dalam Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010

Lapangan Usaha

-17,47 57,31 Pertambangan dan

Industri Pengolahan

13,65 8,54 Listrik, Gas dan Air

Bangunan/Konstruksi

4,52 1,85 Pengangkutan dan

3,71 2,11 Keuangan, Persewaan

dan Jasa Perusahaan

Sumber : Lampiran, diolah

Dari hasil analisis Dynamic Location Quation (DLQ) diatas dapat dilihat bahwa sembilan sektor di Kabupaten Klaten yaitu Sektor Pertanian, Sektor Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik dan Air Bersih, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Perusahaan dan Sektor Jasa-jasa memiliki nilai rata-rata DLQ>1 yang berarti bahwa potensi perkembangan sektor-sektor perekonomian tersebut di Kabupaten Klaten lebih cepat dibandingkan sektor yang sama di Provinsi Jawa Tengah, sehingga menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut masih bisa diharapkan untuk menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang bagi Kabupaten Klaten.

BAB V PENUTUP

Penelitian yang dilakukan tentang analisis penentuan sektor unggulan di Kabupaten Klaten dengan periode pengamatan tahun 2006-2010, maka dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut ini :