Konsep Larutan Asam, Basa, dan Garam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
F. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kurikulum 2006/2007 (KTSP ) konsep larutan asam, basa, dan garam sebagai salah satu topik yang paling sulit untuk diajarkan. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa siswa sekolah mengalami kesulitan pada konsep larutan asam, basa, dan garam baik dalam memahami konsep maupun menyelesaikan soal-soal.
Kompetensi tersebut bisa tercapai dengan suatu pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang bisa diterapkan dalam pembelajaran ini adalah pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry model Silver.
Pembelajaran ini dimulai dengan memberikan situasi yang berkaitan dengan dunia nyata atau permasalahan yang menimbulkan keingintahuan siswa, dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, siswa melakukan pengamatan secara individu (jika belajar klasikal), atau kelompok (jika belajar dalam grup), terhadap permasalahan yang diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan, siswa dituntut mengajukan permasalahan atau pertanyaan dari masalah yang ada dan berbagi dengan temannya, selanjutnya siswa dapat memberikan jawaban sementara dari permasalahan-permasalahan yang diajukan oleh guru atau siswa. Siswa saling berdiskusi dan mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban dan menguji jawaban yang benar. Dalam kegiatan ini siswa diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan dengan berbagai cara. Setelah menyelesaikan suatu masalah, siswa Pembelajaran ini dimulai dengan memberikan situasi yang berkaitan dengan dunia nyata atau permasalahan yang menimbulkan keingintahuan siswa, dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, siswa melakukan pengamatan secara individu (jika belajar klasikal), atau kelompok (jika belajar dalam grup), terhadap permasalahan yang diberikan. Berdasarkan hasil pengamatan, siswa dituntut mengajukan permasalahan atau pertanyaan dari masalah yang ada dan berbagi dengan temannya, selanjutnya siswa dapat memberikan jawaban sementara dari permasalahan-permasalahan yang diajukan oleh guru atau siswa. Siswa saling berdiskusi dan mengidentifikasi beberapa kemungkinan jawaban dan menguji jawaban yang benar. Dalam kegiatan ini siswa diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan dengan berbagai cara. Setelah menyelesaikan suatu masalah, siswa
SK/KD Proses pembelajaran larutan asam, basa, dan garam
Tahap Pembelajaran Implementasi Inquiry Model Silver
Pemberian masalah dan Siswa diminta membuat soal mengenai pembuatan soal
larutan asam, basa, dan garam dilihat dari sifat-sifat, pengelompokan, dan konsep asam, basa, dan garam
Penyelesaian masalah Siswa berdiskusi dan menyelesaikan masalah
Pengujian jawaban Siswa menguji jawaban yang telah dibuat
Test keterampilan berpikir kritis
Analisis data Pembahasan data Kesimpulan
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
G. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kelas. Tujuan diadakan penelitian kelas adalah untuk mendapatkan solusi dari permasalahan spesifik di kelas dan mengujicobakan hal-hal baru dalam proses pembelajaran (Hopkins, 1993).
Penelitian dimulai dengan penyusunan instrumen-instrumen penelitian, sedangkan pelaksanaan penelitian berupa kegiatan pembelajaran yang mengimplementasikan pembelajaran inquiry model Silver dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep larutan asam, basa, dan garam di kelas VII SMP Al-Amanah Cileunyi. Jika proses belajar mengajar selesai, maka diadakan refleksi dengan guru mata pelajaran guna mengevaluasi hal yang terkait dengan pelaksanaan proses belajar mengajar sehingga diharapkan terjadi perbaikan tindakan (replaning).
H. Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang diteliti adalah siswa kelas VII C SMP Al-Amanah Cileunyi yang berjumlah 30 orang, adapaun kelas VII C terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan. Pilihan kelas ini atas rekomendasi dari guru mata pelajaran kimia yang menganggap karakteristik siswa yang lebih kondusif untuk diteliti dibandingkan kelas lainnya.
Siswa yang berjumlah 30 orang ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok prestasi. Pengelompokan kelompok prestasi siswa ini berdasarkan pada nilai hasil Siswa yang berjumlah 30 orang ini dikelompokkan menjadi tiga kelompok prestasi. Pengelompokan kelompok prestasi siswa ini berdasarkan pada nilai hasil
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dapat digambarkan seperti alur di bawah ini:
Studi Pendahuluan
Studi literatur tentang model pembelajaran Inquiry model Silver
Analisis SK dan KD konsep larutan asam, basa, dan garam
Survey ke sekolah, siswa dan fasilitas pembelajaran fisika
Penentuan Materi
Pembuatan Instrumen
Validasi Instrumen
Uji coba instrument
Pembelajaran dengan menggunakan
Test penguasaan
inquiry model Silver
LKS (Inquiry Silver)
Angket
Pengumpulan dan Pengolahan Data
Analisis Data Penelitian
Pembahasan Data Penelitian
Kesimpulan
Gambar 3.2 Prosedur Penelitian
J. Instrumen Penelitian
a. Deskripsi Pembelajaran
Deskripsi pembelajaran yang dibuat adalah deskripsi pembelajaran yang berdasarkan pada tahap-tahap pembelajaran inquiry model Silver yang memuat konsep yang akan diajarkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis. Tahap-tahap pembelajaran inquiry model Silver yang digunakan meliputi : (1) pemberian masalah dan pembuatan soal; (2) penyelesaian masalah; (3) pengujian jawaban. Kemudian dekripsi pembelajaran memuat tentang kegiatan pembelajaran guru dan siswa, alat ukur pembelajaran, dan alokasi waktu. Deskripsi pembelajaran dibuat sebanyak satu buah untuk satu kali pertemuan. Deskripsi pembelajaran ini dimaksudkan untuk mengarahkan proses pembelajaran agar berjalan sistematik dan sesuai dengan tahapan pembelajaran inquiry model Silver yang terlampir dalam lampiran A.
b. Pedoman Observasi
Pedoman observasi ini terdiri dari pedoman observasi aktivitas guru dan pedoman observasi aktivitas siswa. Pedoman observasi aktivitas siswa terdiri dari tahap-tahap pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran inquiry model Silver, uraian observasi (kegiatan siswa), penilaian, dan keterangan.
Data observasi diperoleh dari penilaian aktivitas guru dan siswa sesuai pedoman observasi. Pedoman observasi ini diberikan pada observer di luar peneliti dengan mengisi item-item setiap pengamatan pada proses pembelajaran untuk melihat setiap tahapan yang terlaksana.
c. Lembar Kerja Siswa
Lembar kerja siswa dalam penelitian mengacu pada tahapan-tahapan pembelajaran inquiry model Silver dan dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis.
Lembar kerja ini merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division), digunakan untuk latihan dalam kegiatan kelompok yang terdiri dari enam siswa dalam satu kelompok. Dengan adanya LKS di harapkan siswa dapat saling bekerjasama dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah.
d. Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Tes evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian indikator-indikator pembelajaran setelah penerapan pembelajaran inquiry model Silver pada konsep larutan asam, basa, dan garam. Hasil tes juga berfungsi untuk menunjukan penguasaan konsep siswa dan ketercapaian tujuan pengembangan keterampilan berpikir kritis. Tes evaluasi yang akan digunakan dalam penelitian berbentuk soal uraian sebanyak lima buah. Sebelumnya soal-soal tersebut telah diujicobakan kepada 10 responden untuk dianalisis. Tes evaluasi tersebut terlampir pada lampiran A.
e. Angket
Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui (Arikunto,2010:194)
f. Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen dilakukan untuk melihat apakah alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid/sah, sehingga instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yangh seharusnya diukur. Uji validitas isi dilakukan melalui validasi oleh dosen dan guru ahli bidang ilmu kimia untuk melihat kesesuaian standar isi materi yang ada dalam instrumen tersebut.
Setelah pengujian dari dosen dan guru pendidikan kimia, maka soal diujicobakan kepada 10 responden untuk dilihat validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitasnya. Interpretasi terhadap tabel r nilai untuk validitas dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Interpretasi Nilai r xy
Koefisien Korelasi
Interpretasi
0,80 < r xy ≤ 1,00
Sangat Tinggi
0,60 < r xy ≤ 0,80
Tinggi
0,40 < r xy ≤ 0,60
Sedang
0,20 < r xy ≤ 0,40
Rendah
0,00 < r xy ≤ 0,20
Sangat Rendah r xy ≤ 0,00 Tidak valid
(Arikunto, 2006) (Arikunto, 2006)
Uji daya pembeda soal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tiap butir soal mampu membedakan (kemampuan) antara siswa kelompok atas dengan siswa kelompok bawah yang dihitung menggunakan bantuan aplikasi microsoft excel 2007. Kriteria daya pembeda buir soal yang digunakan seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Kategori Daya Pembeda Butir Soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi
DP = 0,00
Sangat Jelek
O,40 < DP ≤ 0,70
Baik
O,70 < DP ≤ 1,00
Sangat Baik
(Arikunto, 2006) Soal yang memiliki daya pembeda cukup, baik, dan sangat baik akan diambil sebagai instrumen penelitian.
h. Tingkat Kesukaran
Uji tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah, dihitung menggunakan bantuan aplikasi microsoft excel 2007. Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kategori Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran
Interpretasi
TK = 0,00
Terlalu sukar
O,70 < TK ≤ 1,00
Mudah
P = 1,00
Terlalu mudah
(Arikunto, 2006)
i. Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas tes bertujuan untuk menguji tingkat keajegan soal yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen ini dapat menggunakan bantuan aplikasi microsoft excel 2007.
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai r 11
Indeks reliabilitas
Interpretasi
0,80 < r 11 ≤ 1,00
Sangat Tinggi
Sangat rendah
(Arikunto, 2006)
Uji coba instrumen dilakukan terhadap 10 orang responden. Soal yang diujicobakan sebanyak lima soal. Kelima soal yang diujicobakan menunjukan hasil yang positif seluruhnya karena tidak ada soal yang perlu diganti atau direvisi. Berikut ini disajikan hasil interpretasi dari uji coba instrumen yang dapat dilihat dari tabel 3.5.
Tabel 3.5 Hasil Uji Coba Soal
Tingkat Validitas
Daya Pembeda
No. Kesukaran Kesimpulan Soal
Ket. Korelasi
Sukar Diterima
Sangat
Sangat
0,859 Sukar Diterima
Baik Sangat
0,30 Sedang Diterima
Baik Sangat
0,573 Sedang Diterima
0,843 Sukar Diterima
Tinggi
Baik
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada saat penelitian dilakukan dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang No.
Sumber
Teknik Pengumpulan
Jenis Data
Digunakan Guru
Data
Data
Kinerja guru dan Observaasi pada saat Format observasi
1 dan siswa
guru dan siswa siswa
selama pembelajaran
pembelajaran Siswa
Hasil setiap tahapan Pengisian LKS pada LKS pembelajaran inquiry tahap-tahap model Silver
pembelajaran inquiry model Silver, meliputi
dan pembuatan soal; (2) penyelesaian masalah; (3) pengujian jawaban
Siswa Hasil belajar siswa Pemberian tes Soal uraian setelah
melakukan evaluasi
berbasis
3 pembelajaran inquiry keterampilan berpikir model Silver
kritis setelah selesai pembelajaran
G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Teknik pengolahan data disesuaikan dengan instrumen yang digunakan dan jenis data yang diperoleh. Jenis data yang diperoleh berupa data kuantitatif secara Teknik pengolahan data disesuaikan dengan instrumen yang digunakan dan jenis data yang diperoleh. Jenis data yang diperoleh berupa data kuantitatif secara
1. Lembar Obsevasi
Lembar observasi guru dan siswa yang diisi oleh observer selanjutnya diolah untuk menganalisis kinerja guru dan siswa pada proses pembelajaran yang sebenarnya berlangsung di lapangan.
Pengolahan data hasil observasi diperoleh dari data observasi aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan inquiry model Silver. Hasil observasi aktivitas guru dan siswa dinilai berdasarkan kriteria penilaian dengan ketentuan nilai 4 (sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), 1 (kurang). Kemudian analisis data hasil observasinya dihitung dengan persamaan :
Persentase =
x 100%
Kemudian persentase hasil observasi direpresentasikan ke dalam diagram sederhana. Adapun interpretasi keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa terlihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Interpretasi Keterlaksanaan Persentase (%)
Kategori
Sangat kurang
Sangat baik
(Arikunto, 2006)
2. Lembar Kerja Siswa
a. Memberikan skor mentah untuk setiap jawaban siswa berdasarkan standar penilaian yang telah tercantum pada rubrik penilaian LKS.
b. Mengubah skor mentah ke dalam bentuk nilai (persentase) berdasarkan rumus sebagai berikut (Purwanto, 2006) :
NP =
x 100%
Keterangan : NP : Nilai persen yang diharapkan R : Skor mentah, yaitu jumlah skor yang diperoleh siswa SMI : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
c. Menentukan nilai rata-rata dari setiap kelompok
d. Menentukan tingkat penguasaan konsep setiap kelompok berdasarkan kriteria yang dapat dilihat pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Skala Kategori Kemampuan Siswa Nilai
Kategori Kemampuan
Sangat Baik
0 – 49 Sangat Kurang
(Syah, 2008)
3. Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Data tes dalam penelitian ini berupa skor yang diperoleh dari tes keterampilan berpikir kritis. Data tersebut kemudian dianalisis dengan langkah- langkah sebagai berikut :
a. Memberi skor mentah pada setiap soal yang dijawab siswa yang selanjutnya dicocokkan dengan kunci jawaban yang telah disiapkan siswa dan mengacu pada rubrik penilaian tes evaluasi.
b. Menjumlahkan skor yang diperoleh siswa kemudian mengolah skor tersebut menjadi nilai dengan skala 100.
c. Menafsirkan nilai yang diperoleh siswa Data-data yang diperoleh selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Pada penelitian kualitatif, analisis dilakukan dengan mendeskripsikan data yang diperoleh, sedangkan pada penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik deskriptif.
Data hasil penelitian selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan (selengkapnya dapat dilihat di bab empat). Penyajian data menggunakan tabel dan diagram yang berfungsi mempermudah proses pembacaan data. Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data-data yang disajikan. Setelah pembahasan hasil penelitian, maka selanjutnya dapat ditarik kesimpulan. Kesimpulan dapat berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul.
4. Angket
Angket yang telah dikumpulkan diolah dengan tiga tahapan, yaitu memberikan skor pada setiap angket yang diberikan oleh siswa, mempresentasikan hasil angket mengguanakan aplikasi microsoft excel 2007, dan mendeskripsikan data yang diperoleh.
Data kualitatif dan kuantitatif yang terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan. Pada penelitian kualitatif, analisis dilakukan mendeskripsikan data yang diperoleh, sedangkan pada penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik deskriptif.
Data hasil penelitian disajikan dan diberikan pembahasan (selengkapnya dapat dilihat di bab empat). Penyajian data menggunakan tabel dan diagram yang berfungsi mempermudah proses pembacaan data. Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interpretasi terhadap data- data yang disajikan. Selanjutnya dapat ditarik kesimpulan.
BAB IV ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Hasil Penelitian
Analisis data hasil penelitian dilakukan dengan mengacu pada rumusan masalah yang telah dijelaskan pada BAB I, yaitu : (1) bagaimana penerapan pembelajaran inquiry model Silver pada pembelajaran konsep larutan asam, basa, dan garam untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa di SMP Al- Amanah? (2) bagaimana kemampuan siswa dalam menyelesaikan LKS pada setiap tahap pembelajaran inquiry model Silver di SMP Al-Amanah? (3) bagaimana keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep larutan asam, basa, dan garam dengan menggunakan pembelajaran inquiry model Silver di SMP Al- Amanah? (4) bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan pembelajaran inquiry model Silver dalam megembangkan keterampilan berpikir kritis pada konsep larutan asam, basa, dan garam di SMP Al-Amanah?
Data hasil penelitian ini diperoleh dari LKS, lembar observasi, tes evaluasi, dan angket respon siswa. Berikut deskripsi proses pembelajaran inquiry model Silver pada konsep larutan asam, basa, dan garam untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siwa.
1. Deskripsi Aktivitas Siswa pada Penerapan Pembelajaran Inquiry Model Silver pada Konsep Larutan Asam, Basa, dan Garam
Penerapan pembelajaran inquiry model Silver terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu: tahap pemberian masalah dan pembuatan soal, tahap penyelesaian masalah, serta tahap pengujian jawaban.
a) Pemberian Masalah dan Pembuatan Soal Pada tahap ini terlebih dahulu guru menugaskan siswa untuk membuat kelompok yang terdiri dari 6 atau 7 orang. Setelah itu guru memberikan masalah mengenai konsep larutan asam, basa, dan garam yang biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bahan ajar yang digunakan berupa praktikum mengenai uji larutan asam, basa, dan garam dalam kehidupan sehari-hari. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah larutan jeruk, larutan cuka, larutan sabun mandi, larutan deterjen, dan larutan garam dapur. Sedangkan indikator yang digunakan adalah indikator lakmus merah dan lakmus biru.
Tujuan dilakukannya praktikum tersebut adalah agar siswa mampu mengelompokkan larutan asam, basa, atau garam berdasarkan perubahan yang terjadi pada kertas lakmus merah dan biru. Hasil dari pengamatannya dicantumkan ke dalam tabel yang telah disediakan pada lembar kerja siswa (LKS). Tahap ini dilakukan pada pertemuan pertama selama 2 jam pelajaran.
Setelah pemberian masalah selesai, selajutnya guru membimbing siswa untuk membuat soal mengenai larutan asam, basa, dan garam mengacu pada bahan ajar yang telah diberikan.
Gambar 4.1 Siswa Melakukan Praktikum Uji Larutan Asam Basa
b) Penyelesaian Masalah Setelah selesai membuat soal, siswa menukarkan soal yang telah dibuat oleh kelompoknya untuk dijawab oleh kelompok lain. Setelah itu masing-masing kelompok menjawab semua soal yang telah mereka dapatkan dari kelompok lain dengan cara berdiskusi. Sedangkan guru hanya mengarahkan siswa untuk saling menukarkan soal yang telah dibuat oleh masing-masing kelompok.
Pada tahap ini, siswa dituntut untuk menyelesaikan semua soal yang diperoleh dari kelompok lain yang kemudian akan diuji ketepatan jawabannya pada tahap selanjutnya.
Gambar 4.2 Siswa Melakukan Diskusi pada Tahap Penyelesaian
Masalah
c) Pengujian Masalah Pada tahap ini siswa memberikan hasil jawabannya kepada kelompok yang telah membuat soal yang telah dijawab untuk diuji ketepatan jawabannya. Masing-masing kelompok memeriksa dan menilai hasil jawaban yang telah dibuat oleh kelompok lain dengan bimbingan dari guru.
Secara keseluruhan, aktivitas guru pada setiap tahap pembelajaran yang dilakukan oleh observer selama pembelajaran berlangsung dengan baik. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh data bahwa pembelajaran inquiry model Silver pada konsep larutan asam, basa, dan garam dapat tercapai dengan baik, hal Secara keseluruhan, aktivitas guru pada setiap tahap pembelajaran yang dilakukan oleh observer selama pembelajaran berlangsung dengan baik. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh data bahwa pembelajaran inquiry model Silver pada konsep larutan asam, basa, dan garam dapat tercapai dengan baik, hal
Gambar 4.3 Guru Membimbing Siswa pada Tahap Pengujian Jawaban
Sedangkan aktivitas siswa berdasarkan data hasil penelitian penerapan pembelajaran ini berlangsung dengan baik dan lancar, hal ini dapat dilihat dari nilai keterlaksanaan tahap dan langkah-langkah pembelajaran yang mencapai 100%. Hal ini ditunjukkan dengan respon dan minat siswa dalam proses pembelajaran pada konsep yang dipelajari. Selain itu juga siswa mampu mengembangkan pengetahuannya dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Analisis Kemampuan Siswa Menyelesaikan LKS pada Setiap Tahap Pembelajaran Inquiry Model Silver
Hasil belajar siswa pada setiap tahap pembelajaran ini dapat dianalisis berdasarkan perolehan nilai LKS yang diberikan dalam setiap tahap. Analisis hasil belajar siswa pada setiap tahapan pembelajaran dilakukan untuk setiap kelompok belajar (telampir pada lampiran). Untuk mengetahui lebih jelas analisis hasil belajar siswa dalam setiap tahap pembelajaran berdasarkan kelompok belajar disajikan dalam Table 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1 Nilai Rata-Rata Setiap Tahapan Pembelajaran Inquiry Model Silver Berdasarkan Kelompok Siwa
Perolehan Skor
Kelompok Rata-
Pemberian masalah Penyelesaian Pengujian
Siswa rata dan pembuatan soal
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, kelompok belajar yang memperoleh nilai rata- rata LKS paling tinggi adalah kelompok empat dengan perolehan nilai 93. Sedangkan untuk kelompok yang memperoleh nilai paling rendah adalah Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, kelompok belajar yang memperoleh nilai rata- rata LKS paling tinggi adalah kelompok empat dengan perolehan nilai 93. Sedangkan untuk kelompok yang memperoleh nilai paling rendah adalah
Dari Table 4.1 diatas perolehan nilai rata-rata pada setiap tahap inquiry model Silver berdasarkan kelompok siswa dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram sebagai berikut:
p embe rian masalah d an
60 p embu atan masalah
p enyelesaian masalah
p engujian jaw aban
Gambar 4.4 Diagram Nilai Kelompok Belajar pada Setiap Tahap Inquiry Model Silver
Tahap pembelajaran yang merupakan tahap terbaik bagi siswa adalah tahap penyelesaian masalah. Hal itu dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata LKS pada tahap tersebut yang lebih besar daripada LKS yang lain, yaitu mencapai 100. Sedangkan tahap yang memperoleh nilai paling rendah adalah tahap pengujian jawaban, yaitu hanya mencapai 70.
Dari Tabel 4.1 di atas perolehan nilai rata-rata pada setiap tahap berdasarkan kelompok belajar dapat digambarkan ke dalam bentuk diagram sebagai berikut:
Gambar 4.5 Diagram Nilai Rata-rata Setiap Tahap Inquiry Model Silver Berdasarkan Kelompok Siswa
Berikut adalah analisis hasil belajar siswa secara terperinci dalam setiap tahap :
a. Pemberian masalah dan pembuatan soal Pada tahap ini dituntut untuk dapat membuat soal mengenai konsep larutan asam, basa, dan garam berdasarkan data yang telah didapat dari hasil pengamatan pada praktikum. Contohnya soal mengenai perbedaan sifat larutan asam, basa, dan garam berdasarkan perubahan warna pada kertas lakmus.
Analisis hasil belajar siswa pada tahap ini dilakukan berdasarkan nilai rata- rata kelompok siswa. Perolehan nilai rata-rata siswa berdasarkan kelompok belajar pada tahap ini disajikan pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Nilai pada tahap pemberian masalah dan pembuatan soal berdasarkan kelompok siswa
Kelompok
Nilai
Kategori belajar
(pemberian masalah dan pembuatan soal)
1 80 Sangat baik
2 85 Sangat baik
3 90 Sangat baik
4 90 Sangat baik
5 95 Sangat baik Rata-rata
88 Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.2 diperoleh nilai rata-rata pada tahap pemberian masalah dan pembuatan soal adalah 88 dengan kategori sangat baik. Nilai tertinggi diperoleh kelompok 5 dengan nilai 95 dengan kategori sangat baik dan nilai terendah diperoleh kelompok 1 dengan nilai 80 dengan kategori sangat baik.
Nilai pada tahap pemberian masalah dan pembuatan soal dapat digambarkan melalui bentuk diagram sebagai berikut:
Gambar 4.6 Diagram Nilai LKS pada Tahap Pemberian Masalah dan Pembuatan Soal Berdasarkan Kelompok Siswa
b. Penyelesaian Masalah Berdasarkan hasil analisis tahap penyelesaian masalah, didapatkan data bahwa nilai rata-rata tertinggi diperoleh kelompok 4 denggan nilai 100 dengan kategori sangat baik dan nilai terendah diperoleh kelompok 1, 2, 3, dan 5 dengan nilai 80 dengan kategori sangat baik. Dari nilai-nilai tersebut dapat dirata-ratakan menjadi 84 dengan kategori sangat baik. Untuk lebih jelas data tersebut dapat di lihat pada Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 Nilai pada tahap penyelesaian masalah berdasarkan kelompok siswa
Kelompok
Nilai
Kategori belajar
(penyelesaian masalah)
1 80 Sangat baik
2 80 Sangat baik
3 80 Sangat baik
4 90 Sangat baik
5 80 Sangat baik Rata-rata
84 Sangat baik
Untuk lebih jelas, data tabel di atas disajikan dalam bentuk gambar secara visual. Berikut visualisasi dari Tabel 4.3 di atas:
Gambar 4.7 Diagram Nilai Tahap Penyelesaian Masalah Berdasarkan Kelompok Siswa Gambar 4.7 Diagram Nilai Tahap Penyelesaian Masalah Berdasarkan Kelompok Siswa
Analisis hasil belajar siswa dilakukan berdasarkan perolehan nilai rata-rata kelompok siswa. Perolehan nilai pada tahap pengujian jawaban berdasarkan kelompok belajar disajikan dalam Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Nilai LKS pada Tahap Pengujian Jawaban Berdasarkan Kelompok
Kategori belajar
(pengujian jawaban)
1 70 Baik
2 70 Baik
3 80 Sangat baik
4 90 Sangat baik
5 80 Sangat baik Rata-rata
78 Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.4 diperoleh nilai rata-rata pada tahap pengujian jawaban adalah 78 dengan kategori baik. Nilai tertinggi diperoleh kelompok 4 dan
5 dengan nilai 90 dengan kategori sangat baik dan nilai terendah diperoleh kelompok 1 dan 2 dengan nilai 70 dengan kategori baik.
Nilai pada tahap pengujian jawaban dapat digambarkan melalui bentuk diagram sebagai berikut:
Gambar 4.8 Diagram Nilai LKS Tahap Pengujian Jawaban Berdasarkan Kelompok Siswa
3. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dengan Penerapan Pembelajaran Inquiry Model Silver pada Konsep Larutan Asam, Basa, dan Garam
Setelah semua tahap inquiry model Silver diselesaikan, siswa diberi tes keterampilan berpikir kritis berupa soal essay untuk mengukur kemampuan kognitif siswa. Analisis tes tersebut diolah berdasarkan kelompok prestasi karena penilaian dilakukan secara individu. Soal yang diberikan pada tahap tes evaluasi sebanyak 5 butir dengan 5 indikator keterampilan berpikir kritis. Indikator tes evaluasi tertuang dalam Tabel 4.7 berikut:
Tabel 4.5 Indikator Tes Evaluasi Berbasis Keterampilan Berpikir Kritis
N No
Indikator
o soal
1 Mempertimbangkan definisi 1
2 Menganalisis argument 2
3 Mengidentifikasi istilah 3
Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil 4
4 observasi.
5 Mengidentifikasi asumsi 5
Gambar 4.9 Siswa Mengerjakan Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis
Analisis data hasil tes evaluasi menghasilkan kesimpulan pencapaian hasil belajar siswa setiap indikator. Pencapaian hasil belajar siswa setiap indikator untuk kelompok tinggi, sedang, dan rendah ditunjukkan pada Tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.6 Nilai Rata-rata Tes Evaluasi Setiap Indikator untuk Masing- masing Kelompok Prestasi
Rata Kategor k prestasi
Kelompo
Indikator
1 2 3 4 5 -rata i
Sangat Tinggi
64 88 69 91 76 79 Baik Sangat
Sangat Rata-rata
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, dapat dilihat bahwa indikator yang mendapatkan nilai rata-rata tertinggi adalah indikator 4 dengan nilai 94,67. Nilai tertinggi pada indikator tersebut didapatkan oleh kelompok prestasi tinggi dengan nilai 100 dan nilai terendahnya didapatkan oleh kelompok prestasi sedang yaitu dengan nilai 91. Indikator tersebut adalah menghitung mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. Sedangkan indikator yang mendapatkan nilai terendah adalah indikator 1 dengan nilai rata-rata hanya mencapai 68 dengan nilai tertingginya hanya mencapai 80 yang didapatkan oleh kelompok prestasi tinggi dan nilai terendah pada indikator tersebut didapatkan oleh kelompok prestasi rendah yaitu hanya mencapai 60. Indikator 1 tersebut adalah mempertimbangkan definisi.
Tabel 4.8 di atas juga menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi didapatkan oleh kelompok pretasi tinggi dengan perolehan nilai 86 dengan kategori sangat baik, sedangkan nilai terendah didapatkan oleh kelompok prestasi sedang yaitu 79 dengan kategori baik. Secara keseluruhan setiap kelompok prestasi memberikan nilai rata-rata evaluasi dengan kategori baik, yaitu 82,47. Data dari Tabel 4.8 di atas dapat digambarkan melalui bentuk diagram sebagai berikut:
Gambar 4.10 Diagram Nilai Setiap Indikator untuk Masing-masing Kelompok Prestasi
Secara keseluruhan, nilai rata-rata hasil evaluasi untuk setiap kelompok pretasi dapat digambarkan ke dalam grafik berikut:
Gambar 4.11 Diagram Nilai Rata-rata Hasil Tes Evaluasi untuk Setiap
Kelompok Prestasi
4. Analisis Tanggapan Siswa Berdasarkan Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran inquiry model Silver pada konsep larutan asam, basa, dan garam. Analisis tanggapan siswa terhadap pembelajaran dilakukan berdasarkan angket yang telah disebarkan kepada 31 orang siswa, dapat dilihat pada Tabel 4.16 persentase nilai angket pada tiap indikator berikut ini:
Tabel 4.7 Penilaian Siswa Tentang Pembelajaran Inquiry Model Silver pada Konsep Larutan Asam, Basa, dan Garam
Persentase No
Pernyataan
Ya
Biasa-biasa saja Tidak
1 Saya senang belajar kimia
12,90 6,45 Mata pelajaran kimia merupakan
29,03 64,52 mata pelajaran yang sulit
3 Konsep larutan asam, basa, dan
9,68 6,45 lebih memudahkan dalam
memahami pelajaran Dengan menggunakan pembelajaran inquiri model Silver
5 lebih mudah mempelajari konsep
6,45 6,45 kimia khususnya konsep larutan asam, basa, dan garam Tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut dengan menggunakan
6,45 9,68 strategi pembelajaran inquiri model
Silver Rata-rata keseluruhan
Berdasarkan Tabel 4.11, dapat disimpulkan bahwa sebesar 31 siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan inquiry model Silver.
5. Pembahasan
Pada tahap pemberian masalah dan pembuatan soal, siswa mendapat nilai yang paling tinggi dengan nilai rata-rata mencapai 88 yang diinterpretasikan sangat baik. Salah satu penyebab tingginya nilai siswa pada tahap ini dikarenakan indikator yang digunakan cukup mudah. Pada tahap ini siswa hanya dituntut untuk membuat soal mengenai konsep larutan asam, basa, dan garam yang mengacu pada bahan ajar yang telah disampaikan oleh guru. Nilai tertinggi pada tahap ini Pada tahap pemberian masalah dan pembuatan soal, siswa mendapat nilai yang paling tinggi dengan nilai rata-rata mencapai 88 yang diinterpretasikan sangat baik. Salah satu penyebab tingginya nilai siswa pada tahap ini dikarenakan indikator yang digunakan cukup mudah. Pada tahap ini siswa hanya dituntut untuk membuat soal mengenai konsep larutan asam, basa, dan garam yang mengacu pada bahan ajar yang telah disampaikan oleh guru. Nilai tertinggi pada tahap ini
Pada tahap penyelesaian masalah, siswa dituntut untuk dapat menjawab soa- soal yang telah dibuat oleh kelompok lain mengenai konsep larutan asam, basa, dan garam. Pada tahap ini, nilai rata-rata yang diperoleh setiap kelompok adalah
84 dengan interpretasi sangat baik. Kelompok yang memperoleh nilai tertinggi adalah kelompok 4 dengan nilai 100. Pada tahapan pengujian masalah, siswa memperoleh hasil belajar terendah, yaitu mencapai nilai rata-rata 78 yang diinterpretasikan baik. Nilai tertinggi diperoleh kelompok 5 yang mencapai nilai 90, sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok 1 dan 2 yang mencapai nilai 70. Pada tahap ini siswa dituntut untuk menguji jawaban yang telah dibuat dari soal yang telah diperoleh dari kelompok lain. Yang menjadi kendala pada tahap ini adalah siswa merasa tidak mengerti dengan soal yang telah dibuat oleh kelompok lain sehingga jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Temuan berdasarkan analisis aktivitas siswa, didapatkan data bahwa seluruh kelompok belajar siswa mendapatkan predikat sangat baik. Persentase aktivitas siswa tertinggi diperoleh kelompok 2, 3, 4, dan 5 yang mencapai 91,67%, sedangkan persentase aktivitas siswa terendah diperoleh kelompok 1 yang mencapai 83,33%. Penilaian aktivitas siswa yang mencapai persentase tertinggi mencapai 100% diperoleh pada tahapan pemberian masalah dan pembuatan soal, sedangkan persentase aktivitas siswa terendah mencapai 75% diperoleh pada tahapan pengujian masalah.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, peneliti mengadakan tes evaluasi di akhir pembelajaran. Berdasarkan hasil tes evaluasi, secara umum semua kelompok prestasi yang diukur dengan 5 indikator mendapatkan nilai yang sesuai dengan kriteria ketuntasan mininal (KKM) yang berlaku dii SMP Al-Amanah Cileunyi yaitu 75 dengan nilai rata-rata 80. Secara keseluruhan siswa dapat menjawab soal-soal dengan baik, namun hanya beberapa siswa yang dikategorikan kelompok sedang dan rendah yang mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan.
Berdasarkan hasil analisis tes evaluasi didapatkan data bahwa siswa yang dikategorikan kelompok prestasi tinggi dengan jumlah siswa sebanyak 5 orang mendapat nilai rata-rata 86 dengan predikat sangat baik, sedangkan siswa kelompok prestasi sedang dengan jumlah siswa 21 orang memperoleh nilai rata- rata mencapai 79 dengan predikat baik, dan siswa kelompok rendah dengan jumlah siswa 5 orang memperoleh nilai rata-rata 80 dengan predikat sangat baik.
Pada indikator soal nomor 2, nilai tertinggi diperoleh kelompok tinggi dan kelompok sedang dengan nilai 72, sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok sedang dengan nilai 71. Hal yang menarik pada indikator soal nomor adalah pada kelompok rendah memperoleh nilai tertinggi dan lebih tinggi dibangdingkan dengan kelompok sedang yaitu 72. Pada indikator soal nomor 4, kelompok tinggi memperoleh nilai tertinggi dengan nilai 100, sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok sedang dengan nilai 91. Seperti halnya pada indikator soal nomor 2, indikator soal nomor 4 pun terlihat menarik karena kelompok rendah mampu Pada indikator soal nomor 2, nilai tertinggi diperoleh kelompok tinggi dan kelompok sedang dengan nilai 72, sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok sedang dengan nilai 71. Hal yang menarik pada indikator soal nomor adalah pada kelompok rendah memperoleh nilai tertinggi dan lebih tinggi dibangdingkan dengan kelompok sedang yaitu 72. Pada indikator soal nomor 4, kelompok tinggi memperoleh nilai tertinggi dengan nilai 100, sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok sedang dengan nilai 91. Seperti halnya pada indikator soal nomor 2, indikator soal nomor 4 pun terlihat menarik karena kelompok rendah mampu
Pada indikator soal nomor 5 pun sama menariknya dengan indikator soal nomor 2 dan nomor 4 karena kelompok rendah mampu memperoleh nilai 84 yang lebih tinggi dibandingkan kelompok sedang yang hanya memperoleh nilai 78. Sedangkan kelompok tinggi masih mendapatkan nilai tertinggi yaitu 88. Menurut Nurhadi (dalam Baharuddin, 2010), bahwa salah satu faktor yang menyebabkan nilai rata-rata siswa pada kelompok prestasi tertentu (baik tinggi, sedang, maupun rendah) mencapai perolehan nilai tertinggi adalah kemampuan siswa dalam mengkontruksikan konsep-konsep yang mereka temukan melalui proses pembelajaran aktif dimana guru hanya berlaku sebagai fasilitator dan siswa menemukan konsep-konsep secara mandiri, dengan demikian proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner (dalam Arifin, 2003), bahwa proses pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berpartisifasi secara aktif melalui percobaan dapat membantu siswa dalam memahami sebuah konsep dan hubungannya dengan konsep yang mereka temukan berdasarkan temuan-temuan dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil analisis data angket, ditemukan bahwa sejumlah 83,87% siswa memberikan tanggapan positif terhadap proses pembelajaran. Persentase jawaban tertinggi diperoleh pada indikator nomor 3 dan 5 yang mencapai 87,10%. Indikator nomor 3 adalah tanggapan siswa mengenai mudah atau tidaknya dalam memahami konsep larutan asam, basa, dan garam. Sedangkan indikator nomor 5 Berdasarkan hasil analisis data angket, ditemukan bahwa sejumlah 83,87% siswa memberikan tanggapan positif terhadap proses pembelajaran. Persentase jawaban tertinggi diperoleh pada indikator nomor 3 dan 5 yang mencapai 87,10%. Indikator nomor 3 adalah tanggapan siswa mengenai mudah atau tidaknya dalam memahami konsep larutan asam, basa, dan garam. Sedangkan indikator nomor 5
Pembelajaran ini dapat menjadi alternatif pembelajaran pada konsep larutan asam, basa, dan garam maupun konsep lain untuk memfasilitasi siswa agar lebih berperan aktif dalam pembelajaran kimia. Selain itu dengan penerapan pembelajaran ini diharapkan siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan juga memahami sebuah konsep menjadi lebih bermakna sehingga siswa memiliki kemampuan dalam menghubungkan keterkaitan antara sebuah konsep dengan konsep lain maupun dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan pembelajaran inquiry model Silver pada pembelajaran konsep larutan asam, basa, dan garam untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa di SMP Al-Amanah Cileunyi dapat disimpulkan bahwa:
1. Berdasarkan hasil penilaian observasi siswa, semua tahapan pada pembelajaran ini baik tahap pemberian masalah dan pembuatan soal, tahap penyelesaian masalah, maupun tahap pengujian soal berlangsung dengan sangat baik.
2. Kemampuan siswa menyelesaikan LKS pada setiap tahapan pembelajaran yaitu pada tahap pemberian masalah dan pembuatan soal memperoleh nilai rata-rata dengan interpretasi sangat baik, tahap penyelesaian masalah memperoleh nilai rata-rata dengan interpretasi sangat baik, dan tahap pengujian jawaban memperoleh nilai rata-rata dengan interpretasi baik.
3. Keterampilan berpikir kritis siswa setelah diterapkannya pembelajaran inquiry model Silver menunjukan nilai rata-rata dengan interpretasi sangat baik. Kelompok prestasi tinggi memperoleh nilai rata-rata dengan interpretasi sangat baik, kelompok prestasi sedang memperoleh nilai rata- rata dengan interpretasi baik, dan kelompok rendah memperoleh nilai rata- rata dengan interpretasi sangat baik.
4. Tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran inquiry model Silver dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa, khususnya pada konsep larutan asam, basa, dan garam dan umumnya pada Mata Pelajaran Kimia mendapat tanggapan yang positif.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penyusun, maka saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa Pada tahap penyelesaian masalah hendaknya siswa lebih meningkatkan kerja sama pada setiap kelompok agar lebih mudah dalam menyelesaikan setiap masalah yang ditemukan.
2. Bagi guru Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ternyata pembelajaran
dengan menerapkan pembelajaran inquiry model Silver mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada kelompok rendah sehingga nilai yang diperoleh lebih besar dibanding siswa pada kelompok sedang. Oleh karena itu, peneliti menyarankan kepada guru agar menerapkan pembelajaran ini khususnya pada konsep larutan asam, basa, dan garam, umumnya pada konsep lain.
3. Bagi peneliti lain Pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran inquiry model Silver
hendaknya diterapkan pada konsep-konsep kimia yang memungkinkan siswa dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui sebuah percobaan atau praktikum, dengan demikian tujuan peneparan model pembelajaran ini dapat tercapai dengan baik.