CPO dan Produk Turunannya Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara Melalui Kebijakan Penganaan Bea Keluar Ekspor

3.4 CPO dan Produk Turunannya Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara Melalui Kebijakan Penganaan Bea Keluar Ekspor

3.4.1. Kebijakan Pengenaan Bea Keluar CPO dan Produk Turunannya

Bea Keluar (pajak ekspor) merupakan pungutan negara berdasarkan Undang-Undang (UU) yang dikenakan terhadap barang ekspor tertentu. Saat ini terdapat 4 (empat) komoditi barang yang terhadap ekspornya dikenakan bea keluar yaitu: (1) Kelapa sawit, CPO dan produk turunannya, (2) bijih mineral, (3)

Selain tingginya harga minyak sawit berdampak pada inflasi, pemerintah bermaksud menyediakan barang kebutuhan pokok masyarakat dengan harga yang terjangkau. Dalam perkembangannya jenis minyak sawit yang dikenakan pajak ekspor makin bertambah karena inovasi produk dari pelaku usaha dan meluasnya jenis permintaan dari konsumen. Tujuan tidak lagi berhenti pada penciptaan stabilisasi harga minyak goreng tapi meluas pada pengembangan industri pengolahan minyak sawit. Kebijakan tarif Bea Keluar untuk hilirisasi industri sawit bersifat eskalatif yang artinya tarif produk hulu dari minyak sawit dikenakan Bea Keluar lebih tinggi dibandingkan produk hilirnya. Hal ini bertujuan memberikan insentif bagi pelaku usaha dalam mengembangkan industri hilir di dalam negeri yang pada gilirannya nilai tambah (value added) pengolahan minyak sawit diharapkan dapat dinikmati ekonomi domestik.

Kebijakan pengenaan bea keluar untuk kelapa sawit, CPO, dan produk turunannya untuk hilirisasi industri sawit pertama kali dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 128/PMK.011/2011 tentang Perubahan atas PMK Nomor 67/PMK.011/2010 tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. Peraturan tersebut diundangkan pada tanggal 15 Agustus 2011 dan mulai berlaku 30 hari sejak tanggal diundangkan (14 September 2011). PMK ini telah mengalami dua kali perubahan yakni dengan PMK Nomor 75/PMK.011/2013 tanggal 16 Mei 2012 dan PMK Nomor 128/PMK.011/2013. PMK mengenai tarif Bea Keluar ini tidak hanya berisi komoditi Minyak Sawit dan Produk Turunannya, namun meliputi barang ekspor lain yang dikenakan Bea Keluar yakni Kulit Sapi dan Kambing; Biji Kakao, Produk Kayu; dan Bijih Mineral. Meski PMK 128/PMK.011/2011 telah diubah dua kali, namun tidak ada perubahan tarif Bea Keluar minyak sawit karena yang diubah dalam dua kali perubahan PMK tersebut adalah tarif Bea Keluar produk mineral. Tujuan analisis adalah mengetahui dampak kebijakan Bea Keluar CPO dan produk turunannya terhadap industri hilir kelapa sawit dan mengukur sejauh mana stakeholder domestik mampu mendapatkan nilai tambah dari proses pengolahan produk sawit di dalam negeri. Perhitungan Bea Keluar (BK) diperlihatkan dalam Persamaan 3.1.

Keterangan:

2. Harga Patokan Ekspor (HPE) adalah harga patokan yang ditetapkan secara periodik oleh Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan.

3. Harga Referensi adalah harga rata-rata internasional dan/atau harga rata-

rata bursa komoditi tertentu di dalam negeri untuk penetapan tarif bea keluar yang ditetapkan secara periodik oleh Menteri Perdagangan dan Menteri Keuangan

Tabel 3.3. Besaran Tarif Bea Keluar Atas Ekspor Kelapa Sawit, CPO, dan Produk Turunannya (Berdasarkan PMK Nomor 128/PMK.011/2013)

Tabel 3.4. Besaran Harga Referensi Untuk Penetapan Tarif Bea Keluar Kelapa Sawit, CPO, dan Produk Turunannya

(Berdasarkan PMK Nomor 75/PMK.011/2012)

Harga Referensi Kolom

Harga Referensi

Kolom

(USD/MT)

(USD/MT)

3.4.2. Target dan Realisasi Capaian Penerimaan Negara dari Bea Keluar Kelapa Sawit

3.4.2.1. Realisasi Pendapatan Negara Dalam 5 Tahun Terakhir

Keterangan:

Sumber: Kementerian Keuangan.

Gambar 3.1. Realisasi pendapatan negara dalam 5 (lima) tahun terakhir.

3.4.2.2. Komposisi Penerimaan Perpajakan Dalam APBN-P 2015

Direktorat Jenderal Pajak dan pajak perdagangan internasional yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, (2) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari migas, non migas maupun bagian laba dari BUMN yang dihimpun oleh Kementerian/Lembaga dan BUMN, dan (3) penerimaan hibah. Realisasi penerimaan negara dari tahun ke tahun selalu mengalami kenaikan seiring dengan target pendapatan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam APBN untuk membiayai

seperti: Belanja Kementerian/Lembaga, Subsidi, Transfer ke Daerah (Dana Perimbangan dan Dana Otonomi Khusus), Pembayaran Bunga Utang, dll.

3.4.2.3. Kontribusi CPO Terhadap Penerimaan Negara (2010-2014)

Tabel 3.5. Kontribusi CPO Terhadap Penerimaan Negara (2010-2014)

Perolehan Penerimaan

Bea Masuk

Bea Keluar

Bea Masuk

Bea Keluar

Bea Masuk

Bea Keluar

Bea Masuk

Bea Keluar

Bea Masuk

Bea Keluar

(dalam juta rupiah) Sumber: Kementerian Keuangan