Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

usaha, upaya dan kegiatan penegak hukum akan mengalami kegagalan. Hal ini membuat pentingnya mengubah sikap tingkah laku dan kepedulian masyarakat terhadap pencegahan dan penanggulangan narkotika. 35

4. Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor

35 Tahun 2009 tentang Narkotika Untuk melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan narkotika dilakukan pencegahan serta pemberantasan peredaran gelap narkotika yang merupakan zat bahan kimia yang dapat digunakan dalam pembuatan narkotika ataupun penyalahgunaan narkotika tersebut sesungguhnya dapat bermanfaat serta menjadi keperluan pengobatan penyakit tertentu, perlu diatur antara transaksi yang tidak syah secara ketat, agar tidak terjadi penyalahgunaan yang dapat mengganggu kesehatan perseorangan atau masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini dapat mengakibatkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional. Upaya mencegahan dan memberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang sangat merugikan dan membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, Negara, telah diatur pada Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang kemudian mendelegasikan lebih lanjut kepada Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 sebagai peraturan pelaksana yang terdapat pada ketentuan Pasal 32, Pasal 62, Pasal 89 ayat 2, Pasal 90 ayat 2, Pasal 100 ayat 2, dan Pasal 101 ayat 3. 35 http:aredcakep.blogspot.com201301peran-serta-masyarakat-dalam rangka.html, diakses pada tanggal 19 maret 2015. Kondisi peredaran gelap narkotika dan Prekursor narkotika dilakukan secara terorganisasi dan memiliki jaringan yang luas melampaui batas Negara. Sehingga diperlukan suatu hubungan bersifat bilateral, regional, maupun internasional, untuk memerangi modus operandinya yang semakin canggih dengan teknik penyidikan penyadapan wiretapping, teknik pembelian terselubung under cover buy, dan teknik penyerahan yang diawasi controlled delivery, serta teknik penyidikan lainnya guna melacak dan mengungkap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan Prekursor narkotika dibutuhkan suatu instansi kementrianlembaga agar berperan aktif untuk hal tersebut. Berdasarkan hal guna tersebut guna peningkatan upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana narkotika perlu dilakukan Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, untuk mengatur lebih lanjut mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 mengatur penanganan khusus tindak pidana narkotika dalam hal transito narkotika, pengelolaan narkotika sitaan dalam hal barang bukti, perlindungan hukum dalam hal perlindungan terhadap saksi, pelapor, peyidik, penuntut umum dan hakim, penggunaan hasil rampasan aset tindak pidana narkotika. 36 36 http:ditjenpp.kemenkumham.go.idpembahasan-ruu63-rancangan-peraturan- pemerintah2295-rancangan -peraturan-pemerintah-tentang-pelaksanaan-undang-undang- nomor-35-tahun-2009-tentang-narkotika, diakses pada tanggal 20 maret 2015. Bentuk dan tata cara perlindungan hukum yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyebutkan : Pasal 35: 1 Perlindungan wajib diberikan oleh negara kepada Saksi, Pelapor, penyidik BNN, penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, penyidik pegawai negeri sipil tertentu, penuntut umum, dan hakim yang memeriksa perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika beserta keluarganya dari kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, danatau hartanya, baik sebelum, selama, maupun sesudah proses pemeriksaan perkara. 2 Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku juga bagi ahli dan petugas laboratorium beserta keluarganya. Pasal 36: Dalam hal Saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat 1 didatangkan dari luar wilayah negara Republik Indonesia, perlindungan Saksi tersebut dilakukan oleh pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia bekerja sama dengan pejabat kepolisian yang berwenang di negara tersebut. Pasal 37: Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 diberikan dalam bentuk: 1. pengamanan terhadap diri pribadi, keluarganya, dan hartanya; 2. kerahasiaan identitas Saksi dan Pelapor; danatau 3. pemberian keterangan Saksi dan Pelapor dalam proses pemeriksaan perkara tanpa bertatap muka dengan tersangka atau terdakwa. hukumonline.com Pasal 38: 1 Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 wajib dilakukan oleh pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggaltempat kerja Saksi, Pelapor, penyidik BNN, penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, penuntut umum, hakim, ahli dan petugas laboratorium beserta keluarganya. 2 Dalam hal persidangan dilaksanakan di luar tempat terjadinya tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, perlindungan diberikan oleh pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat sidang pengadilan dilaksanakan. Pasal 39: Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 wajib diberitahukan kepada Saksi, Pelapor, penyidik BNN, penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, penuntut umum, hakim, ahli dan petugas laboratorium beserta keluarganya dalam waktu paling lambat 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam sebelum perlindungan diberikan. Pasal 40: 1 Dalam hal perlindungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 belum , Saksi, Pelapor, penyidik BNN, penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, penuntut umum, hakim, ahli dan petugas laboratorium beserta keluarganya dapat mengajukan permohonan perlindungan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2 Permohonan perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan kepada pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Saksi, penyidik BNN, penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, penuntut umum, hakim, ahli dan petugas laboratorium beserta keluarganya. 3 Dalam hal permohonan perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 diajukan oleh Saksi, tembusan permohonan tersebut disampaikan kepada penyidik BNN, penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, penuntut umum, dan hakim yang menangani proses pemeriksaan perkara tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika. 4 Dalam jangka waktu paling lama 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam sejak permohonan perlindungan diterima, Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan klarifikasi atas kebenaran permohonan dan identifikasi bentuk perlindungan yang diperlukan.

B. Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang