Dari tabel 5.5 dapat dilihat gambaran klinis morbiliformis lebih banyak terjadi pada wanita, gambaran klinis urtikaria dan angioedema lebih banyak
terjadi pada wanita, gambaran klinis fixed drug eruption lebih banyak terjadi pada pria, gambaran klinis dermatitis eksfoliativa lebih banyak terjadi pada pria,
gambaran klinis purpura lebih banyak terjadi pada wanita, gambaran klinis vaskulitis lebih banyak terjadi pada pria, gambaran klinis reaksi fotoalergik lebih
banyak terjadi pada wanita, gambaran klinis pustulosis eksantematosa generalisata akut lebih banyak terjadi pada pria, gambaran klinis steven johnsons syndrome
sama antara pria dengan wanita, dan gambaran klinis toxic epidermolysis necrose lebih banyak terjadi pada wanita.
5.3.2 Pembahasan
Menurut penelitian Saha et al. 2012, kasus erupsi obat alergi rata-rata terjadi pada usia 33,2 tahun pada pria dan 34,4 tahun pada wanita.
Menurut penelitian Nandha, Gupta Hashmi 2011, kasus erupsi obat alergi paling tinggi terjadi pada usia 21-30 tahun yaitu sekitar 25,27, lalu diikuti
usia 31-40 tahun sekitar 23,07, usia 11-20 tahun sekitar 17,58, usia 41-50 tahun sekitar 15,38, usia 51-60 tahun sekitar 9,89, usia 61-70 tahun sekitar
5,49, usia dibawah 10 tahun sekitar 3,29, dan usia diatas 70 tahun sekitar 1,09.
Menurut penelitian Chatterjee et al. 2006, kasus erupsi obat alergi rata- rata terjadi pada usia 26,81 ±10.22 tahun pada pria dan 26,74 ±9.39 tahun pada
wanita. Menurut penelitian Pudukadan Thappa 2004, kasus erupsi obat alergi rata-rata terjadi pada usia 37,06 tahun dimana kasus paling tinggi terjadi pada usia
20-39 tahun. Menurut penelitian Sharma, Sethuraman Kumar 2001, kasus erupsi
obat alergi paling tinggi terjadi pada usia 30-40 tahun sedangkan menurut penelitian Metha, Marquis Shetty 1971 usia 20-40 tahun.
Menurut penelitian Chatterjee et al. 2006, kasus erupsi obat alergi lebih sering terjadi pada wanita yaitu sekitar 61,16. Menurut penelitian Pudukadan
Thappa 2004, perbandingan terjadinya kasus erupsi obat alergi pada pria dan
Universitas Sumatera Utara
wanita adalah 0.87 : 1 sedangkan
menurut penelitian Sharma, Sethuraman Kumar 2001 adalah 1,47 : 1. Menurut penelitian Metha, Marquis Shetty
1971, perbandingan terjadinya kasus erupsi obat alergi pada pria dan wanita adalah sama.
Menurut penelitian Saha et al. 2012, gambaran klinis kasus erupsi obat alergi yang paling banyak terjadi adalah morbiliformis yaitu sekitar 30,18, lalu
diikuti fixed drug eruption sekitar 24,52, Stevens-Johnson syndrome-Toxic epidermal necrolysis sekitar 24,50, dermatitis eksfoliativa sekitar 7,54,
urtikaria sekitar 5,6, dan reaksi foto alergik sekitar 3,8.
Menurut penelitian Nandha, Gupta Hashmi 2011, gambaran klinis
kasus erupsi obat alergi yang paling banyak terjadi adalah morbiliformis yaitu
sekitar 42,85. Hal ini sama dengan hasil penelitian Young, Jong Joo di tahun
yang sama dimana gambaran klinis kasus erupsi obat alergi yang paling banyak terjadi adalah morbiliformis yaitu sekitar 68,8, lalu diikuti Stevens-Johnson
syndrome sekitar 10,6, urtikaria sekitar 8,5, fixed drug eruption sekitar 2,9, toxic epidermal necrolysis sekitar 1,4, dan erupsi bula 0,7.
Menurut penelitian Shah, Desai Dikshit 2011, gambaran klinis kasus erupsi obat alergi yang paling banyak terjadi adalah fixed drug eruption yaitu
sekitar 27,3 dan diikuti morbiliformis sekitar 24,5. Menurut penelitian Hotchandani, Bhatt Shah 2010, gambaran klinis kasus erupsi obat alergi yang
paling banyak terjadi adalah fixed drug eruption yaitu sekitar 37,1 dan diikuti morbiliformis sekitar 28,6.
Menurut penelitian Gosh 2006, gambaran klinis kasus erupsi obat alergi yang paling banyak terjadi adalah morbiliformis yaitu sekitar 21 sedangkan
menurut penelitian Soebaryo, Nugrohowati Effendi 2004, gambaran klinis kasus erupsi obat alergi yang paling banyak terjadi adalah fixed drug eruption
yaitu sekitar 21,99. Menurut penelitian Pudukadan Thappa 2004, gambaran klinis kasus
erupsi obat alergi yang paling banyak terjadi adalah fixed drug eruption yaitu sekitar 31,1, lalu diikuti morbiliformis sekitar 12,2, Stevens-Johnson
syndrome-Toxic epidermal necrolysis sekitar 18,8, urtikaria sekitar 7,8,
Universitas Sumatera Utara
dermatitis eksfoliativa sekitar 3,3, pustulosis eksamentosa generalisata akut sekitar 2,2, dan angioedema sekitar 1,1.
Menurut penelitian Sharma, Sethuraman Kumar 2001, gambaran klinis kasus erupsi obat alergi yang paling banyak terjadi adalah morbiliformis
yaitu sekitar 34,6, lalu diikuti fixed drug eruption sekitar 30, dan urtikaria sekitar 14.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN