RATIH KUSUMA WARDHANI

(1)

TINJAUAN YURIDIS PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

(INFORMED CONSENT) DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

TESIS

Disusun

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat S2

Program Studi Magister Kenotariatan

Oleh :

RATIH KUSUMA WARDHANI

NIM : B4B007168

PEMBIMBING :

ACHMAD BUSRO, S.H., M.Hum

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG


(2)

TINJAUAN YURIDIS PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS

(INFORMED CONSENT) DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

Disusun Oleh :

RATIH KUSUMA WARDHANI

B4B007168

Dipertahankan didepan Dewan Penguji

Pada Tanggal 8 Maret 2009

Tesis ini telah diterima

Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar

Magister Kenotariatan

Mengetahui,

Pembimbing Ketua Program Magister

Kenotariatan UNDIP

H. ACHMAD BUSRO S.H., M.Hum H. KASHADI, S.H., M.H

NIP : 130 606 004 NIP : 131 124 438


(3)

PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini, nama : RATIH KUSUMA

WARDHANI, dengan ini menyatakan hal-hal sebagai berikut :

1.

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri dan didalam tesis ini tidak terdapat

karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar di Perguruan

Tinggi atau lembaga pendidikan manapun. Pengambilan karya orang lain

dalam tesis ini dilakukan dengan menyebutkan sumbernya sebagaimana

tercantum dalam daftar pustaka.

2.

Tidak berkeberatan untuk dipublikasikan oleh Universitas Diponegoro

dengan sarana apapun, baik seluruhnya atau sebagian, untuk kepentingan

akademi / ilmiah yang bersifat non komersial.

Semarang, 12 Maret 2009

Yang Menyatakan

RATIH KUSUMA WARDHANI, SH

B4B007168


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim, syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat

Allah SW atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesailak

tesis dengan judul : TINJAUAN YURIDIS PERSETUJUAN TINDAKAN

MEDIS ( INFORMED CONSENT) DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG.

Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan dalam rangka

menyelesaikan studi pada Program Magister Kenotariatan Universitas

Diponegoro Semarang.

Selama proses penulisan tesis ini, mulai daripenyusunan proposal penelitian,

pengumpulan data dilapangan, pengolahan hasil penelitian sampai tersajikannya

karya ilmiah ini, penulis telah banyak mendapat bantuan baik moril maupun

materiil dari berbagai pihak. Oleh karenanya tidaklah berlebihan apabila penulis

menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

Bapak Kashadi, S.H.,M.H., selaku Ketua Program Studi Magister

Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang.

2.

Bapak Achmad Busro, S.H.,M.Hum., selaku Dosen Pembimbing yang telah

berkenan meluangkan waktu untuk membimbing Penulis dalam penyusunan

tesis ini.

3.

Direktur RSUP dr. Kariadi Semarang, Ketua Bagian Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran UNDIP, Residen Bagian Penyakit Dalam Fakultas

Kedokteran UNDIP dan para pasien yang telah berpartisipasi dalam

penelitian ini.

4.

Bapak dan Ibu Penguji tesis ini yang telah dengan sabar meluangkan waktu

untuk memberi perbaikan dan penyempurnaan pada tesis ini.

5.

Seluruh Staf Pengajar Program Studi Magister Kenotariatan yang telah

memberikan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di

Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro Semarang.

6.

Seluruh Staf Tata Usaha yang telah banyak membantu kelancaran

administrasi.


(5)

7.

Mas Arifku tercinta, Terima kasih telah bersedia menjadi segalanya bagiku.

Thanks for unlimited love you’ve give to me.

8.

Untuk permata hatiku, Ikhwan dan Mutia, terima kasih atas pengertian,

perhatian dan kemandiriannya selama Mama menjalani pendidikan. I love

you with all of my heart.

9.

Bapak, Ibu, serta Ayah dan Ibu, atas do’a yang selalu tercurah untuk kami

sekeluarga.

10.

Kakak-kakaku atas support yang selalu diberikan.

11.

Spesial buat sahabat-sahabatku khususnya kelas A1 dan A2 Reguler

angkatan 2007 (Fitri, Ika, Wiwit, Tyas, Erna, Siska, Mb Ira, Acan, Ayu,

Susi, dll) terima kasih atas persahabatan yang begitu indah, semoga akan

selalu terjaga.

Akhir kata, dengan segala kekurangan dan keterbatasan, Penulis menyadari

bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran Penulis

harapkan agar tesis ini berguna bagi pihak yang membutuhkan.

Semarang, 12 Maret 2009


(6)

ABSTRAK

Informed Consent merupakan proses komunikasi antara dokter dan pasien tentang

kesepakatan tindakan medis yang akan dilakukan dokter terhadap pasien.yang

kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan formulir Informed Consent secara

tertulis. Hal ini didasari atas hak seorang pasien atas segala sesuatu yang terjadi

pada tubuhnya serta tugas utama dokter dalam melakukan penyembuhan terhadap

pasien. Tujuan pemberian informasi secara lengkap mengenai penyakit serta

tindakan medis yang akan dilakukan adalah agar pasien bisa menentukan sendiri

keputusannya sesuai dengan pilihannya sendiri.

Secara umum formulir Informed consent yang disediakan di Bangsal Penyakit

Dalam RSUP dr. Kariadi telah memenuhi aspek hukum perjanjian sebagaimana

diatur dalam Pasal 1320 dan Pasal 1321 KUHPerdata.

Dalam pelaksanan persetujuan tindakan medis yang diteliti dapat disimpulkan

bahwa terdapat antara informasi diberikan oleh dokter mengenai tindakan medis

yang akan dilakukan dengan pengertian yang didapat oleh pihak pasien. Hal ini

disebabkan karena adanya kesenjangan pengetahuan yang dimiliki dokter dengan

pengetahuan yang dimiliki oleh pihak pasien.


(7)

ABSTRACT

Informed consent is the process by which a fully informed patient can participate in

choices about her health care. It originates from the legal and ethical right the patient

has to direct what happens to her body and from the ethical duty of the physician to

involve the patient in her health care. The most important goal of informed consent is

that the patient has an opportunity to be an informed participant in his health care

decisions.

Informed consent usually also protects doctor from liability (with exceptions)

provided that the procedure is properly execute according to the prevailing standard

of care without negligence.

According to study result conducted in Internal Medicine Ward Dr. Kariadi General

Hospital. It is concluded those Informed Consent Forms are suitable on private law

bill applied in Indonesia. Otherwise, it is found discrepancies between the physician’s

perceptions against the patient’s during obtaining Informed Consent at the internal

medicine ward. It may becomes differences of knowledge by physicians and patiens

as different direction.

Keywords : Informed Consent, Information, Communication.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... B. Perumusan Masalah………... C. Tujuan Penelitian………... D. Manfaat Penelitian………... E. Kerangka Teoretik... F. Metode Penelitian... G. Sistematika Penulisan Hasil Penelitian………...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian Pada Umumnya...

1.

Pengertian Perjanjian...

2.

Subyek Dan Obyek Perjanjian...

3.

Syarat Sah Perjanjian...

4.

Azas-Azas Perjanjian...

5.

Saat Lahirnya Perjanjian...

6.

Akibat Perjanjian………...

7.

Saat Berakhirnya Perjanjian………...

B. Perjanjian Terapeutik………...

1.

Perjanjian Terapeutik Sebagai Salah Satu Bentuk Perjanjian...

2.

Sifat Perjanjian Terapeutik………...


(9)

i

ii

iii

iv

vi

vii

viii

1

6

6

6

7

10

16

1920

21

21

23

23

26

26

27

27

31


(10)

3.

Azas-Azas Perjanjian Terapeutik………...

C. Hubungan Pasien Dan Dokter………...

1.

Perkembangan Hubungan Antara Pasien Dengan Dokter…...

2.

Hubungan Hukum Antara Dokter-Pasien………...

3.

Hak Dan Kewajiban Pasien Dan Dokter………...

D. Persetujuan Tindakan Medis/Informed Consent………...

1.

Pengertian Persetujuan Tindakan Medis/ Informed Consent...

2.

Pengaturan Informed Consent...

3.

Bentuk Informed Consent………....………...

4.

Penjelasan tentang Informed Consent………...

5.

Fungsi dan Tujuan Informed Consent………...

6.

Akibat yang ditimbulkan dari adanya Informed Consent…...

7.

Kapan Dibutuhkan Persetujuan Tertulis………...

8.

Saat Timbul dan Berakhirnya Hubungan Pasien-Dokter...

9.

Konsep Baku Persetujuan Tindakan Medis………...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...

A.

Tinjauan Yuridis Terhadap Formulir Persetujuan Tindakan Medik Yang Ada

Di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. Semarang………...

B.

T

injauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Medik Yang Ada

Di Bangsal Penyakit Dalam RSUP Dr. Semarang………...

C.

Penyelesaian Yang Dilakukan Jika Terjadi Perbedaan Pendapat Antara

Dokter Dengan Pasien Mengenai Tindakan Medik Yang Akan Dilakukan

Terhadap Pasien…...

BAB V PENUTUP...

A. Kesimpulan...

B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN


(11)

32

34

34

36

37

40

40

41

42

43

45

48

48

49

51

53

53

68

94

101

101

103

105


(12)

BA B I

PENDA HULUA N

A . La ta r Be la ka ng

Akhir-a khir ini b a nya k d ib ic a ra ka n d i m e d ia m a ssa m a sa la h d unia ke d o kte ra n ya ng d ihub ung ka n d e ng a n hukum . Bid a ng ke d o kte ra n ya ng d a hulu d ia ng g a p p ro fe si m ulia , se a ka n-a ka n sulit te rse ntuh o le h o ra ng a w a m , kini m ula i d im a suki unsur hukum . G e ja la ini ta m p a k m e nja la r ke m a na -m a na , b a ik d i d unia Ba ra t ya ng m e m e lo p o rinya m a up un Ind o ne sia . Ha l ini te rja d i ka re na ke b utuha n ya ng m e nd e sa k a ka n a d a nya p e rlind ung a n untuk p a sie n m a up un d o kte rnya . Sa la h sa tu tujua n d a ri hukum a ta u p e ra tura n a ta u d e kla ra si a ta u ko d e e tik ke se ha ta n a ta u a p a p un na m a nya , a d a la h untuk m e lind ung i ke p e nting a n p a sie n d i sa m p ing m e ng e m b a ng ka n kua lita s p ro fe si d o kte r a ta u te na g a ke se ha ta n. Ke se ra sia n a nta ra ke p e nting a n p a sie n d a n ke p e nting a n te na g a ke se ha ta n, m e rup a ka n sa la h sa tu p e nunja ng ke b e rha sila n p e m b a ng una n siste m ke se ha ta n. O le h ka re na itu p e rlind ung a n hukum te rha d a p ke p e nting a n-ke p e nting a n itu ha rus d iuta m a ka n.

Pa d a a w a l a b a d ke -20 te la h tum b uh b id a ng hukum ya ng b e rsifa t khusus (le x sp e sia lis), sa la h sa tunya hukum ke se ha ta n, ya ng b e ra ka r d a ri p e la ksa na a n ha k a sa si m a nusia m e m p e ro le h ke se ha ta n (the Rig ht to he a lth c a re ). Ma sing -m a sing p iha k, ya itu ya ng m e m b e ri p e la ya na n


(13)

(me d ic a l p ro vid e rs) d a n ya ng m e ne rim a p e la ya na n (me d ic a l re c e ive rs) m e m p unya i ha k d a n ke w a jib a n ya ng ha rus d iho rm a ti.

Se iring d e ng a n p e rg e se ra n p o la hub ung a n hukum a nta ra d o kte r d a n p a sie n d a ri hub ung a n p a te rna listik m e nja d i hub ung a n ho rizo nta l ko ntra ktua l, m a ka ke d ud uka n p a sie n me nja d i se d e ra ja t d e ng a n d o kte r, b uka n ha nya se b a g a i o b ye k p e nye m b uha n te ta p i b e rp e ra n se b a g a i sub ye k. Pe rub a ha n hub ung a n inila h ya ng m e nja d ika n se tia p up a ya p e nye m b uha n ya ng d ila kuka n o le h d o kte r te rha d a p p a sie nnya m e m e rluka n p e rse tujua n d a ri si p a sie n itu se nd iri. Pe rse tujua n ini d id a sa rka n me ng e na i info rm a si te nta ng p e nya kit, a lte rna tif se rta up a ya p e nye m b uha n d a n a kib a t ya ng mung kin te rja d i d a ri up a ya p e nye m b uha n te rse b ut.

De ng a n se m a kin b e rke m b a ng nya m a sya ra ka t hub ung a n te rse b ut se c a ra p e rla ha n-la ha n m e ng a la m i p e rub a ha n. Ke p e rc a ya a n ke p a d a d o kte r se c a ra p rib a d i b e rub a h m e nja d i ke p e rc a ya a n te rha d a p ke a m p uha n ilm u ke d o kte ra n d a n te kno lo g i. Ag a r d a p a t me na ng g ula ng i m a sa la h se c a ra p ro p o rsio na l d a n m e nc e g a h a p a ya ng d ina m a ka n m a lp ra kte k d i b id a ng ke d o kte ra n, p e rlu d iung ka p ha k d a n ke w a jib a n p a sie n. Pe ng e ta hua n te nta ng ha k d a n ke w a jib a n p a sie n d iha ra p ka n a ka n m e ning ka tka n kua lita s sika p d a n tind a ka n ya ng c e rm a t d a n ha ti-ha ti d a ri te na g a ke d o kte ra n.

Se iring p e rke m b a ng a n ilmu p e ng e ta hua n, ke b utuha n m a nusia untuk m e nd a p a tka n ke se ha ta n jug a se m a kin m e ning ka t. Pa d a sa a t se o ra ng


(14)

p a sie n m e nya ta ka n ke he nd a knya untuk m e nc e rita ka n riw a ya t p e nya kitnya ke p a d a d o kte r d a n d o kte r m e nya ta ka n ke he nd a knya untuk m e nd e ng a r ke luha n p a sie n, m a ka te la h te rja d i ke se p a ka ta n a nta ra ke d ua b e la h p iha k. Ke d a ta ng a n p a sie n ke te m p a t p ra kte k d o kte r, Rum a h Sa kit, a ta u Klinik d a p a t d ita fsirka n se b a g a i usa ha m e ng a juka n p e na w a ra n ke p a d a d o kte r untuk d im inta p e rto lo ng a n d a la m m e ng a ta si ke luha n ya ng d id e rita nya . Be g itu p ula se b a liknya , d o kte r jug a a ka n m e la kuka n p e la ya na n m e d is b e rup a ra ng ka ia n tind a ka n ya ng m e lip uti d ia g no sa d a n tind a ka n m e d ik. Hub ung a n hukum ini se la njutnya d ise b ut tra nsa ksi, ya ng d a la m hukum p e rd a ta d ise b ut p e rja njia n. Hub ung a n p a sie n d o kte r d a n rum a h sa kit se la in b e rb e ntuk se b a g a i ika ta n a ta u hub ung a n me d ik, jug a b e rb e ntuk ika ta n a ta u hub ung a n hukum. Se b a g a i hub ung a n m e d ik, m a ka hub ung a n ini a ka n d ia tur o le h ka id a h-ka id a h m e d ik. Se b a g a i hub ung a n hukum , m a ka hub ung a n itu a ka n d ia tur o le h ka id a h-ka id a h hukum .

Hub ung a n a nta ra d o kte r d e ng a n p a sie n p a d a um um nya m e rup a ka n hub ung a n ko ntra k. Te rd a p a t p e rsa m a a n ko ntra k a nta ra hub ung a n d o kte r d e ng a n p a sie n d e ng a n hub ung a n ko ntra k ya ng te rja d i d a la m p e ng a tura n hukum p e rd a ta , m isa lnya p a d a p e rja njia n jua l b e li, ya kni b a hw a hub ung a n ko ntra k a nta ra ke d ua b e la h p iha k d ila kuka n d e ng a n le g a l untuk m e m utuska n sua tu sika p ya ng te la h d ise tujui b e rsa m a . Da la m m e la kuka n te ra p i a nta ra d o kte r te rha d a p p a sie n se c a ra la ng sung te rja d i ika ta n ko ntra k. Pa sie n ing in d io b a ti d a n d o kte r se tuju untuk m e ng o b a ti.


(15)

Untuk p e rja njia n ko ntra k ya ng va lid ha rus a d a p e ng e rtia n d a n ke rja sa m a d a ri p iha k-p iha k ya ng te rlib a t d a la m p e rja njia n te rse b ut. Pa sie n b e rha k untuk m e no la k p e m e riksa a n, m e nund a p e rse tujua n d a n b a hka n m e m b a ta lka n p e rse tujua n. Ap a b ila p a sie n m e no la k untuk d ila kuka n tind a ka n m e d is, m a ka d o kte r w a jib m e m b e rika n info rm a si m e ng e na i b a ik b uruknya tind a ka n te rse b ut b a g i p a sie n.

Hub ung a n d o kte r d e ng a n p a sie n m e rup a ka n hub ung a n te ra p e utik, ya ng d a la m hukum d ika ta ka n sua tu p e rja njia n m e la kuka n ja sa -ja sa te rte ntu. De ng a n a d a nya p e rja njia n ini d im a ksud ka n m e nd a p a tka n ha sil d a ri tujua n te rte ntu ya ng d iha ra p ka n p a sie n. Sta tus le g a l d a ri se o ra ng d o kte r d a la m m e nja la nka n p ro fe sinya d e ng a n p ra kte k m e rup a ka n m a sa la h ya ng sa ng a t ko m p le ks. Jika d itinja u d a ri se g i hukum m e d ik, m a ka hub ung a n a nta ra d o kte r d a n p a sie n d a p a t d im a sukka n d a la m g o lo ng a n ko ntra k. Sua tu ko ntra k a d a la h p e rte m ua n p ikira n (m e e ting o f mind s) d a ri d ua o ra ng m e ng e na i sua tu ha l (so llis). Piha k p e rta m a m e ng ika tka n d iri untuk m e m b e rika n p e la ya na n se d a ng ka n ya ng ke d ua m e ne rim a p e m b e ria n p e la ya na n. De ng a n d e m ikia n m a ka sifa t hub ung a nnya m e m p unya i d ua unsur :1

1.

Adanya suatu persetujuan (consensual, agreement), atas dasar saling

menyetujui dari pihak dokter dan pasien tentang pemberian pelayanan

pengobatan.


(16)

2.

Adanya suatu kepercayaan (fiduciary relationship), karena hubungan kontrak

tersebut berdasarkan saling percaya mempercayai satu sama lain.

Ka re na a nta ra d o kte r d a n p a sie n b e rsifa t hub ung a n ko ntra k, m a ka ha rus d ip e nuhi p e rsya ra ta n:

a.

Harus ada persetujuan (agreement, consensus), dari pihak yang berkontrak.

Persetujuan itu berwujud dalam pertemuan dari penawaran dan penerimaan

pemberian pelayanan tersebut yang merupakan penyebab terjadinya suatu

kontrak.

b.

Harus ada suatu objek yang merupakan substansi dari kontrak: objek atau

substansi kontrak dari hubungan dokter-pasien adalah pemberian pelayanan

pengobatan yang dikehendaki pasien dan diberikan kepadanya oleh sang

dokter. Objek dari kontrak harus dapat dipastikan, legal, dan tidak diluar

profesinya.

c.

Harus ada suatu sebab (causa) atau pertimbangan (consideration). Sebab atau

pertimbangan itu adalah faktor yang menggerakkan dokter untuk memberikan

pelayanan pengobatan kepada pasiennya.

Pe rja njia n te rse b ut tid a k m e nja m in ke se m b uha n p a sie n a ta u me m b e rika n ke untung a n untuk p a sie n, te ta p i sa ng d o kte r a ka n b e rusa ha se m a ksim a l m ung kin untuk me m b e rika n p e la ya na n ya ng te rb a ik se sua i d e ng a n ke m a m p ua nya untuk m e m b e rika n p e la ya na n ya ng te rb a ik untuk p a sie n. De ng a n a d a nya p e rja njia n ini d iha ra p ka n p a ra p iha k ya itu d o kte r m a up un p a sie n m e m a ha m i ha k d a n ke w a jib a nnya m a sing -m a sing , se hing g a tid a k ha nya m e lind ung i p a sie n d a ri ke se w e na ng a n d o kte r,


(17)

te ta p i jug a m e lind ung i d o kte r d a ri ke se w e na ng a n p a sie n ya ng m e la ng g a r b a ta s-b a ta s hukum d a n p e rund a ng -und a ng a n (m a lp ra kte k).

Rum a h Sa kit Um um Pusa t d r. Ka ria d i m e rup a ka n rum a h sa kit Pe m e rinta h ya ng te rb e sa r d a n te rle ng ka p d i Ja w a Te ng a h, ka re na se b a g a i Rum a h Sa kit Pe m e rinta h ke la s A ya ng m e nja d i rujuka n d a ri se m ua Rum a h Sa kit Um um d i Ja w a Te ng a h. Se m ua p a sie n ya ng a ka n m e nja la ni up a ya tind a ka n m e d is d iw a jib ka n te la h me m b e rika n p e rse tujua n tind a ka n m e d is, b a ik ya ng d ila kuka n o le h p a sie n se nd iri a ta up un o le h a ng g o ta ke lua rg a ya ng b e rsa ng kuta n. Do kte r ya ng m e na ng a ninya m e m p unya i ke w a jib a n untuk m e m b e rita huka n d ia g no sis d a n ta ta c a ra tind a ka n m e d is, tujua n tind a ka n m e d is ya ng d ila kuka n, a lte rna tif tind a ka n la in d a n risiko nya , risiko d a n ko m p lika si ya ng m ung kin te rja d i, d a n p ro g no sis te rha d a p tind a ka n ya ng d ila kuka n. Pe rse tujua n tind a ka n m e d is ini m e nim b ulka n a d a nya ha k d a n ke w a jib a n ya ng tim b ul b a ik te rha d a p d o kte r ya ng m e na ng a ni m a up un te rha d a p si p a sie n itu se nd iri.

Ba ng sa l Pe nya kit Da la m m e rup a ka n sa la h sa tu unit p e la ya na n Ra w a t Ina p d i Rum a h Sa kit d r. Ka ria d i. Di b a g ia n ini se ring ka li d ila kuka n tind a ka n m e d is te rha d a p p a sie n ya ng m e m b utuhka nnya , ya ng m e lip uti b e rb a g a i m a c a m ka sus, ya ng m e m b utuhka n Info rme d c o nse nt se b e lum nya . Ad a nya fo rmulir Info rme d c o nse nt ya ng te la h te rse d ia d i Ba ng sa l Pe nya kit Da la m d a n p e la ksa na a nnya m e nja d i a la sa n uta m a b a g i p e nulis untuk m e ne liti te sis d e ng a n jud ul :


(18)

“TINJA UA N YURIDIS PERSETUJUA N TINDA KA N MEDIS (INFO RM ED C O NSENT) DI RSUP DR. KA RIA DI SEMA RA NG “

B. Pe rum usa n Ma sa la h

Be rd a sa rka n la ta r b e la ka ng ya ng te la h d iura ika n d ia ta s, m a ka a d a b e b e ra p a p e rm a sa la ha n ya ng p e rlu m e nd a p a t p e ng ka jia n, ya itu :

1. Ap a ka h fo rm ulir p e rse tujua n tind a ka n m e d is ya ng a d a d i RSUP d r. Ka ria d i Se m a ra ng se c a ra yurid is sud a h m e m e nuhi ke te ntua n ya ng b e rla ku?

2. Ap a ka h p e la ksa na a n p e rse tujua n tind a ka n m e d is ya ng a d a d i RSUP d r. Ka ria d i Se m a ra ng se c a ra yurid is sud a h m e m e nuhi ke te ntua n ya ng b e rla ku, se rta b a g a im a na p e nye le sa ia n ya ng d ib e rika n jika te rja d i p e rb e d a a n p e nd a p a t a nta ra p a sie n d e ng a n d o kte r m e ng e na i tind a ka n m e d is ya ng a ka n d ila kuka n te rha d a p p a sie n ?

C . Tujua n Pe ne litia n

1. Untuk me ng e ta hui d a n m e ninja u se c a ra yurid is b e ntuk fo rm ulir p e rse tujua n tind a ka n m e d is ya ng a d a d i RSUP d r. Ka ria d i Se m a ra ng . 2. Untuk m e ng e ta hui p e la ksa na a n p e rse tujua n tind a ka n m e d is ya ng a d a


(19)

te rja d i p e rb e d a a n p e nd a p a t a nta ra p a sie n d e ng a n d o kte r m e ng e na i tind a ka n m e d is ya ng a ka n d ila kuka n te rha d a p p a sie n.

D. Ma nfa a t Pe ne litia n

1.

Secara teoritis diharapkan dapat memberi masukan bagi dokter dan pasien

mengenai formulir persetujuan tindakan medis yang memenuhi syarat secara

yuridis.

2.

Secara praktis diharapkan dapat memberikan masukan bagi dokter dan pasien

mengenai pelaksanaan persetujuan tindakan medis yang memenuhi syarat

secara yuridis serta penyelesaian yang diberikan apabila terjadi perbedaan

pendapat antara pasien dengan dokter mengenai tindakan medis yang akan

dilakukan terhadap pasien.

E. Ke ra ng ka Te o re tik

Se iring p e rke m b a ng a n ilm u p e ng e ta hua n, ke b utuha n m a nusia untuk m e nd a p a tka n ke se ha ta n jug a se m a kin m e ning ka t. Pa d a sa a t se o ra ng p a sie n m e nya ta ka n ke he nd a knya untuk m e nc e rita ka n riw a ya t p e nya kitnya ke p a d a d o kte r d a n d o kte r m e nya ta ka n ke he nd a knya untuk m e nd e ng a r ke luha n p a sie n, m a ka te la h te rja d i ke se p a ka ta n a nta ra ke d ua b e la h p iha k. Ke d a ta ng a n p a sie n ke te m p a t p ra kte k d o kte r, Rum a h Sa kit, a ta u Klinik d a p a t d ita fsirka n se b a g a i usa ha m e ng a juka n p e na w a ra n ke p a d a d o kte r untuk d im inta p e rto lo ng a n d a la m m e ng a ta si


(20)

ke luha n ya ng d id e rita nya . Be g itu p ula se b a liknya , d o kte r jug a a ka n m e la kuka n p e la ya na n m e d is b e rup a ra ng ka ia n tind a ka n ya ng m e lip uti d ia g no sa d a n tind a ka n m e d ik. Hub ung a n hukum ini se la njutnya d ise b ut tra nsa ksi, ya ng d a la m hukum p e rd a ta d ise b ut p e rja njia n. Hub ung a n p a sie n d o kte r d a n rum a h sa kit se la in b e rb e ntuk se b a g a i ika ta n a ta u hub ung a n m e d ik, jug a b e rb e ntuk ika ta n a ta u hub ung a n hukum. Se b a g a i hub ung a n m e d ik, m a ka hub ung a n ini a ka n d ia tur o le h ka id a h-ka id a h m e d ik. Se b a g a i hub ung a n hukum , m a ka hub ung a n itu a ka n d ia tur o le h ka id a h-ka id a h hukum .

Hub ung a n d o kte r d e ng a n p a sie n m e rup a ka n hub ung a n te ra p e utik, ya ng d a la m hukum d ika ta ka n sua tu p e rja njia n m e la kuka n ja sa -ja sa te rte ntu. De ng a n a d a nya p e rja njia n ini d im a ksud ka n m e nd a p a tka n ha sil d a ri tujua n te rte ntu ya ng d iha ra p ka n p a sie n. Sta tus le g a l d a ri se o ra ng d o kte r d a la m m e nja la nka n p ro fe sinya d e ng a n p ra kte k m e rup a ka n m a sa la h ya ng sa ng a t ko m p le ks. Jika d itinja u d a ri se g i hukum m e d ik, m a ka hub ung a n a nta ra d o kte r d a n p a sie n d a p a t d im a sukka n d a la m g o lo ng a n ko ntra k. Sua tu ko ntra k a d a la h p e rte m ua n p ikira n (m e e ting o f mind s) d a ri d ua o ra ng m e ng e na i sua tu ha l (so llis). Piha k p e rta m a m e ng ika tka n d iri untuk m e m b e rika n p e la ya na n se d a ng ka n ya ng ke d ua m e ne rim a p e m b e ria n p e la ya na n.

Hub ung a n a nta ra d o kte r d e ng a n p a sie n p a d a um um nya m e rup a ka n hub ung a n ko ntra k. Te rd a p a t p e rsa m a a n ko ntra k a nta ra hub ung a n d o kte r d e ng a n p a sie n d e ng a n hub ung a n ko ntra k ya ng te rja d i d a la m


(21)

p e ng a tura n hukum p e rd a ta , m isa lnya p a d a p e rja njia n jua l b e li, ya kni b a hw a hub ung a n ko ntra k a nta ra ke d ua b e la h p iha k d ila kuka n d e ng a n le g a l untuk m e m utuska n sua tu sika p ya ng te la h d ise tujui b e rsa m a . Da la m m e la kuka n te ra p i a nta ra d o kte r te rha d a p p a sie n se c a ra la ng sung te rja d i ika ta n ko ntra k. Pa sie n ing in d io b a ti d a n d o kte r se tuju untuk m e ng o b a ti. Untuk p e rja njia n ko ntra k ya ng va lid ha rus a d a p e ng e rtia n d a n ke rja sa m a d a ri p iha k-p iha k ya ng te rlib a t d a la m p e rja njia n te rse b ut. Pa sie n b e rha k untuk m e no la k p e m e riksa a n, m e nund a p e rse tujua n d a n b a hka n m e m b a ta lka n p e rse tujua n. Ap a b ila p a sie n m e no la k untuk d ila kuka n tind a ka n m e d is, m a ka d o kte r w a jib m e m b e rika n info rm a si m e ng e na i b a ik b uruknya tind a ka n te rse b ut b a g i p a sie n.te rse b ut b e rd a sa rka n sa ling p e rc a ya m e m p e rc a ya i sa tu sa m a la in.

Dalam hubungan antara dokter dengan pasien, timbul perikatan usaha

(inspanningsverbintenis) dimana sang dokter berjanji memberikan "prestasi"

berupa usaha penyembuhan yang sebaik-baiknya dan pasien selain melakukan

pembayaran, ia juga wajib memberikan informasi secara benar atau mematuhi

nasihat dokter sebagai "kontra-prestasi". Disebut perikatan usaha karena

didasarkan atas kewajiban untuk berusaha. Dokter harus berusaha dengan segala

daya agar usahanya dapat menyembuhkan penyakit pasien. Hal ini berbeda

dengan kewajiban yang didasarkan karena hasil / resultaat pada perikatan hasil

(resultaatverbintenis), dimana prestasi yang diberikan dokter tidak diukur dengan

apa yang telah dihasilkannya, melainkan ia harus mengerahkan segala

kemampuannya bagi pasien dengan penuh perhatian sesuai standar profesi medis.


(22)

Selanjutnya dari hubungan hukum yang terjadi ini timbullah hak dan kewajiban

bagi pasien dan dokter.

Info rme d C o nse nt a d a la h sua tu p e rse tujua n me ng e na i a ka n d ila kuka nnya tind a ka n ke d o kte ra n o le h d o kte r te rha d a p p a sie nnya . Pe rse tujua n ini b isa d a la m b e ntuk lisa n m a up un te rtulis. Pa d a ha kika tnya

Info rme d C o nse nt a d a la h sua tu p ro se s ko m unika si a nta ra d o kte r d a n p a sie n te nta ng ke se p a ka ta n tind a ka n m e d is ya ng a ka n d ila kuka n d o kte r te rha d a p p a sie n. Pe na nd a ta ng a na n fo rm ulir Info rme d C o nse nt se c a ra te rtulis ha nya m e rup a ka n p e ng ukuha n a ta s a p a ya ng te la h d ise p a ka ti se b e lum nya . Tujua n p e nje la sa n ya ng le ng ka p a d a la h a g a r p a sie n m e ne ntuka n se nd iri ke p utusa nnya se sua i d e ng a n p iliha n d ia se nd iri (info rme d d e c isio n). Ka re na itu, p a sie n jug a b e rha k untuk m e no la k tind a ka n m e d is ya ng d ia njurka n. Pa sie n jug a b e rha k untuk m e m inta p e nd a p a t d o kte r la in (se c o nd o p inio n), d a n d o kte r ya ng m e ra w a tnya .

Fo rmulir Info rme d C o nse nt ini jug a m e rup a ka n sua tu ta nd a b ukti ya ng a ka n d isim p a n d i d a la m a rsip re ka m m e d is p a sie n ya ng b isa d ija d ika n se b a g a i a la t b ukti b a hw a te la h te rja d i ko ntra k te ra p e utik a nta ra d o kte r d e ng a n p a sie n. Pe m b uktia n te nta ng a d a nya ko ntra k te ra p e utik d a p a t d ila kuka n p a sie n d e ng a n m e ng a juka n a rsip re ka m m e d is a ta u d e ng a n p e rse tujua n tind a ka n m e d is (info rme d c o nse nt) ya ng d ib e rika n o le h p a sie n.

Be ntuk p e rse tujua n tind a ka n me d is p a d a um um nya te la h d isusun se d e m ikia n rup a se hing g a p iha k d o kte r d a n Rum a h Sa kit ting g a l me ng isi


(23)

ko lo m ya ng d ise d ia ka n untuk itu se te la h m e nje la ska n ke p a d a p a sie n d a n ke lua rg a p a sie n. Se b e lum d ita nd a ta ng a ni, se b a iknya sura t te rse b ut d ib a c a se nd iri a ta u d ib a c a ka n o le h ya ng ha d ir te rle b ih d a hulu. Pa sie n se ha rusnya d ib e rika n w a ktu ya ng c ukup untuk m e na nd a ta ng a ni p e rse tujua n d im a ksud .

Penelitian ini dilakukan guna mengetahui dan meninjau secara yuridis bentuk

formulir persetujuan tindakan medis yang ada di RSUP dr. Kariadi Semarang

serta mengetahui pelaksanaan persetujuan tindakan medis yang ada di RSUP dr.

Kariadi Semarang serta penyelesaian yang diberikan jika terjadi perbedaan

pendapat antara pasien dengan dokter mengenai tindakan medis yang akan

dilakukan terhadap pasien. Tinjauan yang mendasar difokuskan pada standar

yuridis yang mengatur mengenai syarat-syarat perjanjian serta

ketentuan-ketentuan mengenai Informed Consent, sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 dan

Pasal 1321 KUHPerdata, Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan, Undang-Undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran,

Permenkes nomor 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis,

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang

Penyelenggaraan Praktik Kedokteran, Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 1996

tentang Tenaga Kesehatan Bab V tentang Standar Profesi dan Perlindungan

Hukum, serta Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI).


(24)

Pe ne litia n a d a la h se tia p usa ha untuk m e nc a ri p e ng e ta hua n ( ilm ia h ) b a ru m e nurut p ro se d ur ya ng siste m a tis d a n te rko ntro l m e la lui d a ta e m p iris (p e ng a la m a n ) ya ng a rtinya d a p a t b e b e ra p a ka li d iuji d e ng a n ha sil ya ng sa m a . Ka ta ” b a ru” d isini b uka n ha nya b e ra rti se sua tu ya ng ta d inya tid a k a d a sa m a se ka li, ya ng d a ri tid a k a d a ke m ud ia n m e nja d i a d a , te ta p i jug a b e ra rti p e rb a ika n d a n p e rke m b a ng a n d a ri sua tu p e ng e ta hua n a ta u ilmu p e ng e ta hua n.

Pe ne litia n hukum d im a ksud ka n se b a g a i ke g ia ta n ilm ia h ya ng d id a sa rka n m e to d e siste m a tika d a n p e m ikira n te rte ntu ya ng b e rtujua n untuk m e m p e la ja ri sa tu a ta u le b ih g e ja la -g e ja la hukum te rte ntu d e ng a n ja la n m e ng a na lisisnya , ke c ua li itu m a ka jug a d ia d a ka n p e m e riksa a n ya ng m e nd a la m te rha d a p fa kta -fa kta hukum te rse b ut, untuk ke m ud ia n m e ng usa ha ka n p e m e c a ha n a ta s m a sa la h ya ng tim b ul d a la m se g a la ha l ya ng b e rsa ng kuta n.

Ad a p un tujua n d a ri p e ne litia n a d a la h se b a g a i b e rikut :2

1.

Mendapatkan pengetahuan tentang suatu gejala, sehingga dapat merumuskan

masalah.

2.

Memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala, sehingga

dapat merumuskan hipotesa.

3.

Untuk menggambarkan secara lengkap karakteristik atau ciri-ciri dari suatu

keadaan, perilaku pribadi ataupun perilaku kelompok.


(25)

Untuk m e nc a p a i tujua n-tujua n te rse b ut, m a ka d id a la m sua tu p e ne litia n d ip e rluka n a d a nya sua tu siste m a ta u m e to d e . Sua tu siste m p a d a ha ke ka tnya m e rup a ka n susuna n d a ri hub ung a n-hub ung a n ya ng a d a sua tu ke nya ta a n; se d a ng ka n sua tu m e to d e m e rup a ka n c a ra ke rja a ta u ta ta ke rja untuk d a p a t m e m a ha m i o b ye k ya ng m e nja d i sa sa ra n ilm u p e ng e ta hua n ya ng b e rsa ng kuta n.

Me to d e p e ne litia n ya ng d ig una ka n a d a la h :

1.Me to d e Pe nd e ka ta n

Me to d e p e nd e ka ta n ya ng d ig una ka n d a la m p e ne litia n ini a d a la h yurid is e m p iris, ya itu c a ra a ta u p ro se d ur ya ng d ig una ka n untuk m e m e c a hka n m a sa la h p e ne litia n d e ng a n m e ne liti d a ta se kund e r te rle b ih d a hulu, untuk ke m ud ia n d ila njutka n d e ng a n m e ng a d a ka n p e ne litia n p rim e r d i la p a ng a n. Pe ne litia n ini d id ukung d e ng a n p e ne litia n ke p usta ka a n, ya itu m e ne liti d a ta -d a ta se kund e r. Fa kto r yurid isnya , a d a la h se p e ra ng ka t a tura n-a tura n hukum p e rja njia n p a d a um um nya d a n p e ra tura n-p e ra tura n ya ng b e rka ita n d e ng a n hukum ke se ha ta n a ta u ke d o kte ra n, ya ng no ta b e ne m e rup a ka n c a b a ng d a ri ilm u hukum d a n sa ng a t b e rka ita n e ra t d e ng a n p e ne litia n ini. Se d a ng ka n fa kto r e m p irisnya , a d a la h d o kte r d a n p a sie n d i b a ng sa l Pe nya kit Da la m RSUP d r.


(26)

Ka ria d i Se m a ra ng se la ku p iha k ya ng te rka it d a la m p e la ksa na a n p e rse tujua n tind a ka n m e d is ini.

2. Sp e sifika si Pe ne litia n

Be rd a sa rka n p a d a p e rm a sa la ha n ya ng d ia m b il, m a ka sp e sifika si p e ne litia n ya ng d ig una ka n a d a la h d e skrip tif a na litis. Be rsifa t d e skrip tif, ka re na p e ne litia n ini d im a ksud ka n untuk m e m b e rika n g a m b a ra n se c a ra rinc i, siste m a tis d a n m e nye luruh m e ng e na i se g a la se sua tu ya ng d ite liti. Se d a ng ka n a na litis, b e ra rti m e ng e lo m p o kka n, m e ng hub ung ka n d a n m e m b e ri m a kna te rha d a p d a ta ya ng b e rka ita n d e ng a n p e rse tujua n

info rme d c o nse nt d i b a ng sa l Pe nya kit Da la m RSUP d r. Ka ria d i Se m a ra ng . Me to d e ini b e rusa ha m e ng g a m b a rka n p e ra tura n ya ng b e rla ku ya ng ke m ud ia n d ika itka n d e ng a n te o ri-te o ri hukum d a n p ra kte k p e la ksa na a n hukum p o sitif ya ng m e nya ng kut p e la ksa na a n p e rja njia n a nta ra d o kte r d e ng a n p a sie n d i b a ng sa l Pe nya kit Da la m RSUP d r. Ka ria d i Se m a ra ng . Ana lisis d a ri d a ta ya ng d ip e ro le h d iha ra p ka n d a p a t me m b e rika n ja w a b a n d a ri p e rm a sa la ha n d a la m te sis ini.

3. Lo ka si Pe ne litia n

Pe ne litia n ini d ila kuka n d i Ba ng sa l Pe nya kit Da la m Rum a h Sa kit Um um Pusa t d r. Ka ria d i Se m a ra ng .


(27)

a)

Populasi

Po p ula si a d a la h ke se luruha n a ta u him p una n o b ye k ya ng m e m p unya i kua lita s a ta u ka ra kte ristik te rte ntu ya ng d ite ta p ka n o le h p e ne liti untuk m e m p e la ja ri d a n ke m ud ia n m e na rik ke sim p ula n. Po p ula si d a p a t b e rup a him p una n o ra ng , b e nd a , ke ja d ia n, ka sus-ka sus, w a ktu a ta u te m p a t d e ng a n c iri a ta u sifa t ya ng sa m a .

Se b a g a i p o p ula si d a la m p e ne litia n ini a d a la h d o kte r ya ng b e rtug a s d i b a ng sa l Pe nya kit Da la m RSUP d r. Ka ria d i Se m a ra ng se rta p a sie n ya ng d ita ng a ninya .

b)

Teknik Sampling

Sa m p e l a d a la h b a g ia n d a ri p o p ula si ya ng d ia ng g a p m e w a kili p o p ula sinya . Ad a b e b e ra p a ha l ya ng d a p a t d ig una ka n se b a g a i p e rtim b a ng a n d a la m m e m utuska n a p a ka h p e rlu m e m p e rg una ka n sa m p e l a ta u tid a k, a nta ra la in :

1.

Besar populasi, semakin besar jumlah populasi semakin perlu ada sampel.

2.

Biaya yang diperlukan dalam pengumpulan data atau penelitian.

3.

Keuntungan dan kemudahan yang diperoleh dalam memperoleh data.

4.

Jumlah tenaga pengumpul data yang tersedia.

Be rd a sa rka n p e rtim b a ng a n te rse b ut d ia ta s, m a ka p e nulis m e ng a ng g a p p e rlu a d a nya sa m p e l d a la m p e ne litia n ini. Da la m p e ne litia n ini d ig una ka n te knik ra nd o m sa m p ling ka re na a ng g o ta sa m p e l d a p a t d ip ilih se c a ra a c a k d a ri p o p ula si ya ng te la h d ite ntuka n. Je nis sa m p e l ya ng d ip a ka i a d a la h p urp o sive sa mp ling ya itu p e na rika n sa m p e l


(28)

ya ng d ila kuka n d e ng a n c a ra m e ng a m b il sub ye k ya ng d id a sa rka n p a d a tujua n te rte ntu. Sya ra t-sya ra t ya ng d ip e rha tika n d a la m p e ng a m b ila n sa m p e l a d a la h se b a g a i b e rikut :

a.

Harus berdasarkan ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang

merupakan ciri-ciri utama dari populasi;

b.

Subyek yang diambil sebagai sampel harus benar-benar merupakan subyek

yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat dalam populasi;

c.

Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan teliti dalam studi

pendahuluan.

Re sp o nd e n ya ng m e nja d i sum b e r d a ta d a la m p e ne litia n ini a d a la h :

a.

Dokter umum yang sedang menjalani Pendidikan Spesialisasi Penyakit Dalam

di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro / Rumah Sakit Pendidikan

RSUP dr. Kariadi Semarang sebanyak 15 orang;

b.

Pasien di Bangsal Penyakit Dalam RSUP dr. Kariadi Semarang sebanyak 15

orang.

5. Je nis Da n Sum b e r Da ta

Je nis d a n sum b e r d a ta ya ng d ig una ka n d a la m p e ne litia n ini a d a la h d a ta p rim e r d a n d a ta se kund e r. Da ta p rime r d ip e ro le h la ng sung d a ri sum b e r p e rta m a d i la p a ng a n m e la lui p e ne litia n, ya itu m e lip uti d o kum e n-d o kum e n re sm i, b uku-b uku, ha sil-ha sil p e ne litia n ya ng b e rw ujun-d la p o ra n, b uku ha ria n d a n se te rusnya ya ng b isa d ip e ro le h d a ri lo ka si p e ne litia n. Se d a ng ka n d a ta se kund e r d a la m p e ne litia n hukum te rd iri d a ri :


(29)

-

Bahan hukum primer, berupa bahan-bahan hukum yang mengikat berupa

Undang-Undang dan peraturan pelaksana yang lainnya yaitu peraturan dalam

hukum perjanjian dan peraturan di bidang kedokteran yang berkaitan dengan

persetujuan tindakan medis, antara lain :

1.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

2.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang

Kesehatan.

3.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang

Praktik Kedokteran dan Penjelasannya.

4.

Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI).

5.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Men.Kes/Per/IX/1989

tentang Persetujuan Tindakan Medis.

6.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1419/Men.Kes/Per/X/2005

tentang Penyelanggaraan Praktik Kedokteran.

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.

Bahan hukum sekunder, yang memberi penjelasan mengenai bahan-bahan

hukum primer, seperti buku hukum perjanjian dan perikatan, serta

buku-buku hukum kesehatan atau kedokteran, majalah, makalah dan lain-lain yang

berkaitan dengan persetujuan tindakan medis.

6. Te knik Pe ng um p ula n Da ta

Pe ng um p ula n d a ta a ka n d ila kuka n d e ng a n c a ra p e m b e ria n a ng ke t / kue sio ne r ke p a d a ke p a d a re sp o nd e n. Kue sio ne r m e rup a ka n te knik p e ng um p ula n d a ta ya ng d ila kuka n d e ng a n c a ra m e m b e ri se p e ra ng ka t


(30)

p e rta nya a n a ta u p e rnya ta a n te rtulis ke p a d a re sp o nd e n untuk m e nja w a b nya .3

Pe ne liti p a d a w a ktu ya ng te la h d ija d w a lka n a ka n m e ne liti b e b e ra p a ha l ya ng te la h d ite ntuka n. Pe la ksa na a n p e ne litia n te rse b ut se b a g a i b e rikut :

1.

Meneliti formulir informed consent yang ada di bangsal Penyakit Dalam

Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang, kemudian menganalisanya

berdasarkan perundangan yang berlaku di Indonesia apakah sudah sesuai atau

belum.

2.

Meneliti pelaksanaan informed consent di bangsal Penyakit Dalam Rumah

Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

7. Pe ng o la ha n Da n A na lisis Da ta

a)

Pengolahan Data

Setelah semua data dikumpulkan dengan teknik pemberian angket /

kuesioner, maka dilakukan pengolahan data dengan cara mengelompokkan

data-data yang diperoleh dari kuesioner yang telah diisi oleh responden menurut batas

ruang lingkup masalahnya sehingga mempermudah analisis data yang akan

disajikan sebagai hasil penelitian.

b)

Analisis Data

Ana lisis d a ta d a la m p e ne litia n ini d ila kuka n se c a ra kua lita tif, ya itu d a ri d a ta ya ng d ip e ro le h ke m ud ia n d isusun se c a ra siste m a tis d a n d ia na lisis se c a ra kua lita tif untuk m e nc a p a i ke je la sa n d a ri m a sa la h ya ng d ib a ha s.


(31)

Ana lisis d a ta kua lita tif a d a la h sua tu c a ra p e ne litia n ya ng m e ng ha silka n d a ta d e skrip tif a na lisis, ya itu d e ng a n m e nje la ska n d a n m e ng inte rp re ta sika n se c a ra lo g is d a n siste m a tis d a ta -d a ta ya ng d ip e ro le h d a ri ha sil p e ne litia n. Lo g is d a n siste m a tis m e nunjukka n c a ra b e rp ikir d e d uktif-ind uktif d a n m e ng ikuti ta ta te rtib d a la m p e nulisa n la p o ra n-la p o ra n p e ne litia n ilm ia h. Se te la h a na lisis d a ta se le sa i, m a ka ha silnya a ka n d isa jika n se c a ra d e skrip tif, ya itu d e ng a n m e nuturka n d a n m e ng g a m b a rka n a p a a d a nya se sua i p e rm a sa la hn ya ng d ite liti. Da ri ha sil te rse b ut ke m ud ia n d ita rik ke sim p ula n ya ng m e rup a ka n ja w a b a n a ta s p e rm a sa la ha n ya ng d ia ng ka t d a la m p e ne litia n ini.

G . Siste m a tika Pe nulisa n

Siste m a tika p e nulisa n d a la m te sis ini d ib a g i me nja d i 5 (lim a ) b a b , ya itu :

BAB I : PENDAHULUAN

Pa d a b a b ini d iura ika n ha l-ha l ya ng me nja d i la ta r b e la ka ng p e ne litia n, rua ng ling kup d a n p e rumusa n m a sa la h se rta m e to d e p e ne litia n ya ng te rd iri d a ri tujua n p e ne litia n, m a nfa a t p e ne litia n se rta siste m a tika p e nulisa n.


(32)

Pa d a b a b ini a ka n d iura ika n m e ng e na i te o ri-te o ri, ka jia n p usta ka se rta p e ra tura n p e rund a ng a n ya ng m e nd ukung p e ne litia n se b a g a i d a sa r untuk m e ng a na lisa m a sa la h ya ng d ib a ha s. Ba b ini m e nya jika n no rm a -no rm a hukum , te o ri-te o ri hukum ya ng b e rka ita n d e ng a n te m a p e ne litia n. Aza s hukum a ta u p e nd a p a t d a n te o ri hukum inila h ya ng na ntinya b e rm a nfa a t se b a g a i b a ha n untuk m e la kuka n a na lisis te rha d a p fa kta ya ng se d a ng d ite liti p a d a Ba b IV. Se c a ra g a ris b e sa r b a b ini m e lip uti p e rse tujua n tind a ka n m e d ik d itinja u d a ri a sp e k hukum p e rd a ta d a n e tika ke d o kte ra n.

BAB III: METO DE PENELITIAN

Ba b ini b e risi te nta ng g a m b a ra n um um o b ye k p e ne litia n se rta p ro se s d a la m p e la ksa na a n d a n p e ng o la ha n d a ta ha sil p e ne litia n a nta ra la in m e to d e p e nd e ka ta n, sp e sifika si p e ne litia n, lo ka si p e ne litia n, je nis d a n sum b e r d a ta , te knik p e nya jia n d a ta se rta m e to d e a na lisis d a ta .

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pa d a b a b ini d iura ika n m e ng e na i ha sil p e ne litia n ya ng m e nya jika n ha sil la p o ra n p e ne litia n ya ng d ip e ro le h se la m a m e la kuka n p e ne litia n d i Ba ng sa l Pe nya kit Da la m RSUP Dr. Ka ria d i Se m a ra ng .


(33)

Ba b ini b e risi ke sim p ula n d a ri p e nulisa n se rta sa ra n a ta u m a suka n untuk ke m a jua n hukum ke se ha ta n te ruta m a p e riha l p e rja njia n.

DAFTAR PUSTAKA

Be risi m e ng e na i b uku-b uku d a n p usta ka ya ng m e nja d i re fe re nsi se rta p a nd ua n b a g i p e ne litia n ini ya ng jug a b e rg una b a g i p e m b a c a a p a b ila ing in le b ih m e m p e rlua s w a c a na se rta m e nc o c o kka n d e ng a n p e ne litia n.

LAMPIRAN

Be risi m e ng e na i la m p ira n-la m p ira n ya ng m e nd ukung se b a g a i ha sil d a ri p e ne litia n d a n b ukti te la h me la kuka n p e ne litia n, ya ng b e rup a fo rm ulir p e rse tujua n tind a ka n me d is, fo rm ulir p e no la ka n tind a ka n m e d is, sura t ke te ra ng a n te la h m e la kuka n rise t, d a n la m p ira n p e nd ukung la innya .


(34)

BA B II

TINJA UA N PUSTA KA

A . PERJA NJIA N PA DA UMUMNYA

1. Pe ng e rtia n Pe rja njia n

Pe rja njia n me rup a ka n d a sa r d a ri hub ung a n ya ng d ia d a ka n o le h d ua o ra ng a ta u le b ih, d im a na le b ih d ike na l d e ng a n p e rika ta n. Ad a p un p e ng e rtia n d a ri p e rika ta n itu se nd iri, R. Sub e kti m e m b e rika n p e ng e rtia n se b a g a i b e rikut :

” Pe rika ta n a d a la h sua tu hub ung a n hukum a nta ra d ua o ra ng / d ua p iha k b e rd a sa rka n m a na p iha k ya ng sa tu b e rha k m e nuntut se sua tu ha l d a ri


(35)

p iha k ya ng la in, d a n p iha k ya ng la in b e rke w a jib a n untuk m e m e nuhi tuntuta n itu” .4

Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Pe rd a ta tid a k m e m b e rika n rum usa n, d e finisi m a up un istila h ” p e rika ta n” . Da la m Pa sa l 1313 KUHPe rd a ta d inya ta ka n b a hw a ” Pe rja njia n a d a la h sua tu p e rb ua ta n d e ng a n m a na sa tu o ra ng a ta u le b ih m e ng ika tka n d irinya te rha d a p sa tu o ra ng la in a ta u le b ih” . Na m un d e finisi te rse b ut tid a k c ukup le ng ka p , se hing g a p a ra a hli m e m b e rika n d e finisi ya ng le b ih le ng ka p , a nta ra la in :

a)

Menurut Abdulkadir Muhammad: ”Perikatan adalah suatu hubungan

hukum antara dua orang atau dua pihak berdasarkan mana pihak yang satu

berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain dan pihak yang lainnya

berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut”.

5

b)

Dhani Wiradharma, mengartikan bahwa Persetujuan adalah sama dengan

perjanjian.

6

2. Sub ye k d a n O b ye k Pe rja njia n

Sub ye k d a la m p e rja njia n a d a la h p iha k-p iha k ya ng te rd a p a t d a la m p e rja njia n. Da la m ha l ini te rd a p a t d ua m a c a m sub ye k, ya kni se se o ra ng m a nusia a ta u sua tu b a d a n hukum ya ng m e nd a p a t b e b a n ke w a jib a n a ta u m e nd a p a t ha k a ta s p e la ksa na a n ke w a jib a n itu. Sub ye k ya ng b e rup a se o ra ng m a nusia ha rusla h m e m e nuhi sya ra t sa h untuk m e la kuka n

4 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta,1992, hal 1.

5Ab d ulka d ir Muha mm a d , Hukum Pe rika ta n, Alumni, Ba nd ung , 1982, ha l. 76.

6J. Guwandi, Tanya Jawab Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent), Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 1994, hal.49.


(36)

tind a ka n hukum ya itu sud a h d e w a sa d a n tid a k b e ra d a d ib a w a h p e ng a m p ua n.

Se d a ng ka n o b ye k d a la m p e rja njia n a d a la h b e rup a p re sta si, ya ng b e rujud m e m b e ri se sua tu, b e rb ua t se sua tu, d a n tid a k b e rb ua t se sua tu. Pe rika ta n untuk m e m b e ri se sua tu ia la h ke w a jib a n se se o ra ng untuk m e m b e ri a ta u me nye ra hka n se sua tu, b a ik se c a ra yurid is m a up un p e nye ra ha n se c a ra nya ta . Pe rika ta n untuk b e rb ua t se sua tu ya itu p re sta si d a p a t b e rujud b e rb ua t se sua tu a ta u m e la kuka n p e rb ua ta n te rte ntu ya ng p o sitif. Se d a ng ka n p e rika ta n untuk tid a k b e rb ua t se sua tu ya itu untuk tid a k m e la kuka n p e rb ua ta n te rte ntu ya ng te la h d ija njika n.

Da la m ha l ini te rd a p a t tig a m a c a m o b ye k, ya kni :

1.

Barang-barang yang dapat diperdagangkan.

2.

Harus diketahui jenisnya dan dapat ditentukan.

3.

Barang-barang tersebut sudah ada atau akan ada dikemudian hari.

Me ng e na i o b ye k p e rja njia n, d ip e rluka n b e b e ra p a sya ra t untuk m e ne ntuka n sa hnya sua tu p e rika ta n, ya itu :7

a.

Obyeknya harus tertentu. Syarat ini hanya diperlukan bagi perikatan yang

timbul dari perjanjian.

b.

Obyeknya harus diperbolehkan, artinya tidak bertentangan dengan

undang-undang, ketertiban umum atau kesusilaan.


(37)

c.

Obyeknya dapat dinilai dengan uang. Hal ini dikarenakan suatu hubungan

hukum yang ditimbulkan dari adanya perikatan berada dalam lapangan hukum

harta kekayaan.

d.

Obyeknya harus mungkin. Orang tidak dapat mengikatkan diri kalau obyek

tidak mungkin diberikan.

3. Sya ra t sa h p e rja njia n

Sua tu p e rja njia n d ika ta ka n sa h a p a b ila m e m e nuhi sya ra t-sya ra t se b a g a im a na te rse b ut d a la m Pa sa l 1320 KUHPe rd a ta ya itu :

1) Se p a ka t m e re ka ya ng m e ng ika tka n d irinya , m a ksud nya d a la m m e la kuka n p e rja njia n ke d ua p iha k ha rus m e m p unya i ke m a m p ua n ya ng b e b a s untuk m e ng ika tka n d irinya . Artinya a p a ya ng d ike he nd a ki o le h sa la h sa tu p iha k ha rus jug a d ike he nd a ki o le h p iha k ya ng la in ta np a a d a nya p a ksa a n, ke khila fa n se rta p e nip ua n.

2) Ke c a ka p a n m e m b ua t sua tu p e rja njia n. Pa ra p iha k d a la m p e rja njia n d isya ra tka n ha rus c a ka p m e nurut hukum untuk b e rtind a k se nd iri. Ad a p un m e re ka ya ng d inya ta ka n tid a k c a ka p m e nurut hukum se hing g a tid a k d a p a t b e rtind a k se nd iri a d a la h :

a . Ana k ya ng b e lum d e w a sa ;

b . O ra ng ya ng d ita ruh d ib a w a h p e ng a m p ua n.

3) Sua tu ha l te rte ntu. Sua tu p e rja njia n ha rusla h m e m p unya i o b ye k te rte ntu, se kura ng -kura ng nya d a p a t d ite ntuka n b a hw a o b ye k te rte ntu


(38)

itu d a p a t b e rup a b e nd a (b e rnila i e ko no m is d a n d a p a t d ia lihka n ya ng se ka ra ng a d a m a up un ya ng na nti a ka n a d a ). Sua tu ha l te rte ntu m e rup a ka n p o ko k p e rja njia n a ta u p re sta si (ke w a jib a n-ke w a jib a n a ta u p e rb ua ta n-p e rb ua ta n te rte ntu d a ri p a ra p iha k) ya ng w a jib d ip e nuhi. Pre sta si itu ha rus ha l te rte ntu a ta u se kura ng -kura ng nya d a p a t d ite ntuka n. Ke je la sa n m e ng e na i p o ko k a ta u o b ye k p e rja njia n a d a la h untuk m e mung kinka n p e la ksa na a n ha k d a n ke w a jib a n p a ra p iha k. Jika p o ko k a ta u o b ye k p e rja njia n a ta u p re sta si itu ka b ur, tid a k je la s, sulit a ta u b a hka n tid a k m ung kin d ila ksa na ka n, m a ka p e rja njia n itu b a ta l.

4) Sua tu se b a b ya ng ha la l; ya itu b a hw a isi d a ri p e rja njia n ini tid a k b e rte nta ng a n d e ng a n und a ng -und a ng , ke te rtib a n um um d a n ke susila a n.

Pe rja njia n te rse b ut d ika ta ka n sa h a p a b ila m e m e nuhi sya ra t-sya ra t ya ng te rm ua t d a la m Pa sa l 1320 KUHPe rd a ta d a n d a la m p e la ksa na a nnya m e m p e rha tika n Pa sa l 1338 KUHPe rd a ta ya ng m e ng a nd ung a za s p o ko k hukum p e rja njia n.

Se c a ra yurid is tim b ulnya hub ung a n hukum te rm a suk d id a la m nya hub ung a n hukum a nta ra d o kte r d a n p a sie n, se sua i Pa sa l 1233 KUHPe rd a ta b e rd a sa rka n 2 (d ua ) ha l, ya itu :


(39)

Ba hw a sua tu p e rika ta n b isa tim b ul d a ri a d a nya p e rja njia n a ta u p e rja njia n ya ng m e ne rb itka n sua tu p e rika ta n a nta ra p a ra p iha k ya ng m e m b ua tnya , d a la m b e ntuk sua tu ra ng ka ia n p e rka ta a n ya ng m e ng a nd ung ja nji-ja nji/ ke sa ng g up a n ya ng d iuc a p ka n a ta u d itulis.

Sua tu p e rja njia n jug a d ina m a ka n p e rse tujua n, ka re na d ua p iha k se tuju untuk m e la kuka n se sua tu a ta u se tuju untuk m e no la k m e la kuka n se sua tu. O le h ka re na itu m a ka ke d ua ka ta te rse b ut ya itu p e rja njia n d a n p e rse tujua n m e m p unya i a rti ya ng sa m a .

b . Be rd a sa rka n Und a ng -Und a ng (ius d e lic to).

Ba hw a sua tu p e rja njia n d a p a t d irum uska n se b a g a i sua tu tind a ka n a ta u p e rb ua ta n hukum ya ng d ila kuka n se c a ra suka re la o le h d ua o ra ng a ta u le b ih, ya ng b e rse p a ka t untuk m e m b e rika n p re sta si sa tu ke p a d a ya ng la in.

4. A za s- A za s Pe rja njia n

Pa d a p o ko knya a d a 4 a za s p e nting ya ng te rd a p a t d a la m sua tu p e rja njia n, se b a g a im a na d ia nut d a la m Pa sa l 1320 KUHPe rd a ta , ya itu :

1. Aza s Ke b e b a sa n Be rko ntra k; se sua i d e ng a n Pa sa l 1338 a ya t (1) KUHPe rd a ta b a hw a se tia p o ra ng d ip e rb o le hka n m e m b ua t p e rja njia n a p a sa ja a sa lka n d ib ua t se c a ra sa h d a n se la njutnya m e ng ika t p a ra p iha k ya ng m e m b ua tnya .


(40)

2. Aza s Ja nji itu m e ng ika t; b a hw a o ra ng te rika t p a d a sua tu p e rja njia n b uka n ka re na ia m e ng he nd a kinya na m un ka re na ia te la h m e m b e rika n ja njinya .

3. Aza s Ko nse nsua lism e ; se b a g a im a na d a p a t d isim p ulka n d a ri Pa sa l 1320 KUHPe rd a ta jo Pa sa l 1338 a ya t (1) KUHPe rd a ta , b a hw a untuk m e la hirka n p e rja njia n a d a la h c ukup d e ng a n m e la hirka n ka ta se p a ka t m e ng e na i ha l-ha l ya ng p o ko k m e ng e na i p e rja njia n te rse b ut d a n p e rja njia n itu sud a h m e ng ika t p a d a sa a t te rja d inya ko nse nsus.

4. Aza s Ke p rib a d ia n, b a hw a rua ng ling kup b e rla kunya p e rja njia n ha nya la h p a d a p iha k-p iha k ya ng m e m b ua t p e rja njia n sa ja . Piha k d ilua r p e rja njia n itu tid a k d a p a t m e nuntut sua tu ha k b e rd a sa rka n p e rja njia n itu.

5. Sa a t La hirnya Pe rja njia n

Te rd a p a t b e b e ra p a te o ri m e ng e na i w a ktu ka p a n te rja d inya ke se p a ka ta n :8

1. Te o ri Pe rnya ta a n (Uiting sthe o rie)

Me nurut te o ri ini, p e rja njia n te la h a d a p a d a sa a t te la h d itulis sura t ja w a b a n p e ne rim a a n/ a kse p ta si. Pa d a sa a t ini ke he nd a k d a ri o ra ng ya ng m e na w a rka n d e ng a n a kse p to r sa ling b e rte m u.

2. Te o ri Pe ng irim a n (Ve rze nd the o rie)


(41)

Te o ri ini me nya ta ka n b a hw a sa a t p e ng irim a n ja w a b a n a kse p ta si a d a la h sa a t la hirnya p e rja njia n. Ta ng g a l c a p p o s d a p a t d ig una ka n se b a g a i d a sa r, se b a b se ja k sa a t sura t te rse b ut d ikirim ka n, a kse p to r tid a k m e m p unya i ke kua sa a n la g i a ta s sura t te rse b ut.

3. Te o ri Pe ng e ta hua n (Ve rne ming sthe o rie)

Da la m te o ri ini d ise b utka n b a hw a p e rja njia n tim b ul p a d a sa a t ja w a b a n a kse p ta si d ike ta hui o le h o ra ng ya ng m e na w a rka n.

4. Te o ri Pe ne rim a a n (O ntva ng sthe o rie)

Sa a t d ite rim a nya ja w a b a n m e nja d i p a to ka n sa a t la hirnya ke se p a ka ta n. Te o ri ini tid a k m e m p e rm a sa la hka n a p a ka h sura t te rse b ut d ib uka a ta u d ib ia rka n tid a k d ib uka , na m un ya ng te rp e nting a d a la h sura t te rse b ut sa m p a i p a d a a la m a t si p e ne rim a sura t.

Se la njutnya o le h Pitlo d ita m b a hka n la g i te o ri ya ng la in ya kni :9

5. Te o ri Pe ng e ta hua n ya ng O b ye ktif (

G e o b je c tive e rd e ve rne ming sthe o rie)

Ke se p a ka ta n la hir sa a t ya ng m e na w a rka n se c a ra o b ye ktif m e ng e ta hui a ta u m e nurut a ka l se ha t d a p a t m e ng a ng g a p b a hw a a kse p to r te la h m e ng e ta hui a ta u te la h m e m b a c a sura t p e na w a ra n.

6. Te o ri Ke p e rc a ya a n ( Ve rtro uwe nsthe o rie)

Ke se p a ka ta n d ia ng g a p te la h te rja d i p a d a sa a t a kse p to r p e rc a ya b a hw a ta w a ra nnya itu b e tul ya ng d im a ksud .


(42)

Ap a b ila d isim p ulka n d a ri Pa sa l 1320 KUHPe rd a ta , ya itu p a sa l ya ng m e ng a tur te nta ng sya ra t sa hnya sua tu p e rja njia n, m a ka d a p a t d ike ta hui b a hw a hukum p e rja njia n ya ng d ia nut d a ri BW a d a la h a za s ko nse sua lism e . Artinya b a hw a untuk m e la hirka n sua tu p e rja njia n c ukup d e ng a n ka ta se p a ka t sa ja , d a n b a hw a p e rja njia n itu sud a h d ila hirka n p a d a sa a t a ta u d e tik te rc a p a inya ko nse nsus d im a ksud . Pa d a d e tik te rse b ut p e rja njia n sud a h ja d i d a n m e ng ika t, d a n b uka n p a d a d e tik-d e tik se sud a h a ta u se b e lum te rc a p a inya ko nse nsus. Ke he nd a k ini ha rusla h d inya ta ka n. Ke he nd a k a ta u ke ing ina n ya ng d isim p a n d id a la m ha ti tid a k m ung kin d ike ta hui o le h p iha k la in d a n ka re na nya tid a k m ung kin m e la hirka n p e rja njia n.

Ad a p un fa kto r a ta u unsur m a na ka h d a ri sua tu p e rja njia n ya ng m e nja d ika n p a ra p iha k te rika t, a p a ka h ke he nd a k a ta u p e rnya ta a nnya ? Bila d itinja u d a ri sud ut p a nd a ng ini, b e b e ra p a te o ri ya ng b e rka ita n, ya itu :10

a.

Teori Kehendak (Wilstheorie)

Menurut teori ini perjanjian mengikat apabila kedua belah pihak telah saling

bertemu dan perjanjian mengikat atas dasar bahwa kehendak para pihak patut

untuk dihormati. Sehingga pada prinsipnya suatu persetujuan yang tidak

didasarkan atas suatu kehendak yang benar adalah tidak sah.

b.

Teori Pernyataan


(43)

Dalam teori ini yang menjadi patokan adalah apa yang dinyatakan oleh

seseorang. Bila pernyataan kedua belah pihak sudah saling bertemu, maka

perjanjian sudah terjadi dan karenanya mengikat para pihak.

c.

Teori Kepercayaan

Teori ini merupakan perbaikan dari teori kehendak dan teori kepercayaan.

Dalam teori ini dinyatakan bahwa sepakat terjadi kalau pernyataan kedua

belah pihak menurut ukuran normal saling membangkitkan kepercayaan

bahwa antara mereka telah terjadi sepakat yang sesuai dengan kehendak para

pihak. Pada prinsipnya yang menjadi patokan adalah kepercayaan yang

dibangkitkan karena kepercayaan pihak lainnya.

6. A kib a t Pe rja njia n

Se m ua p e rja njia n ya ng d ib ua t se c a ra sa h a d a la h me ng ika t p a ra p iha k ya ng m e m b ua t ke se p a ka ta n. Ha l ini m e rup a ka n inti d a ri Pa sa l 1338 KUHPe rd a ta ya ng me nye b utka n : “ Se m ua p e rja njia n ya ng d ib ua t se c a ra sa h b e rla ku se b a g a i Und a ng -Und a ng b a g i m e re ka ya ng m e m b ua tnya ” . Ka ta ‘ b e rla ku se b a g a i Und a ng -Und a ng ’ d isini b e ra rti m e ng ika t p a ra p iha k ya ng m e nutup p e rja njia n; se b a g a im a na ha lnya d e ng a n Und a ng -Und a ng jug a m e ng ika t o ra ng te rha d a p sia p a Und a ng -Und a ng b e rla ku. Se hing g a d a p a t d isim p ulka n b a hw a d e ng a n m e m b ua t p e rja njia n m a ka p a ra p iha k se a ka n-a ka n me ne ta p ka n Und a ng -Und a ng b a g i m e re ka se nd iri.


(44)

7. Sa a t Be ra khirnya Pe rja njia n

Me nurut Pa sa l 1381 KUHPe rd a ta , sua tu p e rja njia n b e ra khir d ika re na ka n :

a.

Adanya pembayaran.

b.

Penawaran pembayaran diikuti dengan penitipan atau penyimpanan.

c.

Pembaharuan utang (novasi).

d.

Perjumpaan utang (kompensasi).

e.

Percampuran utang.

f.

Pembebasan utang.

g.

Musnahnya barang yang terutang.

h.

Batal/Pembatalan.

i.

Berlakunya suatu syarat batal.

j.

Lewatnya waktu.

B. Pe rja njia n te ra p e utik

1. Pe rja njia n te ra p e utik se b a g a i sa la h sa tu b e ntuk p e rja njia n

Pe rja njia n te ra p e utik a d a la h p e rja njia n a nta ra d o kte r d e ng a n p a sie n ya ng m e m b e rika n ke w e na ng a n ke p a d a d o kte r untuk m e la kuka n ke g ia ta n m e m b e rika n p e la ya na n ke se ha ta n ke p a d a p a sie n b e rd a sa rka n ke a hlia n d a n ke te ra m p ila n ya ng d im iliki o le h d o kte r te rse b ut. Da la m


(45)

Muka d im a h Ko d e Etik Ke d o kte ra n Ind o ne sia ya ng d ila m p irka n d a la m Ke p utusa n Me nte ri Ke se ha ta n RI No m o r 434 / Me n.Ke s / X / 1983 te nta ng Be rla kunya Ko d e Etik Ke d o kte ra n Ind o ne sia Ba g i Pa ra Do kte r d i Ind o ne sia , m e nc a ntum ka n te nta ng tra nsa ksi te ra p e utik se b a g a i b e rikut :

Yang dimaksud transaksi terapeutik adalah hubungan antara

dokter dengan pasien dan penderita yang dilakukan dalam

suasana saling percaya (konfidensial), serta senantiasa diliputi

oleh segala emosi, harapan dan kekhawatiran makhluk insani”

Da ri hub ung a n hukum d a la m tra nsa ksi te ra p e utik te rse b ut tim b ulla h ha k d a n ke w a jib a n m a sing -m a sing p iha k, b a ik b a g i p iha k p a sie n m a up un p iha k d o kte r.

Sua tu p e rja njia n d ika ta ka n sa h b ila m e m e nuhi p e rsya ra ta n se b a g a im a na d ia tur d a la m Pa sa l 1321 KUHPe rd a ta ya ng b e rb unyi :

“ Tia d a se p a ka t ya ng sa h a p a b ila se p a ka t itu d ib e rika n ka re na ke khila fa n a ta u d ip e ro le hnya d e ng a n p a ksa a n a ta u p e nip ua n” . Se sua i p a sa l te rse b ut d i a ta s d a p a t d isim p ulka n b a hw a se c a ra yurid is ke a b sa ha n sua tu p e rja njia n d ite ntuka n o le h ke se p a ka ta n p a ra p iha k ya ng m e ng ika tka n d irinya , d e ng a n ta np a a d a nya ke khila fa n, p a ksa a n a ta up un p e nip ua n. Se p a ka t ini m e rup a ka n p e rse tujua n ya ng d ila kuka n o le h ke d ua b e la h p iha k d im a na ke d ua b e la h p iha k m e m p unya i p e rse sua ia n ke he nd a k ya ng d a la m tra nsa ksi te ra p e utik se b a g a i p iha k p a sie n se tuju untuk d io b a ti o le h d o kte r, d a n d o kte rp un se tuju untuk m e ng o b a ti p a sie nnya . Ag a r ke se p a ka ta n ini sa h m e nurut hukum , m a ka


(46)

d id a la m ke se p a ka ta n ini p a ra p iha k ha rus sa d a r (tid a k a d a ke khila fa n) te rha d a p ke se p a ka ta n ya ng d ib ua t, tid a k b o le h a d a p a ksa a n d a ri sa la h sa tu p iha k, d a n tid a k b o le h a d a p e nip ua n d id a la m nya . Untuk itula h d ip e rluka n a d a nya Info rme d C o nse nt a ta u ya ng jug a d ike na l d e ng a n istila h Pe rse tujua n Tind a ka n Me d ik.

Untuk sya ra t a d a nya ke c a ka p a n untuk m e m b ua t p e rika ta n/ p e rja njia n, d ia tur d a la m Pa sa l 1329 d a n 1330 KUHPe rd a ta se b a g a i b e rikut :

Pa sa l 1329 : Se tia p o ra ng a d a la h c a ka p untuk m e m b ua t p e rika ta n-p e rika ta n, jika ia o le h und a ng -und a ng tid a k d inya ta ka n ta k c a ka n-p .

Pa sa l 1330 : Ta k c a ka p m e m b ua t sua tu p e rja njia n a d a la h :

1.

Orang-orang yang belum dewasa;

2.

Mereka yang ditaruh didalam pengampuan;

3.

Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh

undang-undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang-undang-undang

telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

Be rd a sa rka n b unyi Pa sa l 1329 KUHPe rd a ta d i a ta s, m a ka se c a ra yurid is ya ng d im a ksud d e ng a n ke c a ka p a n untuk me m b ua t p e rika ta n a d a la h ke w e na ng a n se se o ra ng untuk m e ng ika tka n d iri, ka re na tid a k d ila ra ng o le h und a ng -und a ng .

Da la m tra nsa ksi te ra p e utik, p iha k p e ne rim a p e la ya na n m e d ik d a p a t m e lip uti b e rb a g a i m a c a m g o lo ng a n um ur, d a n b e rb a g a i je nis p a sie n,


(47)

ya ng te rd iri d a ri ya ng c a ka p b e rtind a k m a up un ya ng tid a k c a ka p b e rtind a k. Ha l ini ha rus d isa d a ri o le h d o kte r se b a g a i sa la h sa tu p iha k ya ng m e ng ika tka n d irinya d a la m tra nsa ksi te ra p e utik, a g a r tid a k m e nim b ulka n m a sa la h d ike m ud ia n ha ri.

Piha k p e ne rim a p e la ya na n m e d ik ya ng tid a k c a ka p untuk b e rtind a k (tid a k b o le h m e m b ua t ke se p a ka ta n, a ta u ke se p a ka ta n ya ng d ib ua t b isa d ia ng g a p tid a k sa h) a nta ra la in :11

1.

Orang dewasa yang tidak cakap untuk bertindak (misalnya : orang gila,

pemabuk, atau tidak sadar), maka diperlukan persetujuan dari pengampunya

(yang boleh membuat perikatan dengan dokter adalah pengampunya).

2.

Anak di bawah umur, diperlukan persetujuan dari walinya atau orangtuanya.

Ya ng d im a ksud d e ng a n d e w a sa m e nurut Pe ra tura n Me nte ri Ke se ha ta n No m o r 585/ Me n.Ke s/ Pe r/ IX/ 1989 Pa sa l 8 a ya t (2) a d a la h te la h b e rum ur 21 ta hun a ta u te la h me nika h. Ja d i untuk se se o ra ng ya ng b e rusia d i b a w a h 21 ta hun d a n b e lum m e nika h, m a ka tra nsa ksa ksi te ra p e utik ha rus d ita nd a ta ng a ni o le h o ra ng tua nya a ta u w a linya ya ng m e rup a ka n p iha k ya ng b e rha k me m b e rika n p e rse tujua n.

Me nurut Pa sa l 1320 KUHPe rd a ta , o b ye k ya ng d ip e rja njika n te rd iri d a ri m e ng e na i ‘ sua tu ha l te rte ntu’ d a n ha rus ‘ sua tu se b a b ya ng ha la l a ta u

11 Anny Isfa nd ya rie , Ta ng g ung Ja wa b Hukum d a n Sa nksi Ba g i Do kte r, Pre sta si Pusta ka , Ja ka rta , 2006, ha l. 61.


(48)

d ip e rb o le hka n untuk d ip e rja njika n’ . Da la m tra nsa ksi te ra p e utik, m e ng e na i ha l te rte ntu ya ng d ip e rja njika n a ta u se b a g a i o b ye k p e rja njia n a d a la h up a ya p e nye m b uha n te rha d a p p e nya kit ya ng tid a k d ila ra ng und a ng -und a ng .

Da la m hukum p e rika ta n d ike na l a d a nya 2 m a c a m p e rja njia n, ya itu :12

1. Insp a nning ve rb inte nis, ya itu p e rja njia n up a ya , a rtinya ke d ua b e la h p iha k b e rja nji a ta u se p a ka t untuk b e rd a ya up a ya se c a ra m a ksim a l untuk m e w ujud ka n a p a ya ng d ip e rja njika n.

2. Re sulta a tve rb inte nis, ya itu sua tu p e rja njia n ya ng a ka n me m b e rika n re sulta a t a ta u ha sil ya ng nya ta se sua i d e ng a n a p a ya ng d ip e rja njika n.

Pe rja njia n te ra p e utik a ta u tra nsa ksi te ra p e utik te rm a suk d a la m

insp a nning ve rb inte nis a ta u p e rja njia n up a ya , ka re na d o kte r tid a k m ung kin m e nja njika n ke se m b uha n ke p a d a p a sie n, ya ng d ila kuka n d o kte r a d a la h m e la kuka n p e la ya na n ke se ha ta n se b a g a i up a ya untuk m e nye m b uhka n p a sie n. Da la m m e la kuka n up a ya ini, d o kte r ha rus m e la kuka n d e ng a n p e nuh ke sung g uha n d e ng a n m e ng e ra hka n se luruh ke m a m p ua n d a n ke te ra m p ila n ya ng d im ilikinya d e ng a n b e rp e d o m a n ke p a d a sta nd a r p ro fe si.

Se m e nta ra itu, p a sie n se b a g a i p iha k la innya ya ng m e ne rim a p e la ya na n m e d is ha rus jug a b e rd a ya up a ya m a ksim a l untuk


(49)

m e wujud ka n ke se m b uha n d irinya se b a g a i ha l ya ng d ip e rja njika n. Ta np a b a ntua n p a sie n, m a ka up a ya d o kte r tid a k a ka n m e nc a p a i ha sil ya ng d iha ra p ka n. Pa sie n ya ng tid a k ko o p e ra tif m e rup a ka n b e ntuk c o ntrib uto ry ne g lig e nc e ya ng tid a k b isa d ip e rta ng g ung ja w a b ka n o le h d o kte r.

Jika tra nsa ksi te ra p e utik te la h m e m e nuhi sya ra t sa hnya p e rja njia n, m a ka se m ua ke w a jib a n ya ng tim b ul m e ng ika t b a g i p a ra p iha k, b a ik p iha k d o kte r a ta up un p iha k p a sie n.

Ad a p un ke khususa n p e rja njia n te ra p e utik b ila d ib a nd ing ka n d e ng a n p e rja njia n p a d a um um nya a d a la h se b a g a i b e rikut :13

1.

Subyek pada transaksi terapeutik terdiri dari dokter dan pasien. Dokter

bertindak sebagai pemberi pelayanan medik professional yang pelayanannya

didasarkan pada prinsip pemberian pertolongan. Sedangkan pasien sebagai

penerima pelayanan medik yang membutuhkan pertolongan. Pihak dokter

memiliki kualifikasi dan kewenangan tertentu sebagai tenaga professional

dibidang medik yang berkompeten untuk memberikan pertolongan yang

dibutuhkan pasien, sedangkan pihak pasien karena tidak mempunyai

kualifikasi dan kewenangan sebagaimana yang dimiliki dokter berkewajiban

membayar honorarium kepada dokter atas pertolongan yang telah diberikan

dokter tersebut.

13 Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal. 145.


(50)

2.

Obyek perjanjian berupa tindakan medik professional yang bercirikan

pemberian pertolongan.

3.

Tujuan perjanjian adalah pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang

berorientasi kekeluargaan, mencakup kegiatan peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif),

dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif).

2. Sifa t p e rja njia n te ra p e utik

Sifa t a ta u c iri kha s d a ri tra nsa ksi te ra p e utik se b a g a im a na d ise b utka n d a la m Muka d im a h Ko d e Etik Ke d o kte ra n Ind o ne sia a d a la h :

1.

Transaksi terapeutik khusus mengatur hubungan antara dokter dengan pasien.

2.

Hubungan dalam transaksi terapeutik ini hendaknya dilakukan dalam suasana

saling percaya (konfidensial) yang berarti pasien harus percaya kepada dokter

yang melakukan terapi, demikian juga sebaliknya dokter juga harus

mempercayai pasien. Oleh karena itu dalam rangka saling menjaga

kepercayaan ini, dokter juga harus berupaya maksimal untuk kesembuhan

pasien yang telah mempercayakan kesehatan kepadanya, dan pasienpun harus

memberikan keterangan yang jelas tentang penyakitnya kepada dokter yang

berupaya melakukan terapi atas dirinya serta mematuhi perintah dokter yang

perlu untuk mencapai kesembuhan yang diharapkannya.


(51)

3.

Harapan ini juga dinyatakan sebagai ‘

senantiasa

 

diliputi

 

oleh

 

segala

 

emosi,

 

harapan

 

dan

 

kekhawatiran

 

makhluk

 

insani’

. Mengingat

kondisi pasien yang sedang sakit, terutama pasien penyakit kronis atau pasien

penyakit berat, maka kondisi pasien yang emosional, kekhawatiran terhadap

kemungkinan sembuh atau tidak penyakitnya disertai dengan harapan ingin

hidup lebih lama lagi, menimbulkan hubungan yang bersifat khusus yang

membedakan transaksi terapeutik ini berbeda dengan transaksi lain pada

umumnya.

3. A za s- a za s p e rja njia n te ra p e utik

O le h ka re na tra nsa ksi te ra p e utik m e rup a ka n hub ung a n hukum a nta ra d o kte r d a n p a sie n, m a ka d a la m tra nsa ksi te ra p e utikp un b e rla ku b e b e ra p a a za s hukum ya ng m e nd a sa ri, ya ng m e nurut Ve ro nic a Ko m a la w a ti d isim p ulka n se b a g a i b e rikut :14

a.

Azas Legalitas

Aza s ini te rsira t d a la m Pa sa l 50 Und a ng -Und a ng No m o r 23 te nta ng Ke se ha ta n ya ng m e nya ta ka n b a hw a te na g a ke se ha ta n b e rtug a s m e nye le ng g a ra ka n a ta u me la kuka n ke g ia ta n ke se ha ta n se sua i d e ng a n ke a hlia n d a n a ta u ke w e na ng a n te na g a ke se ha ta n ya ng b e rsa ng kuta n. Ha l ini b e ra rti b a hw a p e la ya na n m e d ik ha nya d a p a t te rse le ng g a ra a p a b ila te na g a ke se ha ta n ya ng b e rsa ng kuta n te la h m e m e nuhi p e rsya ra ta n d a n p e rizina n ya ng d ia tur d a la m p e ra tura n p e rUnd a ng


(52)

Und a ng a n, a nta ra la in te la h m e m iliki Sura t Ta nd a Re g istra si d a n Sura t Izin Pra ktik.

b.

Azas Keseimbangan

Me nurut a za s ini, p e nye le ng g a ra a n p e la ya na n ke se ha ta n ha rus d ise le ng g a ra ka n se c a ra se im b a ng a nta ra ke p e nting a n ind ivid u d a n m a sya ra ka t, a nta ra fisik d a n m e nta l, a nta ra m a te riil d a n sp iritua l. O le h ka re na itu d ip e rluka n a d a nya ke se im b a ng a n a nta ra tujua n d a n sa ra na , a nta ra sa ra na d a n ha sil se rta a nta ra m a nfa a t d a n re siko ya ng d itim b ulka n d a ri up a ya m e d is ya ng d ila kuka n.

c.

Azas Tepat Waktu

Aza s ini c ukup p e nting ka re na ke te rla m b a ta n d o kte r d a la m m e na ng a ni p a sie n d a p a t m e nim b ulka n ke rug ia n b a g i p a sie n d a n b a hka n b ia s m e ng a nc a m nya w a p a sie n itu se nd iri.

d.

Azas Itikad Baik

Aza s ini b e rp e g a ng te g uh p a d a p rinsip e tis b e rb ua t b a ik ya ng p e rlu d ite ra p ka n d a la m p e la ksa na a n ke w a jib a n d o kte r te rha d a p p a sie n. Ha l ini m e rup a ka n b e ntuk p e ng ho rm a ta n te rha d a p p a sie n d a n p e la ksa na a n p ra ktik ke d o kte ra n ya ng se la lu b e rp e g a ng te g uh ke p a d a sta nd a r p ro fe si.

e.

Azas Kejujuran

Aza s ini m e rup a ka n d a sa r d a ri te rla ksa na nya p e nya m p a ia n info rm a si ya ng b e na r, b a ik o le h p a sie n m a up un d o kte r d a la m b e rko m unika si,


(53)

Ke jujura n d a la m m e nya m p a ika n info rm a si a ka n sa ng a t me m b a ntu d a la m d a la m ke se m b uha n p a sie n. Ke b e na ra n info rm a si ini te rka it e ra t d e ng a n ha k se tia p m a nusia untuk m e ng e ta hui ke b e na ra n.

f.

Azas Kehati-hatian

Se b a g a i se o ra ng p ro fe sio na l d i b id a ng m e d ik, tind a ka n d o kte r ha rus d id a sa rka n a ta s ke te litia n d a la m m e nja la nka n fung si d a n ta ng g ung ja w a b nya , ka re na ke c e ro b o ha n d a la m b e rtind a k d a p a t b e ra kib a t te ra nc a m nya jiw a p a sie n.

g.

Azas keterbukaan

Pe la ya na n m e d ik ya ng b e rd a ya g una d a n b e rha silg una ha nya d a p a t te rc a p a i a p a b ila a d a ke te rb uka a n d a n ke rja sa m a ya ng b a ik a nta ra d o kte r d a n p a sie n d e ng a n b e rla nd a ska n sika p sa ling p e rc a ya . Sika p ini d a p a t tum b uh jika te rja lin ko m unika si se c a ra te rb uka a nta ra d o kte r d a n p a sie n d im a na p a sie n m e m p e ro le h p e nje la sa n a ta u info rm a si d a ri d o kte r d a la m ko m unika si ya ng tra nsp a ra n ini.

C . Hub ung a n p a sie n d a n d o kte r

1. Pe rke m b a ng a n hub ung a n a nta ra p a sie n d e ng a n d o kte r

Hubungan antara pemberi jasa layanan kesehatan (dokter) dengan penerima

jasa kesehatan (pasien) berawal dari hubungan vertikal yang bertolak pada

hubungan paternalisme (father knows best). Hubungan vertikal tersebut adalah


(54)

hubungan antara dokter dan pasien tidak lagi sederajat. Hubungan ini melahirkan

aspek hukum inspaning verbintenis antara dua subyek hukum (dokter dan pasien),

hubungan hukum ini tidak menjanjikan suatu kesembuhan / kematian, karena

obyek dari hubungan hukum itu adalah berupaya secara maksimal yang dilakukan

secara hati-hati dan cermat sesuai dengan standar pelayanan medis berdasarkan

ilmu pengetahuan dan pengalamannya dalam menangani penyakit tersebut.

Tanpa disadari keadaan seperti diatas membawa perubahan pola pikir

sebelumnya hubungan layanan kesehatan yaitu hubungan vertikal menuju kearah

pola hubungan horizontal, termasuk konsekuensinya, dimana kedudukan antara

dokter dan pasien sama dan sederajat walau peranan dokter lebih penting daripada

pasien. Bila antara dua pihak telah disepakati untuk dilaksanakan langkah-langkah

yang berupaya secara optimal untuk melakukan tindakan medis tertentu tetapi

tidak tercapai karena dokter tidak cermat dalam prosedur yang ditempuh melalui

proses komunikasi (informed consent), maka salah satu pihak dapat melakukan

upaya hukum berupa tuntutan ganti rugi. Hal tersebut di legalkan oleh UU No 23

Tahun 1992 tentang Kesehatan sebagai salah satu upaya perlindungan hukum bagi

setiap orang atas suatu akibat yang timbul (fisik / non fisik) karena kesalahan /

kelalaian yang telah dilaksanakan oleh dokter.

Pada dasarnya dewasa ini perubahan pola hubungan antara dokter dan pasien

disebabkan tiga faktor dominan, yaitu :

15

15 He rm ie n Ha d ija ti Ko e swa d ji, Hukum Ke d o kte ra n (Stud i Te nta ng Hub ung a n Hukum Da la m ma na Do kte r Se b a g a i Sa la h Sa tu Piha k), C itra Ad itya Ba kti, Ba nd ung , 1998, ha l. 42.


(1)

d a p a t d im e ng e rti d a n d ip a ha m i o le h p iha k p a sie n se rta d ise sua ika n d e ng a n ting ka t ke m a m p ua n d a n p e ng e ta hua n p iha k p a sie n.

Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara dokter dengan pihak pasien terhadap tindakan medis yang akan dilakukan, maka pada prakteknya dokter telah menyadari sepenuhnya akan hak pasien untuk menentukan nasibnya sendiri (the right of self determination), dan bahwa dokter hanyalah sebagai fasilitator yang mengupayakan kesembuhan bagi diri si pasien itu sendiri. Untuk melindungi dokter dari risiko tuntutan hukum dikemudian hari kalau ternyata pilihan pasien merugikan dirinya sendiri maka kepada pihak pasien yang menolak dilakukan tindakan medis yang direncanakan atau akan dilakukan oleh dokter ini harus memberikan pernyataan secara tertulis dengan mengisi dan menandatangani formulir penolakan tindakan medis atau formulir pulang paksa.

B. SARAN

1. Walaupun secara garis besar formulir yang telah ada sudah memenuhi ketentuan secara yuridis, namun perlu adanya tambahan saudara kandung pada format status penandatangan serta keterangan bahwa ayah / ibu yang dimaksud adalah ayah / ibu kandung agar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain itu dalam formulir yang telah disediakan perlu disebutkan siapa saja yang berhak menjadi saksi. Adanya saksi yang salah satunya perawat atau paramedis lain dari Rumah Sakit sangat


(2)

diperlukan untuk memperkuat kesaksian dipengadilan apabila terjadi sengketa dengan pihak pasien.

2. Dalam pelaksanaan persetujuan medis yang diteliti, terdapat kesenjangan antara informasi mengenai tindakan medis yang akan dilakukan yang diberikan oleh dokter dengan pengertian yang didapat oleh pihak pasien. Hal ini dikarenakan pihak pasien merupakan masyarakat umum yang memiliki tingkat kemampuan dan pengetahuan yang berragam. Karena itu dokter seharusnya pandai dalam memberikan informasi mengenai penyakit maupun tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien dengan bahasa yang mudah dipahami. Informasi ini haruslah informasi yang cukup, mencakup keuntungan maupun kerugian dari tindakan medis tersebut, baik jika diminta oleh pihak pasien mupun jika tidak diminta. Dokter juga harus mengkonfirmasi atau meyakinkan bahwa pasien atau keluarganya benar-benar sudah memahami informasi yang disampaikan, sehingga dengan demikian kesenjangan tingkat pemahaman dokter dengan pihak pasien bisa lebih berkurang.

Disamping itu, agar formulir informed consent yang telah diisi tersebut memiliki kekuatan hukum yang cukup, maka seharusnya lebih diperhatikan adanya saksi pendamping dari pihak perawat / paramedis lain, mengingat pentingnya keberadaan saksi yang berstatus perawat / paramedis ini apabila timbul sengketa medis.

Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara dokter dengan pihak pasien mengenai tindakan medis yang akan dilakukan, secara umum dokter telah


(3)

berusaha menghormati hak-hak asasi pasien. Namun dokter sebagai pihak yang berusaha dengan segala daya untuk mengupayakan kesembuhan pasien, sebaiknya lebih melakukan pendekatan secara interpersonal agar tindakan medis yang disarankannya dapat terlaksana sehingga kesembuhan pasien dapat dicapai secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ab d ul Ka d ir Muha m m a d , Hukum Pe rika ta n, Alum ni Ba nd ung , 1982.

Am ril Am ri, Bung a Ra mp a i Hukum Ke se ha ta n, Wid ya Me d ika , Ja ka rta , 1997.


(4)

Anny Isfa nd ya rie , Ta ng g ung Ja wa b Hukum d a n Sa nksi Ba g i Do kte r, Pre sta si Pusta ka , Ja ka rta , 2006.

C hrisd io no M. Ac ha d ia t, Pe rnik-Pe rnik Hukum Ke se ha ta n Me lind ung i Pa sie n d a n Do kte r, Wid ya Me d ika , Ja ka rta , 1996.

Da nny Wira d ha rm a , Pe nuntun Kulia h Hukum Ke d o kte ra n, Bina rup a Aksa ra , Ja ka rta , 1996.

G uw a nd i, J., Tind a ka n Me d is d a n Ta ng g ung ja w a b Pro d uk Me d is, Pe ne rb it Fa kulta s Ke d o kte ra n Unive rsita s Ind o ne sia , Ja ka rta , 1993.

, 208 Ta nya Ja wa b Pe rse tujua n Tind a ka n Me d is (Info rme d C o nse nt), Pe ne rb it Fa kulta s Ke d o kte ra n Unive rsita s Ind o ne sia , 1994. , Do kte r, Pa sie n, d a n Hukum, Pe ne rb it Fa kulta s Ke d o kte ra n

Unive rsita s Ind o ne sia , Ja ka rta , 2003.

, Info rme d C o nse nt d a n Info rme d Re fusa l, Pe ne rb it Fa kulta s Ke d o kte ra n UI, 2003.

,Info rme d C o nse nt, Pe ne rb it Fa kulta s Ke d o kte ra n Unive rsita s Ind o ne sia , Ja ka rta , 2004.

He nd ro jo no So e w o no , Ba ta s Pe rta ng g ung ja wa b a n Hukum Ma lp ra kte k Do kte r Da la m Tra nsa ksi Te ra p e utik, Srika nd i, 2007.

He rm ie n Ha d ija ti Ko e sw a d ji, Hukum d a n Ma sa la h Me d ik, Airla ng g a Unive rsity Pre ss, 1984.

, Hukum Ke d o kte ra n (Stud i Te nta ng Hub ung a n Hukum Da la m ma na Do kte r Se b a g a i Sa la h Sa tu Piha k), C itra Ad itya Ba kti, Ba nd ung , 1998.

Ma ria m Da rus Ba d rulza m a n, Pe rja njia n Kre d it Ba nk, Alum ni, Ba nd ung , 1993.

Q iro m Sya msud in Me lia la , A., Po ko k-Po ko k Hukum Pe rja njia n Be se rta Pe rke mb a ng a nnya , Lib e rty, Yo g ya ka rta , 1985.


(5)

Purw a hid Pa trik, Da sa r-Da sa r Hukum Pe rika ta n, Ma nd a r Ma ju, Ba nd ung , 1994.

Ra tna Sup ra p ti Sa m il, Etika Ke d o kte ra n Ind o ne sia, Ya ya sa n Bina Pusta ka Sa rw o no Pra w iro d iha rd jo , Ja ka rta , 2001.

Ro nny Ha nitijo So e m itro , Me to d e Pe ne litia n Hukum, G ha lia Ind o ne sia , Ja ka rta , 1982.

Sa trio , J., Hukum Pe rja njia n, PT C itra Ad itya Ba kti, Ba nd ung , 1996. So e rjo no So e ka nto , Pe ng a nta r Pe ne litia n Hukum, UI Pre ss, Ja ka rta , 1986. , Se g i Hukum Ha k d a n Ke wa jib a n Pa sie n Da la m

Ke ra ng ka Hukum Ke se ha ta n, Ma nd a r Ma ju, Ba nd ung , 1990.

So e rjo no So e ka nto , He rkuta nto , Pe ng a nta r Hukum Ke se ha ta n, Re m a d ja Ka rya , Ba nd ung , 1987.

So fw a n Da hla n, Hukum Ke se ha ta n Ra mb u-Ra mb u Ba g i Pro fe si Do kte r, Ba d a n Pe ne rb it Unive rsita s Dip o ne g o ro , Se m a ra ng , 1999.

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung, 2006.

Suryo d ining ra t R.M. , Aza s-Aza s Hukum Pe rika ta n, Ta rsito , Ba nd ung , 1985. Ve ro nic a Ko m a la w a ti, Pe ra na n Info rme d C o nse nt Da la m Tra nsa ksi

Te ra p e utik, Pe rse tujua n Da la m Hub ung a n Do kte r d a n Pa sie n, Pe ne rb it C itra Ad itya Ba kti, Ba nd ung , 1999.

DA FTA R UNDA NG - UNDA NG

Ke p utusa n Me nte ri Ke se ha ta n RI No m o r 434 / Me n.Ke s / X / 1983 te nta ng Be rla kunya Ko d e Etik Ke d o kte ra n Ind o ne sia Ba g i Pa ra Do kte r d i Ind o ne sia .

Pe ra tura n Me nte ri Ke se ha ta n RI No m o r 585/ Me n.Ke s/ Pe r/ IX/ 1989 te nta ng Pe rse tujua n Tind a ka n Me d ik.


(6)

R. Sub e kti- R. Tjitro sud ib yo , Kita b Und a ng -Und a ng Hukum Pe rd a ta , PT. Pra d nya Pa ra m ita , Ja ka rta , 1985.

Und a ng -Und a ng Re p ub lik Ind o ne sia No m o r 29 Ta hun 2004 Te nta ng Pra ktik Ke d o kte ra n.

INTERNET :

http :/ / w w w .le tto link.c o m