Minyak Kelapa Sawit Sebagai Salah Satu P

MINYAK KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL) SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENERIMAAN NEGARA BAGI PEMBANGUNAN PERTAHANAN NEGARA: PELUANG DAN TANTANGAN PENYUSUN MAHASISWA PASCASARJANA PROGRAM STUDI EKONOMI PERTAHANAN COHORT-5 FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN

MINYAK KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL) SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENERIMAAN NEGARA BAGI PEMBANGUNAN PERTAHANAN NEGARA: PELUANG DAN TANTANGAN

Penanggung Jawab

Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan Dr. Ir. Arsegianto, M.Sc.

Pengarah dan Penyunting Teknis Utama

Kepala Program Studi Ekonomi Pertahanan Kolonel Lek Dr. Arwin D.W. Sumari, S.T., M.T. [F.S.I., F.S.M.E., V.D.B.M., S.A., S.R.Eng.]

Penyusun : 1.

Semmy Tyar Armandha, S.IP.

2 Zubair Ali Mustaka, S.E.

3. Arijo Hadi, S.E, M.Si.

4. Dicky Hadi Wijaya, S.E.

5. Afif Qudratulah, S.IKom.

6. Hafsari Diah Pratiwi Ariani, S.M.

7. Avezia Gabby Ariane, S.IP.

8. Yanwar Abidin Rakinda, S.S.

9. Idham Wahyudi, A.Md., S.ST.

10. Rinus Pulmasari, S.E.

11. Ana Caharana, S.P.

12. Siti Lutfiyanah, S.Pd.

13. Sigit Widhi, S.E.

14. Ezaldi Muftandi, S.E.

15. Milawati, S.Pd.

16. Ratna Mulia,S.ST.

17. Indra Meira, S.E.

18. Topan Sani, S.H., M.H.

19. Dedi Iskandar, S.E.

20. Tubumauly Forta Suhanto Pakpahan, S.E.

Desain Sampul: Yanwar Abidin Rakinda, S.S.

ISBN : 978-602-17915-8-5 HALAMAN : 79 (tujuh puluh sembilan)

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh, salam sejahtera untuk kita semua.

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

buku laporan Kuliah Kerja Dalam Negeri (KKDN) yang berjudul Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara

Bagi Pembangunan Pertahanan Negara: Peluang dan Tantangan telah dapat diselesaikan.

Buku ini merupakan hasil dari salah satu pengamalan Tridharma Perguruan Tinggi yaitu penelitian, untuk meningkatkan keinginan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan. Perwujudan dari dharma penelitian diaplikasikan dalam kegiatan KKDN di Sumatera Utara.

Dari kunjungan tersebut diharapkan dapat menghasilkan sebuah pemikiran mengenai bagaimana Indonesia sebagai salah satu produsen terbesar dalam industri Crude Palm Oil (CPO) di dunia dapat memanfaatkan keunggulan tersebut bagi sektor pembangunan pertahanan negara. Di dalam buku ini akan diuraikan mengenai CPO sebagai salah satu sumber penerimaan negara melalui kebijakan pengenaan bea keluar atas ekspornya, keunggulan komparatif dan kompetitif produk CPO Indonesia, serta analisis mengenai peluang dan tantangan industri dan perdagangan CPO Indonesia di pasar perekonomian global.

Melalui kesempatan ini, kami selaku Ketua Kegiatan KKDN Program Studi Ekonomi Pertahanan Cohort-5 Tahun Ajaran 2014/2015, Fakultas Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan, menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Laksamana Madya TNI Dr. Desi Albert Mamahit, M.Sc., Rektor Universitas Pertahanan.

2. Dr. Ir. Arsegianto, M.Sc., Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan.

3. Laksamana Pertama TNI Dr. Dadang S. Wirasuta, S.E., S.P.I., S.H., M.M., M.B.A. Sekretaris Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM).

4. Kolonel Lek Dr. Arwin D.W. Sumari, S.T., M.T., Kepala Program Studi

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penyusunan laporan KKDN ini. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran untuk kesempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan kontribusi dan wawasan dalam pengembangan studi mengenai ekonomi pertahanan.

Wassalamu ‘alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Bogor, Juni 2015

Zubair Ali Mustaka, S.E.

UCAPAN TERIMA KASIH

Berkat rahmat dan hidayah Tuhan Yang Maha Esa, seluruh civitas akademika Program Studi Ekonomi Pertahanan Cohort 5, dengan bangga dan

penuh syukur mempersembahkan buku yang berjudul Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil) Sebagai Salah Satu Sumber Penerimaan Negara Bagi

Pembangunan Pertahanan Negara: Peluang dan Tantangan. Buku ini adalah hasil dari studi Kuliah Kerja Dalam Negeri (KKDN) di Kota Medan dan Belawan, Sumatera Utara yang dilaksanakan pada 30 November 2014 sampai dengan 9 Desember 2015.

Proses panjang dari persiapan pelaksanaan, penelitian lapangan hingga penyusunan laporan dan peneribitan buku; merupakan perjalanan yang berarti dan penuh dengan dinamika, namun tanpa adanya hambatan yang berarti. Ucapan terima kasih yang tak terhingga kami sampaikan kepada Laksmana Pertama Dr. Dadang S. Wirasuta, S.E., S.P.I., S.H., M.M., M.B.A., selaku Ketua Rombongan; Kolonel Lek Dr. Arwin D.W. Sumari, S.T., M.T. selaku Kepala Program Studi Ekonomi Pertahanan; Kolonel Sus Prayitno, M.T.I., dan Mayor Sus Coky R. Bonavena, S. Kom., M.Si.(Han), selaku dosen pendamping. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Pertahanan Republik Indonesia atas dukungannya, kemudian kepada Kodam I Bukit Barisan, Landasan Udara (Lanud) Soewondo Medan, Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) I Belawan, Kantor Kesyahbandaran Utama dan Kantor Otoritas Pelabuhan Belawan Sumatera Utara, Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea dan Cukai Sumatera Utara, Kamar Dagang Indonesia Propinsi Sumatera Utara, PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology (SMART) Tbk., Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara, Universitas Sumatera Utara, serta PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) III Sumatera Utara, atas kesediaan, keramahtamahan, dan keterbukaannya dalam menerima kunjungan kami dalam memenuhi tugas tridharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Kami sadar bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Potensi yang ada dalam produk CPO dan turunannya masih banyak yang harus dieksplorasi baik kondisi struktural di sekitarnya baik dalam aspek politik, sosial, budaya, maupun keamanan. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat bagi khasanah ilmu pengetahuan pada umumnya, dan keilmuan ekonomi pertahanan pada khususnya.

Bogor, Juni 2015

Tim Penulis

KATA SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS MANAJEMEN PERTAHANAN

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, saya

menyambut baik penerbitan laporan hasil penelitian Kuliah Kerja Dalam Negeri

(KKDN) yang berjudul “ MINYAK KELAPA SAWIT (CRUDE PALM OIL) SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENERIMAAN NEGARA BAGI PEMBANGUNAN PERTAHANAN NEGARA: PELUANG DAN TANTANGAN”

oleh mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertahanan, Universitas Pertahanan Indonesia Cohort 5 tahun ajaran 2014-2015. Laporan hasil penelitian hasil penelitian lapangan ini merupakan sebuah langkah untuk mengetahui potensi Crude Palm Oil (CPO) yang sebenarnya dimiliki oleh Indonesia serta hal apa saja yang menjadi kendala dalam pengembangan potensi CPO tersebut.

CPO merupakan salah satu komoditas ekspor utama Indonesia yang penyebaran ekspornya hingga ke benua Eropa, Afrika, hingga Amerika. Indonesia sendiri menjadi salah satu penghasil CPO terbesar di dunia. Dengan kata lain, hasil dari ekspor CPO seharusnya dapat menjadi salah satu sumber penerimaan negara yang dapat digunakan untuk pembangunan. Namun aktivitas ekspor CPO di Indonesia tidak berarti tanpa tantangan atau kendala. Berbagai macam kendala dihadapi oleh pengekspor CPO Indonesia. Salah satu contohnya adalah adanya black campaign atau kampanye gelap oleh beberapa pihak yang menyatakan bahwa kebun kelapa sawit di Indonesia merusak lingkungan. Hal tersebut mengakibatkan boikot massal dari negara-negara pengimpor CPO dari Indonesia. Hal ini tentu saja merugikan para pengekspor CPO dan Indonesia sendiri.

KKDN mahasiswa program studi Ekonomi Pertahanan ini melihat kondisi nyata dari problematika CPO di wilayah Sumatera Utara, khususnya kota Medan. Sebagai salah satu provinsi yang memiliki kebun kelapa sawit terbesar di Indonesia, Sumatera Utara secara langsung akan terkena akibat dari kendala yang dihadapi oleh pengeksporan CPO. Hal tersebut ditambah lagi dengan tantangan baru tentang free trade area yang akan dilakukan oleh negara- negara ASEAN. Sumatera Utara adalah salah satu negara yang langsung

Akhir kata, saya berharap laporan ini sebagai laporan hasil penelitian lapangan yang dilaksanakan oleh mahasiswa prodi Ekonomi Pertahanan dapat bermanfaat sebagai sumber inspirasi dan masukan bagi para pihak terkait. Saya memberikan apresiasi yang besar bagi para mahasiswa Program Studi Ekonomi Pertahanan, Universitas Pertahanan Indonesia Cohort 5 tahun ajaran 2014-2015 serta seluruh pihak terkait yang telah mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk mendukung penyusunan dan penerbitan laporan ini.

Wassalamualaikum Warrahmatulahi Wabarakatuh Bogor, Juni 2015

Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan

Dr. Ir. Arsegianto, M.Sc.

KATA SAMBUTAN KEPALA PROGRAM STUDI EKONOMI PERTAHANAN

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin dan ridho-

Nya kegiatan Kuliah Kerja Dalam Negeri (KKDN) ke Medan dan Belawan, Sumatera Utara yang dilaksanakan oleh civitas akademika Program Studi Ekonomi Pertahanan Cohort 5 Tahun Ajaran 2014-2015 dari 30 November 2014 hingga 9 Desember 2014 telah dilaksanakan dengan baik, lancar, dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan diharapkan. Kegiatan KKDN merupakan salah satu mata kuliah wajib baga para mahasiswa Universitas Pertahanan, dan salah satu media bagi civitas akademika Universitas Pertahanan dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan adanya KKDN, para dosen dan mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapatkan di dalam kelas kepada fenomena-fenomena empiris yang terjadi di masyarakat, sehingga mahasiswa tidak hanya pandai dalam berteori melainkan juga pandai dalam menyosialisasikan ilmu-ilmunya tersebut.

KKDN yang telah dilaksanakan megambil tema “CPO sebagai salah satu Penerimaan Negara”. Tujuan dari pemilihan tema dan locus penelitian adalah untuk mengetahui pengolahan produk Minyak Kelapa Sawit (CPO) serta kontribusinya sebagai salah satu penerimaan negara yang terbesar non pajak, dan Sumatera Utara adalah salah satu propinsi terbesar produsen CPO. Penelitian lapangan ini juga bertujuan untuk mengetahui permasalahan- permasalahan yang mendera CPO yang merupakan salah satu komoditi ekspor andalan Indonesia dihadapkan pada dinamika nasional dan internasional. Berbagai permasalahan berhasil diidentifikasi seperti adanya ancaman black campaign, menjamurnya kepemilikan asing, ketiadaan produk hilirisasi yang dapat menambah nilai jual, belum mampunya Indonesia menentukan patokan harga CPO, dan ketidaksinergian antar aparatur pemerintah yang berwenang. Temuan-temuan tersebut telah dianalisis dan menghasilkan strategi-strategi sebagai rekomendasi bagi kebijakan pemerintah dalam menangani CPO. Jika tidak diantisipasi, maka ancaman peperangan ekonomi dapat mengganggu stabilitas pertahanan nirmiliter, akan menjadi persoalan serius dan berpotensi mengganggu stabilitas pertahanan dan keamanan nasional yang pada KKDN yang telah dilaksanakan megambil tema “CPO sebagai salah satu Penerimaan Negara”. Tujuan dari pemilihan tema dan locus penelitian adalah untuk mengetahui pengolahan produk Minyak Kelapa Sawit (CPO) serta kontribusinya sebagai salah satu penerimaan negara yang terbesar non pajak, dan Sumatera Utara adalah salah satu propinsi terbesar produsen CPO. Penelitian lapangan ini juga bertujuan untuk mengetahui permasalahan- permasalahan yang mendera CPO yang merupakan salah satu komoditi ekspor andalan Indonesia dihadapkan pada dinamika nasional dan internasional. Berbagai permasalahan berhasil diidentifikasi seperti adanya ancaman black campaign, menjamurnya kepemilikan asing, ketiadaan produk hilirisasi yang dapat menambah nilai jual, belum mampunya Indonesia menentukan patokan harga CPO, dan ketidaksinergian antar aparatur pemerintah yang berwenang. Temuan-temuan tersebut telah dianalisis dan menghasilkan strategi-strategi sebagai rekomendasi bagi kebijakan pemerintah dalam menangani CPO. Jika tidak diantisipasi, maka ancaman peperangan ekonomi dapat mengganggu stabilitas pertahanan nirmiliter, akan menjadi persoalan serius dan berpotensi mengganggu stabilitas pertahanan dan keamanan nasional yang pada

Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada para mahasiswa/i Program Studi Ekonomi Pertahanan Cohort 5 atas kerja sama dan semangat di tiap kegiatan dari awal hingga tersusunnya karya ilmiah ini. Semoga Karya Ilmiah ini menjadi bagian dari prestasi-prestasi kalian lainnya di Universitas Pertahanan, dan dapat menjadi tauladan bagi adik-adik kalian pada cohort berikutnya.

Wassallammu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Bogor, Juni 2015

Kepala Program Studi Ekonomi Pertahanan

Dr. Arwin D.W. Sumari, S.T, M.T. [F.S.I., F.S.M.E., V.D.B.M., S.A., S.R.Eng.] Kolonel Elektronika NRP 515561

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Volume Ekspor Negara Tujuan Ekspor CPO Indonesia

33 Tabel 3.2. Kinerja Ekspor CPO Indonesia .....................................

34 Tabel 3.3. Besaran Tarif Bea Keluar Atas Ekspor Kelapa Sawit,

40 Tabel 3.4. Besaran Harga Referensi Untuk Penetapan Tarif Bea

CPO dan Produk Turunannya ......................................

41 Tabel 3.5. Kontribusi CPO Terhadap Penerimaan Negara (2010-

Keluar Kelapa Sawit, CPO dan Produk Turunannya ...

43 Tabel 3.6. Perbandingan Kapasitas Terpasang 2011 dan

46 Tabel 3.7. Peningkatan Nilai Tambah Kelapa Sawit .....................

Proyeksi 2014 ..............................................................

47 Tabel 3.8. Limabelas Pemohon Paten Terbanyak Bidang Kelapa

51 Tabel 3.9. Jumlah Aplikasi Paten Kelapa Sawit Negara ASEAN ..

Sawit di Dunia ..............................................................

52 Tabel 3.10. Komposisi Penggunaan CPO di Indonesia ..................

53 Tabel 3.11. Perkembangan Jumlah Merek Minyak Goreng Kemasan Pasca Restrukturisasi Tarif Bea Keluar

55 (PMK 128/2011) Tabel 4.1. Volume Ekspor CPO Indonesia tahun 2010 – 2013 berdasarkan Negara Tujuan dan Peringkat Negara Tujuan Berdasarkan Volume Ekspor ............................

60 Tabel 4.2. Indeks RCA Indonesia di ASEAN .................................

62 Tabel 4.3. Strategi dari Analisis TOWS ..........................................

67 Tabel 4.4. Analisis TOWS CPO sebagai Sumber Penerimaan

Negara bagi Pertahanan Negara ...............................

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Realisasi pendapatan negara dalam 5 (lima) tahun

41 Gambar 3.2. Komposisi Penerimaan perpajakan dalam APBN-P

terakhir ..........................................................................

42 Gambar 3.3. Negara Penghasil Inovasi Berbasis Paten Agroindustri

45 Gambar 4.1. Negara-Negara Pengekspor CPO Dunia Tahun 2010-

Kelapa Sawit .................................................................

63 Gambar 4.2. Nilai Ekspor CPO Indonesia Berdasarkan 10 Negara

Tujuan (2010-2014) ......................................................

DAFTAR SINGKATAN

3D : Defense Diplomacy Development

APBN-P : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan ASEAN

: Association of Southeast Asian Nation ASP

: Average Selling Price

BBN 20

: Bahan Bakar Nabati 20 persen

BPPT : Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi BUMD

: Badan Usaha Milik Daerah

BUMN

: Badan Usaha Milik Negara

CHP

: Combined Heat and Power

CoG

: Center of Gravity

CPKO

: Crude Palm Kernel Oil

CPO

: Crude Palm Oil

DIME : Diplomacy, Information, Military, Economy GAPKI

: Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia

(Indonesian Palm Oil Association)

GDP

: Gross Domestic Product

GIMNI : Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia GPFG

: Government Pension Fund Global

HAM

: Hak Asasi Manusia

HPE

: Harga Patokan Ekspor

HS

: Harmonized System

ICN : Indonesian Commercial Newsletter INTRACEN

: International Trade Center

ISPO

: Indonesian Sustainable Palm Oil

KADIN

: Kamar Dagang Indonesia

Kemenkumham

: Kementerian Hukum dan HAM

KKDN

: Kuliah Kerja Dalam Negeri

Lantamal

: Pangkalan Utama Angkatan Laut

Lanud

: Landasan Udara

migas

: minyak dan gas

MNC

: Multinational Company

NGO

: Non-Governmental Organization

PBSN

: Perusahaan Besar Swasta Nasional

PE

: Pajak Ekspor

PMK

: Peraturan Menteri Keuangan

PPN

: Pajak Pertambahan Nilai

PPP

: Purchasing Power Parity

PTA

: Preferential Trade Agreement

PTPN

: PT. Perkebunan Nusantara

RCA

: Revealed Comparative Advantage

R&D

: Research and Development

RSPO

: Rountable Sustainable Palm Oil

RPO

: Red Palm Oil

RUU

: Rancangan Undang-Undang

SWOT : Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats TBK

: Tandan Buah Kosong/Empty Fruit Bunch TBS

: Tandan Buah Segar

TOWS : Threats, Opportunities, Weaknesses, Strengths UU

: Undang-Undang

WIPO : World Intellectual Property Right Organization

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Studi Ekonomi Pertahanan menunjukkan adanya perubahan yang semakin kompleks seiring semakin pesatnya perputaran manajemen rantai pasokan (supply chain management) global pasca berakhirnya Perang Dingin. Hal ini dikarenakan beralihnya sistem internasional dari bipolar (bertumpu pada dua kutub: Barat (Amerika Serikat) dan Timur (Uni Soviet)) menuju uni-multipolar yang secara politis didominasi Amerika Serikat dan ekonomi didominasi oleh Eropa

dan Asia. 1 Perubahan tersebut membuat dinamika keamanan internasional tidak lagi diwarnai dengan pertahanan yang

bertumpu pada model threat based planning yang mengedepankan pertimbangan akuisisi pertahanan pada perimbangan kekuatan (balance of power), melainkan pada kapabilitas. Ancaman semakin beragam tidak hanya oleh negara, melainkan non-negara dan dengan cara-cara konvensional maupun non-konvensional. Hal ini berarti, bahwa ancaman dapat berasal darimana saja, kapan saja, dan yang terpenting: apa saja dan siapa saja.

Oleh karenanya, melihat fenomena-fenomena seputar pertahanan masa kini, tidak lagi dapat dilihat hanya dari konteks ancaman yang berasal dari negara ke negara, dan dari ancaman yang sifatnya berupa alat-alat berat (seperti pesawat perang, kapal perang, tank, artileri, dsb.). Ancaman peperangan asimetris semakin marak dan menunjukkan efektifitasnya dalam melemahkan pertahanan negara lain demi tujuan-tujuan tertentu yang sifatnya politis dari negara tertentu. Dalam hal ini, ekonomi

1 Samuel P. Huntington. (1996) The Clash of Civilization and the Remaking of World Order. New ork: OxfordPress Univ., hal. 3 1 Samuel P. Huntington. (1996) The Clash of Civilization and the Remaking of World Order. New ork: OxfordPress Univ., hal. 3

Salah satu aspek yang krusial dalam ekonomi tersebut, menurut Arquila dan Ronfeldt, adalah sumber daya alam yang

menjadi sumber perebutan antar-negara. 3 Sumber daya alam sangat penting karena menjadi energi guna menggerakan

perekonomian. Indonesia merupakan negara berkembang yang produksi pertaniannya sangat kaya. Kelapa sawit menjadi barang ekspor terbesar keempat menurut Kementerian

Perdagangan. 4 Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, begitu melimpah dan beragam, namun menyisakan

ruang kosong pemanfaatannya yang belum secara optimal diekslporasi oleh pemerintah demi kesejahteraan rakyatnya. Hal inilah yang terlihat dalam pengelolan Indonesia dalam produknya Crude Palm Oil (CPO) atau Minyak Kelapa Sawit. CPO merupakan salah satu komoditi ekspor Indonesia terbesar kedua setelah minyak dan gas (migas), dan Indonesia merupakan negara paling besar ekspor CPO-nya di dunia diikuti oleh Malaysia; sehingga pemanfaatannya dapat berpengaruh dan sangat krusial pula terhadap ketahanan ekonomi Indonesia.

2 http://www.britannica.com/EBchecked/topic/178545/economic-warfare , diakses pada 30 Mei 2015

3 Arquila dan D.F. Ronfeldt. (1993). Cyberwar is Coming! Journal of Comparative Strategy Vol. 12, No. 2, April-Juni 1993

4 http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/10-main-and-potential- commodities/10-main-commodities , diakses pada 29 Maret 2015

CPO dapat dikatakan produk yang strategis, karena minyak nabati yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alutsista dengan mengolahnya terlebih dahulu menjadi bahan bakar biodiesel. Oleh karenanya CPO menjadi komoditi yang penting, yang jika ancaman terhadap produksi dan ekspornya terhambat, maka akan menjadi ancaman nirmiliter yang akan berpengaruh terhadap kapabilitas Indonesia dalam membangun infrastruktur pertahanan.

1.2. Sekilas Mengenai Kelapa Sawit di Indonesia

Kelapa sawit adalah tumbuhan pohon yang tingginya dapat mencapai 24 meter dan memiliki bunga serta buah yang berupa tanda dan bercabang banyak. Nantinya bunga tersebut akan berubah enjadi buah yang apabila sudah masak akan berwarna merah kehitaman. Sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai dari mana asal kelapa sawit. Beberapa ahli mengatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Afrika dengan alasan yang sangat kuat, yaitu berdasarkan catatan-catatan sejarah penjelajahan orang-orang Eropa ke Afrika. Di sisi berbeda, ahli lainnya mengatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan karena kelapa sawit tumbuh secara alami di pantai Brazil dan marga palma lain kebanyakan berasal dari Amerika Selatan, selain itu juga karena di Amerika terdapat lebih dari satu jenis kelapa sawit tidak seperti di daerah Afrika. Kelapa Sawit di Indonesia ada sejak 102 tahun yang lalu dan pertama kali ditanam di Pulau Raja Asahan, yang dibawa dari Afrika Barat dan sebelumnya ditanam di Kebun Raya Bogor

sebagai tanaman hias. 5

Beberapa manfaat dari kelapa sawit, dapat dilihat berbagai produk turunannya. Di antaranya, kelapa sawit mengandung berbagai nutrisi yang berguna dalam tubuh, seperti a-karoten, b-karoten, vitamin E, likopen, lutein, sterol, asam lemak tidak jenuh, ubiquinone-10. Kelapa sawit dapat menjadi

5 Liseu (2014) Analisis Strategi Daya Saing Kelapa Sawit Indonesia di Pasar Internasional. Skripsi. Bogor: IPB, hal. 3 5 Liseu (2014) Analisis Strategi Daya Saing Kelapa Sawit Indonesia di Pasar Internasional. Skripsi. Bogor: IPB, hal. 3

sangat tinggi bagi penggunanya. 6

1.3. Problematika Pengelolaan Kelapa Sawit di Indonesia

Permasalahan yang ditemukan dalam produksi dan ekspor CPO di Indonesia serta dinamika pengelolaannya, adalah bahwa Indonesia belum mampu menetapkan patokan harga CPO dunia, padahal Indonesia merupakan penghasil dan pengekspor CPO nomor satu di dunia. Bahkan Indonesia masih belum dapat menentukan patokan harganya sendiri dan masih mengacu pada bursa Malaysia dan Rotterdam sebagai data primer, dengan bursa nasional sebagai data sekunder. Hal ini ditambah lagi dengan semakin sporadisnya perusahaan CPO asing di Indonesia. Tercatat dua juta hektar perkebunan kelapa sawit dikelola oleh pengusaha asal Malaysia dengan akuisisi sekitar 230 perkebunan kelapa sawit. Di Sumatera Utara sendiri, menurut Kamar Dagang Indonesia (KADIN) Sumatera Utara, terdapat 43% tanaman rakyat, sisanya swasta nasional dari 1,1 juta ha. ± 42% tanaman rakyat sisanya Perusahaan Besar Swasta

Nasional (PBSN) + Badan usaha Milik Daerah (BUMD) + Swasta Nasional + Swasta Asing. Padahal Kelapa Sawit di Sumatera Utara telah ada sejak 102 tahun yang lalu dan pertama kali ditanam di Pulau Raja Asahan, yang dibawa dari Afrika Barat

6 Dewan Minyak Sawit Indonesia, 2010. Dalam Liseu (2014) Analisis Strategi Daya Saing Kelapa Sawit Indonesia di Pasar Internasional.

Skripsi. Bogor: IPB, hal. 3 Skripsi. Bogor: IPB, hal. 3

Timbas Passad Ginting – Wakil Ketua Umum Bidang Perkebunan, Kehutanan, dan Lingkungan Hidup KADIN Sumut – sebagai pembicara, menerangkan dengan lugas permasalahan- permasalahan yang mendera pengelolaan industri kelapa sawit di Indonesia. Mulai dari adanya praktik black campaign (kampanye hitam) yang dilakukan perusahaan-perusahaan CPO di Eropa Barat dengan mekanisme Rountable Sustainable Palm Oil (RSPO) yang memberatkan pengusaha di Indonesia sehingga Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menundurkan diri; hingga adanya ketidak-sinergian antara kementerian di pemerintahan RI dalam menangani pengelolaan CPO di Indonesia.

Selain itu, harus dilihat pula pengaruh asing dalam pengelolaan CPO Indonesia, yang mana dapat dilhat dari penerapan mekanisme RSPO tersebut, dan banyak lagi praktik black campaign yang memperlihatkan seolah-olah produk CPO di Indonesia tidak memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup. Sebagai contoh, penanaman Kelapa Sawit yang memakan banyak persediaan air, serta pembukaan lahan perkebunan yang dianggap merusak ekosistem hutan. Hal ini merembet ke isu-isu perubahan iklim dimana Indonesia menerima mekanisme carbon trading (jual-beli gas buang) yang mensyaratkan Indonesia harus mereboisasi hutannya yang kian gundul akibat pembukaan lahan dan kebakaran hutan. Padahal menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),

Indonesia bukan negara Annex I (kelompok negara yang paling bertanggung jawab atas perubahan iklim dengan emisi gas buang yang tinggi), yang wajib menurunkan emisi gas buangnya dengan mengurangi industrialisasi (deindustrialisasi). Dengan praktik ini, Indonesia semakin dicitrakan sebagai negara yang tidak ramah lingkungan sehingga ekspor CPO Indonesia akan semakin dihambat terutama oleh negara-negara dengan standar lingkungan hidup yang tinggi.

Belum berhenti pada hambatan-hambatan berbau black campaign, permasalahan pengelolaan di Indonesia yang mensyaratkan sinergi antar kementerian di pemerintahan, apalagi dengan swasta nasional maupun domestik-pun, masih menjadi kendala besar. Bahkan menurut Timbas, permasalahan domestik lebih besar pengaruhnya ketimbang ancaman kampanye hitam (black campaign). Hal ini dikarenakan lemahnya sinergisitas, akan menambah buruk dampak tekanan- tekanan asing terhadap produk CPO Indonesia. Permasalahan izin-izin yang lama prosesnya, adanya kesalahan pemetaan ruang yang dilakukan Kementerian Perhutanan, serta adanya pemekaran wilayah yang menambah rumit perizinan adalah sederet masalah yang berkaitan dengan sinergisitas.

Kemandirian energi menjadi faktor krusial yang dibutuhkan kala menghadapi tekanan-tekanan tersebut. Tunduknya pemerintah dalam mekanisme carbon trading membuat produk CPO mengalami tekanan yang struktural dan didiskreditkan sebagai produk yang merusak lingkungan. Padahal Indonesia tidak masuk ke dalam negara Annex I, dan bahkan tanaman Kelapa Sawit terbukti hanya menghasilkan panas, tidak menyerap air yang berlebihan. Selain itu lambannya hilirisasi produk CPO menjadikan nilai CPO Indonesia tidak beranjak dari produk mentah meskipun produksi berlimpah. Pertumbuhan industri CPO dan produk CPO selama ini hanya diikuti pertumbuhan industri hulu. Seperti, industri fatty acid, fatty alcohol, glycerine, methyl esther. Sampai saat ini CPO belum dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan industri hilir.

Produk industri hilir hasil olahan CPO yang pengembangannya masih minim seperti surfactant, farmasi, kosmetik, dan produk kimia dasar organik. Padahal dengan mengembangkan industri hilir, maka nilai mata rantai dan nilai tambah produk CPO akan semakin tinggi. Apalagi, produk turunan CPO mempunyai hubungan dengan sektor usaha dan kebutuhan masyarakat di bidang pangan. Misalnya, pupuk, pestisida, bahan aditif makanan, pengawet makanan, penyedap makanan, kemasan plastik.

1.4. Sistematika Pembahasan

Dalam hasil studi ini, akan dibahas dinamika produk CPO, baik produksinya untuk dalam negeri maupun untuk dijual ke luar negeri sebagai salah satu sumber penerimaan negara dalam konteks pertahanan nirmiliter. Ancaman terhadap produksi CPO, dapat merupakan ancaman terhadap ketahanan ekonomi Sumatera Utara, yang mana akan berdampak pada meningkatnya kemiskinan, dan akhirnya akan mengakibatkan potensi konflik semakin besar. Hal inilah yang kami lihat sebagai bentuk ancaman nirmiliter apabila potensi yang ada pada produk CPO ini tidak dimaksmilkan bagi kemaslahatan rakyat Indonesia.

Adapun pembabakan karya ilmiah ini akan dibagi menjadi

5 (lima) bagian. Bagian pertama (Bab I) adalah pendahuluan, dimana latar belakang permasalahan dari karya ilmiah dijabarkan. Bagian kedua (Bab II) adalah pembahasan seputar kerangka teoritis yang dipakai untuk menjelaskan permasalahan, yang mana dirangkai dalam kerangka teori. Bagian ketiga (Bab

III) karya ilmiah ini, adalah penjabaran kondisi atau gambaran

umum CPO di Indonesia. Bagian ini menjabarkan bagaimana kondisi keunggulan kompetitif dan komparatif CPO Indonesia, terkait dengan perkembangan hilirisasi produk tersebut. Bab ini juga akan membahas mengenai perkembangan kebijakan pajak ekspor guna mendukung hilirisasi dalam rangka mengupayakn keunggulan tersebut. Bagian keempat (Bab IV), dilakukan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) umum CPO di Indonesia. Bagian ini menjabarkan bagaimana kondisi keunggulan kompetitif dan komparatif CPO Indonesia, terkait dengan perkembangan hilirisasi produk tersebut. Bab ini juga akan membahas mengenai perkembangan kebijakan pajak ekspor guna mendukung hilirisasi dalam rangka mengupayakn keunggulan tersebut. Bagian keempat (Bab IV), dilakukan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT)

BAB II KERANGKA TEORI

2.1. Teori Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antar individu dengan pemerintah suatu negara atau antar pemerintah. Menurut Sukirno (2000), manfaat perdangan internasional antara lain; memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri, memperoleh keuntungan dan spesialisasi atau keahlian tertentu, memperluas pasar dan menambah keuntungan, dan transfer teknologi modern.

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di antaranya adalah memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri, keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara, adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi, kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut, perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi, serta adanya keinginan membuka kerja sama dan hubungan politik dengan negara lain.

2.2. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantages)

Teori keunggulan komparatif telah mengalami evolusi yang panjang sejak pertama kali dicetuskan teori keunggulan absolut oleh Adam Smith dalam bukunya The Wealth of Nations diterbitkan tahun 1776. Kemudian terjadi koreksi dari David Ricardo yang memperkenalkan konsep keunggulan komparatif yang dimiliki oleh suatu negara. David Ricardo memperkenalkan konsep tersebut dalam bukunya On the Principle of Political Economy and Taxation yang diterbitkan tahun 1817.

Evolusi panjang perkembangan teori keunggulan komparatif tidak Evolusi panjang perkembangan teori keunggulan komparatif tidak

2.2.1. Indeks RCA Bela Balassa

Proporsi penting yang paling berpengaruh dalam teori perdagangan klasik yaitu pola perdagangan internasional yang ditentukan oleh keunggulan komparatif. Berdasarkan teori dari Adam Smith dan David Ricardo, keunggulan komparatif hanya diperoleh dari keunggulan buruh di negara dalam memproduksi suatu komoditas. Hal ini kemudian dikoreksi oleh Heckser-Ohlin yang menyatakan bahwa keunggulan komparatif tidak hanya diperoleh oleh keunggulan buruh, tetapi diperoleh dari berbagai faktor dalam perekonomian.

Salah satu pendekatan untuk mengukur keunggulan komparatif ditawarkan oleh Bela Balassa tahun 1965 (Sanidas & Shin, 2010). 7 Metode ini

diperkenalkan oleh Bela Ballasa dikenal dengan indeks RCA atau indeks Balassa. Indeks ini digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif yang tercermin (revealed) dalam aktifitas ekspor atas komoditas pada suatu negara. Indeks RCA ini paling umum digunakan untuk menganalisa keunggulan komparatif.

Metode ini memiliki keterbatasan dalam menganalisa, karena metode ini menganalisa dari kondisi cerminan keunggulan komparatif yang dimiliki suatu negara. Kondisi ekonomi suatu negara diniliai sangat menentukan keunggulan komparatif suatu negara. Keunggulan komparatif ini akan menentukan pola produksi, perdagangan dan konsumsi suatu negara. Dengan kata lain, perdagangan, pola produksi dan konsumsi suatu negara merupakan suatu cerminan keunggulan komparatif yang dimiliki suatu negara.

Indeks RCA telah mendapatkan banyak kritikan, karena indeks RCA hanya berorientasi pada besaran ukuran ekspor suatu negara dan merefleksikannya terhadap total pasar ekspor dunia. Di sisi lain, tingginya ekspor suatu negara dapat merupakan hasil dari distorsi kebijakan pemerintah

Oleh karena itu, akan lebih tepat bila menyebutkan bahwa yang digambarkan oleh RCA adalah competitiveness dan tidak secara langsung menggambarkan keunggulan komparatif. Terlepas dari berbagai kritik, metode indeks RCA ini tetap menjadi metode pengukuran yang populer. Hal ini disebabkan karena faktor kesederhanaan dan kekuatan intuitif yang dimilikinya (Goldar et.al, 2011).

2.2.2. Analisis RCA

RCA yang ditawarkan oleh Balassa mengukur proporsi ekspor komoditas j negara i terhadap total ekspor negara i dibandingkan dengan proporsi ekspor dunia (atau suatu grup negara) atas komoditas j terhadap total ekspor dunia (atau suatu grup negara). Secara matematis hal tersebut dapat dituliskan pada Persamaan 2.1.

Keterangan:

= Nilai ekspor komoditi j dari negara i = Nilai ekspor total semua komoditi dari negara i

= Nilai ekspor komoditi negara j di dunia atau wilayah yang lebih luas dari negara

i (misalnya satu kawasan dimana negara i menjadi anggota kawasan tersebut)

= Nilai total dari semua komoditi di dunia atau wilayah yang lebih luas dari negara

i (misalnya satu kawasan dimana negara i menjadi anggota kawasan tersebut).

2.3. Teori Peperangan Ekonomi (Economic Warfare)

Peperangan ekonomi berbeda dari peperngan pada umumnya. Arquila dan Ronfeldt (1993) mendefinisikan peperangan ekonomi sebagai konflik yang menargetkan performa ekonomi melalui aksi untuk mempengaruhi faktor-faktor Peperangan ekonomi berbeda dari peperngan pada umumnya. Arquila dan Ronfeldt (1993) mendefinisikan peperangan ekonomi sebagai konflik yang menargetkan performa ekonomi melalui aksi untuk mempengaruhi faktor-faktor

Definisi peperangan ekonomi ala masa Perang Dingin berfokus utamanya pada boikot, blokade, dan restriksi yang digunakan oleh international

waterways. 11 Cara lama ini berevolusi yang dapat ditemukan di Chili ketika pemerintahan Nixon, dia Amerika Serikat dan perusahaan multinasional yang

teraliansi mengadakan kombinasi pemotongan dana, blokade kredit, dan pembekuan aset-aset dengan intrik politik untuk membekukan pemerintahan

Allende, sementara secara aktif memberikan bantuan kepada musuh Chili. 12 Terlepas dari pro dan kontra dalam dua definisi peperangan ekonomi tersebut,

studi lain yang menekankan bahwa peperangan ekonomi dapat dilihat langsung dari aksi militer, atau tidak langsung dari aksi militer. 13

Dari perspektif linguistik, konsep perang dapat digunakan secara metaforik sebagai “peperangan ekonomi” yang mana memiliki pengertian metaforik dan non-literal. Semantika perang dapat juga dilihat sebagai peningkatan bertahap dalam presisi semantik dalam konteks kekerasan antar-

kelompok. 14 Melalui kombinasi dari penjelasan Clausewitz dalam perang dan argumen filosofis hubungan internasional, dapat disimpulkan bahwa perang

adalah proses kolektif dari konsentrasi kekuasaan, yang mana melalui konteks ekonomi, ke dalam peperangan ekonomi yang terorganisir di antara blok-blok

ekonomi politik. 15 Tentara Pembebasan Rakyat (People’s Liberation Army, PLA) di

Tiongkok, mempublikasikan buku berjudul Unrestricted Warfare (peperangan yang tak-terbatasi) yang ditulis oleh Chaoxian Zhan. 16 Buku ini

menggambarkan bahwa peperangan ekonomi merupakan metode untuk melakukan penyerangan terhadap musuh dengan cara-cara yang non- konvensional. Buku ini membuktikan bahwa Tiongkok sangat baik dalam memahami penggunaan pengacauan di segala level, termasuk peperangan ekonomi, dalam kampanye peperangan yang dilakukan dengan jangka panjang dengan upaya yang ganda, dan metode-metode yang simultan dari

10 Robert A. Pape. (1997). Why Economic Sanctions Do not Work. International Security Vol 22, No. 2, 1997.

konflik yang tidak dideklarasikan yang dapat saja tejadi dengan cara dan hubungan yang ramah. 17 Menurut buku tersebut:

“There is nothing in the world today that cannot become a weapon...The new concept of weapons will cause ordinary people and military men alike to be greatly astonished at the fact that commonplace things that are close to them can also become weapons with which to engage in war.”

Senjata ekonomi semakin berkembang dan meningkat penggunaannya. Secara historis hal ini berkaitan dengan doktrin “memenangkan hati dan pikiran” (winning hearts and minds, HAM), yang dikembangkan Inggris dalam operasi konter insurgensi di Malaysia pada 1948-1960. 18 Doktrin tersebut bertujuan

untuk memenangkan semangat rakyat, dan dengan penggunaan kekuatan untuk mencegah larinya peperangan dari tujuan awal. 19

Strategi yang dilahirkan dari doktrin HAM pertama kali muncul pada pendekatan keamanan Defense, Diplomacy, dan Development (3D). Strategi ini telah dipormosikan oleh negara-negara seperti Kanada dan Inggris selama bertahun-tahun. 20 Strategi ini mampu mengurangi konflik internal antara korps pertahanan, pembangunan, dan diplomasi. 21 Pengembangan terakhir dari strategi ini adalah Diplomacy, Information, Military, Economy (DIME). 22 Hal ini

mengacu pada integrasi holistik dari semua instrumen kekuatan nasional yang mana dikategorikan ke dalam elemen-elemen DIME.

Bentuk dari peperangan ekonomi:

1. Sanksi dan Boikot Praktik ini dilakukan dengan menghentikan suplai makanan, ataupun bahan-bahan material lain yang berkaitan dengan kebutuhan hidup. 23

2. Pemogokkan, Pengabaian Sipil, dan Vandalisme Praktik ini dilakukan dengan memobilisasi masa, terutama oleh masa

buruh dan pekerja. 24

3. Pengembangan Teknologi Nuklir

17 Qiao Liang dan Wang Xianghui. (1999). Unrestricted Warfare. Trans. Washington D.C.: Department of State, American Embassy Beijing Translators.

18 Brian P. Farell. (2007). Mind and Matter: The Practice of Military History with Reference to Britain and Southeast Asia. The Journal of American History, Maret 2007.

19 Bart Schuurman. (2009). The Problems Facing the Modern Democratic State at War: a

Strategi ini dilakukan hanya untuk menciptakan efek penggetar (deterrence), juga sebagai efek pengganda (multiplier effect) bagi industri

dan perekonomian. 25

4. Sumber Daya Alam Praktik ini adalah instrumen paling umum digunakan dalam peperangan ekonomi, dan yang akan menjadi fokus dalam karya ilmiah ini. CPO Indonesia menjadi titik Center of Gravity (CoG) dari peperangan ekonomi yang dilakukan oleh negara lain yang melakukan black campaign. Dalam hal ini, negara dapat memainkan keseimbangan permintaan dan penawaran agar terjadinya peningkatan harga sehingga terjadi kekacauan. 26

5. Peredaran Mata uang (Currency) Praktik ini dilakukan dengan memainkan nilai mata uang, sehingga mata uang di negara tertentu dapat runtuh seiring dengan ditariknya saham dan modal secara besar-besaran.

BAB III GAMBARAN DINAMIKA CPO INDONESIA

Bab ini merupakan penjabaran mengenai gambaran kondisi dan dinamika produk CPO di Indonesia. Produk CPO di Indonesia sangat berfluktuasi dari tahun ke tahun mengikuti dinamika domestik dan internasional. Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai perkembangan CPO, dilihat dari perkembangan upaya hilirisasi; kondisi keunggulan komparatif dan kompetitif; serta pandangan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) selaku organisasi yang menangani usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Dalam mendukung perekonomian kelapa sawit, GAPKI tentu memiliki posisi penting, sehingga akan dijabarkan sekilas mengenai organisasi tersebut dalam bab ini. Pembahasan kondisi CPO ini dengan demikian sangat penting, karena dapat membuka wawasan sebelum melakukan analisis peluang dan kendala. Pada Bab IV, analisis tersebut akan dilakukan untuk merumuskan kebijakan apa yang dapat diambil untuk mengoptimalkan produksi dan perdagangan CPO di Indonesia.

Berkaitan dengan hilirisasi, konversi biodiesel, Indonesia memiliki pabriknya di Belawan, Sumatera Utara, dan penggunaanya masih belum seberapa besar. Adapun konversi dilakukan dengan mencampur bahan baku BBM dengan minyak nabati dengan BBM minyak bumi. Sebagai contoh pemerintah mencampurkan sebanyak 10% CPO ke dalam solar, hasilnya akan didapatkan penghematan karena minyak nabati jauh lebih murah dari minyak bumi. Sejauh ini, menurut Timbas masih banyak keluhan di antaranya dari asosiasi kendaraan bermotor yang mengatakan mesin menjadi cepat haus ketika menggunakan campuran minyak nabati sebesar 20%. Menurut GAPKI, dari sebanyak 26 juta ton biodiesel CPO, sebanyak delapan belas juta ton diekspor dan hanya delapan juta ton yang digunakan domestik. Hal ini yang membuat pengusaha dan pemerintah masih saling tunggu dalam merealisasikan konversi biodiesel dari CPO. Melihat problematisasi ini, agaknya masih jauh dari harapan akan alutsista yang mampu digerakkan oleh biodiesel, padahal pemanfaatan tersebut dapat semakin memperkuat infrastruktur pertahanan Indonesia. Belum lagi terkait dengan limbah, CPO dapat dikatakan tidak menyisakan limbah yang terbuang. Bahkan limbah CPO dapat Berkaitan dengan hilirisasi, konversi biodiesel, Indonesia memiliki pabriknya di Belawan, Sumatera Utara, dan penggunaanya masih belum seberapa besar. Adapun konversi dilakukan dengan mencampur bahan baku BBM dengan minyak nabati dengan BBM minyak bumi. Sebagai contoh pemerintah mencampurkan sebanyak 10% CPO ke dalam solar, hasilnya akan didapatkan penghematan karena minyak nabati jauh lebih murah dari minyak bumi. Sejauh ini, menurut Timbas masih banyak keluhan di antaranya dari asosiasi kendaraan bermotor yang mengatakan mesin menjadi cepat haus ketika menggunakan campuran minyak nabati sebesar 20%. Menurut GAPKI, dari sebanyak 26 juta ton biodiesel CPO, sebanyak delapan belas juta ton diekspor dan hanya delapan juta ton yang digunakan domestik. Hal ini yang membuat pengusaha dan pemerintah masih saling tunggu dalam merealisasikan konversi biodiesel dari CPO. Melihat problematisasi ini, agaknya masih jauh dari harapan akan alutsista yang mampu digerakkan oleh biodiesel, padahal pemanfaatan tersebut dapat semakin memperkuat infrastruktur pertahanan Indonesia. Belum lagi terkait dengan limbah, CPO dapat dikatakan tidak menyisakan limbah yang terbuang. Bahkan limbah CPO dapat

Selain regulasi yang rumit, black campaign dari negara lain, dan hilirisasi yang terhambat; ekspor CPO juga mengalami tantangan dari terhambatnya ekspor-impor yang terkait dengan CPO. Pada saat mahasiswa kunjungan dilakukan ke Kantor Kesyahbandaran Belawan pada Senin, 1 Desember 2014, yakni kantor yang menangani koordinasi pemerintah di pelabuhan tempat masuknya produk-produk ekspor yang melintasi jalur laut; ditemukan sejumlah persoalan yang berujung pada belum optimalnya pembangunan dermaga di pelabuhan Belawan tersebut. Dermaga di Belawan dan dermaga-dermaga di Indonesia pada umumnya masih kurang memadai panjangnya. Menurut pihak Kesyabandaran akibatnya, kongesti (biaya denda yang harus dibayarkan ketika kapal terlambat masuk pelabuhan) yang harus dibayar sangatlah besar dan berpengaruh terhadap harga komoditi yang masuk. Dalam hal ini, barang- barang kebutuhan akan otomatis naik harganya dan mengurangi margin keuntungan. Selain itu, terhambatnya ekspor-impor CPO juga disebabkan oleh permasalahan pajak bea masuk dan keluar. Sebagai contoh pajak ekspor di Malaysia lebih murah ketimbang Indonesia, yakni 5,5% berbanding 13,5%. Hal ini dikemukakan dalam pemaparan Direktorat Jendral Bea Cukai Sumatera Utara pada kunjungan di hari yang sama. Dipaparkan bahwa produk CPO merupakan produk dengan bea penerimaan terbesar yakni 94,70%. Hal ini di satu sisi menguntungkan namun di sisi lain membuat bea masuk sangat bergantung pada komoditi ini. Hambatan dari proteksi pajak juga dialami seperti dari Tiongkok yang memberlakukan tarif impor CPO sebesar 2,5 % dan tarif turunan CPO sebesar 7,5%.

PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) III yang merupakan penggabungan dari PT. Perkebunan III, IV dan V, dapat dikatakan merupakan perusahaan kelapa sawit terbesar di Sumatera Utara. Setidaknya PTPN memiliki 34 kebun dengan luas 143.633,26 Ha; 12 pabrik kelapa sawit dengan produksi 585 ton tbs/jam; 8 pabrik pengolahan karet dengan hasil 200 ton KK/Hari, dan memiliki rumah sakit sebanyak 5 unit.

3.1 Organisasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)

GAPKI atau Indonesian Palm Oil Association didirikan pada 27 Februari GAPKI atau Indonesian Palm Oil Association didirikan pada 27 Februari

Pada mulanya, GAPKI hanya mempunyai 23 perusahaan perkebunan sebagai anggotanya yang terdiri perkebunan milik pemerintah (BUMN), perusahaan perkebunan milik swasta nasional dan asing, serta petani sawit yang tergabung dalam koperasi. Saat ini, keanggotaan GAPKI sudah menjadi 644 perkebunan, dengan 21 anggota Pusat, 79 anggota Cabang Sumatera Utara, 19 anggota Cabang Sumatera Barat, 29 anggota Cabang Jambi, 76 anggota Cabang Riau, 60 anggota Cabang Sumatera Selatan, 48 anggota Cabang Kalimantan Barat, 89 anggota Cabang Kalimantan Tengah, 47 anggota Cabang Kalimantan Selatan, 123 anggota Cabang Kalimantan Timur, 11 anggota Cabang Sulawesi, 6 anggota Cabang Bengkulu dan 36 anggota Cabang Aceh.

Dewasa ini, pentingnya minyak sawit bagi perekonomian negara mendesak GAPKI untuk mengelola organisasinya secara profesional dan efektif untuk menambah sumbangannya kepada pembangunan ekonomi daerah dan nasional. GAPKI telah melakukan berbagai upaya untuk memajukan industri kelapa sawit Indonesia. GAPKI selaku mitra Pemerintah telah memberikan masukan-masukan sebagai bahan pemerintah dalam menyusun berbagai kebijakan terkait dengan industri kelapa sawit. Dengan kemitraan ini GAPKI bersama-sama pemerintah akan terus berupaya meningkatkan daya saing usaha kelapa sawit Indonesia di pasar Internasional. 27

3.2 Kondisi CPO Indonesia