Amal Ibadat Yang Dapat Mengatasi atau Mengurangi Penyakit Kejiwaan

E. Amal Ibadat Yang Dapat Mengatasi atau Mengurangi Penyakit Kejiwaan

1. Psikoterapi Dzikir Psikoterapi adalah pengobatan alam pikiran atau lebih tepatnya, pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psiklogis. Istilah ini mencangkup berbagai teknik yang bertujuan untuk membantu individu dalam mengatasi gangguan emosionalnya. Dengan cara memodifikasi perilaku, pikiran dan emosi, sehingga individu tersebut mampu mengembangkan dirinya dalam mengatasi masalah psikis.

Doa merupakan permintaan tolong kepada Allah swt, pemilik kekuatan tanpa batas. Saat berdoa kepada Tuhannya, individu akan merasakan adanya kekuatan mahabesar diatasnya karena telah menyatukan hatinya dengan Sang Pemilik kekuatan tak terbatas.

Apalagi jika individu dalam kondisi penuh bahaya yang kecil sekali kemungkinan untuk selamat; saat itu pula fitrahnya akan langsung menyeru dirinya untuk bersimpuh dan berdoa agar Allah swt menyelamatkannya. Adapun sebaliknya, orang yang enggan berdoa dan mengingat Allah swt akan mengalami kehidupan yang penuh sengsara. Dalam pada itu, orang beriman dan selalu mengingat Tuhan tidak mengganggap materi segala-galanya. Karenanya, kalaupun sampai mengalami kerugian material, ia tidak akan terkapar dan kehilangan kesabaran.

Dalam berdoa, terjadi semacam jalinan batin antara hamba dengan Tuhan. Tentunya bobot jalinan ini berbeda-beda, tergantung pelakunya masing-masing. Umumnya individu tidak dapat mengadu dan mencurahkan isi hatinya sekalipun kepada orang terdekat; namun dihadapan Tuhan, ia bebas mengadukan apapun. Dengan demikian beban derita yang dipikulnya akan terasa lebih ringan. Iman Ali

a s berkata, “Wahai yang Nama-Nya obat dan dzikir-Nya adalah kesembuhan.”

2. Puasa Puasa dalam bahasa Arab di sebut al-shaum yang berarti menahan ( imsak ). Sedangkan secara terminologis, puasa adalah suatu ibadah yang diperintahkan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dengan cara mengendalikan diri dari syahwat makan, minum, dan hubungan seksual serta perbuatan-perbuatan yang 2. Puasa Puasa dalam bahasa Arab di sebut al-shaum yang berarti menahan ( imsak ). Sedangkan secara terminologis, puasa adalah suatu ibadah yang diperintahkan Allah kepada hamba-Nya yang beriman dengan cara mengendalikan diri dari syahwat makan, minum, dan hubungan seksual serta perbuatan-perbuatan yang

Pendekatan yang paling dulu dikedepankan dalam memahami puasa menurut Djamaluddin Ancok (1995:20) adalah dengan menggunakan pendekatan keimanan. Dengan pendekatan ini, perilaku puasa lebih didasarkan kepada ketertundukan kepada Allah dan bukan kepada alasan-alasan lain.

Sejarah mencatat, puasa merupakan ibadah yang telah lama berkembang dalam masyarakat manusia, yakni sejak manusia pertama Adam as. hingga umat terakhir dari segala Nabi dan rasul Muhammad saw. (Moede, 1990:14).

Bila ibadah puasa ditelaah dan direnungkan akan banyak sekali ditemukan hikmah dan manfaat psikologisnya. Misalnya saja, bagi mereka yang senang berpikir mendalam dan merenungkan kehidupan ini, maka puasa mengandung falsafah hidup yang luhur dan mantap, dan bagi mereka yang senang mawas diri dan berusaha turut mengahayati perasaan orang lain, maka mereka akan menemukan prinsip-prinsip hidup yang sangat berguna.

Disadari atau tidak disadari, puasa akan berpengaruh positif kepada rasa (emosi), cipta (rasio), karsa ( will ), karya ( performance ), bahkan kepada ruh, jika syarat dan rukunnya dipenuhi dengan sabar dan ikhlas (Bastaman, 1995:181). Puasa merupakan momentum berharga untuk menghadirkan mental yang sehat, sebab dalam puasa terkandung latihan-latihan kejiwaan yang harus dilalui, misalnya berlaku jujur dengan menahan lapar dan dahaga baik di kala bersama orang lain mapupun saat sendirian.

a. Kolerasi Antara Puasa Dengan Kesehatan Mental Dalam Islam pengembangan kesehatan mental terintegrasi dalam pengembangan pribadi pada umumnya, dalam artian kondisi kejiwaan yang sehat merupakan hasil sampingan ( by-product ) dari kondisi yang matang secara emosional, intelektual, dan sosial, serta matang keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa.

Hal ini tampak sejalan dengan ungkapan lama the man behind the gun, yang menunjukkan bahwa unsur penentu dari segala urusan ternyata Hal ini tampak sejalan dengan ungkapan lama the man behind the gun, yang menunjukkan bahwa unsur penentu dari segala urusan ternyata

Dengan demikian, jelas dalam Islam betapa pentingnya pengembangan pribadi untuk meraih kwalitas insan paripurna, yang otaknya sarat dengan ilmu-ilmu bermanfaat, bersemayam dalam kalbunya iman dan taqwa kepada Tuhan, sikap dan perilakunya meralisasikan nilai-nilai kiislaman yang mantap dan teguh, wataknya terpuji, dan bimbingannya kepada masyarakat membuahkan keimanan, rasa kesatuan, kemandirian, semangat kerja tinggi, kedamaian dan kasih sayang. Insan demikian pastilah jiwanya sehat. Suatu tipe manusia ideal dengan kwalitas yang mungkin sulit dicapai, tetapi dapat dihampiri melalui berbagai upaya yang dilakukan secara sadar, aktif, dan terencana.

Ditinjau secara ilmiyah, puasa dapat memberikan kesehatan jasmani maupun ruhani. Hal ini dapat dilihat dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan para pakar. Penelitian Nicolayev, seorang guru besar yang bekerja pada lembaga psikiatri Mosow ( the Moskow Psychiatric Institute ), mencoba menyembuhkan gangguan kejiwaan dengan berpuasa. Dalam usahanya itu, ia menterapi pasien sakit jiwa dengan menggunakan puasa selama 30 hari. Nicolayev mengadakan penelitian eksperimen dengan membagi subjek menjadi dua kelompok sama besar, baik usia maupun berat ringannya penyakit yang diderita.

Kelompok pertama diberi pengobatan dengan ramuan obat-obatan. Sedangkan kelompok kedua diperintahkan untuk berpuasa selama 30 hari. Dua kelompom tadi dipantau perkembangan fisik dan mentalnya dengan tes-tes psikologis.

Dari eksperimen tersebut diperoleh hasil yang sangat bagus, yaitu banyak pasien yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi medik, ternyata bisa disembuhkan dengan puasa. Selain itu kemungkinan pasien tidak kambuh lagi selama 6 tahun kemudian ternyata tinggi. Lebih dari separoh pasien tetap sehat.

Sedangkan penelitian yang dilakukan Alan Cott terhadap pasien gangguan jiwa di rumah sakit Grace Square, New York juga menemukan Sedangkan penelitian yang dilakukan Alan Cott terhadap pasien gangguan jiwa di rumah sakit Grace Square, New York juga menemukan

Ditinjau dari segi penyembuhan kecemasan, dilaporkan oleh Alan Cott, bahwa penyakit seperti susah tidur, merasa rendah diri, juga dapat disembuhkan dengan puasa.

Percobaan psikologi membuktikan bahwa puasa mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Hal ini dikaitkan dengan prestasi belajarnya. Ternyata orang-orang yang rajin berpuasa dalam tugas-tugas kolektif memperoleh skor jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak berpuasa.

Di samping hasil penelitian di atas, puasa juga memberi pengaruh yang besar bagi penderita gangguan kejiwaan, seperti insomnia, yaitu gangguan mental yang berhubungan dengan tidur. Penderita penyakit ini sukar tidur, namun dengan diberikan cara pengobatan dengan berpuasa, ternyata penyakitnya dapat dikurangi bahkan dapat sembuh.

Dari segi sosial, puasa juga memberikan sumbangan yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari kendala-kendala yang timbul di dunia. Di dunia ini ada ancaman kemiskinan yang melanda dunia ketiga khususnya. Hal ini menimbulkan beban mental bagi sebagian anggota masyarakat di negara- negara yang telah menikmati kemajuan di segala bidang.

Menanggapi kemiskinan di dunia ketiga, maka di Amerika muncul gerakan Hunger Project . Gerakan ini lebih bersifat sosial, yaitu setiap satu minggu sekali atau satu bulan sekali mereka tidak diperbolehkan makan. Uang yang semestinya digunakan untuk makan tersebut diambil sebagai dana untuk menolong mereka yang miskin (Ancok, 1995:57).

Apabila hal di atas dikaitkan dengan dakwah Islam, maka dengan tujuan amal ibadah, puasa yang kita lakukan mempunyai aspek sosial juga, yaitu selama satu bulan kita menyisihkan uang yang biasa kita belanjakan pada hal-hal yang kurang bermanfaat, misalnya Rp. 2000,-/hari, maka dalam satu bulan akan terkumpul sebanyak Rp. 60.000,- untuk satu orang. Apabila seluruh umat Islam di Indonesia berpuasa, maka berapa banyak Apabila hal di atas dikaitkan dengan dakwah Islam, maka dengan tujuan amal ibadah, puasa yang kita lakukan mempunyai aspek sosial juga, yaitu selama satu bulan kita menyisihkan uang yang biasa kita belanjakan pada hal-hal yang kurang bermanfaat, misalnya Rp. 2000,-/hari, maka dalam satu bulan akan terkumpul sebanyak Rp. 60.000,- untuk satu orang. Apabila seluruh umat Islam di Indonesia berpuasa, maka berapa banyak

Ibadah puasa yang dikerjakan bukan karena iman kepada Allah biasanya menjadikan puasa itu hanya akan menyiksa diri saja. Adapun puasa yang dikerjakan sesuai ajaran Islam, akan mendatangkan keuntungan ganda, antara lain: ketenangan jiea, menghilangkan kekusutan pikiran, menghilangkan ketergantungan jasmani dan rohani terhadap kebutuhan- kebutuhan lahiriyah saja.

Menurut Hawari (1995:251), puasa sebagai pengendalian diri ( self control ). Pengendalian diri adalah salah satu ciri utama bagi jiwa yang sehat. Dan amnakala pengendalian diri seseorang terganggu, maka akan timbul berbagai reaksi patologik (kelainan) baik dalam alam pikiran, perasaan, dan perilaku yang bersangkutan. Reaksi patologik yang muncul tidak saja menimbulkan keluhan subyektif pada diri sendiri, tetapi juga dapat mengganggu lingkungan dan juga orang lain.

3. Shalat Shalat tak lain dari meminta pertolongan kepada Allah swt melalui adab-adab tertentu yang ditetapkan. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa orang beriman hendaknya mencari pertolongan dari sabar dan shalat. Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan terhadap ritual ibadah dalam berbagai mazhab, dan terbukti bahwa ibadah dan berdoa berdampak sangat positif pada diri manusia.

Peranan shalat bagi kesehatan jiwa banyak dikupas oleh para ilmuwan. Ada empat aspek terapeutik yang terdapat dalam shalat : aspek olahraga, aspek meditasi, aspek auto-sugesti dan aspek kebersamaan. Dengannya, ketenangan hidup semakin terasa, semangat hidup semakin besar, stres berkurang, fikiran semakin jernih, jiwa semakin bugar dan seterusnya. Bahkan ibadah-ibadah semacam ini dapat dikategorikan sebagai obat penenang jiwa yang sangat mujarab.

Shalat mampu mengatasi persoalan yang sedang dihadapi seorang hamba, karena:

a. Saat berdiri untuk mengerjakan ibadah shalat, pikiran dan ingatan seorang hamba akan teralih dari kesusahan dan tekanan yang sedang dialami, dan a. Saat berdiri untuk mengerjakan ibadah shalat, pikiran dan ingatan seorang hamba akan teralih dari kesusahan dan tekanan yang sedang dialami, dan

b. Dalam shalat, terjalin ikatan emosional antara hamba dengan Tuhannya. Ikatan inilah yang menciptakan kekuatan dalam hatinya sehingga dapat merasakan ketenangan.

c. Shalat memiliki serangkaian adab yang dapat mengantarkan jiwa manusia ke dalam suasana penuh ketenangan.

d. Memahami dan menghayati setiap dzikir yang diucapkan dalam shalat.

4. Tawasul Salah satu pilar keyakinan yang dimiliki umat Islam adalah tawasul, yang merupakan cara meringankan beban perasaan dalam hati. Keyakinan terhadap tawasul (bahwa para hamba-hamba terdekat dengan Tuhan atau kekasih-Nya, dapat membantu kita- penerj ) menghasilkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang terjadi dialam semesta ini adalah kehendak Allah swt dan para wali-Nya merupakan perantara-Nya dalam mencurahkan rahmat dan karunia.

Selain itu, permohonan mereka juga niscaya didengar Tuhan, dan dapat memberikan syafaat dengan seizin-Nya. Oleh karena itu, saat sedang berada dalam kesusahan, disarankan untuk bertawasul kepada mereka (para kekasih Allah). Dalam pada itu, mereka adalah agensi bagi tercurahnya rahmat dari sisi Allah swt. Fakta didukung banyak bukti yang tak terbantah. Sudah banyak hamba-hamba Allah swt yang bersimupuh lalu mengadu kepada mereka mendapatkan pertolongan dan hajat-hajatnya terpenuhi.

Bertawasul dapat menguatkan ketawakalan (penyerahan diri kepada Allah Swat) individu. Dengan menjalin hubungan dengan wali-wali Allah Swt yang Bertawasul dapat menguatkan ketawakalan (penyerahan diri kepada Allah Swat) individu. Dengan menjalin hubungan dengan wali-wali Allah Swt yang

5. Ziarah ke Tempat Suci Ibadah yang dilakukan secara bersama-sama, dipastikan berpengaruh khusus bagi berkurangnya tekanan jiwa individu. Kegiatan semacam ini sudah dipraktikkan jauh sebelum Islam bahkan sejak sejarah belum dicatat. Mereka berkumpul bersama dan mempertautkan rasa, juga saling dekat satu sama lain, serta saling berbagi kebahagiaan dan kesedihan.

Dengan semua itu, rasa sakit yang mereka rasakan dengan sendirinya semakin berkurang. Salah satu jenis kegiatan ini adalah berziarah bersama. Saat ini pun dapat disaksikan fenomena semacam itu; sejumlah orang berkumpul dengan menggunakan pakaian rapi,bersih, wangi lalu beribadah bersama dengan khusuk dan khidmat. Mengingat esensi yang dikandung ajaran ini, kesucian dan keanggunan dari kegiatan kolektif itupun terlihat dengan jelas.

Dalam Islam, terdapat sejumlah tempat suci, seperti kota Makkah, Madinah, Atabat, Masyahad, Qom, Gua Hira, Sumur Zamzam, Mina, Arafah, Shafa, Marwa, dan masih banyal lagi. Semua itu merupakan tempat ziarah hamba-hamba Allah Swt, yang sebagiannya bersifat wajib, sementara sebagian lainnya disunahkan- kendati dengan disertai penekanan penuh untuk melakukannya.

Ziarah merupakan upaya untuk mengikat janji, bertumpu pada tauhid, dan menyatukan jiwa dengan kebenaran wahyu. Ziarah adalah baiat dan sumpah setia kepada para imam dan wali Allah Swt yang paling dekat dengan-Nya.

Dalam Islam, khususnya mazhab Syiah, aktivitas ziarah sangat ditekankan bagi para pemeluknya. Berziarah ibarat berada di rumah orang yang dicinyai, sekaligus dapat memahami rasa sakit dan deritanya. Di situ ia mengadukan segenap persoalan yang dihadapinya. Di rumah itu, dirinya akan merasa tentram karena merasa tidak lagi sendiri dan sedang berada di bawah naungan rahmat dan kekuatan Allah Swt.