BAB V PENUTUP
5.1. Simpulan
Kartun editorial „Kabar Bang One‟ merupakan media komunikasi yang digunakan oleh stasiun TV One sebagai sarana untuk menyampaikan opini yang
menyoroti segala macam persoalan yang sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Kartun editorial ini bertujuan untuk menyindir atau memperingatkan
serta mengritik pemerintah terutama mengenai kebijakan hukum dan kinerja pemerintah dalam menanggani permasalan-permasalahan yag ada. Hal ini dapat
dilihat dari implikatur percakapan yang terkandung dalam kartun editorial „Kabar
Bang One‟ yang kebanyakan berupa implikatur percakapan „mengritik‟. Selain sebagai sarana untuk menyampaikan kritik, kartun editorial „Kabar Bang One‟
juga berfungi untuk menyampaikan amanat rakyat secara humoristik, seperti contoh dalam data 4 k
artun editorial yang berjudul „Dimiskinkan‟. Dari analisis data yang telah penulis lakukan, penulis menemukan ada empat
jenis implikatur yang terdapat dalam kartun editorial „Kabar Bang One‟ yang disebabkan oleh pelanggaran prinsip kerjasama. Keempat jenis implikatur tersebut
adalah sebagai berikut: 1 implikatur representatif dengan subjenisnya, yaitu a menyatakan pendapat, b menegaskan, c melaporkan, d menjelaskan dan e
menolak; 2 implikatur direktif dengan subjenisnya yaitu a melarang, b meminta dan c menyuruh menyelidiki; 3 implikatur komisif dengan
subjenisnya yaitu a menyetujui, b membela diri dan c menutupi kesalahan;
4 implikatur ekspresif dengan subjenisnya yaitu a mengeluh, b mengritik, c menghujat, d mengejek, e menyindir, f menenangkan dan g menduga-duga.
Pelanggaran prinsip kerjasama yang dilakukan dalam kartun editorial „Kabar Bang One‟ bertujuan untuk mengolah pengalihan dari topik yang diulas ke bentuk
lain yaitu ekspresi visual sehingga diharapkan hal ini dapat memperkaya komentar pemirsa. Pelanggaran prinsip kerjasama terhadap maksim kuantitas cukup sering
dilakukan karena hal ini sengaja dilakukan untuk mendapatkan nilai kelucuan dan memberi pesan khusus kepada pemirsa, sedangkan pelanggaran prinsip kerjasama
terhadap maksim kualitas sangat sedikit karena kartun editorial „Kabar Bang One‟ memiliki konteks yang jelas dalam setiap judulnya dan minimnya peristiwa tanya
jawab antar tokoh dalam kartun editorial tersebut. Bentuk pelanggaran terhadap maksim relevansi juga sedikit ditemukan dalam
kartun editorial „Kabar Bang One‟ karena meskipun secara eksplisit respon yang diberikan tidak terlihat relevansinya dengan pokok pembicaraan tetapi secara
implisit tuturan tersebut memiliki nilai relevansi karena ada latar belakang pengetahuan yang telah dimiliki oleh penutur dan mitra tutur sehingga komunikasi
masih tetap dapat berjalan dengan baik. Pelanggaran terhadap prinsip kerjasama yang banyak ditemukan dalam kartun
editorial „Kabar Bang One‟ adalah pelanggaran prinsip kerjasama terhadap maksim cara. Kartun editorial memiliki pesan
–pesan yang tersurat dan tersirat dalam setiap penggambaran adegan serta tuturan yang dihasilkan oleh penutur
sehingga sering kali tuturan yang dihasilkan tersebut tidak memiliki kejelasan
makna dan kabur karena produser ingin mengajak pemirsa untuk ikut memahami dan merenungkan isi pesan dari tuturan yang dihasilkan oleh penutur tersebut.
Redaktur menggunakan sarana kartun editorial „Kabar Bang One‟ sebagai media kritik dengan menggunakan bahasa yang memiliki makna implisit dan tidak
dinyatategaskan serta menggunakan tanda-tanda yang mewakili setiap maksud dari ujaran yang ingin redaktur sampaikan karena tujuan redaktur adalah supaya
pihak-pihak yang menjadi sasaran kritik dan sindiran dalam perbincangan dalam kartun editorial „Kabar Bang One‟ tidak merasa marah dan kritik yang ingin
disampaikan dapat diterima oleh mereka.
5.2. Saran