Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Tahun 2010-2012

(1)

PROPORSI PASIEN DERMATITIS SEBOROIK

DI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE TAHUN 2010-2012

TESIS

NOVA ZAIRINA LUBIS NIM : 087105003

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PROPORSI PASIEN DERMATITIS SEBOROIK

DI DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN

PERIODE TAHUN 2010-2012

TESIS

NOVA ZAIRINA LUBIS NIM : 087105003

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik dalam Bidang

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT & KELAMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT H. ADAM MALIK

MEDAN


(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Tahun 2010-2012

Nama : dr. Nova Zairina Lubis Nomor Induk : 087105003

Program Studi : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Kulit dan Kelamin

Menyetujui

(dr. Kamaliah Muis, Sp.KK) (dr. Lukmanul Hakim Nasution, Sp.KK)

Pembimbing I Pembimbing II

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K)) (Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH)


(4)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan mengucap Alhamdulillah, saya panjatkan puji dan syukur yang tak terhingga kehadirat Allah SWT karena hanya atas rahmat dan hidayahNya saya dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.

Dalam menjalani pendidikan ini, berbagai pihak telah turut berperan serta sehingga terlaksananya seluruh rangkaian pendidikan ini. Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya sampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. dr. Kamaliah Muis, SpKK, selaku pembimbing utama tesis ini, yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta dengan penuh kesabaran selalu membimbing, memberikan nasehat, masukan, koreksi dan motivasi kepada saya selama proses penyusunan tesis ini.

2. dr. Lukmanul Hakim Nasution, SpKK, selaku pembimbing kedua tesis ini, yang juga telah membimbing dan memberikan masukan-masukan yang sangat bermanfaat selama penyusunan tesis ini.

3. Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto Mahadi, SpKK(K), sebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai guru besar yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. dr. Chairiyah Tanjung, SpKK(K), sebagai Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dorongan dalam penyelesaian tesis ini maupun selama menjalani pendidikan sehari-hari.

5. Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Syahril Pasaribu, SpA(K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.

6. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Prof. dr. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, SpA(K) yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

8. Prof. dr. Mansur A Nasution, SpKK(K), Dr. dr. Nelva K Jusuf, SpKK(K), dr. Mila Darmi, SpKK sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi untuk penyempurnaan tesis ini.

9. Para Guru Besar, Prof. dr. Diana Nasution, SpKK(K), Alm Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK(K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK(K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP. H. Adam Malik Medan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.


(6)

10.Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.

11.dr. Surya Dharma, MPH, selaku staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, yang telah banyak membantu saya dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian saya ini.

12.Seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.

13.Kedua orang tua saya, Prof. dr. Sjabaroeddin Loebis, SpA(K) & dr Yuniar Siregar, SpKK, tidak ada kata yang mampu menggantikan rasa terima kasih saya untuk semua pengorbanan, jerih payah dan kasih sayang Papa dan Mama untuk saya selama ini, terima kasih yang tak terhingga saya ucapkan dan betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orang tua seperti Papa dan Mama. Semoga Allah SWT membalas segalanya.

14.Suami saya tercinta, dr. M. Jusuf Paska Ginting dan anakku M. Raka Malik Safa Ginting terima kasih yang setulus-tulusnya atas segala pengorbanan, kesabaran dan pengertiannya serta untuk selalu memberikan dukungan, doa, semangat, bantuan disetiap saat hingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

15.Abangku dan adikku Terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama ini.

16.Teman seangkatan saya yang tercinta, dr.Wahyuni Widianti S, dr. Irina Damayanti, dr. Cut Putri Hazlianda, dr. Rini Amanda C.S., M(Ked)KK SpKK, dr. Ahmad fajar M(Ked)KK, SpKK, dr. Olivia Anggraeni dan dr. Sufina F Nasution, terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini.


(7)

17.Semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Amin ya Rabbal Alamin.

Medan, Mei 2014 Penulis


(8)

Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di RSUP H. Adam Malik

Medan Periode Tahun 2010-2012

Nova Z Lubis

DepartemenIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Lukmanul Hakim Nasution,Kamaliah Muis

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP Haji Adam Malik Medan- Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang:Dermatitis seboroik adalah kelainan papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif.

Tujuan:Untuk mengetahui proporsi dan karakteristik pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012.

Metode: Penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan analisis data sekunder dari catatan rekam medis pasien dermatitis seboroik.

Hasil: Jumlah pasien dermatitis seboroik yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012 berjumlah 123 orang. Proporsi pasien dermatitis seboroik 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan umumnya berjenis kelamin laki-laki yaitu 55,3 %, usia 46-50 tahun yaitu 13,0%, etnis batak yaitu 32,5%, pendidikan SMA/Sederajat yaitu 38,2%, pekerjaan PNS 30,9%, lesi terbanyak di wajah dan kepala 33,3%. Pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid topikal 84,6%.

Kesimpulan:Proporsi pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 - 2012 adalah 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik umumnya laki-laki, usia 46-50 tahun , etnis batak, pendidikan SMA/Sederajat , pekerjaan PNS , lesi terbanyak di wajah dan kepala , pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid secara topikal.


(9)

THE PROPORTION OF SEBORRHEIC DERMATITIS IN THE DEPARTMENT OF DERMATOLOGY AND VENEREOLOGY,

HAJI ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL, MEDAN, IN THE PERIOD OF 2010-2012

Nova Z. Lubis

Department of Dermatology and Venereology , Lukmanul Hakim Nasution, Kamaliah Muis Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara, Haji Adam Malik General Hospital, Medan – Indonesia

ABSTRACT

Background: Seborrheic dermatitis is a chronic papulosquamous disease which attacks infantile and adults; it is usually found in some parts of the body with high and active sebaceous folikel concentration.

Objective: To find out the proportion and the characteristics of patients who suffered from seborrheic dermatitis in the Department of Dermatology and Venereology, Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012.

Method: The research was a descriptive study, conducted retrospectively by using by using secondary data analysis from the medical records of the patients suffered from seborrheic dermatitis.

Results: There were 123 seborrheic dermatitis patients who visited Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012. The proportion of seborrheic dermatitis patients was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis patients in the Department of Dermatology and Venereology of Haji Adam Malik General Hospital, Medan, were males (55.3%), 46 to 50 years old (13.0%), Bataknese (32.5%) Senior High School graduates (38.2%), government employees (30.9%), and most of the lesion was found on faces and heads (33.3%). Topical corticosteroids (84.6%) was usually used for seborrheic dermatitis medication.

Conclusion: The proportion of seborrheic dermatitis patients in the period of 2010 – 2012 was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis were males, 46 to 50 years old, Bataknese, Senior High School graduates, government employees, and most of the lesion was found on faces and heads; topical costicosteroids was usually used for seborrheic dermatitis medication.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR SINGKATAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Dermatitis Seboroik ... 5

2.1.1. Defenisi ... 5

2.1.2. Epidemiologi ... 5

2.1.3. Etiologi dan Patogenesis ... 6

2.1.4. Gambaran Klinis ... 11

2.1.5. Diagnosis ... 14

2.1.6. Diagnosis Banding ... 15

2.1.7. Hispatologi ... 17

2.1.8. Pengobatan ... 16

2.1.9. Prognosis ... 16

2.2. Kerangka Teori... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

3.1. Desain Penelitian ... 21

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

3.3. Objek Penelitian ... 21

3.4. Bahan dan Cara Kerja ... 21

3.4.1 Bahan ... 21

3.4.2 Cara Kerja ... 21

3.5. Kerangka Operasional ... 23

3.6. Defenisi Operasional ... 24

3.7. Pengolahan dan Analisis Data ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1. ProporsiPasien Dermatitis Seboroik ... 26

4.2. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik ... 28

4.2.1. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29


(11)

4.2.4. Karakteristik Berdasarkan Etnis ... 32

4.2.5. Karakteristik Berdasarkan Pendidikan ... 33

4.2.6. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ... 34

4.2.7. Karakteristik Berdasarkan Letak Lesi ... 35

4.2.8. Karakteristik Berdasarkan Pengobatan ... 38

4.6. Keterbatasan Penelitian ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1. Kesimpulan ... 42

5.2. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 44


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Faktor Resiko Dermatitis Seboroik ... 11

2.2. Pola Klinis Dermatitis Seboroik ... 13

2.3. Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik ... 15

2.4. Jenis-jenis Terapi pada Dermatitis Seboroik ... 19

4.1. Jumlah Pasien RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 s/d 2012 ... 26

4.2. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

4.3. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Kelompok Usia ... 30

4.4. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis ... 32

4.5. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan ... 33

4.6. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pekerjaan . 34 4.7. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Letak Lesi . 35 4.8. Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pengobatan... 38

4.9. Tabel Pengobatan yang Diberikan pada 2159 Penderita Dermatitis Seboroik pada Penelitian Peyri J dkk di Spanyol ... 39


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Lokasi Prediksi Dermatitis Seboroik ... 13

2.2. Diagram Kerangka Teori ... 20

3.1. Diagram Kerangka Operasional ... 23

4.1. Grafik Jumlah Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Tahun .... 27

4.2. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin .... 29

4.3. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Usia ... 31

4.4. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis ... 32

4.5. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan ... 33

4.6. Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pekerjaan ... 34

4.7. Grafik Letak Lesi pada Pasien Dermatitis Seboroik ... 36

4.8. Grafik Letak Lesi Dermatitis Seboroik pada Penelitian Peyri J dkk di Spayol ... 37


(14)

DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome CVA : Cerebrovascular Accidents

HIV : Human Immunodeficiensy Virus NK : Natural Killer


(15)

Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik di RSUP H. Adam Malik

Medan Periode Tahun 2010-2012

Nova Z Lubis

DepartemenIlmu Kesehatan Kulit dan Kelamin , Lukmanul Hakim Nasution,Kamaliah Muis

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP Haji Adam Malik Medan- Indonesia

ABSTRAK

Latar belakang:Dermatitis seboroik adalah kelainan papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif.

Tujuan:Untuk mengetahui proporsi dan karakteristik pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012.

Metode: Penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan analisis data sekunder dari catatan rekam medis pasien dermatitis seboroik.

Hasil: Jumlah pasien dermatitis seboroik yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012 berjumlah 123 orang. Proporsi pasien dermatitis seboroik 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan umumnya berjenis kelamin laki-laki yaitu 55,3 %, usia 46-50 tahun yaitu 13,0%, etnis batak yaitu 32,5%, pendidikan SMA/Sederajat yaitu 38,2%, pekerjaan PNS 30,9%, lesi terbanyak di wajah dan kepala 33,3%. Pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid topikal 84,6%.

Kesimpulan:Proporsi pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 - 2012 adalah 0,75%. Karakteristik pasien dermatitis seboroik umumnya laki-laki, usia 46-50 tahun , etnis batak, pendidikan SMA/Sederajat , pekerjaan PNS , lesi terbanyak di wajah dan kepala , pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid secara topikal.


(16)

THE PROPORTION OF SEBORRHEIC DERMATITIS IN THE DEPARTMENT OF DERMATOLOGY AND VENEREOLOGY,

HAJI ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL, MEDAN, IN THE PERIOD OF 2010-2012

Nova Z. Lubis

Department of Dermatology and Venereology , Lukmanul Hakim Nasution, Kamaliah Muis Faculty of Medicine, University of Sumatera Utara, Haji Adam Malik General Hospital, Medan – Indonesia

ABSTRACT

Background: Seborrheic dermatitis is a chronic papulosquamous disease which attacks infantile and adults; it is usually found in some parts of the body with high and active sebaceous folikel concentration.

Objective: To find out the proportion and the characteristics of patients who suffered from seborrheic dermatitis in the Department of Dermatology and Venereology, Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012.

Method: The research was a descriptive study, conducted retrospectively by using by using secondary data analysis from the medical records of the patients suffered from seborrheic dermatitis.

Results: There were 123 seborrheic dermatitis patients who visited Haji Adam Malik General Hospital, Medan, in the period of January, 2010 – December, 2012. The proportion of seborrheic dermatitis patients was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis patients in the Department of Dermatology and Venereology of Haji Adam Malik General Hospital, Medan, were males (55.3%), 46 to 50 years old (13.0%), Bataknese (32.5%) Senior High School graduates (38.2%), government employees (30.9%), and most of the lesion was found on faces and heads (33.3%). Topical corticosteroids (84.6%) was usually used for seborrheic dermatitis medication.

Conclusion: The proportion of seborrheic dermatitis patients in the period of 2010 – 2012 was 0.75%. The characteristics of seborrheic dermatitis were males, 46 to 50 years old, Bataknese, Senior High School graduates, government employees, and most of the lesion was found on faces and heads; topical costicosteroids was usually used for seborrheic dermatitis medication.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan juga orang dewasa, sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan kelenjar sebaseus yang aktif.1-6

Prevalensi dermatitis seboroik adalah 3% - 5% pada orang dewasa muda dan 1% - 5% dari populasi umum walaupun insidensi seumur hidup sangat tinggi.1,4,5,7,10-12

Prevalensi tertinggi ditemukan pada usia dekade ke-4 sampai 7 dan pada 3 bulan pertama kehidupan yang menghilang pada usia 6 sampai 12 bulan dalam bentuk dermatitis seboroik infantil.

3

Data di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2000 sampai 2002 menunjukkan insidensi rata – rata dermatitis seboroik sebesar 8,3% dari jumlah kunjungan dan rasio pria dibandingkan wanita 1,5 : 1.

3

Elewski BE (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dermatitis seboroik lebih sering dijumpai pada pria dibandingkan wanita, hal ini kemungkinan berhubungan dengan stimulasi hormon androgen yang lebih tinggi pada pria dibandingkan wanita. Hormon androgen memiliki fungsi untuk menghasilkan sebum.


(18)

Etiologi dan patogenesis dari dermatitis seboroik belum diketahui dengan pasti tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur Malessezia, kelainan imunologi, aktivitas sebaseus dan kerentanan pasien.1-12

Dermatitis seboroik merupakan salah satu manifestasi kulit yang sering pada pasien human immunodeficiensy virus (HIV) dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS), kelainan neurologi seperti penyakit parkinson, pada bayi prematur dan pasien yang menderita gagal jantung bawaan.

Penyakit kulit pada dermatitis seboroik yaitu kulit yang terkena tampak berwarna merah jambu dan ditutupi dengan skuama coklat kekuningan dan krusta.

1,8-12

1-6

Pengelupasan berlebihan pada wajah dan kulit kepala dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup seseorang, khususnya pada wanita, pasien yang berusia muda, dan mereka yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. 1,7,8,9

Penatalaksanaan pada dermatitis seboroik bertujuan untuk mengontrol penyakit karena dermatitis seboroik ini bersifat kronis dan sering mengalami kekambuhan.

1-4

Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik meliputi obat antiinflamasi, obat imunomodulator, antijamur, keratolitik dan obat alternatif.

Sampai saat ini belum diketahui proporsi dan karakteristik pasien dermatitis seboroik di RSUP H Adam Malik Medan dalam beberapa tahun terakhir sehingga peneliti melakukan penelitian retrospektif pasien dermatitis seboroik di RSUP H Adam Malik Medan periode tahun 2010-2012.


(19)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana proporsi pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode 2010 - 2012?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui proporsi pasien dermatitis seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik demografis pasien dermatitis seboroik berdasarkan jenis kelamin, usia, etnis, pendidikan dan pekerjaan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 – 2012.

2. Untuk mengetahui karakteristik klinis pasien dermatitis seboroik berdasarkan lokasi lesi dan pengobatan di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 – 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada institusi kesehatan, institusi pendidikan dan pihak-pihak terkait lainnya mengenai proporsi dan karakteristik pasien dermatitis seboroik di RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 - 2012.


(20)

2. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi data dasar ataupun data pendukung untuk penelitian-penelitian selanjutnya mengenai dermatitis seboroik.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data tentang penatalaksanaan dermatitis seboroik yang sering digunakan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dermatitis Seboroik

2.1.1 Definisi

Dermatitis seboroik adalah penyakit papuloskuamosa kronis yang menyerang bayi dan orang dewasa sering ditemukan pada bagian tubuh dengan konsentrasi folikel sebaseus yang tinggi dan aktif termasuk wajah, kulit kepala, telinga, badan bagian atas dan fleksura (inguinal, inframma dan aksila).1-5

2.1.2 Epidemiologi

Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronis yang umum menyerang sekitar 1-3% populasi umum di Amerika Serikat, di mana 3-5% pasien terdiri dari orang dewasa muda.1,4,5,7,15,16 Data di Rumah Sakit Cipto

Mangunkusumo tahun 2000 sampai 2002 menunjukkan insidensi rata – rata dermatitis seboroik sebesar 8,3% dari jumlah kunjungan dan rasio pria dibandingkan wanita 1,5 : 1.3

Kejadian penyakit menunjukkan dua puncak, satu pada bayi baru lahir hingga usia tiga bulan, dan yang lainnya pada orang dewasa berusia sekitar 30-60 tahun.

11-14

Pria lebih sering terserang daripada wanita pada semua kelompok umur dan dapat mengenai semua ras.

Taksiran prevalensi dermatitis seborik dibatasi oleh ketiadaan kriteria diagnostik yang sah dan juga skala penentuan grade keparahan.

1,4,5,7,15,16

14

Dermatitis seboroik merupakan salah satu penyakit kulit paling umum, kondisi ini mempengaruhi sekitar 11,6% populasi umum dan sampai 70% bayi pada tiga bulan pertama kehidupan.14


(22)

Pada orang dewasa, kejadian puncak pada dekade ketiga dan keempat kehidupan.1,3,11,14,19,20

Prevalensi dermatitis seboroik pada individu positip-HIV berkisar dari 20-83%.

.

4,7,10

Selain infeksi HIV, sejumlah penyakit neurologik seperti penyakit Parkinson juga menyebabkan kejadian dermatitis seboroik yang lebih tinggi, dan pasien Parkinson yang diobati dengan levodopa mengalami perbaikan dalam dermatitis seboroik.1,6,16,21

Prevalensi dermatitis seboroik yang lebih tinggi juga ditemukan dalamm kasus kraniosinostosi, pada polineuropati amiloidotik familial, pada cedera otak traumatik, cedera spinal cord traumatik, cerebrovascular accidents (CVA), epilepsi dan pada paralisis saraf wajah.

Pada tahun 1996, Ercis et al. melaporkan bahwa 30,9% pasien penderita sindrom Down mengalami dermatitis seboroik, akan tetapi, Daneshpazhooh et al. melaporkan prevalensinya hanya 3%.

1,7,14

Penyakit sistemik lainnya di mana kejadian dermatitis seboroik lebih tinggi meliputi infark otot jantung akut, pankreatitis alkoholik dan kecanduan alkohol.

6,20

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis 7,14,21-23

Patogenesis yang pasti dari dermatitis seboroik belum dimengerti sepenuhnya, tetapi dermatitis ini umumnya terkait dengan jamur Malassezia, kelainan immunologi, aktivitas sebaseus yang meningkat dan kerentanan pasien.1-12 Spesies Malassezia dan Propionibacterium acne juga memiliki aktivitas lipase yang menghasilkan transformasi trigliserida ke dalam asam lemak bebas.1,4,14 Ketujuh spesies Malassezia adalah lipofilik kecuali spesies zoofilik,


(23)

Malassezia pachydermatis.6,7,11,12 Asam lemak bebas dan radikal oksigen reaktif yang dihasilkan memiliki aktivitas antibakteri yang merubah flora kulit normal.1,4,7,15 Sebagian penulis meyakini bahwa gangguan dalam flora, aktivitas

lipase dan radikal oksigen bebas akan berhubungan erat dengan dermatitis seboroik dibandingkan dengan perubahan respon kekebalan.

Hormon dan lipid kulit, pasien dengan dermatitis seboroik memeperlihatkan kadar lipid permukaan kulit yang tinggi trigliserida dan kolesterol, tetapi level yang rendah dari asam lemak bebas dan squalene.

7,12

1,4,9,11

Penderita dermatitis seboroik biasanya mempunyai kulit kaya sebum dan berminyak. Seperti yang telah disebutkan di atas, lipid sebum penting untuk proliferasi Malassezia dan sintesa faktor-faktor proinflamasi sehingga menciptakan kondisi yang sesuai untuk perkembangan dermatitis seboroik.

10-15

Lesi dermatitis seboroik sering dijumpai pada bagian-bagian kulit yang kaya kelenjar sebum.

Dermatitis seboroik paling umum terjadi pada masa pubertas dan remaja, selama periode ini produksi sebum paling tinggi, hal ini berhubungan dengan hormonal yang meningkat pada masa pubertas, oleh karena itu dermatitis seboroik lebih umum pada laki-laki daripada perempuan, yang menunjukkan pengaruh androgen pada unit pilosebum.

15-22

Dermatitis seboroik merupakan kondisi inflamasi, yang sebagian besar disertai dengan keberadaan jamur Malassezia dan diduga bahwa reaksi kekebalan yang tidak tepat bisa memberi kontribusi kepada patogenesis dermatitis seboroik.

6,10,12-16

11,12,14,18

Walaupun mekanisme imunopatogenik yang terlibat dalam perkembangan dermatitis seboroik belum diketahui dengan jelas.4,6,9,10


(24)

Studi yang dilaksanakan Bergbrant et al. menunjukkan secara langsung gangguan fungsi sel-sel T dan peningkatan sel-sel NK (natural killer) dalam darah perifer pasien dermatitis seboroik dibandingkan dengan kelompok kontrol.5,6,11,12,18

Studi yang sama menunjukkan peningkatan konsentrasi total antibodi IgA dan IgG serum pada pasien penderita dermatitis seboroik, yang juga ditegaskan oleh beberapa studi lainnya, peningkatan produksi imunoglobulin terjadi sebagai reaksi terhadap toksin jamur dan aktivitas lipase.

6,11,12,18

Faergemann et al. menemukan infiltrasi sel-sel NK (natural killer) dan makrofag pada bagian-bagian kulit yang terpengaruh , dengan aktivasi lokal yang bersamaan dari komplemen dan pemicuan sitokin proinflamasi, yang semuanya bisa menyebabkan kerusakan pada epidermal.

5,6,11,12,16,18

Berdasarkan hasil penelitian Gupta AK pada tahun 2004 menunjukkan adanya imunodefisiensi sebagai faktor penyebab prevalensi dermatitis seboroik lebih tinggi secara signifikan (34%-83%) .

10

Valia RG menyatakan pasien positip-HIV, dermatitis seboroik yang terjadi gambaran klinisnya lebih berat (bahkan sering mempengaruhi anggota gerak).1,7,10

Faktor-faktor neurogenik, kejadian dermatitis seboroik pada pasien penderita penyakit parkinson sudah lama diamati secara klinik, terutama pada pasien penderita dermatitis seboroik yang sudah lama dan berat, menciptakan kondisi yang sesuai terhadap proliferasi Malassezia.

1,7,8

Dermatitis seboroik dapat terjadi pada pasien dengan parkinson, tampak perubahan dalam konsentrasi sebum yang dipicu secara endokrinologik bukan secara neurologik.

6,12


(25)

konsentrasi hormon α Melanocyte Stimulating Hormon (α-MSH) plasma pada pasien penderita penyakit parkinson, mungkin disebabkan ketiadaan faktor penghambat-MSH sebagai akibat dari aktivitas neuronal dopaminergik yang tidak cukup.6,12

Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk pada tahun 2012 dijumpai pengobatan dengan L-dopa berhasil memulihkan sintesa faktor penghambat-MSH dan mengurangi sekresi sebum pada pasien penderita penyakit parkinson.

12 Efek sebostatik dari L-dopa ini terbatas hanya pada pasien penderita penyakit parkinson, sementara pada kondisi seborea lainnya seperti jerawat, L-dopa tidak mempunyai efek pada produksi sebum.12 Lebih jauh lagi, immobilitas wajah

pasien penderita penyakit parkinson (wajah seperti-masker) bisa secara sekunder menyebabkan peningkatan akumulasi sebum, yang dengan demikian memberi kontribusi tambahan kepada kecenderungan perkembangan dermatitis seboroik.12

Beberapa laporan menyatakan faktor fisik seperti perawatan PUVA (Psoralen Ultraviolet A) pada wajah juga dapat memicu dermatitis seboroik.

1

Efek mikrobial, patogenesis dermatitis seboroik masih kontroversial sejak dahulu, kehadiran atau ketidakseimbangan flora berperan dalam penyakit ini, meskipun beberapa pasien memiliki kultur yang menunjukkan Candida albicans, Staphylococcus aureus, Propionobacterium acnes dan bakteri aerob lainnya, tetapi tidak berhubungan dengan patogenesis dermatitis seboroik.

Beberapa obat yang dikenal dapat memicu dermatitis seboroik dari laporan beberapa penelitian seperti laporan dari Picardo M dan Cameli N pada tahun 2008 seperti griseofulvin, simetidin, lithium, metildopa, arsenik, emas, auranofin,


(26)

aurothioglukose, buspiron, klorpromazin, etionamid, baklofen, interferon fenotiasin, stanozolol, thiothixene, psoralen, methoxsalen, dan trioxsalen.

Gangguan proliferasi epidermis, pasien dengan dermatitis seboroik menunjukkan hiperproliferasi epidermis atau diskeratinisasi yang terkait dengan peningkatan aktivitas kalmodulin, yang juga terlihat pada psoriasis. Ini menjelaskan mengapa pasien dengan dermatitis seboroik yang diterapi dengan sejumlah obat sitostatik menunjukkan perbaikan.

4

1

Faktor genetik, riwayat keluarga dari dermatitis seboroik seringkali telah dilaporkan, tetapi hanya beberapa tahun terakhir yang memiliki mutasi (ZNF750) yang menguraikan protein finger zinc (C2H2) yang telah dijelaskan dan mengakibatkan terjadinya dermatosis menyerupai dermatitis seboroik.

1

Beberapa laporan juga menyatakan stres oksidatif yang muncul sebagai akibat dari over produksi oksigen radikal atau mekanisme pertahanan antioksidan tidak memadai dapat memicu dermatitis seboroik.1

Berdasarkan penelitian Mokos ZB dkk Faktor-faktor lainnya yang dapat

mencetuskan dermatitis seboroik yaitu aspek musiman; kekambuhan penyakit lebih umum pada musim gugur dan musim dingin.1 Kondisi ini dipicu oleh stres

emosional dan dahulu dijumpai angka kejadian dermatitis seboroik yang tinggi dilaporkan pada pasukan perang di masa perang.1,12

Dari beberapa penelitian kejadian dermatitis seboroik juga sering diamati pada penyakit depresi dan down syndrome, tetapi ini bisa terkait dengan kecenderungan pasien penderita depresi tetap berada di ruangan tertutup, dan higiene yang buruk.


(27)

Tabel 2.1. Faktor Resiko Dermatitis Seboroik

Faktor Resiko Deskripsi

Lipid dan hormon Penyebaran lesi pada tubuh berhubungan dengan penyebaran kelenjar sebaseus, dengan sebum yang berlebihan dijumpai pada skalp, lipatan nasolabial, dada, alismata dan telinga Sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda (ketika kelenjar sebaseus lebih aktif). Penyakit penyerta Penyakit parkinson

Kelumpuhan saraf kranial Paralisis batang tubuh Gangguan emosional HIV / AIDS

Kanker

Pankreatitis alkoholik Down syndrome

Faktor imunologi Penurunan sel T helper

Penurunan phytohemagglutinin stimulasi concanavalin A Penurunan titer antibodi

Gaya hidup Nutrisi yang buruk Higiene yang buruk

Dikutip sesuai Kepustakaan No. 13 2.1.4 Gambaran Klinis

Lesi dermatitis seboroik tipikal adalah bercak-bercak eritema, dengan sisik-sisik yang berminyak.1-10 Penyakit ini suka muncul di bagian-bagian yang

kaya kelenjar sebum, seperti kulit kepala, garis batas rambut, alis mata, glabela, lipatan nasolabial, telinga, dada atas, punggung, ketiak, pusar dan sela paha.2-8

Pasien sering mengeluhkan rasa gatal, terutama pada kulit kepala dan pada liang telinga.

1,5,6,12

Lesi pada kulit kepala dapat menyebar ke kulit dahi dan membentuk batas eritema bersisik yang disebut “corona seborrheica”.1,3,12

Dua bentuk dermatitis seboroik bisa terjadi pada dada, tipe petaloid dan tipe pitiriasiform.

1,5


(28)

Tipe petaloid diawali dengan papul-papul folikuler dan perifolikuler merah hingga coklat, yang berkembang menjadi bercak-bercak yang mirip bentuk mahkota bunga.1,5,8,12

Tipe pitiriasiform mungkin merupakan bentuk berat dari dermatitis seboroik petaloid.

1,8,12

Tipe ini mempunyai bercak-bercak yang mengikuti garis-garis kulit yang mirip pityriasis rosea.1,8,12

Dermatitis seboroik juga dapat mengenai liang telinga yang gambarannya seperti dermatitis kronis.

12

Gejala yang umum lainnya dari dermatitis seboroik adalah blefaritis dengan kerak-kerak berwarna kekuningan sepanjang pinggir kelopak mata.

1,5,8,12

Bila hanya manifestasi ini yang ada, maka diagnosis tidaklah sulit.1,5,8 Varian

serius dari penyakit kulit ini adalah exfoliative erythroderma (seborrheic erythroderma).

Komplikasi yang utama pada lesi adalah infeksi sekunder, tampak eritema, eksudat, gangguan kenyamanan dan limfadenopati pada daerah yang terkena.

1,8,12


(29)

Tabel 2.2. Pola Klinis Dermatitis Seboroik Pola Klinis Dermatitis Seboroik

Bayi

• Kulit kepala (cradle cap)

• Tubuh (termasuk daerah fleksor dan popok)

• Penyakit Leiner

o Nonfamilial

o Disfungsi C5 familial

Dewasa

• Kulit kepala

• Wajah (termasuk blepharitis)

• Tubuh

o Petaloid o Pityriasiform o Fleksural

o Plak eksematous o Folikuler

• Generalisata ( berupa eritroderma)

Dikutip sesuai Kepustakaan No. 1

Gambar 2.1 Lokasi Predileksi Dermatitis Seboroik Dikutip sesuai Kepustakaan No. 1


(30)

2.1.5 Diagnosis

Dermatitis seboroik mempunyai ciri-ciri unik tergantung pada kelompok usia yang terpengaruh, bentuk anak sifatnya dapat sembuh sendiri, sementara pada orang dewasa penyakit ini sifatnya kronis.1-6 Lesi terdiri dari plak eritema,

bersisik dengan tingkat keparahan dan intensitas yang bervariasi.

Pada masa bayi, dermatitis seboroik sering dijumpai dalam tiga bulan pertama kehidupan berupa sisik pada kulit kepala.

1-8

1-10

Gambaran khas yang berupa sisik-sisik kekuningan yang muncul segera setelah lahir.1,4,5,6,8,11 Kondisi ini juga

bisa berkembang pada wajah dan pada lipatan-lipatan tubuh seperti pada daerah retroaurikular, leher, ketiak dan daerah paha.1,6,8,11

Pada orang dewasa, dermatitis seboroik adalah dermatosis kronis berulang yang dimulai dari eritema ringan sampai moderat hingga lesi papular, eksudatif dan bersisik, semakin memburuk jika disertai stres atau kurang tidur.

4,6,11

Dengan tingkat puritus bervariasi.1,5,6 Lesi terutama berkembang pada daerah yang

produksi sebumnya tinggi seperti kulit kepala, wajah, telinga eksternal, daerah retroaurikular dan daerah pra-sternal, kelopak mata dan lipatan-lipatan tubuh. Lesi pada kulit kepala dimulai dari pengelupasan ringan hingga kerak-kerak berwarna kekuningan yang melekat pada kulit kepala dan rambut, yang bisa memicu atau tidak terjadinya daerah alopesia (pseudo tinea amiantacea).

1-7

1,9,11

Pada wajah, keterlibatan daerah glabela dan malar, lipatan nasolabial dan alis mata merupakan ciri khas.

2-8

Keterlibatan kelopak mata menyebabkan blefaritis, pada pria daerah kumis juga bisa terpengaruh dengan lesi dermatitis seboroik.3,5,6,11,12


(31)

Dalam lipatan-lipatan kulit (ketiak, pusar, inguinal, daerah anogenital), bentuk lesi berupa maserasi, lembab dengan dasar eritema pada sekitar lesi.6,11

2.1.6 Diagnosis Banding

Dijumpai sejumlah penyakit yang serupa dengan dermatitis seboroik. Psoriasis pada kulit kepala (scalp psoriasis) muncul sebagai plak bersisik pada kulit kepala dengan batas yang tegas mungkin sulit dibedakan dari dermatitis seboroik.1,2,3,5,8 Dermatitis seboroik pada kepala juga bisa mirip dengan tinea

kapitis untuk membedakannya dilakukan pemeriksaan kerokan KOH 20% dan kultur jamur.7-9 Rosasea dan sistemik lupus eritematosus bisa menimbulkan

eritema pada wajah yang mirip dengan dermatitis seboroik.7,14 Dermatitis

seboroik pada lipatan nasolabial mirip dengan dermatitis perioral, dermatitis seboroik pada daerah dada dan punggung yang mirip dengan ptiriasis rosea dan ptiriasis versikolor, dermatitis seboroik pada daerah paha bisa mirip dengan dermatofitosis, psoriasis inversa, kandidiasis dan kadang-kadang histiositosis sel langerhans.1,9,11,12

Tabel 2.3. Diagnosis Banding Dermatitis Seboroik Berdasarkan Lokasi Lesi

Diagnosis banding dermatitis seboroik

Scalp Psoriasis, dermatitis atopi, tinea kapitis Wajah Rosasea, dermatitis kontak, diskoid lupus , fotosensitifitas terhadap obat

Liang telinga Dermatitis kontak

Dada dan punggung Ptiriasis rosea, tinea versikolor, lupus kutaneus subakut

Paha dan bokong Kandidiasis, eritrasma

Lipatan-lipatan Psoriasis inversa, dermatitis kontak, kandidiasis, langerhans cell histiocytosis


(32)

2.1.7 Histopatologi

Gambaran histopatologi bervariasi menurut stadium penyakit: akut, subakut, atau kronik.1,5 Pada dermatitis seboroik akut dan subakut, infiltrat

perivaskuler superfisial dari limfosit dan histiosit jarang, spongiosis ringan sampai sedang, hiperplasia psoriasifrom ringan, sumbatan folikuler oleh ortokeratosis dan parakeratosis, skuama atau krusta mengandung netrofil pada ujung ostia folikuler.1,5 Pada dermatitis seboroik kronis dijumpai kapiler dan vena kecil yang

berdilatasi pada pleksus superfisial.

Lesi dermatitis seboroik kronik secara klinis dan histopatologis berupa bentuk psoriasiform sehingga sering sulit dibedakan dengan psoriasis.

1

1

Bentuk psoriasis memberikan banyak gambaran yang sama dengan dermatitis seboroik.1,5,6 Lesi yang menyerupai psoriasis dapat berlangsung bertahun-tahun

sebelum akhirnya berubah menjadi psoriasis yang jelas.1,5

2.1.8 Pengobatan

Terapi yang efektif untuk dermatitis seboroik meliputi obat anti-inflamasi,immunomodulator, obat keratolitik, antijamur dan tea tree oil .7,8,11,12 A. Anti Inflamasi

Pengobatan konvensional untuk dermatitis seboroik pada kulit kepala dewasa diawali dengan steroid topikal.1-12 Terapi ini bisa diberikan sebagai

sampo, seperti flusinolon (Synalar), larutan steroid topikal, losion yang digunakan pada kulit kepala, atau krim yang digunakan pada kulit.

Orang dewasa penderita dermatitis seboroik biasanya menggunakan steroid topikal satu atau dua kali sehari dan menggunakan sampo sebagai tambahan.

8

3,5,6,11,12


(33)

Steroid topikal potensi rendah efektif mengobati dermatitis seboroik pada bayi atau dewasa di daerah fleksural atau dermatitis seboroik yang rekalsitran pada dewasa.1-8

B. Immunomodulator

Inhibitor kalsineurin topikal (misalnya, salep takrolimus atau ®Protopic), pimekrolimus krim atau ®Elidel) memiliki sifat-sifat fungisidal dan anti-inflamasi tanpa risiko atrofi kulit, yang disebabkan oleh steroid topikal, inhibitor kalsineurin juga merupakan terapi yang baik padawajah dan telinga akan tetapi penggunaan setiap hari selama satu minggu baru terlihat manfaatnya.1,4,5,8,9,12,24

C. Keratolitik

Modalitas lama untuk pengobatan dermatitis seboroik memiliki sifat-sifat keratolitik tetapi tidak memiliki sifat-sifat antijamur.5-6 Keratolitik yang

digunakan secara luas untuk mengobati dermatitis seboroik meliputi tar, asam salisilat dan sampo zinc pyrithione.5-8,12,20 Zinc pyrithione memiliki sifat-sifat keratolitik dan antijamur nonspesifik dan bisa digunakan dua atau tiga kali per minggu.7,8,12

Pasien harus membiarkan sampo di rambut setidaknya selama lima menit untuk menjamin agar bahan mencapai kulit kepala.

8

Pasien juga bisa menggunakannya di tempat yang lainnya, seperti wajah.8,12 Dermatitis seboroik

pada kulit kepala bayi mengharuskan penanganan yang hati-hati dan lembut (misalnya, sampo ringan tanpa-obat).1,3,5,8,11,12


(34)

D. Antijamur

Sebagian obat antijamur menyerang Malassezia yang terkait dengan dermatitis seboroik.1-7 Penggunaan gel ketokonazol sekali sehari yang

dikombinasikan dengan desonide sekali-sehari selama dua minggu, dapat berguna untuk dermatitis seboroik pada wajah.5,12,24-26

Sampo yang mengandung selenium sulfide atau azole sering digunakan digunakan dua atau tiga kali per minggu.

4-7,20

Ketokonazole (krim atau gel foam) dan terbinafine oral juga bisa bermanfaat.1,5,6,7,8,12 Obat antijamur topikal lainnya seperti siklopiroks dan

flukonazole juga dapat bermanfaat untuk penderita dermatitis seboroik.4-8,12,24,25,26

E. Tea tree oil ( pengobatan alami/alternatif)

Terapi alami semakin popular seperti Tea tree oil (Melaleuca oil) adalah minyak esensial dari tumbuhan semak asli Australia. Terapi ini ternyata efektif dan ditoleransi dengan baik bila digunakan setiap hari sebagai sampo 5%.7,8,1


(35)

Tabel 2.4. Jenis-jenis Terapi pada Dermatitis Seboroik Terapi-terapi untuk penatalaksanaan dermatitis seboroik

Terapi Dosis Anti inflamasi Sampo steroid

Flusinolon 2xseminggu Steroid topikal

Flusinolon setiap hari

Losion betametason valerate setiap hari Krim desonide setiap hari Inhibitor kalsineurin topikal

Salep takrolimus setiap hari Krim pimekrolimus setiap hari Keratolitik

Sampo asam salisilat 2xseminggu Sampo tar 2xseminggu Sampo zinc pyrithione 2xseminggu Anti jamur

Sampo ketokonazole 2xseminggu Sampo selenium sulfide 2xseminggu Pengobatan alternatif

Sampo tea tree oil setiap hari

Dikutip sesuai Kepustakaan No. 8 2.1.9 Prognosis

Dapat sembuh dengan sendirinya disertai prognosis yang baik pada bayi dibandingkan dengan kondisi kronis dan relaps pada orang dewasa.1 Tidak ada

bukti yang menyatakan bayi dengan dermatitis seboroik juga akan mengalami penyakit ini pada saat dewasa. Pasien dermatitis seboroik dewasa dengan bentuk berat kemungkinan dapat persisten.1,3


(36)

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Teori

Dermatitis seboroik

• Jamur Malassezia

• Kelainan imunologi

• Aktivitas sebaseus

• Hormonal

• Faktor neurogenik

• Faktorstres oksidatif

• Faktor lainnya: faktor fisik,gangguan nutrisi dan obat-obatan

Gambaran klinis

Lokasi lesi Pola klinis

Bayi Dewasa

Faktor pencetus Sosio demografi

• Jenis kelamin

• Usia

• Etnis

• Pendidikan

• Pekerjaan

Bayi Dewasa

• Kulit kepala (cradle cap)

• Tubuh (daerah fleksor & daerah

popok)

• Penyakit Leiner : familial & non

familial

• Kulit kepala

• Wajah (blefaritis)

• Tubuh : petaloid, pityriasiform, fleksural, plak eksematous & folikuler • Generalisata (eritroderma)

• Kulit kepala

• Daerah

fleksor & daerah popok

• Kulit kepala

• Wajah

• Batang tubuh

• Generalisata

Penatalaksanaan

• Anti inflamasi & imunomodulator • Keratolitik

• Anti jamur • Tea tree oil


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data sekunder dari catatan rekam medis pasien dermatitis seboroik.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2013 - Februari 2014, bertempat di bagian rekam medis RSUP. H. Adam Malik Medan.

3.3 Objek Penelitian

Rekam medis yang lengkap dari pasien dermatitis seboroik di RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 sampai 2012.

3.4 Bahan dan Cara Kerja 3.4.1 Bahan

Bahan penelitian diambil dari rekam medis pasien dermatitis seboroik yang datang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 sampai 2012.

3.4.2 Cara Kerja

1. Pengumpulan data pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012 yang mempunyai rekam medis dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan.


(38)

2. Penghitungan proporsi dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012 dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. 3. Pencatatan data pasien dermatitis seboroik meliputi usia, jenis kelamin,etnis,

pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi dan pengobatan periode 2010 sampai 2012 dilakukan oleh peneliti di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. 4. Data pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012 yang diperoleh

kemudian ditabulasi dan disajikan kedalam tabel dan diagram berdasarkan jenis kelamin, usia, etnis, pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi dan pengobatan


(39)

3.5 Kerangka Operasional

Gambar 3.1. Diagram Kerangka Operasional

Penelusuran data rekam medis pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012

Karakteristik pasien dermatitis seboroik berdasakan jenis kelamin, usia, etnis, pendidikan , pekerjaan, lokasi lesi,dan pengobatan

Data dikumpulkan dan ditabulasi

Penyajian dalam bentuk tabel distribusi & diagram batang berdasarkan jenis kelamin, usia, etnis, pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi dan pengobatan Penghitungan proporsi pasien dermatitis seboroik periode 2010 sampai


(40)

3.6 Definisi Operasional

1. Rekam medis adalah keterangan tertulis tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan fisisk, diagnosis, tindakan medis dan pengobatan pasien dermatitis seboroik yang datang berobat ke Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012.

2. Usia adalah usia pasien saat pertama datang dihitung dari tanggal lahir, bila lebih dari 6 bulan, usia dibulatkan keatas; bila kurang dari 6 bulan, usia dibulatkan kebawah.berdasarkan catatan medis.

3. Etnis adalah garis keturunan yang didapatkan pasien dermatitis seboroik yang berasal dari orang tua yang melahirkan dirinya atau dari nenek moyangnya berdasarkan rekam medis.

4. Pendidikan adalah: pendidikan formal yang sedang dijalani atau yang terakhir diselesaikan oleh pasien dermatitis seboroik berdasarkan rekam medis.

5. Pekerjaan adalah pekerjaan yang sedang dijalanin atau tidak lagi dijalankan (pensiunan) oleh pasien dermatitis seboroik berdasarkan rekam medis.

6. Lokasi lesi adalah lokasi lesi dari anamnesis dan pemeriksaan klinis pasien dermatitis seboroik berdasarkan rekam medis.

7. Diagnosis dermatitis seboroik adalah diagnosis dari anamnesis dan gambaran klinis dermatitis seboroik yang datang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode 2010 sampai 2012 berdasarkan catatan medis.

8. Pengobatan dermatitis seboroik adalah pengobatan yang diberikan pada pasien dermatitis seboroik dari rekam medis.


(41)

9. Proporsi dermatitis seboroik adalah perbandingan jumlah pasien dermatitis seboroik dengan jumlah seluruh pasien penyakit kulit yang datang berobat ke Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode 2010 sampai 2012.

Dengan rumus:

Proporsi =

3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diagram. Dianalisis secara deskriptif menggunakan literatur yang ada.

Jumlah kasus dermatitis seboroik periode 2010 sampai 2012 Jumlah kasus penyakit kulit periode 2010 sampai 2012


(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proporsi Pasien Dermatitis Seboroik Periode Januari 2010 sampai Desember 2012

Selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 ada 123 orang pasien dermatitis seboroik yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan. Selain itu, jumlah seluruh pasien di Unit Rawat Jalan Kulit dan Kelamin di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010 ada 5.514 orang, tahun 2011 ada 5.641 orang dan tahun 2012 ada 5.327 orang. Data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini :

Tabel 4.1 Proporsi Pasien RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2010 s/d 2012

Tahun

Jumlah Pasien di Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan

Kelamin

Jumlah Pasien Dermatitis seboroik

Proporsi Pasien Dermatitis

seboroik

N % N %

2010 5.514 33,45 44 35,77 0,79 %

2011 5.641 34,23 50 40,65 0,88 %

2012 5.327 32,32 29 23,57 0,54 %

Total 16482 100% 123 100% 0,75%


(43)

Gambar 4.1 Grafik Jumlah Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Tahun

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase jumlah pasien dermatitis seboroik tertinggi pada tahun 2011, yaitu 40,7 % (50 orang) dibandingkan tahun 2010, yaitu 35,8 % (44 orang), dan tahun 2012, yaitu 23,6 % (29 orang). Dari grafik ini dapat dilihat terjadi fluktuasi peningkatan dan penurunan jumlah kunjungan penderita dermatitis seboroik, peningkatan jumlah kunjungan diduga berhubungan dengan kesadaran penderita untuk mengobati penyakitnya yang dapat memberikan dampak negatif terhadap kualitas hidup penderita seperti kehilangan rasa percaya diri, penurunan jumlah kunjungan diduga karena rasa bosan pada penderita untuk mengobati penyakitnya karena dermatitis seboroik bersifat kronis dengan rekurensi tinggi.

1,5,12,23,28,29 10

20 30 40 50 60

2010 2011 2012

Jum


(44)

Hasil perhitungan menunjukkan proporsi dermatitis seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012 adalah 0,75 % .

Data di Rumah sakit Cipto Mangunkusomo (RSCM) menunjukkan pasien dermatitis seboroik dijumpai rata-rata 8,3% dari jumlah kunjungan.

Berdasarkan penelitian dari Bukhari IA pada Rumah sakit King Fahad di Saudi arabia menunjukkan dari 5641 pasien baru yang berobat ke bagian kulit dan kelamin periode tiga tahun (1990-1993) dijumpai 330 pasien dermatitis seboroik atau rata-rata 5,9%.

3

27

4.2 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik

Karakteristik subyek dalam penelitian ini ditampilkan berdasarkan jenis kelamin, usia, etnis, pendidikan, pekerjaan, lokasi lesi dan pengobatan.

4.2.1 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Subyek Penelitian

n %

1. Laki-laki 68 55,3

2. Perempuan 55 44,7


(45)

Gambar 4.2 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan jenis kelamin tertinggi pada jenis kelamin laki-laki, yaitu 55,3 % (68 orang) dibandingkan jenis kelamin perempuan, yaitu 44,7 % (55 orang).

Dermatitis seboroik lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan, menunjukkan pengaruh hormon androgen pada unit pilosebaseus yang mengakibatkan peningkatan pembentukan sekresi sebum dan lemak pada permukaan kulit.10,11,16,20

Laki-laki Perempuan


(46)

4.2.2 Karakteristik Berdasarkan Usia

Tabel 4.3 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Kelompok Usia

No. Usia Subyek Penelitian

n %

1. 1-5 tahun 5 4,1

2. 6-10 tahun 3 2,4

3. 11-15 tahun 8 6,5

4. 16-20 tahun 8 6,5

5. 21-25 tahun 1 0,8

6. 26-30 tahun 4 3,3

7. 31-35 tahun 9 7,3

8. 36-40 tahun 7 5,7

9. 41-45 tahun 10 8,1

10. 46-50 tahun 16 13,0

11. 51-55 tahun 9 7,3

12. 56-60 tahun 13 10,6

13. 61-65 tahun 14 11,4

14. 66-70 tahun 9 7,3

15. 71-75 tahun 1 0,8

16. 76-80 tahun 5 4,1

17. 81-85 tahun 1 0,8


(47)

Gambar 4.3 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Usia

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan kelompok usia tertinggi pada kelompok umur 46-50 tahun, yaitu 13,0 % (16 orang), dan terendah pada kelompok umur 21-25 tahun, 71-75 tahun dan 81-85 tahun, yaitu 0,8 % (1 orang). Prevalensi tertinggi pada dermatitis seboroik ditemukan pada usia dekade ke 4 sampai 7 kehidupan hal ini diduga selain adanya pengaruh dari patogenesis dermatitis seboroik, penyakit-penyakit penyerta pada dermatitis seboroik dijumpai cukup tinggi pada dekade ini.3,6,8,12

Pada penelitian Mastrolonardo M dkk tahun 2004 dijumpai dari 186 pasien yang berusia diatas 65 tahun terdapat 43 kasus dermatitis seboroik, hal ini diduga berhubungan dengan gangguan sistem imun, penyakit-penyakit penyerta

0 2 4 6 8 10 12 14 16

1-5 tahun 6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun 21-25 tahun 26-30 tahun 31-35 tahun 36-40 tahun 41-45 tahun 46-50 tahun 51-55 tahun 56-60 tahun 61-65 tahun 66-70 tahun 71-75 tahun 76-80 tahun 81-85 tahun


(48)

seperti penyakit keganasan, kardiovaskular juga neurologi dan gangguan emosional atau mood .29

Berdasarkan kepustakaan Berk T dan Schenfield N pada tahun 2010 menunjukkan insidensi puncak pada penyakit dermatitis seboroik yaitu pada dekade ke 3 dan ke 4 kehidupan.

14

Pada penelitian Peyri J pada tahun 2005 menujukkan kejadian penyakit dermatitis seboroik paling tinggi terjadi pada usia rata-rata 40 tahun.

23

4.2.3 Karakteristik Berdasarkan Etnis

Tabel 4.4 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis

No. Etnis Subyek Penelitian

n %

1. Aceh 1 0,8

2. Batak 40 32,5

3. Jawa 26 21,1

4. Karo 35 28,5

5. Mandailing 10 8,1

6. Melayu 7 5,7

7. Minang 1 0,8

8. Nias 2 1,6

9. Simalungun 1 0,8

Total 123 100

Gambar 4.4 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Etnis

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Aceh Batak Jawa Karo Mandailing Melayu Minang Nias Simalungun


(49)

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan etnis tertinggi pada etnis batak, yaitu 32,5 % (40 orang) dan terendah pada etnis Aceh, Minang dan Simalungun, yaitu 0,8 % (masing-masing 1 orang). Pada penelitian ini dijumpai karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan etnis tertinggi pada etnis batak, hal ini diduga berhubungan dengan lokasi atau letak dari rumah sakit tempat penelitian yang banyak dijumpai etnis tersebut.

Dermatitis seboroik dapat terjadi pada seluruh kelompok etnik. Artinya, penyakit ini tidak spesifik pada kelompok etnik tertentu.

4.2.4 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan

1,4,5,7,15,16

Tabel 4.5 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan

No. Pendidikan Subyek Penelitian

n %

1. Belum Sekolah/SD/Sederajat 20 16,3

2. SMP/Sederajat 15 12,2

3. SMA/Sederajat 47 38,2

4. Akademi/S1 41 33,3

Total 123 100

Gambar 4.5 Grafik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pendidikan

0 10 20 30 40 50


(50)

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan pendidikan tertinggi pada pendidikan SMA/Sederajat, yaitu 38,2 % (47 orang) dibandingkan pendidikan Akademi/S1, yaitu 33,3% (41 orang), belum sekolah/SD/Sederajat, yaitu 16,3 % (20 orang), dan pendidikan SMP/Sederajat, yaitu 12,2 % (15 orang). Pendidikan pada pasien dermatitis seboroik menujukkan kelompok masyarakat dengan pendidikan yang lebih tinggi mempunyai kepedulian yang lebih terhadap kesehatannya.

4.2.5 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.6 Karakteristik Pasien Dermatitis Seboroik Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Subyek Penelitian

N %

1. IRT 17 13,8

2. Pelajar/Mahasiswa 22 17,9

3. Pensiunan 21 17,1

4. Petani 5 4,1

5. PNS 38 30,9

6. TNI 1 0,8

7. Wiraswasta 19 15,4

Total 123 100

0 5 10 15 20 25 30 35 40

IRT Pelajar/Mahasiswa Pensiunan Petani PNS TNI Wiraswasta


(51)

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase karakteristik dermatitis seboroik berdasarkan pekerjaan tertinggi pada pekerjaan sebagai PNS, yaitu 30,9 % (38 orang), dan terendah pada pekerjaan sebagai TNI, yaitu 0,8 % (1 orang).

Hal ini sesuai dengan umumnya subyek penelitian memiliki umur 46-50 tahun. Kejadian dermatitis seboroik berdasarkan pekerjaan dalam penelitian ini dikaitkan dengan umur penderita.

4.2.6 Karakteristik Lokasi Lesi Pasien Dermatitis Seboroik

Tabel 4.7 Karakteristik Lokasi Lesi pada Pasien Dermatitis Seboroik

No Lokasi Lesi

Lokasi Lesi

Total % Ada Tidak Ada

n % n %

1. Scalp 41 33,3 82 66,7 123 100

2. Wajah 41 33,3 82 66,7 123 100

3. Telinga 14 11,4 109 88,6 123 100

4. Wajah + Leher 3 2,4 120 97,6 123 100

5. Wajah + Punggung 5 4,1 118 95,9 123 100

6. Ketiak 2 1,6 121 98,4 123 100

7. Leher 10 8,1 113 91,9 123 100

8. Lengan 5 4,1 118 95,9 123 100

9. Punggung 24 19,5 99 80,5 123 100

10. Punggung + Leher 3 2,4 120 97,6 123 100

11. Lipat paha 16 13,0 107 87,0 123 100

12. Lipat paha + Kelamin 2 1,6 121 98,4 123 100


(52)

Gambar 4.7 Grafik Lokasi Lesi pada Pasien Dermatitis Seboroik

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase dermatitis seboroik berdasarkan letak lesi di wajah & scalp tertinggi yaitu 33,3 % (41 orang). Persentase subyek penelitian berdasarkan letak lesi terendah di paha dan kelamin, ketiak yaitu 1,6 % (2 orang).

Seperti yang telah disebutkan di atas, lipid sebum penting untuk proliferasi Malassezia dan sintesa faktor-faktor proinflamasi awal, sehingga sebum dalam jumlah tertentu selalu dibutuhkan untuk menciptakan kondisi yang sesuai untuk perkembangan dermatitis seboroik. Lesi dermatitis seboroik sering dijumpai pada bagian-bagian kulit yang kaya kelenjar sebum.15-22 Lesi terutama berkembang

pada daerah yang produksi sebumnya tinggi seperti kulit kepala, wajah, telinga eksternal, daerah retroaurikular dan daerah pra-sternal, kelopak mata dan lipatan-lipatan tubuh.1-7 Pada pasien dermatitis seboroik area tubuh yang terkena dapat

lebih dari satu lokasi tetapi literatur yang melaporkan persentase kejadian ini

0 20 40 60 80 100 120 140

Scalp Wajah Telinga Wajah + Leher Wajah + Punggung Ketiak Leher Lengan Punggung Punggung + Leher Lipat paha Lipat paha + Kelamin Kelamin

Tidak Ada Ada


(53)

pada scalp, dahi yang dapat meluas sampai daerah retroaurikular dan pada daerah-daerah lipatan sedangkan pada usia dewasa dermatitis seboroik biasanya dijumpai pada scalp dan wajah.1-5 pada beberapa kasus yang jarang bentuk klinis dari dermatitis seboroik ini bisa mengenai badan dan ekstremitas bahkan bisa meluas sampai ke leher.

Pada penelitian Gustafson CJ pada tahun 2012 menyatakan dermatitis seboroik merupakan penyakit yang kronis yang memiliki periode remisi (sembuh) dan eksaserbasi yang mengakibatkan pada seorang penderita jika mengalami eksaserbasi ringan lokasi yang terkena hanya satu area (lokal) sedangkan jika ekaserbasinya lebih berat area yang terkena lebih dari satu lokasi dan bisa meluas bahkan ke daerah yang jarang dijumpai penyakit ini.

3

Pada penelitian Peyri J dkk tahun 2005 di Spanyol menunjukkan penyakit dermatitis seboroik paling sering terjadi pada area wajah yaitu sebanyak 88% dan scalp sebanyak 70%.

19

23

Gambar 4.8 Grafik Lokasi Lesi Dermatitis Seboroik pada Penelitian Peyri J dkk di Spanyol


(54)

Pada penelitian Bukhari IA pada tahun 1999 di Saudi arabia menunjukkan lokasi lesi dermatitis seboroik paling banyak di scalp 70,2% dan wajah 37,5%, lokasi lesi dermatitis seboroik yang dijumpai lebih dari satu area yaitu 52% .

4.2.7 Karakteristik Pengobatan Pasien Dermatitis Seboroik

27

Tabel 4.8 Karakteristik Pengobatan pada Pasien Dermatitis Seboroik

No Obat

Pengobatan

Total %

Ya Tidak

n % n %

I Kortikosterid / Anti-Inflamasi

A. Topikal 104 84,6 19 15,4 123 100

Hidrokortison cream 1% Hidrokortison cream 2,5%

Desoximetasoneointment

B. Sistemik 5 4,1 118 95,9 123 100

Metilprednisolon tablet

II Antimikotik / Anti-Jamur

Topikal 50 40,7 73 59,3 123 100

Ketokonazole cream 2% Miconazole nitrat 2% cream Ketokonazole 2% scalp solution Selenium sulfide shampoo

III Pengobatan Lainnya

Topikal 4 3,3 119 96,7 123 100

Urea 10% cream Asam fusidat cream

IV Antihistamin oral 99 80,5 24 19,5 123 100

Mebhydroline napadisylate tablet


(55)

Gambar 4.9 Grafik Pengobatan yang Diberikan pada Pasien Dermatitis Seboroik

Berdasarkan tabel dan gambar di atas diketahui bahwa persentase dermatitis seboroik berdasarkan pengobatan dengan kortikosteroid/ antiinflamasi secara topikal tertinggi pada yang menggunakan, yaitu 84,6 % (104 orang). Persentase pengobatan antihistamin yaitu 80,5 % (99 orang). Persentase pengobatan yang terendah adalah pengobatan lainnya secara topikal yaitu 3,3% (4 orang).

Orang dewasa penderita dermatitis seboroik biasanya menggunakan steroid topikal satu atau dua kali sehari dan menggunakan sampo sebagai tambahan.

Steroid topikal potensi rendah bisa efektif mengobati dermatitis seboroik pada bayi atau dewasa di daerah fleksural atau dermatitis seboroik yang rekalsitran pada dewasa.

3,5,6,11,12

Pada penelitaian Peyri J dkk pada tahun 2005 menunjukkan pengobatan pada dermatitis seboroik yang menggunakan kortikosteroid topikal sebanyak

1-8

0 20 40 60 80 100 120

Kortikosterid / Anti-Inflamasi : Topikal

Kortikosterid / Anti-Inflamasi : Sistemik

Antimicotik / Anti-Jamur : Topikal Pengobatan Lainnya : Topikal Antihistamin

Tidak Ya


(56)

59,9%, anti jamur imidazol topikal sebanyak 35,1% dan pelembab atau produk-produk nutrisi sebanyak 27,2 %.

Tabel 4.9. Tabel Pengobatan yang Diberikan pada 2159 Penderita 23

Dermatitis Seboroik pada Penelitian Peyri J dkk di Spanyol

Treatment No (%)

Topical corticosteroids 1.293 (59.9%)

Imidazole antimycotics 758 (35.1%)

Hydrating/emollient/nutritive treatments 663 (27.2%)

Topical calcineurin inhibitors 588 (27.2%)

Pyrithione derivatives 389 (18.0%)

Tar derivatives 263 (12.2%)

Keratolytics 201 (9.3%)

Selenium sulfate 165 (7.6%)

Vitamin D derivatives 44 (2.0%)

Other pharmacological treatments 110 (5.1%)

Other nonpharmacological treatments 22 (1.0%)

Dikutip Berdasarkan Kepustakaan No 23 4.4 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

a. Selama periode Januari 2010 sampai dengan Desember 2012, banyak status pasien di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, khususnya untuk pasien dermatitis seboroik yang tidak lengkap, sehingga tidak semua populasi penelitian terekam dalam penelitian ini.

b. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, sehingga tidak mampu menggali penyebab atau faktor-faktor yang berperan dalam kejadian dermatitis seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan.

c. Pada penelitian ini hasilnya hanya mencerminkan kejadian dermatitis seboroik di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan sedangkan untuk di departemen lain kejadian


(57)

penyakit tersebut dapat juga dijumpai sehingga penelitian tidak mencerminkan keseluruhan angka kejadian dermatitis seboroik.

d. Pada penelitian ini dijumpai usia pada penderita dermatitis seboroik kurang mencakup usia yang dapat menderita penyakit tersebut.


(58)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

a. Jumlah pasien dermatitis seboroik yang berkunjung di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012 berjumlah 123 orang.

b. Proporsi pasien dermatitis seboroik di Unit Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode 2010 samapi 2012 adalah 0,75%.

c. Karakteristik pasien dermatitis seboroik di Departemen Kulit Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan umumnya berjenis kelamin laki-laki, usia 46-50 tahun, etnis batak, pendidikan SMA/Sederajat, pekerjaan PNS, lesi terbanyak di wajah dan kepala.

d. Pengobatan dermatitis seboroik umumnya diberikan golongan kortikosteroid secara topikal, anti jamur topikal dan golongan anti histamin yang diberikan secara peroral.

5.2 Saran

a. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi untuk menilai hubungan karakteristik pasien dengan peyakit-penyakit penyerta pada dermatitis seboroik seperti gangguan neurologi, kelainan jantung, dan penderita HIV.

b. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi untuk menilai hubungan pemberian pengobatan dengan durasi pengobatan dermatitis seboroik.


(59)

c. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi untuk menilai hubungan karakteristik pasien dermatitis seboroik dengan tingkat keparahan dermatitis seboroik.

d. Penelitian ini dapat dilanjutkan untuk melakukan penelitian korelasi untuk menilai hubungan karakteristik pengobatan pasien dermatitis seboroik dengan usia pasien dermatitis seboroik


(60)

DAFTAR PUSTAKA

1. Collins CD, Hivnor C. Seborrheic dermatitis. Dalam : Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K. Editor. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York. McGraw.Hill Companies;2012.h1531-75

2. Djuanda. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S. Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta. Balai Penerbit FK UI; 2007. h.189-203

3. Kurniati DD. Dermatitis seboroik: Gambaran klinis. Dalam: Tjarta A, Sularsito SA, Kurniati DD, Rihatmaja R. Editor. Metode Diagnostik dan Penatalaksanaan Psoriasis dan Dermatitis Seboroik. Jakarta. Balai Penerbit FK UI; 2003. h.53-59

4. Picardo M, Cameli N. Seborrheic dermatitis. Dalam: Williams H. Editor. Evidence-based Dermatology. Edisi ke-2. London. Blackwell Publishing; 2008. h. 164-70

5. James WD, Berger TG, Elston DM. Editor. Andrews’Diseases of The Skin Clinical Dermatology. Edisi ke-10. Kanada. Sauders Elsivier; 2006

6. Gupta AK, Bluhm R. Seborrheic dermatitis. JEADV. 2004; 18:13-26

7. Schmidt JA. Seborrheic Dermatitis: A clinical practice snapshot. The Nurse Practitioner ; 36 (8) : 32-7

8. Schwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis: An overview. American Family Physician. 2006; 74(1): 125-30

9. Naldi L, Rebora A. Seborrheic dermatitis. N Engl J Med 2009; 360 (4): 387-96

10. Chatzikokkinou P, Sotiropoulos K, Katoulis A, Luzzati R, Trevisan G. Seborrheic dermatitis – an early and common skin manifestation in HIV patients. Acta Dermatovenerol Croat. 2008;16(4):226-30

11. Sampaio AL, Vargas TJ, Nunes AP, Mameri AC, Silva MR, Carneiro SC. Seborrheic dermatitis. An Bras Dermatol. 2011; 86(6): 1061-74

12. Mokos ZB, Kralj M, Juzbacic AB, Jukic IL. Seborrheic dermatitis : An update. Acta Dermatovenerol Croat. 2012; 20(2): 98-104

13. Eleweski BE. Safe and effective treatment of seborrheic dermatitis. therapeutics for the clinician. 2009; 83: 333-38

14. Berk T, Schenfield N. Seborrheic dermatitis. Continuing Education Credit. 2010; 35(6): 348-52

15. Schwartz JR, Messenger AG, Tosti A, Todd G, Hordinsky M, Hay JR, et all. A comprehensive pathophysiology of dandruff and seborheic dermatitis-towards a more precise definition of scalp health.Acta Derm Venereol.2012;92:1-7

16. Del rosso JQ. Adult Seborrheic dermatitis: A status report on practical topical management. Journal of Clinical Aesthetic Dermatology. 2011; 4(5): 32-8 17. Breunig JA, Almeida HL, Duquia RP, Souza PRM, Staub HL. Scalp

seborrheic dermatitis: prevalence and associated factors in male adolescents. Int J Dermatol. 2012; 51: 46-9


(61)

18. Gupta AK, Batra R, Bluhm R, Boekhout T, Dawson TL. Skin disease associated with Malassezia species. J Am Acad Dermatol. 2004; 51(5): 785-96

19. Gustafson CJ, Davis SA, Feldman SR. Complete approaches to seborrheic dermatitis. Dermatologist. 2012:1-3

20. Del rosso JQ, Kim GK. Seborrheic Dermatitis and Malassezia species: how are they related?. Journal of Clinical Aesthetic Dermatology. 2009; 2 (11): 14-7

21. Valia RG. Etiopathogenesis of seborrheic dermatitis. IJDVL. 2006; 72: 253-5 22. Manriquez JJ, Uribe P. Seborrheic dermatitis. Clinical Evidence. 2007; 07:

1-7

23. Peyri J, Lieonart M. Clinical and therapeutic profile and quality of life of patients with seborrheic dermatitis. Actas Dermosifiliorg. 2007; 98: 476-82 24. Koc E, Arca E, Kose O, Akar A. An open, randomized, prospective,

comparative study of topical pimecrolimus 1% cream and topical ketoconazole 2% cream in the treatment of seborrheic dermatitis. Journal of Dermatological Treatment. 2009; 20(1):4-9

25. Gupta AK, Nicol KA. Ciclopirox 1% shampoo for the treatment of seborrheic dermatitis. Int J Dermatol. 2006; 45:66-9

26. Lorette G, Ermosilla V. Clinical efficacy of a new ciclopiroxilamine/zinc pyrithione shampoo in scalp seborrheic dermatitis treatment. Eur J Dermatol. 2006; 16(5):558-64

27. Bukhari IA. Seborrhoeic dermatitis in Saudi Arabia. The Gulf Journal of Dermatology.1999.1(6): 33-5

28. Dessinioti C. Katsambas A. Seborrheic Dermatitis : Etiology, risk factors and treatments : facts and controversies. Clinics in Dermatology. 2013. 31:343-51.

29. Mastrolonardo M. Diaferio A. Vendemiale G Lopalco P. Seborrhoeic dermatitis in the eldery : inferenes on the possible role of disability and loss of self-sufficiency. Acta derm venerol. 2004. 84 : 285-87.


(62)

LAMPIRAN 1.

STATUS PENELITIAN

Tanggal pemeriksaan : Nomor urut penelitian : Nomor catatan medik :

Nama :

IDENTITAS

Alamat : Telp. :

Tempat tanggal lahir (hari, bulan, tahun) :

Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan Bangsa/Suku : 1. Batak 2. Jawa 3. Melayu

4. Minangkabau 5. Tionghoa 6. Lainnya

Agama : 1. Islam 2. Kristen Protestan 3. Kristen Katolik 4.Hindu 5. Budha

Pendidikan : 1. Belum sekolah 2. SD / sederajat 3. SMP / sederajat 4. SMA / sederajat 5. Perguruan tinggi

Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri Sipil / TNI / Polri 2. Pegawai swasta

3. Wiraswasta 4. Tidak bekerja


(63)

Status pernikahan : 1. Sudah menikah 2. Belum menikah

Keluhan utama :

ANAMNESIS

Riwayat perjalanan penyakit :

Riwayat penyakit keluarga : Riwayat penyakit terdahulu :

Status generalisata

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum :

•Kesadaran :

•Gizi :

•Tekanan darah :

•Frekuensi nadi :

•Suhu :

•Frekuensi pernafasan : Keadaan Spesifik :

•Kepala :

•Leher :

•Toraks :

•Abdomen :


(64)

•Ekstremitas : Status dermatologikus:

• Lokalisasi :

• Efloresensi :

DIAGNOSIS BANDING :

DIAGNOSIS KERJA :

PENATALAKSANAAN :

• Quo ad vitam :

PROGNOSIS

• Quo ad functionam :


(65)

Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian

Tahun

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

2010 44 35,8 35,8 35,8

2011 50 40,7 40,7 76,4

2012 29 23,6 23,6 100,0

Total 123 100,0 100,0

Lima_Umur (Kategori)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

1-5 tahun 5 4,1 4,1 4,1

6-10 tahun 3 2,4 2,4 6,5

11-15 tahun 8 6,5 6,5 13,0

16-20 tahun 8 6,5 6,5 19,5

21-25 tahun 1 ,8 ,8 20,3

26-30 tahun 4 3,3 3,3 23,6

31-35 tahun 9 7,3 7,3 30,9

36-40 tahun 7 5,7 5,7 36,6

41-45 tahun 10 8,1 8,1 44,7

46-50 tahun 16 13,0 13,0 57,7

51-55 tahun 9 7,3 7,3 65,0

56-60 tahun 13 10,6 10,6 75,6

61-65 tahun 14 11,4 11,4 87,0

66-70 tahun 9 7,3 7,3 94,3

71-75 tahun 1 ,8 ,8 95,1

76-80 tahun 5 4,1 4,1 99,2

81-85 tahun 1 ,8 ,8 100,0

Total 123 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Laki-laki 68 55,3 55,3 55,3

Perempuan 55 44,7 44,7 100,0


(66)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Belum

Sekolah/SD/Sederajat 20 16,3 16,3 16,3

SMP/Sederajat 15 12,2 12,2 28,5

SMA/Sederajat 47 38,2 38,2 66,7

Akademi/S1 41 33,3 33,3 100,0

Total 123 100,0 100,0

Etnis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Aceh 1 ,8 ,8 ,8

Batak 40 32,5 32,5 33,3

Jawa 26 21,1 21,1 54,5

Karo 35 28,5 28,5 82,9

Mandailing 10 8,1 8,1 91,1

Melayu 7 5,7 5,7 96,7

Minang 1 ,8 ,8 97,6

Nias 2 1,6 1,6 99,2

Simalungun 1 ,8 ,8 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

IRT 17 13,8 13,8 13,8

Pelajar/Mahasiswa 22 17,9 17,9 31,7

Pensiunan 21 17,1 17,1 48,8

Petani 5 4,1 4,1 52,8

PNS 38 30,9 30,9 83,7

TNI 1 ,8 ,8 84,6

Wiraswasta 19 15,4 15,4 100,0


(67)

Lesi di Wajah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 41 33,3 33,3 33,3

Tidak 82 66,7 66,7 100,0

Total 123 100,0 100,0

Lesi di Punggung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 24 19,5 19,5 19,5

Tidak 99 80,5 80,5 100,0

Total 123 100,0 100,0

Lesi di Leher

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 10 8,1 8,1 8,1

Tidak 113 91,9 91,9 100,0

Total 123 100,0 100,0

Lesi di Wajah + Punggung

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 5 4,1 4,1 4,1

Tidak 118 95,9 95,9 100,0

Total 123 100,0 100,0

Lesi di Wajah + Leher

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 3 2,4 2,4 2,4

Tidak 120 97,6 97,6 100,0


(68)

Lesi di Punggung + Leher

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 3 2,4 2,4 2,4

Tidak 120 97,6 97,6 100,0

Total 123 100,0 100,0

Lesi di Scalp

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 4 3,3 3,3 3,3

Tidak 119 96,7 96,7 100,0

Total 123 100,0 100,0

Lesi di Belakang telinga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 14 11,4 11,4 11,4

Tidak 109 88,6 88,6 100,0

Total 123 100,0 100,0

Lesi di Ketiak

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 2 1,6 1,6 1,6

Tidak 121 98,4 98,4 100,0

Total 123 100,0 100,0

Lesi di Lengan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 5 4,1 4,1 4,1

Tidak 118 95,9 95,9 100,0


(69)

Lesi di Lipat Paha

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 16 13,0 13,0 13,0

Tidak 107 87,0 87,0 100,0

Total 123 100,0 100,0

Lesi di Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 17 13,8 13,8 13,8

Tidak 106 86,2 86,2 100,0

Total 123 100,0 100,0

Lesi di Lipat Paha + Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 2 1,6 1,6 1,6

Tidak 121 98,4 98,4 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pengobatan : Hidrokortison krim 1%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 41 33,3 33,3 33,3

Tidak 82 66,7 66,7 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pengobatan : Hidrokortison krim 2,5%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Ya 36 29,3 29,3 29,3

Tidak 87 70,7 70,7 100,0


(1)

Pengobatan : Desoximetasone ointment

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 45 36,6 36,6 36,6

Tidak 78 63,4 63,4 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pengobatan : Mebhidrolin napadisilat tab

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 86 69,9 69,9 69,9

Tidak 37 30,1 30,1 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pengobatan : Urea 10% krim

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 1 ,8 ,8 ,8

Tidak 122 99,2 99,2 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pengobatan : Ketokonazole krim 2%

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 14 11,4 11,4 11,4

Tidak 109 88,6 88,6 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pengobatan : Metilprednisolon tablet

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 6 4,9 4,9 4,9

Tidak 117 95,1 95,1 100,0


(2)

Pengobatan : Ketokonazole 2% Scalp solution

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 26 21,1 21,1 21,1

Tidak 97 78,9 78,9 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pengobatan : Mikonazole Nitrat 2% krim

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 8 6,5 6,5 6,5

Tidak 115 93,5 93,5 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pengobatan : Cetirizine tablet

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 14 11,4 11,4 11,4

Tidak 109 88,6 88,6 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pengobatan : Asam fusidat krim

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 3 2,4 2,4 2,4

Tidak 120 97,6 97,6 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pengobatan : Selenium sulfida Sampo

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Ya 6 4,9 4,9 4,9

Tidak 117 95,1 95,1 100,0


(3)

Kortikosterid /anti-inflamasi : Topikal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 19 15,4 15,4 15,4

Ya 104 84,6 84,6 100,0

Total 123 100,0 100,0

Kortikosteroid /anti-inflamasi : Sistemik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 118 95,9 95,9 95,9

Ya 5 4,1 4,1 100,0

Total 123 100,0 100,0

Antimikotik / antijamur : Topikal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 73 59,3 59,3 59,3

Ya 50 40,7 40,7 100,0

Total 123 100,0 100,0

Pengobatan Lainnya : Topikal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 119 96,7 96,7 96,7

Ya 4 3,3 3,3 100,0

Total 123 100,0 100,0

Antihistamin oral

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak 24 19,5 19,5 19,5

Ya 99 80,5 80,5 100,0


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Prevalensi Karsinoma Hepatoseluler di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan pada tahun 2009-2012

1 66 71

Gambaran Distribusi Karakteristik Pasien Erupsi Obat Alergi Di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2010-2012

1 60 57

Gambaran Tingkat Depresi pada Pasien HIV/AIDS di Pusat Pelayanan Khusus RSUP Haji Adam Malik Medan

9 44 76

Profil Onikomikosis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2007 – Desember 2012

2 17 74

Profil Onikomikosis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2007 – Desember 2012

0 0 13

Profil Onikomikosis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2007 – Desember 2012

0 1 1

Profil Onikomikosis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2007 – Desember 2012

0 1 5

Profil Onikomikosis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2007 – Desember 2012

0 0 22

Profil Onikomikosis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2007 – Desember 2012

0 0 4

Profil Onikomikosis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2007 – Desember 2012

0 0 10